Kata Kunci : Modal, Jam Kerja, Pendidikan, Produksi, Pendapatan

dokumen-dokumen yang mirip
Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

Kata Kunci: Modal, Tingkat Upah, Penyerapan Tenaga Kerja, Produksi DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendapatan secara merata. Pembangunan dewasa ini tidak bisa lepas

Kata Kunci: Orientasi Pasar, Inovasi Produk, Keunggulan Bersaing, Kinerja Pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

Abstrak. Kata Kunci : Efektivitas, KUR, Kesempatan Kerja, Pendapatan.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi seperti yang disebutkan pada Undang-Undang No.25

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan potensi yang ada dalam memajukan program-program

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

ABSTRAK. Kata Kunci: Orientasi Pasar, Inovasi Produk, Kinerja Pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

ABSTRAK. Kata Kunci: Orientasi Pasar, Inovasi Produk, Kinerja Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri. Industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

I. PENDAHULUAN. dan mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah industri kecil merupakan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

Abstrak. Kata kunci: Tenaga Kerja, Modal, Bahan Baku, Produksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci : Kredit Usaha Rakyat (KUR), Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL MEBEL DI KOTA SURAKARTA

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

E- Jurnal EP Unud, 6 [5] : ISSN: ANALISIS PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN PENGERAJIN DULANG FIBER DI DESA BRESELA KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. sentral dalam perekonomian Indonesia khususnya Jawa Barat. Walaupun krisis

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya

ABSTRAK. keberhasilan koperasi, jumlah anggota, modal, kualitas SDM, partisipasi anggota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

Judul : Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, Luas Lahan Dan Bantuan Pemerintah Terhadap Pendapatan Industri Rumah Tangga Pembuat Kembang Rampai

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan tercapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya. Pembangunan ekonomi suatu bangsa juga merupakan pilar penting bagi

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan. mengelola BUMD Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

Abstrak. Kata kunci: pemberdayaan, kesejahteraan, potensi, koperasi wanita

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

`BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

Judul Nama : Pengaruh Modal, Jam Kerja, dan Pendidikan Terhadap Produksi Serta Pendapatan Pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar : Ni Made Marsy Dwitasari NIM : 1306105119 Abstrak Provinsi Bali adalah salah satu wilayah kepulauan yang memiliki sektor industri kecil kreatif yang terus berkembang sampai saat ini, dalam sektor industri kerajinan, Kabupaten Gianyar merupakan salah satu Kabupaten/Kota seni yang memiliki keunggulan dalam bidang industri kecil kreatif. Industri tersebut memberikan kontribusi besar pada kesejahteraan masyarakat, dan sebagai wadah untuk penyerapan tenaga kerja serta mengurangi pengangguran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis, 1) Pengaruh modal, jam kerja, dan pendidikan terhadap produksi pada kerajinan Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar. 2) Pengaruh produksi terhadap pendapatan pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar. 3) Variabel produksi sebagai variabel intervening pengaruh modal, jam kerja, dan pendidikan terhadap pendapatan pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar. Penelitian ini dilakukan di Desa Bresela Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Objek pada penelitian ini meliputi modal, jam kerja, pendidikan, produksi, dan pendapatan pengerajin Dulang Fiber. Penelitian ini merupakan penelitian populasi yang memakai seluruh subjek atau semua anggota populasi yaitu sebanyak 65 responden. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara dan observasi dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Berdasarkan hasil analisis diperoleh simpulan bahwa modal berpengaruh positif sebesar 0,474 terhadap produksi, modal mempunyai pengaruh paling besar terhadap produksi. Jam kerja berpengaruh positif sebesar 0,148 terhadap produksi. Pendidikan berpengaruh positif sebesar 0,044 terhadap produksi dan produksi berpengaruh positif sebesar 0,998 terhadap pendapatan pengerajin Dulang Fiber. Variabel produksi merupakan variabel intervening pengaruh modal, jam kerja, dan pendidikan terhadap pendapatan pengerajin Dulang Fiber. Saran dari penelitian ini agar pemerintah memberikan pelatihan-pelatihan khusus kepada para pengerajin Dulang Fiber untuk dapat meningkatkan kreativitas, dan ketrampilan para pengerajin mengenai industri kreatif. Kata Kunci : Modal, Jam Kerja, Pendidikan, Produksi, Pendapatan i

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian.....13 1.3 Tujuan Penelitian... 13 1.4 Kegunaan Penelitian... 14 1.5 Sistematika Penulisan... 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Konsep... 17 2.1.1 Konsep Industri... 17 2.1.2 Konsep Industri Kreatif... 19 2.1.3 Teori Pendapatan... 22 2.1.4 Teori Produksi... 24 2.1.5 Teori Modal... 25 2.1.6 Teori Jam Kerja... 29 2.1.7 Teori Pendidikan... 30 2.1.8 Pengaruh antar Masing-masing Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen... 32 2.1.9 Pengaruh Modal Terhadap Produksi... 32 2.1.10 Pengaruh Jam Kerja Terhadap Produksi... 33 2.1.11 Pengaruh Pendidikan Terhadap Produksi... 33 2.1.12 Pengaruh Produksi Terhadap Pendapatan... 34 2.2 Penelitian Sebelumnya... 34 ii

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 40 3.2 Lokasi Penelitian... 40 3.3 Objek Penelitian... 41 3.4 Identifikasi Variabel... 41 3.5 Definisi Operasional Variabel... 42 3.6 Jenis dan Sumber Data... 44 3.6.1 Jenis Data... 44 3.6.2 Sumber Data... 45 3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel... 46 3.8 Metode Pengumpulan Data... 46 3.9 Teknik Analisis Data... 47 3.9.Teknik Analisis Jalur (Path Analysys)... 47 3.9.2 Pengujian Variabel Produksi sebagai Variabel Intervening dengan Uji Sobel... 49 BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Gianyar... 53 4.2 Gambaran Umum Lokasi atau Wilayah Penelitian... 54 4.2.1 Kondisi Sektor Industri di Kabupaten Gianyar... 56 4.3 Karakteristik Responden... 56 4.3.1 Umur... 56 4.3.2 Pendidikan... 57 4.3.3 Jenis Kelamin... 58 4.3.4 Modal... 59 4.3.5 Jam Kerja... 60 4.3.6 Produksi... 62 4.3.7 Pendapatan Pengerajin Dulang Fiber... 69 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 70 iii

4.4.1 Persamaan Stuktural I Pengaruh Modal, Jam Kerja, dan Pendidikan Terhadap Produksi Kerajinan Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar... 70 4.4.2 Persamaan Struktural II Pengaruh Produksi Terhadap Pendapatan Pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar... 70 4.4.3 Pengujian Variabel Produksi sebagai Variabel Intervenning dengan Uji Sobel... 73 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan... 77 5.2 Saran... 78 DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN LAMPIRAN iv

DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 1.1 Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Gianyar Tahun 2011-2015... 5 1.2 Rekapitulasi Data Industri Kecil dan Menengah Perkomoditi Kabupaten Gianyar Tahun 2015... 6 4.1 Distribusi Responden Pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar Berdasarkan Kelompok Umur... 57 4.2 Distribusi Responden Pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 58 4.3 Distribusi Responden Pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar Berdasarkan Jenis Kelamin... 59 4.4 Distribusi Responden Pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar Berdasarkan Modal... 59 4.5 Distribusi Responden Pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar Berdasarkan Jam Kerja yang digunakan Selama Satu Bulan... 60 4.6 Nilai Produksi Responden Pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar Selama Satu Bulan... 62 4.7 Distribusi Pendapatan Responden Pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar Selama Satu Bulan... 69 v

DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 1.1 Model Analisis Jalur (Path Analysis)... 48 4.1 Bahan Baku Produksi Dulang Fiber... 64 4.2 Proses Percetakan Dulang Fiber... 65 4.3 Proses Penghalusan Dulang Fiber... 66 4.4 Proses Finishing Dulang Fiber... 67 4.5 Finishing Dulang Fiber... 68 4.6 Diagram Analisis Jalur Penelitian... 71 vi

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Halaman 1 Kuesioner Penelitian... 83 2 Tabulasi Data Jumlah Produksi, Jam Kerja, Pendidikan, Produksi, Pendapatan Pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar... 89 3 Analisis Jalur (Path Analysis) Hasil Uji Persamaan Struktural I... 92 4 Hasil Uji Persamaan Struktural II... 93 vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha kebijaksanaan pemerintah untuk mencapai suatu hasil positif yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi memiliki tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja dengan jumlah lapangan kerja semakin meningkat dan mengarah pada pembagian pendapatan secara merata disetiap daerah (Lesmana, 2014). Proses pembangunan dan perkembangan ekonomi tidak lepas dari sektor industri, sektor ini menjadi penggerak dalam kegiatan ekonomi dan merupakan prioritas utama ekonomi tanpa mengabaikan pembangunan pada sektor lain. Industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi dengan nilai yang lebih tinggi dalam penggunaannya. Proses industrialisasi juga merupakan salah satu perantara untuk menuju proses pembangunan yang baik dan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan cara memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat (Pratama, 2012). Menurut Kusumastuti (2015), sektor industri memiliki peran strategis karena pengembangan sektor industri semakin meningkat, dan berdampak besar pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. 1

Secara umum industri mempunyai empat kategori antara lain industri besar, industri menengah dan industri kecil, serta industri rumah tangga. Industri besar mempunyai tenaga kerja kisaran 100 orang atau lebih dengan menggunakan teknologi yang modern dalam proses produksinya. Industri menengah memiliki skala yang lebih kecil dari pada industri besar dengan tenaga kerja berjumlah kisaran 20-99 orang, dan industri kecil yang memiliki tenaga kerja kisaran 5-19 orang, serta industri rumah tangga merupakan usaha industri yang mempunyai tenaga kerja 1 orang sampai 4 orang (Lesmana, 2014). Sektor industri setiap daerah memiliki jenis yang berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh karakteristik dari masing-masing sumber daya yang dimiliki oleh setiap daerah. Industri kecil merupakan salah satu bentuk alternatif untuk mendukung pengembangan perekonomian daerah yang memiliki peran penting untuk meningkatkan ekonomi lokal baik pada tingkat desa/kelurahan sampai tingkat provinsi. Peranan industri kecil juga terbukti membantu pemerintah dalam program pengentasan kemiskinan dan menekan angka pengangguran dalam pemerataan dan kesempatan kerja bagi masyarakat. Pentingnya peranan industri kecil yang dapat dilihat dari berbagai hal dan dari penggunaan faktor-faktor produksi lokal sebagai input utama dalam kegiatan produksi, hasil produksi yang berupa barang atau jasa akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan lokal untuk konsumen dan produsen lokal di sektor ekonomi. Perkembangan sektor industri sangat membantu laju pertumbuhan industri, menambah peluang kerja serta meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat. Sektor industri juga dapat meningkatkan dan memanfaatkan sumber 2

daya yang ada secara optimal, serta mampu bersaing ketingkat yang cangkupannya lebih luas (Widyana, 2013). Indonesia merupakan negara manufaktur yang memiliki keunggulan pada sektor industri, salah satunya Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan Industri Kecil dan Menengah semakin pesat dan telah mendapat perhatian lebih karena kinerja Industri Kecil dan Menengah ini sangat efisien, produktif, dan mampu bersaing di tingkat global. Kegiatan sektor industri mampu memberikan manfaat berupa tambahan pendapatan rumah tangga, kesempatan kerja, dan memberikan manfaat ekonomi untuk perkembangan domestik (Tambunan, 2002:19). Sektor Industri Kecil dan Menengah memainkan peran kunci dalam menciptakan pekerjaan terutama untuk kaum perempuan, kontribusi terhadap penerimaan pajak, ekspor dan impor, serta pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang menciptakan inovasi kewirausahaan (Agyapong, 2012). Dewasa ini sektor industri kecil sebagian besar berada di pasar seni tradisional, hal ini dikarenakan para pemilik usaha melakukan pemasaran produknya melalui pasar seni atau pasar tradisional (Federico, 2006). Perkembangan IKM memiliki potensi besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan keberadaan IKM yang telah mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi rakyat Indonesia dan berperan besar dalam penyediaan lapangan pekerjaan (Hastuti, 2012). Industri kerajinan merupakan industri yang banyak dilakukan oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), hal ini dikarenakan potensi pasar industri 3

kerajinan yang luas dan beragam membuat industri kerajinan mampu terus berkembang dan bertahan pada kondisi perekonomian tidak stabil. Faktor lain yang membuat industri kerajinan menarik untuk dicermati adalah kebanyakan industri ini dilandasi dari hobi, unsur inisiatif dan kreativitas yang dimiliki masing-masing individu, serta tradisi dan budaya. Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam, sehingga dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya industri kerajinan seni dan industri kreatif (Widyastuti, 2014). Menurut Kementerian Perdagangan Indonesia dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan daya kreasi dan daya cipta yang dimiliki masing-masing individu. Industri kreatif di Indonesia mulai berkembang dan memperoleh perhatian, serta peran industri kreatif pada ekonomi Indonesia cukup signifikan. Industri kreatif di Indonesia dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Provinsi Bali adalah salah satu wilayah kepulauan yang memiliki sektor industri kecil kreatif yang terus berkembang sampai saat ini, misalnya karya seni yang dimiliki meliputi Seni Tari, Seni Musik, Seni Ukir, Seni Lukis, dan Seni Kerajinan Tangan, dalam sektor industri kerajinan Kabupaten Gianyar merupakan salah satu Kabupaten/Kota seni yang memiliki keunggulan dalam bidang industri kecil kreatif. Sektor industri kreatif tersebut memiliki potensi besar untuk meningkatkan dan mengembangkan kreativitas yang dimiliki masing-masing masyarakat pada bidang kerajinan yang mampu memberikan kontribusi besar 4

pada kesejahteraan dan perekonomian masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 yang menjelaskan data Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Gianyar Tahun 2011-2015. Tahun Tabel 1.1 Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Gianyar Tahun 2011-2015 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, 2015 Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan industri kecil dan menengah Kabupaten Gianyar secara keseluruhan dari tahun 2011-2015 mengalami peningkatan dilihat dari jumlah perusahaan, tenaga kerja, dan nilai produksi, di Kabupaten Gianyar terdapat beberapa industri kerajinan yang ditekuni oleh masyarakat setempat, lebih jelasnya hal ini dapat dilihat dari Rekapitulasi Data Industri Kecil dan Menengah Perkomoditi Kabupaten Gianyar Tahun 2015 pada Tabel 1.2. Jumlah Perusahaan (Unit) Persentase (%) Tenaga Kerja (Orang) Persentase (%) Nilai Produksi (Rp.000) Persentase (%) 2011 606 17,33 9.987 16,51 2.835.370 8,569 2012 630 18,01 10.441 17,26 2.886.586 8,724 2013 660 18,87 10.972 18,14 2.891.962 8,741 2014 687 19,65 11.427 18,90 2.970.915 8,979 2015 914 26,14 17.652 29,19 21.502.422 64,987 5

No. Tabel 1.2 Rekapitulasi Data Industri Kecil dan Menengah Perkomoditi Kabupaten Gianyar Tahun 2015 Jenis Komoditi Jumlah Perusahaan ( Unit ) Tenaga Kerja (Orang) 1. Industri Kerajinan Makanan & Minuman 31 409 2. Industri Kerajinan Tekstil 66 1.397 3. Industri Kerajinan Kayu, Bambu, dan Rotan 392 7.316 4. Industri Kerajinan Logam 179 2.379 5. Industri Kerajinan Lukisan 29 709 6. Industri Kerajinan Batu Padas 48 984 7. Industri Kerajinan Dulang Fiber 65 1.300 8. Industri Kerajinan lainnya 104 3.154 Total 914 17.652 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, 2015 Pada Tabel 1.2 menunjukkan data jenis komoditi Industri Kerajinan Kayu, Bambu, dan Rotan dengan jumlah perusahaan dan tenaga kerja paling banyak diantara jenis komoditi lainnya, hal ini menyebabkan bahwa usaha kerajinan tersebut sudah lama dibandingkan dengan usaha kerajinan Dulang Fiber yang di pilih sebagai objek penelitian. Industri kerajinan Dulang Fiber dipilih sebagai penelitian karena, industri kerajinan tersebut juga memiliki potensi yang dapat dikembangkan di Kabupaten Gianyar yang nantinya diharapkan mampu meningkatkan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Gianyar. Hal lain yang mendukung penelitian ini adalah karena industri kerajinan Dulang Fiber merupakan industri baru yang mulai diproduksi pada tahun 2003 di Desa Bresela Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Desa Bresela merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Secara administratif terbagi menjadi 3 (tiga) banjar yaitu Banjar Bresela, Banjar Triwangsa, dan Banjar Gadungan. Berdasarkan 6

kondisi geografis, Desa Bresela merupakan dataran tinggi dengan luas wilayah ±2,92 km 2 yang terdiri dari 541 kepala keluarga. Desa Bresela memiliki potensi dibidang kerajinan seni dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kreatif. Kerajinan seni merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat desa setempat, sehingga mayoritas masyarakat bekerja sebagai pengerajin. Sebagian orang menganggap karya seni itu murah dan kurang dihargai, tetapi masyarakat di Desa Bresela sangat menghargai karya seni, karena menurut masyarakat setempat karya seni memiliki nilai jual tinggi. Sebelum diproduksinya kerajinan Dulang Fiber masyarakat Desa Bresela menekuni atau memproduksi kerajinan kayu berupa Tempat Lilin yang pada saat itu merupakan mayoritas utama mata pencaharian masyarakat desa setempat. Seiring perkembangan zaman minat konsumen terhadap kerajinan Tempat Lilin mulai berkurang karena kerajinan tersebut bukan merupakan kebutuhan utama bagi para konsumen. Hal ini menyebabkan pendapatan para pengerajin mengalami penurunan yang sangat drastis. Pendapatan yang menurun menjadi masalah bagi para pengerajin di Desa Bresela. Melihat perekonomian masyarakat Desa Bresela yang semakin menurun, maka salah satu pengerajin yang bernama Ngakan Made Swastawa mempunyai inisiatif dengan kreativitasnya membuat kerajinan seni baru berupa Dulang atau Wanci yang terbuat dari bahan Gypsun, namun dari segi bahan Dulang tersebut cukup berat, sehingga para konsumen mengeluh dengan Dulang yang berbahan Gypsun. Hal tersebut membuat Ngakan Made Swastawa melakukan pembaharuan dari segi bahan yang dimana saat ini beliau menggunakan bahan baku Dulang dari 7

Fiber, karena bahan Fiber lebih ringan dibandingkan dengan bahan Dulang dari Gypsun. Semenjak diproduksi Dulang Fiber yang lebih ringan dari bahan Gypsun dan merupakan terobosan baru yang memiliki tampilan desain sangat menarik dengan kualitas terbaik serta bahan baku yang digunakan mudah dicari, maka minat konsumen semakin meningkat terhadap Dulang Fiber dibandingkan Dulang Kayu. Industri kerajinan Dulang Fiber dapat dijadikan sebagai wadah untuk penyerapan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran dan dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga, serta terdapat perubahan positif pada kondisi sosial ekonomi yang mampu mensejahterakan masyarakat khususnya pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela. Berdasarkan hal tersebut, maka menarik untuk diteliti lebih dalam agar dapat mengetahui pendapatan pengerajin melalui produksi kerajinan Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar. Produksi dan pendapatan pengerajin Dulang Fiber dipengaruhi oleh faktor yang mendukung diantaranya modal, jam kerja, dan pendidikan. Menurut Danendra Putra (2015), modal merupakan kebutuhan yang kompleks karena berhubungan dengan keputusan pengeluaran dalam kegiatan usaha untuk meningkatkan pendapatan dan mencapai keuntungan yang maksimal serta menentukan produktivitas perusahaan yang nantinya akan berdampak terhadap pendapatan perusahaan. Modal merupakan salah satu faktor produksi dalam suatu kegaitan usaha, tanpa adanya modal usaha tidak akan dapat berjalan, untuk dapat memenuhi kewajiban terhadap tenaga kerja pengusaha harus memberikan upah yang diperoleh dari modal untuk membayarnya. Sumber dari 8

modal dapat bersumber dari modal sendiri atau modal dari luar, dalam hal ini modal harus dimaksimalkan dengan baik kegunaannya (Asri, 1986:35). Modal dalam penelitian ini adalah seluruh dana awal yang digunakan pengerajin Dulang Fiber dalam proses produksi. Pada industri kerajinan Dulang Fiber, modal merupakan salah satu faktor utama dalam proses produksi, dimana pada proses pembuatan Dulang Fiber diperlukan modal yang cukup besar, maka dari itu tanpa adanya modal untuk industri kerajinan tersebut tidak akan dapat berjalan lancar. Seperti halnya para pengerajin Dulang Fiber yang menggunakan modal kecil akan menghasilkan produksi lebih sedikit, dibandingkan dengan pengerajin yang menggunakan modal besar akan memperoleh hasil produksi yang lebih banyak. Sumber peminjaman modal pengerajin Dulang Fiber seperti Bank, Koperasi, dan LPD menawarkan bunga yang cukup tinggi dan banyak persyaratan yang harus dipenuhi seperti sulitnya mengurus administrasi untuk memperoleh pinjaman, sehingga para pengerajin mengalami kesulitan dalam memperoleh modal. Hal lain, dikarenakan keuntungan yang diperoleh pengerajin tidak sebanding dengan bunga yang ditawarkan oleh pihak sumber peminjaman modal. Menurut Priyandika (2015), analisis jam kerja merupakan bagian dari teori ekonomi mikro yaitu teori penawaran tenaga kerja tentang kesediaan individu untuk bekerja dengan memperoleh penghasilan atau tidak bekerja dengan konsekuensi mengorbankan penghasilan yang seharusnya diperoleh. Pengelolaan satuan jam kerja perlu diperhatikan karena pengelolaan satuan jam yang belum maksimal akan mengakibatkan pemborosan dalam bekerja. Setiap perusahaan 9

atau industri perlu mengatur waktu kerja, guna menghasilkan produksi sesuai yang diharapkan dan mampu meningkatkan pendapatan. Jam kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya waktu yang digunakan untuk menjalankan usaha kerajinan yang nantinya akan berpengaruh tehadap produksi dengan menggunakan ketentuan jam kerja adalah 1 minggu yang lalu dalam satuan satu bulan. Permasalahan jam kerja merupakan masalah klasik dalam industri kerajinan, hal ini disebabkan oleh minat konsumen dan permintaan produsen semakin meningkat, yang mengakibatkan para pengerajin kekurangan jam kerja dalam proses produksi. Menurut Mandala (2012), pendidikan memiliki peran penting dalam keberhasilan pengusaha, dimana dalam melakukan kegiatan usahanya tidak dilakukan secara amatir tetapi secara profesional, yang terkait dengan cara berfikir dan logika yang benar. Hal ini dapat disamakan dengan jenjang sekolah, apabila pengusaha atau pengerajin suatu industri memiliki pendidikan rendah maka akan mengakibatkan kendala pada teknik produksi, pengembangan produk dan proses pemasaran, yang dimana akan terjadi pula keterbelakangan teknologi yang digunakan serta akan membuat rendahnya total faktor produksi dan efisiensi dalam proses produksi. Pendidikan diyakini sangat berpengaruh terhadap tingkah laku, kecakapan, dan sikap seseorang, hal ini terkait dengan tingkat pandapatan seseorang. Secara rata-rata makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin memungkinkan orang tersebut memperoleh pendapatan yang lebih tinggi (Tarigan, 2006). 10

Tingkat pendidikan para pengerajin rata-rata berpendidikan tinggi, tetapi beberapa pengerajin memiliki wawasan yang kurang luas sehingga menjadi permasalahan dalam melakukan pemasaran produknya, karena pemasaran tersebut masih dalam ruang lingkup kecil (lokal). Namun, terdapat juga beberapa pengerajin yang telah memiliki wawasan luas dengan melakukan pemasaran pada media sosial. Hal lain dalam permasalahan pendidikan pengerajin yaitu dalam pembuatan desain baru, karena tidak semua pengerajin mampu membuat desain baru yang dimana akan menyebabkan terjadi plagiatisme (peniruan/penjiplakan). Menurut Sukirno (2005:189), teori produksi sederhana menggambarkan hubungan antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi suatu barang. Jumlah produk yang dihasilkan akan mampu meningkatkan keuntungan pada perusahaan dan berpengaruh pada peningkatan pendapatan tenaga kerja. Hal ini tentunya akan berimbas pada penghasilan yang diterima oleh pengerajin, maka pengerajin akan termotivasi untuk menambah produktivitas kerjanya baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Semakin banyak produk atau output yang dihasilkan maka akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan tenaga kerja (Arifini, 2013). Produksi dalam penelitian ini adalah suatu proses yang dihasilkan oleh pengerajin Dulang Fiber berupa suatu barang yang memiliki nilai jual dengan diawali dari input kemudian menghasilkan keluaran berbentuk output (barang) yang berguna bagi kebutuhan masyarakat. Modal yang diperlukan dalam menjalankan usaha kerajinan Dulang Fiber cukup besar untuk proses produksi, 11

apabila modal yang digunakan untuk produksi sulit didapatkan maka produksi akan terhambat, sehingga hal ini menjadi permasalahan pada produksi. Menurut Priyandika (2015), dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga merupakan salah satu konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatan. Pendapatan menunjukkan seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada kegiatan ekonomi. Pendapatan dalam penelitian ini adalah penghasilan yang diperoleh pengerajin dalam satu bulan setelah dikurangi dengan semua biaya produksi. Sesuai dengan pernyataan tersebut maka modal, jam kerja, dan pendidikan digunakan sebagai variabel bebas/independent variable. Menurut Sugiyono (2013:59), variabel bebas/independent variable adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel terikat, dan variabel terikat/dependent variable adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat variabel lain yang mengalami perubahan akibat variabel bebas. Variabel terikat/dependent variable dalam penelitian ini yaitu produksi dan pendapatan pengerajin Dulang Fiber. Penelitian ini juga menggunakan variabel intervening, menurut Tuckman dalam Sugiyono (2008:61) variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel ini juga berperan sebagai variabel independen dan variabel dependen, dalam penelitian ini produksi digunakan sebagai variabel intervening. 12

Mengingat pentingnya kedudukan modal, jam kerja, dan pendidikan dalam mempengaruhi produksi dan pendapatan pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai Pengaruh Modal, Jam Kerja, dan Pendidikan Terhadap Produksi Serta Pendapatan Pengerajin Dulang Fiber Di Desa Bresela Kabupaten Gianyar. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah pengaruh modal, jam kerja, dan pendidikan terhadap produksi pada kerajinan Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar? 2) Bagaimanakah pengaruh produksi terhadap pendapatan pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar? 3) Apakah variabel produksi sebagai variabel intervening pengaruh modal, jam kerja, dan pendidikan terhadap pendapatan pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar? 1.3 Tujuan Penelitian 1) Untuk menganalisis pengaruh modal, jam kerja, dan pendidikan terhadap produksi pada kerajinan Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar. 2) Untuk menganalisis pengaruh produksi terhadap pendapatan pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar. 13

3) Untuk menganalisis variabel produksi sebagai variabel intervening pengaruh modal, jam kerja, dan pendidikan terhadap pendapatan pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Secara teoritis penulis mengharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya, dan dapat mendukung jurnal dari penelitian sebelumnya, sehingga dapat menambah pengetahuan untuk membandingkan teoriteori dengan kenyataan di lapangan khususnya pada industri kerajinan Dulang Fiber, serta mampu memberikan sumbangan konseptual mengenai berbagai hal tentang pertimbangan industri kerajinan Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar. 2) Kegunaan Praktis Mengetahui adanya pengaruh modal, jam kerja, dan pendidikan terhadap produksi dan pendapatan pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar, diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada pemerintah daerah di Kabupaten Gianyar dalam membuat dan menentukan kebijakankebijakan yang sesuai dengan industri kerajinan, serta berguna sebagai masukan bagi para pengerajin Dulang Fiber agar lebih mengembangkan dan meningkatkan kualitas produksinya dengan desain dan tampilan baru. 14

1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada skripsi ini disusun berdasarkan beberapa urutan per sub bab secara sistematis, sehingga antara bab satu dengan bab lainnya mempunyai hubungan/keterkaitan yang erat. Adapun penyajiannya sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Pada bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah yang dirumuskan menjadi beberapa rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : Kajian Pustaka Pada bab ini menguraikan mengenai kajian pustaka yang digunakan berupa teori dan konsep yang mendukung penelitian, dalam kajian pustaka dibahas mengenai konsep industri, konsep industri kreatif, teori pendapatan, teori produksi, teori modal, teori pendidikan, dan pengaruh-pengaruh antara variabel, serta terdapat penelitian sebelumnya yang dipakai acuan atau perbandingan. BAB III : Metode Penelitian Pada bab ini menguraikan desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data. 15

BAB IV : Data dan Pembahasan Hasil Pada bab ini menguraikan gambaran umum daerah atau wilayah penelitian, karakteristik responden, dan pembahasan dari hasil penelitian. BAB V : Simpulan dan Saran Pada bab ini membahas simpulan yaitu mengenai hasil dari pembahasan dan saran-saran yang akan ditujukan sebagai masukan. 16