PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang cukup banyak mempengaruhi angka kesakitan dan angka. kematian yang terjadi di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukannya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB 1 PENDAHULUAN. hendak menjalani tindakan operasi, pasien dengan kelainan darah bawaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara-negara di dunia sebagai pengganti pembangunan global Millenium

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Lampung jiwa (Sumber Pusat Statistik Proyeksi Pendidikan Indonesia per

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset. akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan selama periode masa nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian ibu di dunia pada tahun 2000 disebabkan kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. yang besar dan persebaran penduduk yang belum merata. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang dari 70/ kelahiran hidup. 1. Secara global, Maternal mortality Ratio (MMR) selama 25 tahun terakhir terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. 1. perkembangan, dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama mortalitas (Saefudin, 2002). AKI ini menggambarkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) terendah pada tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar

Katalog BPS: KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM PEMBANGUNAN: Yang Harus Diperbuat oleh Wakil Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

Transkripsi:

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pasangan pasti ingin merencanakan sebuah keluarga yang bahagia dengan menikah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menikah adalah ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama (KBBI, 2008). Di Amerika Serikat, menurut National Vital Statistics Reports (2009) jumlah penduduk pada tahun 2008 adalah sekitar 305,8 milyar dengan jumlah pernikahan yang tercatat adalah 2,162,000 orang yaitu 7,1/1000 populasi total. Terdapat penelitian menyatakan bahwa usia rata-rata pernikahan pertama perempuan adalah 25 tahun manakala lelaki 27 tahun (Goodwin, Mc Gill, & Chandra, 2002). Sementara itu, menurut United Nations Statistics Division (2009), jumlah penduduk di negara-negara Asia Tenggara yaitu Brunei adalah sebanyak 3,397,000 orang, Kemboja 148,054,000 orang, Malaysia 274,678,000 orang, Filipina 919,831,000 orang, Singapura 47,369,000 orang, Thailand 6,776,4000 orang dan Vietnam 880,689,000 orang. Menurut Demographic Yearbook (2007), jumlah pernikahan di Brunei sebanyak 2,176; Filipina 518,595; Singapore 23,960 dan Vietnam 480,064. Usia rata-rata pernikahan pertama di Brunei bagi perempuan adalah 25,1 tahun manakala lelaki 27,3 tahun; di Kemboja, perempuan 22,5 tahun manakala lelaki 24,2 tahun; di Malaysia, perempuan 22,5 tahun manakala lelaki 25,9 tahun; di Filipina, perempuan 24,1 tahun manakala lelaki 26,6 tahun; di Singapura, perempuan 26,5 tahun manakala lelaki 30,0 tahun; di Thailand, perempuan 23,5 tahun manakala lelaki 26,0 tahun (United Nations Statistics Division, 2008). Di Indonesia, menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia adalah sebanyak 213,375,287 orang dengan jumlah pernikahannya adalah sebanyak 47,156,902. Hasil data dari Federasi Kependudukan Internasional (IPPF) menyatakan bahwa usia rata-rata perkawinan

pertama pada perempuan (usia 20-49) adalah 19,5 tahun manakala untuk laki-laki (usia 15-49) adalah 25,2 tahun (IPPF, 2006). Dalam Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 remaja berpendapat usia ideal menikah bagi perempuan adalah 23,1 tahun. Sedangkan usia ideal menikah bagi laki-laki 25,6 tahun yaitu terdapat kenaikan jika dibandingkan dengan hasil SKRRI 2002-2003 yaitu remaja berpendapat usia ideal menikah bagi perempuan 20,9 tahun. Sedangkan usia ideal menikah bagi pria 22,8 tahun. Menurut data yang telah diambil, peningkatan jumlah penduduk signifikan dengan peningkatan jumlah pernikahan sehingga meningkatkan lagi jumlah kelahiran bayi. Secara global, sekurang-kurangnya 7,6 juta bayi lahir setiap tahun dengan penyakit genetik. 90% daripadanya lahir pada negara pertengahan dan berpenghasilan rendah. Data prevalensi yang akurat sulit untuk dikumpul terutama di negara-negara berkembang karena masih terdapat banyak kasus yang tidak terdiagnosa. Di negara maju, penyakit genetik dan kelainan bawaan adalah penyebab kematian kedua yang paling umum pada bayi dan anak-anak dengan prevalensinya adalah 25-60 per 1000 (WHO, 2005). Kebanyakan kasus-kasus kelainan genetik yang dirawat di departemen anak di Seattle, Amerika Serikat adalah kecacatan kromosom (0.6%), gen tunggal (3.9%) dan poliogenik (48.9%); sementara di Montreal, Kanada masing-masing kasus adalah sebanyak 0.4%, 6.9% dan 29%. Sementara itu, terdapat penelitian yang menyatakan bahwa secara keseluruhan kasus kelainan genetik yang dirawat di rumah sakit adalah sebanyak 50%. 10% daripadanya meninggal saat perinatal manakala 40% meninggal pada tahun pertama (WHO, 2005). Di Indonesia, data-data seperti ini sulit untuk ditemukan. Laporan kasus penyakit genetik yang dirawat di RS. Ibu dan Anak Harapan Kita Jakarta (1990-1994) adalah seperti berikut; kecacatan kromosom (5.21%), gen tunggal (6.46%), poliogenik (8.84%) dan kasus secara keseluruhan adalah sebanyak 3.16%. Meskipun persentasi kasus di Indonesia lebih rendah berbanding di Amerika Serikat, namun sebenarnya banyak lagi kasus yang tidak terdiagnosa (Romi, 2007).

Saat ini Talasemia merupakan penyakit keturunan yang paling banyak di dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, diperkirakan jumlah pembawa sifat Talasemia sekitar 5-6 persen dari jumlah populasi. Jumlah pembawa sifat ini berbeda-beda dari satu propinsi ke propinsi lain. Yang tertinggi, Palembang; 10 persen. Menyusul kemudian, Ujung Pandang; 7,8 persen, Ambon; 5,8 persen, Jawa; 3-4 persen, Sumatera Utara; 1-1,5 persen. Bagi sebagian besar orang tua, mempunyai anak yang menderita talasemia merupakan beban yang sangat berat, baik moral maupun material. Pasalnya, selain harus terus memonitor tumbuh kembang si anak, biaya yang dibutuhkan untuk transfusi darah juga tergolong mahal, bisa menghabiskan jutaan rupiah tiap bulannya. (Tamam, 2009). Penyakit genetik sudah sering terjadi di dunia ini, banyak manusia yang telah menjadi penderita penyakit keturunan. Seringkali hal ini terjadi tanpa pencegahan ataupun penanganan dengan ilmu yang benar, terutama pada masyarakat kelas menengah ke bawah. Beberapa penyakit genetik yang paling umum (Talasemia, Cystic Fibrosis, penyakit darah dan Phenylketonuria) dapat dikelola dengan cukup sukses. Pendekatan pencegahan yang efektif untuk penyakit genetik telah dibuktikan di negara-negara di mana gen abnormal yang diwarisi dapat diidentifikasi. Misalnya di Siprus, Yunani dan Italia, penapisan (screening) untuk Talasemia merupakan praktek nasional yang standar. Pada pasangan yang berisiko ditawarkan diagnosis dini pada kehamilan pertama, sebagian besar di antaranya yang menggunakan layanan ini akan menghasilkan keturunan yang sehat (WHO, 2005). Program penapisan perlu didukung dengan edukasi kepada masyarakat dan undang-undang tertentu untuk memberdayakan masyarakat dengan membuat keputusan bijak diatas hasil tes agar dapat melindungi dirinya dari didiskriminasikan oleh pihak-pihak tertentu (WHO, 2005). Dari semua penelitian yang telah ada belum dijumpai penelitian yang membahas masalah upaya penapisan Talasemia untuk pasangan usia subur sebelum menikah.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirasakan perlu untuk dilakukan penelitian yang membahas Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK USU) angkatan 2005 dan 2006 tentang penapisan (screening) penyakit Talasemia sebagai persiapan pranikah?. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2005 dan 2006 tahun 2010 terhadap penapisan penyakit Talasemia sebagai persiapan pranikah. 1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan sumber informasi mahasiswa FK USU angkatan 2005 dan 2006 tahun 2010 tentang penapisan Talasemia. 2. Mendapatkan tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2005 dan 2006 tahun 2010 terhadap penapisan Talasemia 3. Mendapatkan tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2005 dan 2006 tahun 2010 mengenai penyakit Talasemia 4. Mendapatkan sikap mahasiswa FK USU angkatan 2005 dan 2006 tahun 2010 mengenai penapisan Talasemia. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk 1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2005 dan 2006 tahun 2010 supaya melakukan penapisan Talasemia sebagai persiapan awal pernikahan.

2. Suatu masukan terutama masyarakat dan lembaga terkait kepada pasangan usia subur mengenai pentingnya untuk melakukan penapisan Talasemia sebagai pencegahan terhadap penyakit Talasemia. 3. Dinas terkait sebagai masukan untuk dasar memberikan edukasi kepada pasangan usia subur untuk melakukan penapisan Talasemia sebagai persiapan awal pranikah untuk mencegah dari terjadinya pelbagai komplikasi selanjutnya. 4. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.