BAB I PENDAHULUAN. Penjualan menjadi topik yang penting dalam dunia bisnis, terutama di

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penjualan menjadi topik yang penting dalam dunia bisnis, terutama di bidang manufaktur. Perusahaan-perusahaan hingga saat ini masih memandang penjualan sebagai indikator penting. Walaupun saat ini penilaian kinerja tidak hanya berdasarkan aspek keuangan saja, namun pemegang saham lebih memandang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profitabilitas sebagai pertimbangan penting. Purnomo dan Pratiwi (2009) menjelaskan bahwa pemegang saham akan melihat profitabilitas untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Selain dari sisi profitabilitas, pos penjualan juga dapat menjadi sebuah pertimbangan bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Karena pada akhirnya, dari penjualan dapat diketahui berapa laba yang dihasilkan, atau rugi yang harus ditanggung. Kaaro (2003) menjelaskan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan gambaran prospek perusahaan di masa yang akan datang. Karena pertumbuhan penjualan mencerminkan tingkat produktivitas sebuah perusahaan, mencerminkan seberapa besar produk yang dapat diserap oleh pasar dan daya saing perusahaan dalam pasar, dan mencerminkan seberapa besar efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengolah sumber daya yang tersedia. Adanya

2 peningkatan penjualan, otomatis akan menimbulkan peningkatan penerimaan, hal ini akan secara langsung berpengaruh pada profitabilitas perusahaan. Dalam suatu penghitungan laba, laba didapat dari hasil pengurangan antara laba kotor dengan beban. Beban yang dimaksud bisa berupa beban penjualan dan beban administratif. Hal ini membuat laba terkesan terlalu dicampuri oleh beberapa faktor lain yang kurang relevan dengan penghitungan profitabilitas. Ditambah lagi perusahaan terkadang melakukan big bath pada suatu periode. Menurut Abdelghany (2005) big bath adalah suatu kondisi dimana manajer perusahaan melakukan sebuah penggeseran pengakuan biaya pada suatu pertiode, sehingga perusahaan terkesan mengalami kerugian pada periode tersebut, namun akan mendapat penambahan laba yang cukup signifikan pada periode selanjutnya. Tujuan manajer melakukan big bath adalah untuk melakukan pembersihan pada suatu lini atau pada keseluruhan lini dalam perusahaan. Abdelghany (2005) menyebutkan contoh big bath yang paling banyak dijumpai dalam perusahaan adalah mengakui depresiasi aktiva tetap untuk periode- periode selanjutnya, melakukan pelatihan pada tenaga kerja secara menyeluruh, memperbaiki sistem kerja dan atau operasional dalam perusahaan, memperbaiki aktiva tetap yang berhubungan langsung dengan proses produksi yang menelan biaya banyak. Dari beberapa argumen di atas, dapat dipahami bahwa pos penjualan merupakan pos yang paling merepresentasikan produktivitas perusahaan, karena angka yang ada merupakan angka yang benar- benar murni, artinya belum dicampuri dengan biaya- biaya atau beban- beban yang melekat pada saat proses produksi. Terlebih lagi, proses perlakukan dan pengakuan biaya pada setiap

3 perusahaan berbeda- beda membuat laba menjadi kurang merepresentasikan produktivitas perusahaan. Salah satu indikator profitabilitas adalah earning power. Earning power sering diartikan sebagai efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba dari pos penjualan. Earning power merupakan rasio yang mencerminkan seberapa besar aktiva dalam perusahaan dapat dikonversi menjadi output (penjualan). Menurut Riyanto (2011), pertumbuhan earning power menunjukkan prospek peningkatan laba perusahaan. Hal tersebut menjadi sinyal positif bagi pemegang saham bahwa kesejahteraan mereka akan meningkat karena prospek pertumbuhan laba perusahaan meningkat. Selain itu, sinyal tersebut juga menarik pemegang saham lain untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Pemegang saham selain menginginkan peningkatan kesejahteraan juga menginginkan terjaminnya aset mereka dengan berjalannya operasi perusahaan sesuai dengan regulasi yang ada. Sanksi dari penyimpangan terhadap regulasi dan kebangkrutan perusahaan sudah tentu menjadi tanggungan pemilik atau pemegang saham perusahaan. Namun, manajemen perusahaan seringkali melakukan tindakan oportunis yang berseberangan dengan keinginan pemegang saham demi kepentingan pribadi. Hal tersebut menimbulkan konflik antara pemilik dan manajemen atau disebut agency conflict (Masdupi, 2005). Penelitian tentang profitabilitas sudah banyak dilakukan. Filbeck (2005) meneliti pengaruh struktur aset terhadap profitabilitas. Penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh positif struktur aset terhadap profitabilitas. Namun, penelitian yang dilakukan Shin dan Soenen (1998) menunjukkan hasil

4 yang berbeda, yaitu struktur aset berpengaruh negatif terhadap rasio profitabilitas. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hastuti (2005) menunjukkan adanya pengaruh positif antara mekanisme corporate governance terhadap profitabilitas perusahaan. Menurut Komisi Nasional Kebijakan Governance (KNKG) good corporate governance adalah suatu mekanisme tata kelola perusahaan yang baik antara manajemen perseroan, dewan direksi, susunan komisaris, pemegang saham, dan seluruh pemangku kepentingan dengan berdasarkan pada prinsip- prinsip tata kelola good corporate governance. Good corporate governance bertujuan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan, dan konsisten sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang diterbitkan oleh KNKG pada tahun 2006, komponen good corporate governance yang harus ada di perusahaan setidak-tidaknya adalah dewan komisaris, dewan komisaris independen, dan komite audit. Mereka bertugas untuk melakukan fungsi pengawasan, sehingga tercipta kegiatan ekonomi yang sehat dan bebas dari kecurangan. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Hastuti (2005) menunjukkan adanya pengaruh positif antara good corporate governance dengan profitabilitas perusahaan. Hermalin dan Weisbach (1991) meneliti pengaruh kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas dan hasilnya menunjukkan adanya pengaruh positif kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas. Sedangkan penelitian Larasati (2011) serta Christiawan dan Tarigan (2007) tidak dapat menemukan adanya

5 pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan manufaktur. Kodrat (2006) dan Rehman (2012) meneliti pengaruh debt to total asset terhadap profitabilitas yang menunjukkan adanya pengaruh negatif. Struktur aktiva merupakan penggolongan aktiva dalam sebuah perusahaan menjadi beberapa pos-pos seperti aktiva lancar, aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan lan- lain. Perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap menghasilkan angka yang dapat dipahami sebagai seberapa besar aktiva yang tersedia untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan sehari-hari (Riyanto, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Lazaridis dan Tryfonidis (2006), Anand dan Gupta (2002) menunjukkan bahwa stuktur aktiva berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Debt to total aset merupakan angka perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva. Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan operasional dan investasi dengan melakukan pinjaman jangka panjang. Namun hal ini membuat beban bunga yang dtanggung oleh perusahaan menjadi lebih tinggi, dan hal ini dapat membuat profitabilitas perusahaan menurun. Penelitian yang dilakukan Kodrat (2006) dan Rehman (2012) menunjukkan bahwa debt to total aset berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Industri manufaktur di Indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan pada sisi investasi. Kantor berita politik RMOL mengutip pernyataan Menteri Perindustrian MS Hidayat melalui situs resminya bahwa investasi yang masuk di industri manufaktur tahun 2011 sebesar Rp 135 triliun. Sebagian besar investasi yang masuk tersebut didominasi oleh pemodal asing. Selain itu, Suara Pembaruan

6 melalui situs resminya menyatakan bahwa berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), per Juni 2013 Foreign Direct Investment (FDI) sebesar Rp 132,2 triliun. Investasi pada sektor manufaktur oleh pemodal asing sebanyak 56 persen. Porsi tersebut meningkat dibandingkan selama yang memiliki porsi 35 persen. Hal ini membuat kinerja perusahaan semakin baik, tergantung bagaimana cara mereka mengolah sumber daya yang telah ditanam. Seharusnya perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dan profitabilitas dengan sumber daya yang lebih banyak tersedia. Dengan begitu, maka iklim perekonomian yang lebih maju dan lebih produktif dapat tercipta di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh corporate governance, struktur aktiva dan debt to total asset terhadap earning power pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Peneliti memandang perusahaan manufaktur memiliki aktiva lancar yang besar terutama pada aktiva tetapnya sehingga menyediakan data yang relevan mengenai struktur aktiva dan debt to total asset. Besarnya aktiva tetap tersebut menjadi celah penyimpangan yang dapat dimanfaatkan manajemen melalui perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetapnya untuk mendongkrak laba sehingga pengaruh corporate governance dapat diamati secara lebih jelas. Penelitian terdahulu sebagian besar mengukur profitabilitas perusahaan menggunakan ROA, ROE, dan NPM. Selain itu, belum banyak yang meneliti pengaruh struktur aset terhadap profitabilitas. Kondisi tersebut menjadikan penelitian ini berbeda karena profitabilitas diukur menggunakan earning power

7 dan menggunakan struktur aset sebagai salah satu variabel yang diteliti pengaruhnya terhadap profitabilitas perusahaan Perumusan Masalah Penelitian ini berusaha untuk menganalisis pengaruh corporate governance (yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan komisaris independen, dan komite audit), struktur aktiva dan debt to total asset terhadap earning power pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap Earning Power? 2. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap Earning Power? 3. Apakah ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap Earning Power? 4. Apakah komite audit berpengaruh positif terhadap Earning Power? 5. Apakah struktur aktiva berpengaruh positif terhadap Earning Power? 6. Apakah Debt to Total Assets berpengaruh negatif terhadap Earning Power? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Menguji pengaruh kepemilikan manajerial terhadap Earning Power. 2. Menguji pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap Earning Power.

8 3. Menguji pengaruh ukuran dewan komisaris independen terhadap Earning Power. 4. Menguji pengaruh komite audit terhadap Earning Power. 5. Menguji pengaruh struktur aktiva terhadap Earning Power. 6. Menguji pengaruh Debt to Total Assets terhadap Earning Power Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara : 1. Praktis, yaitu memberikan gambaran kepada pemerintah, analis laporan keuangan, manajemen perusahaan, dan investor bagaimana corporate governance, struktur modal dan rasio Debt to Total Assets mempengaruhi earning power perusahaan. 2. Teoritis dan akademis, untuk menambah pengetahuan bagi perkembangan studi akuntansi dengan memberikan gambaran faktor yang mempengaruhi earning power perusahaan Orisinalitas Penelitian Penelitian mengenai profitabilitas perusahaan telah banyak dilakukan. Namun, belum ada penelitian yang menggunakan proksi earning power untuk mengukur profitabilitas. Peneliti yang pernah meneliti profitabilitas adalah Hastuti (2005), Larasati (2011), Christiawan dan Tarigan (2007), serta Kodrat (2006) dan Rehman (2012). Penelitian ini berbeda dari penelitian terdahulu karena penelitian terdahulu tidak ada yang menggunakan earning power untuk mengukur profita

9 bilitas. Selain itu, periode penelitian dan obyek penelitian yang digunakan berbeda. Hal ini dapat berimplikasi pada hasil penelitian yang berbeda pula, karena kejadian ekonomi dari masa ke masa selalu berubah, dan anggaran yang dialokasikan untuk pos- pos yang terkait dalam penelitian ini juga berubah Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan perumusan hipotesis. BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang ruang lingkup penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, definisi variabel dan pengukurannya, metode pengujian data, dan metode pengujian hipotesis. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian, analisis data, interpretasi hasil dan pembahasan. BAB V: PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan, dari hasil penelitian dan saran yang diperlukan untuk pihak yang berkepentingan.