BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

dokumen-dokumen yang mirip
MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sementara tingginya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

BAB I 1. PENDAHULUAN

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

1 BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Sumber dari masalah yang dihadapi di dunia sekarang ini adalah mengenai

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya akan potensi sumber daya alam yang melimpah, baik matahari,

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

Disampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

Membangun Kedaulatan Energi Nasional

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. nasional relatif masih tinggi. Kontribusi energi fosil terhadap kebutuhan energi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ketahanan Energi: Konsep, Kebijakan dan Tantangan bagi Indonesia

TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan

ENERGI DAN KESEJAHTERAAN

Otonomi Energi. Tantangan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kv, yang membentang sepanjang Pulau Jawa-Bali. Sistem ini merupakan

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

Versi 27 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

SITUASI ENERGI DI INDONESIA. Presented by: HAKE

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan dalam kehidupan manusia, serta ketersediaannya memberikan

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi proses produksinya sebagai syarat untuk bisa terus bertahan di tengah

Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia

Paparan Publik PT ABM Investama Tbk

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

PELUANG PANAS BUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DALAM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA. David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kebutuhan Energi Domestik (5) Sumatera 22,6% Jawa 56,9% Kalimantan 9% Sulawesi Bali & NT.

1 BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sumber energi utama yang dikonversi menjadi energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. Energi saat ini merupakan kunci semua kegiatan dalam peradaban umat

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

DIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION. Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND COOPERATION. On OCEAN ENERGY FIELD STUDY

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 250 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49% per tahun (Melisa, 2013). Bertambahnya jumlah penduduk tersebut disebabkan masih tingginya tingkat fertilitas. Berdasarkan data proyeksi penduduk Indonesia yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), proyeksi penduduk Indonesia hingga tahun 2035 diperkirakan akan mencapai 305 juta jiwa. Tabel 1.1: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 No. Tahun Jumlah Penduduk (dalam ribuan) 1 2010 238.518,8 jiwa 2 2015 255.461,7 jiwa 3 2020 271.066,4 jiwa 4 2025 284.829,0 jiwa 5 2030 296.405,1 jiwa 6 2035 305.652,4 jiwa Sumber: Bappenas & BPS, 2013 1

Selain karena faktor bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, faktor lain yang menyebabkan bertambahnya konsumsi listrik di Indonesia adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan meningkatnya pertumbuhan industri dan perkembangan teknologi dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan manusia, seperti penggunaan gadget, komputer, pendingin ruangan, dan lainnya yang memerlukan energi listrik. Semakin meningkatnya pertumbuhan konsumsi listrik di Indonesia sebenarnya dapat menjadi suatu indikator yang menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia semakin membaik, namun pertumbuhan industri dan perkembangan teknologi yang semakin maju dan modern berdampak pada semakin tingginya ketergantungan pada listrik yang berdampak pada meningkatnya konsumsi listrik di Indonesia. PT PLN (Persero) mengatakan bahwa pertumbuhan konsumsi listrik selama Januari hingga Februari 2014 rata-rata sebesar 9%. Bahkan di Indonesia bagian timur dalam dua bulan pertama pada tahun 2013, konsumsi listrik telah tumbuh sebesar 14%. Sementara di Jawa-Bali konsumsi listrik tumbuh sebesar 8,2%, dan di Sumatera tumbuh sebesar 9,6% (Telaumbanua, 2014). Pada tahun 2010 hingga tahun 2019, kebutuhan listrik di Indonesia diperkirakan akan mencapai hingga 55.000 Megawatt (MW), sehingga penyediaan listrik nasional perlu untuk lebih ditingkatkan lagi (Adhi, 2011). Hingga saat ini, sumber utama pembangkit listrik di Indonesia masih mengutamakan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM). BBM merupakan sumber energi yang berasal dari olahan minyak bumi, yaitu berasal dari sumber energi fosil. Bersama dengan batu bara dan gas alam, minyak bumi merupakan 2

bahan dasar energi yang tidak terbarukan, yaitu bahan dasar energi yang diperoleh dari sumber daya alam yang waktu pembentukannya membutuhkan waktu hingga jutaan tahun lamanya. Selain waktu pembentukannya yang sangat lama, cara terbentuknya lingkungan tempat terkumpulnya bahan dasar energi ini tergantung dari proses dan keadaan geologi saat itu. Dengan laju produksinya seperti saat ini serta diasumsikan tidak ada penemuan ladang minyak bumi baru, maka cadangan minyak bumi diperkirakan akan habis dalam 12 tahun ke depan (FKDPM, 2013). Penggunaan yang amat besar pada energi fosil ini juga mengancam kesehatan keuangan negara. Hal ini dapat dilihat dari besarnya subsidi listrik dalam APBN yang begitu besar, di mana ini dapat mengorbankan programprogram pembangunan yang semestinya menjadi prioritas, seperti pembangunan infrastruktur dan subsidi di bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia. Dalam APBN-P 2014, besarannya anggaran subsidi listrik yaitu sebesar Rp 103,81 triliun. Sebaliknya, anggaran belanja modal untuk pembangunan infrastruktur yang sangat dibutuhkan negara Indonesia hanya sebesar 8,2% dari total belanja negara tersebut (Saputro, 2014). Atas dasar dari beberapa alasan tersebut, maka pemerintah Indonesia perlu untuk memanfaatkan potensi sumber daya energi alternatif yang terbarukan yang tersimpan sangat banyak di alam Indonesia. Salah satu sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Indonesia adalah panas bumi. Panas bumi di Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sumber energi, khususnya untuk pembangkit listrik. Menurut Badan Geologi Indonesia, potensi sumber panas bumi di Indonesia tersebar di 276 titik dengan total potensi sebesar 3

29.038 MW atau 40% dari potensi panas bumi di dunia. Namun baru sebagian kecil saja dari total potensi tersebut yang sudah dimanfaatkan dengan baik, yaitu sebesar 1.341 MW atau sekitar 4% dari total potensi tersebut (ESDM, 2011). Tabel 1.2: Potensi Sumber Daya Energi di Indonesia No. Jenis Energi Sumber Produksi 1 Geothermal 29.164 MW 1.341 MW 2 Hydro 75.000 MW 6.848 MW 3 Biomass 49.810 MW 1.644 MW 4 Solar 4,8 kwh/m2/hari 22,45 MW 5 Wind 3-6 m/s 1.87 MW 6 Ocean 49 GW 0,01 MW 7 Oil 7.408 miliar barel 0,314 miliar barel 8 Natural Gas 150 TCF 2,98 TCF 9 Coal 161 miliar ton 0,317 miliar ton Sumber: ESDM, 2013 Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merilis dokumen Indonesia Energy Outlook 2013 yang di dalamnya menguatkan fakta mengenai potensi tersebut, bahwa panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang paling besar, yaitu sebesar 29.164 MW atau 49% dari total sumber daya energi terbarukan di Indonesia pada tahun 2012, dan berpotensi untuk dapat mengurangi penggunaan energi fosil di dalam bauran energi pembangkit listrik di masa depan. Perusahaan XYZ merupakan salah satu perusahaan dari beberapa perusahaan di Indonesia yang bergerak dalam bidang pengelolaan panas bumi di Indonesia. Perusahaan XYZ mempersiapkan Proyek ABC, sebagai salah satu proyek pembangunan pembangkit listrik dengan memanfaatkan potensi panas bumi. Proyek ini memiliki tujuan utama, yaitu dapat menyediakan energi 4

alternatif untuk memenuhi kebutuhan listrik yang belum dapat dipenuhi oleh PLN dikarenakan kurangnya persediaan listrik di wilayah Indonesia, serta meningkatnya kebutuhan listrik dari tahun ke tahun di daerah sekitar proyek tersebut diadakan. Perusahaan XYZ akan memenuhi pasokan listrik PLN yang selama ini dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan energi panas bumi, sehingga usaha tersebut akan menjadi suatu hal yang sangat membantu pemerintah Indonesia dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional, dan penggunaan energi panas bumi sebagai pembangkit listrik akan berdampak sangat baik untuk lingkungan alam karena panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang terkandung di dalam bumi yang memiliki emisi karbon serta limbah yang sangat rendah jika dibandingkan dengan sumber energi dari bahan bakar fosil. 1.2. Rumusan Masalah Melihat kondisi yang dihadapi pada besarnya konsumsi listrik di Indonesia yang semakin lama semakin meningkat, pemerintah Indonesia sebagai regulator perlu untuk meningkatkan persediaan listrik nasional, salah satunya dengan memanfaatkan potensi panas bumi yang sangat banyak di Indonesia untuk dijadikan sumber energi. Kenyataannya, baru sebagian kecil saja dari potensi tersebut yang sudah dimanfaatkan dengan baik. 5

Beberapa proyek perlu diadakan untuk memanfaatkan potensi panas bumi sebagai sumber energi baru, khususnya sebagai pembangkit listrik alternatif. Namun demikian, pengadaan proyek pembangunan pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi panas bumi tidaklah akan berjalan dengan mudah. Terdapat beberapa permasalahan dalam memanfaatkan panas bumi tersebut, seperti besarnya nilai investasi yang harus dikeluarkan, dan potensi risiko kerugian yang cukup besar. Hal ini menjadi suatu tantangan bagi perusahaan-perusahaan yang diamanatkan untuk mengelola serta mengembangkan energi panas bumi untuk menghasilkan energi listrik di Indonesia, khususnya bagi Perusahaan XYZ sebagai salah satu pengelola pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia. Menurut perhitungan yang dilakukan Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), setidaknya dibutuhkan biaya hingga sebesar US$ 14 miliar untuk dapat membangkitkan tenaga listrik sebesar 10.000 MW. Salah satu solusi dari tantangan yang dihadapi tersebut tentunya dapat melakukan kerja sama dengan sejumlah lembaga pendanaan atau mengandalkan kepemilikan asing dalam pengelolaan panas bumi (Wahyudi, 2013). Pengelolaan panas bumi yang memerlukan biaya sangat besar dan juga memiliki risiko yang cukup tinggi tersebut perlu untuk dianalisis dari sisi manajemen keuangan, agar menjadi suatu dasar pertimbangan dalam menentukan strategi dan langkah-langkah alternatif untuk menghadapi kondisi-kondisi yang mungkin terjadi. Atas dasar dari permasalahan tersebut, perlu dilakukan analisis sensitivitas perubahan suatu variabel, dan skenario kondisi yang mungkin terjadi dari perubahan beberapa variabel terhadap nilai keekonomian proyek dalam 6

memperhitungkan perkiraan kondisi yang digunakan proyek dalam pengelolaan panas bumi di Indonesia yang dipandang dari sisi manajemen keuangan. Salah satu proyek pembangunan pembangkit listrik yang perlu untuk dianalisis yaitu Proyek ABC yang dipersiapkan oleh Perusahaan XYZ, sebagai salah satu proyek pembangunan pembangkit listrik dari energi panas bumi di Indonesia yang diadakan dengan tujuan untuk menyediakan energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan listrik yang belum dapat dipenuhi oleh PLN karena kurangnya persediaan listrik di wilayah Indonesia, serta meningkatnya kebutuhan listrik dari tahun ke tahun di daerah sekitar proyek tersebut diadakan. 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka pertanyaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana sensitivitas perubahan suatu variabel pada Proyek ABC di Perusahaan XYZ terhadap nilai keekonomian proyek? 2. Bagaimana skenario dalam memperhitungkan perkiraan kondisi yang mungkin terjadi dari perubahan beberapa variabel pada Proyek ABC di Perusahaan XYZ terhadap nilai keekonomian proyek? 3. Bagaimana distribusi probabilitas nilai keekonomian pada Proyek ABC di Perusahaan XYZ dengan menggunakan metode simulasi Monte Carlo? 7

1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Melakukan analisis sensitivitas perubahan suatu variabel pada Proyek ABC di Perusahaan XYZ terhadap nilai keekonomian proyek. 2. Melakukan analisis skenario dalam memperhitungkan perkiraan kondisi yang mungkin terjadi dari perubahan beberapa variabel pada Proyek ABC di Perusahaan XYZ terhadap nilai keekonomian proyek. 3. Melakukan analisis distribusi probabilitas nilai keekonomian pada Proyek ABC di Perusahaan XYZ dengan menggunakan metode simulasi Monte Carlo. 1.5. Batasan Penelitian Penelitian ini memiliki batasan yang ditetapkan sebagai panduan agar masalah serta pembahasan tetap fokus pada permasalahan yang diangkat menjadi topik dalam penelitian ini. Batasan dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini merupakan studi kasus yang hanya melakukan perhitungan dan pembahasan mengenai analisis sensitivitas dan analisis skenario, serta analisis distribusi probabilitas pada Proyek ABC sebagai salah satu proyek pembangunan pembangkit listrik yang berasal dari energi panas bumi oleh Perusahaan XYZ. 8

2. Penelitian ini menggunakan metode analisis sensitivitas untuk menganalisis perubahan suatu variabel dan analisis skenario dalam memperhitungkan perkiraan kondisi yang mungkin terjadi dari perubahan beberapa variabel pada proyek terhadap nilai keekonomian proyek, serta menggunakan metode simulasi Monte Carlo untuk menganalisis distribusi probabilitas nilai keekonomian Proyek ABC di Perusahaan XYZ. 1.6. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan beberapa manfaat kepada beberapa pihak. Beberapa manfaat tersebut adalah: 1. Penelitian ini memberikan informasi mengenai energi panas bumi, seperti pengertiannya secara terperinci, sistem terbentuknya, pemanfaatannya, kegiatan operasional dan pembiayaan dalam pengelolaannya, serta kelebihannya dibandingkan jenis energi lain. 2. Penelitian ini memberikan informasi mengenai penerapan beberapa metode analisis dalam manajemen keuangan, seperti penggunaan analisis penganggaran modal, analisis sensitivitas, analisis skenario, dan simulasi Monte Carlo pada suatu proyek pembangunan pembangkit listrik energi panas bumi. 3. Penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran bagi dunia akademis, serta menjadi inspirasi bagi penelitian selanjutnya untuk membahas 9

lebih dalam mengenai proyek pembangunan pembangkit listrik energi panas bumi. 1.7. Sistematika Penulisan Penulisan dalam penelitian ini ditulis dengan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu: 1. Bab 1 Pendahuluan: Pada bab ini dijelaskan mengenai konsep dasar dari penulisan ini yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab 2 Landasan Teori: Pada bab ini dijabarkan teori-teori dasar yang digunakan yang terkait dengan penelitian ini, dan metodemetode yang digunakan untuk melakukan analisis pada bab 4. 3. Bab 3 Metode Penelitian: Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, seperti jenis penelitian, jenis dan sumber data, variabel dan definisi operasional, metode analisis data, dan langkah-langkah penelitian. 4. Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan: Pada bab ini dijelaskan mengenai ruang lingkup, serta menjelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan dari analisis yang telah dilakukan terhadap permasalahan yang dikaitkan dengan dasar-dasar teori dan menggunakan metode-metode analisis pada bab 2. 10

5. Bab 5 Kesimpulan dan Saran: Pada bab ini disimpulkan hasil akhir dari analisis yang telah dilakukan. Selain itu, pada bab ini juga dijelaskan mengenai keterbatasan dari penulis dalam melaksanakan penelitian, dan saran-saran sebagai masukan kepada pihak-pihak yang terkait pada permasalahan dalam penelitian ini. 11