BAB IV ANALISIS PENELITIAN. A. Analisis Kebijakan Pendidikan Inklusi di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perawatan, perlindungan khusus, serta perlindungan hukum. gangguan atau adanya kelainan-kelainan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

BAB V PENUTUP. semakin menjadi penting bagi agenda reformasi pendidikan setelah Education

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Realita Kehidupan Difabel dalam Masyarakat

PENDIDIKAN PENYANDANG CACAT DARI SUDUT PANDANG MODEL PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA. Oleh: Haryanto

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

A. Perspektif Historis

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam

PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ;

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia baik itu pendidikan formal maupun non formal. Begitu

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi :

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Bagian ini merupakan bab penutup, terdiri dari 1) Simpulan 2) Implikasi 3) Saran.

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

Educational Psychology Journal

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

GURU PEMBIMBING KHUSUS (GPK): PILAR PENDIDIKAN INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rika Saptaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB II MODEL PENDIDIKAN INKLUSI. pengajaran dan latihan, perbuatan, cara mendidik. 1 Pendidikan adalah. Abdul Latif, mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN !"#$%&'

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA

Sekolah Inklusi, Bagaimanakah?

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan

Implementasi Pendidikan Segregasi

PERANAN RESOURCE CENTER SUKAPURA KOTA BANDUNG DALAM MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF ARTIKEL. Disusun untuk Memebuhi Salah Satu Syarat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan jumlah sekolah luar biasa di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah... 10

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asalusul,

BAB IV HASIL PENELITIAN

REVITALISASI PROGRAM STUDI PLB DALAM MENGHADAPI PROGRAM INKLUSI *) Oleh Edi Purwanta **)

REDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG. disusun oleh : KHOERUL UMAM L2B

Fenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengim

BAB I PENDAHULUAN. serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No MEDAN MARELAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. harus dapat merasakan upaya pemerintah ini, dengan tidak memandang

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan komponen terpenting. Karena peserta didik merupakan unsur penentu

Pedoman Pelaksanaan Penyaluran Tunjangan Profesi Pendidik Melalui Dana Dekonsentrasi

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB VIII PROSEDUR MENDIRIKAN SEKOLAH LUAR BIASA

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BAB I PENDAHULUAN. atas pendidikan. Unesco Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencanangkan

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

NASKAH PUBLIKASI MOTIVASI KERJA GURU SEKOLAH LUAR BIASA

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

ARTIKEL PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) MELALUI PRAKTEK LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSI YANG OPTIMAL

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Analisis Kebijakan Pendidikan Inklusi di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi Pendidikan inklusi merupakan suatu terobosan dimana keberadaan serta operasionalnya dapat memudahkan masyarakatuntuk mengenyam pendidikan dan menuntaskan wajib belajar 9 tahun yang diprogramkan oleh pemerintah. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat 1, bahwasanya tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Di Indonesia, melalui SK Mendiknas No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah reguler yang melayani penuntasan wajib belajar bagi anak berkebutuhan khusus. 1 Kebijakan pemerintah Republik Indonesia melalui Direktorat Luar Biasa agar dapat mengakomodasikan pendidikan bagi semua, terutama anakanak yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus yang selama ini masih belum terpenuhi hak-haknya untuk memperoleh pendidikan layaknya anakanak lain diwujudkan melalui pendidikan terpadu yang diarahkan menuju pendidikan inklusi merupakan wadah yang ideal. SD Negeri 02 Srinahan Kesesi Kabuaten Pekalongan merupakan salah satu sekolah yang menjadi tempat terselenggaranya pendidikan inklusi yang memiliki peserta didik anak berkebutuhan khusus terbanyak di kecamatan Kesesi. 4-5. 1 Direktorat PLB, Mengenal Pendidikan Terpadu, Ditjen dikdasmen Depdiknas, 2004, hlm. 80

81 Dengan melihat keadaan masyarakat sekitar khususnya di desa Srinahan, banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang perlu didukung untuk memperoleh haknya dalam berpendidikan. Selain itu sekolah tersebut sangat membantu para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, karena dapat menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut tanpa harus menyekolahkan ke sekolah SLB yang lokasinya jauh dari tempat tinggalnya. Sekolah tersebut juga ada kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan kurikuler adalah kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan aspek kognitif siswa dan kegiatan ini bisa diikuti oleh semua peserta didik. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan pada bakat, minat, dan kemandirian siswa. Program kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus lebih kompleks dibandingkan dengan peeserta didik reguler, karena pengembangan bagi peserta didik berkebutuhan khusus tidak hanya pada pengetahuan umum saja tetapi juga pengembangan kepada kemandirian diri. B. Analisis Model Pendidikan Inklusi di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi Kabupaten Pekalongan Pendidikan inklusi merupakan perkembangan terkini dari model pendidikan anak berkelainan atau anak berkebutuhan khusus (ABK), dimana semua peserta didik seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada diri mereka.

82 Model pendidikan inklusi pada dasarnya memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah umum. Penempatan anak berkebutuhan khusus di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi Kabupaten Pekalongan menggunakan model pull out, yaitu Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus. Dengan demikian, pendidikan inklusi tidak mengharuskan semua anak berkebutuhan khusus berada di kelas reguler setiap saat dengan semua mata pelajarannya (inklusi penuh), karena sebagian anak berkebutuhan khusus dapat berada di kelas khusus atau ruang terapi berhubung gradasi kelainannya yang cukup berat. Bagi anak berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan yang berat, mungkin akan lebih banyak waktunya berada di kelas khusu pada sekolah reguler (inklusi lokasi). Kemudian, bagi yang kelainannya sangat berat dan tidak memungkinkan di sekolah reguler, dapat disalurkan ke sekolah khusus (SLB) atau tempat khusus (Rumah Sakit). Setiap sekolah inklusi dapat memilih model mana yang akan diterapkan, terutama bergantung kepada : a. Jumlah anak berkebutuhan khusus yang akan dilayani b. Jenis kelaianan masing-masing anak c. Gradasi (tingkat) kelaianan anak, ketersediaan dan kesiapan tenaga kependidikan, serta sarana prasarana yang tersedia.

83 Pendidikan inklusi yang diselenggarakan SD Negeri 02 Srinahan Kesesi Kabupaten Pekalongan menggunakan model kelas reguler dengan Pull Out yaitu, anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus. Model ini dirasa sangat efektif dalam kegiatan proses belajar mengajar. Model kelas reguler dengan Pull Out ini anak berkebutuhan khusus sewaktu-waktu dapat ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar lebih intens lagi dengan guru kunjung. Guru kunjung itu sendiri didatangkan langsung dari pusat SLB yaitu di Wiradesa. Guru kunjung tersebut biasanya setiap satu atau dua minggu sekali berkunjung ke sekolah. C. Analisis Faktor Penghambat dan Pendukung Pendidikan Inklusi di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi Sebagai suatu lembaga yang baru dalam operasional pendidikan, tentu banyak kekurangan, disamping keberhasilan yang sudah diraih. Hal ini disebabkan oleh adanya hal-hal yang menghambat dan mendukung program pelaksanaan. Beberapa hal yang menghambat pelaksanaan pendidikan inklusi, adalah sebagai berikut : 1. Belum semua guru reguler memiliki kompetensi memberikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus.

84 Guru adalah salah satu faktor utama dalam menggerakkan serta melaksanakan seluruh fungsi sekolah, bahkan guru juga merupakan orang yang berjasa dalam memberikan pendidikan maupun ilmu pengetahuan kepada peserta didik agar peserta didik dapat meraih cita-citanya untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. Di SD Negeri 02 Sinahan Kesesi Kabupaten Pekalongan memiliki guru yang rata-rata berpendidikan sarjana. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan berkompeten di bidangnya masing-masing. Namun, tidak semua guru berkompeten dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus kecuali yang memang benar-benar di bidangnya. Begitupun di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi, guru-gurunya belum sepenuhnya memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai pembelajaran anak berkebutuhan khusus. 2. Kurangnya pemanfaatan sarana prasarana Sarana prasarana merupakan salah satu alat penunjang keberhasilan dalam pendidikan. Memadainya sarana prasarana sekolah memudahkan para guru dan pihak lain yang berkepentingan dalam kegiatan belajar mengajar. Di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi Kabupaten Pekalongan, sarana prasarana yang dimiliki cukup memadai seperti ada alat bantu menghitung bagi anak berkebutuhan khusus, ada alat bantu dengar, serta alat bantu peraga lainnya. Akan tetapi sayangnya para guru kurang bisa

85 memanfaatkan sarana tersebut karena faktor kurang mengerti dalam pemakainnya. 3. Belum adanya MOU dari dinas kabupaten ataupun pusat MOU (Memoratium Of Understanding) merupakan surat perjanjian atau kerja sama. Surat tersebut penting untuk memperlancar dalam melayani anak berkebutuhan khusus dalam hal ini. MOU ini menjadi salah satu faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan inklusi di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi Kabupaten Pekalongan karena surat tersebut belum turun (ada) dari SLB ke SD inklusi. Hal ini membuat guru kunjung dari SLB kurang begitu aktif mengunjungi ke sekolah sekolah inklusi. 4. Minimnya tenaga pengajar di SLB pusat sehingga guru di SLB tidak bisa sepenuhnya memberikan waktunya untuk SD inklusi. Minimnya tenaga pengajar di SLB ini menjadi salah satu faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan inklusi. Kurangnya tenaga pengajar di SLB membuat waktu guru kunjung lebih dominan di SLB dari pada mengunjungi sekolah inklusi. 5. Sebagian guru SLB (sekolah luar biasa) ada yang bekerja di dinas kabupaten dan ada juga yang bekerja di dinas provinsi. Adanya guru-guru SLB yang bekerja di bawah naungan dinas kabupaten dan provinsi ini mengakibatkan terjadinya kesenjangan diantara mereka karena menurut salah satu guru kalau yang di bawah naungan provinsi lebih terjamin kesejahteraanya.

86 Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan inklusi di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi, adalah sebagai berikut : 1. Orang Tua Orang tua sebagai pondasi utama pendidikan anak wajib memberikan bimbingan dan arahan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan anak. Orang tua merupakan salah satu penyemangat bagi anak-anaknya. Orang tua tidak perlu minder ataupun malu mempunyai anak yang berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus juga berhak untuk mendapatkan pendidikan, belajar, seperti anak pada umumnya demi meraih cita-cita masa depan mereka. Banyak SLB yang bisa melayani mereka dalam berpendidikan namun mungkin lokasinya jauh dari tempat tinggal akan tetapi para orang tua tidak berputus asa dalam usaha untuk menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan khusus. Mereka mulai tersadar kalau pendidikan itu penting. Hal ini terbukti dengan sedikit banyaknya dari mereka yang menyekolahkan anaknya ke sekolah pendidikan inklusi demi meraih cita-cita sang buah hati. 2. Lingkungan dan Penyelenggara Sekolah Inklusi Lingkungan adalah salah satu faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan inklusi. Lingkungan yang nyaman sangatlah mendukung perkembangan anak berkebutuhan khusus dalam menggapai cita-cita yang diinginkannya.

87 Anak berkebutuhan khusus sangat peka terhadap kondisi lingkungan sekitar. Dengan adanya sekolah inklusi di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi, banyak orang tua yang mengapresiasi. 3. Sarana prasarana Selain faktor orang tua dan lingkungan, faktor sarana dan prasarana juga menjadi faktor pendukung dalam pendidikan inklusi. Sarana prasarana merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pendidikan inklusi. Sarana prasarana di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi itu sendiri sudah cukup memadai.