Jurnal Geografi. Media Informasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Pola Angin Permukaan di Bandar Udara Depati Amir Pangkalpinang Periode Januari 2000 Desember 2011

KEJADIAN CROSSWIND DI LANDASAN PACU BANDARA SUPADIO PONTIANAK TAHUN 2016

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara terhadap Daya Angkat Pesawat di Bandara Tanjungpandan Belitung ( )

STUDY PENGARUH SUHU DAN TEKANAN UDARA TERHADAP OPERASI PENERBANGAN DI BANDARA H.A.S. HANANJOEDDIN BULUH TUMBANG BELITUNG PERIODE

Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara terhadap Operasi Penerbangan di Bandara H.A.S. Hananjoeddin Belitung Periode

STUDI PENGARUH SUHU DAN TEKANAN UDARA TERHADAP DAYA ANGKAT PESAWAT DI BANDARA SULTAN BABULLAH TERNATE ( )

POKOK BAHASAN : ANGIN

Analisis Komponen Angin Landas Pacu (Runway) Bandara Depati Amir Pangkalpinang

POLA ANGIN DARAT DAN ANGIN LAUT DI TELUK BAYUR. Yosyea Oktaviandra 1*, Suratno 2

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

ANALISIS DATA ARAH DAN KECEPATAN ANGIN LANDAS PACU (RUNWAY) MENGGUNAKAN APLIKASI WINDROSE PLOT (WRPLOT)

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

Studi Pengaruh Suhu Dan Tekanan Udara Terhadap Daya Angkat Pesawat Di Bandara S. Babullah Ternate

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

PENGARUH SEBARAN SUHU UDARA DARI AUSTRALIA TERHADAP SUHU UDARA DI BALI. Oleh, Erasmus Kayadu

METEOROLOGI LAUT. Sirkulasi Umum Atmosfer dan Angin. M. Arif Zainul Fuad

MODEL PREDIKSI GELOMBANG TERBANGKIT ANGIN DI PERAIRAN SEBELAH BARAT KOTA TARAKAN BERDASARKAN DATA VEKTOR ANGIN. Muhamad Roem, Ibrahim, Nur Alamsyah

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

Pengaruh Angin Dan Kelembapan Atmosfer Lapisan Atas Terhadap Lapisan Permukaan Di Manado

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan transportasi udara adalah tersedianya Bandar Udara (Airport)

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISA ANGIN ZONAL DALAM MENENTUKAN AWAL MUSIM HUJAN DI BALI BAGIAN SELATAN

I. INFORMASI METEOROLOGI

Pola Angin Musiman di Perairan Malang Selatan, Jawa Timur

I. INFORMASI METEOROLOGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tah

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Geografi

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan

Analisis Pola Distribusi Unsur-Unsur Cuaca di Lapisan Atas Atmosfer pada Bulan Januari dan Agustus di Manado

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA Take Off Distance

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

BAB I PENDAHULUAN. strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

Studi Variabilitas Tinggi dan Periode Gelombang Laut Signifikan di Selat Karimata Mulyadi 1), Muh. Ishak Jumarang 1)*, Apriansyah 2)

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II)

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka

Bulan Januari-Februari yang mencapai 80 persen. Tekanan udara rata-rata di kisaran angka 1010,0 Mbs hingga 1013,5 Mbs. Temperatur udara dari pantauan

(Kurnia Anzhar dan Yarianto SBS)'

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Suhu Muka Laut Perairan Sebelah Barat Sumatera Terhadap Variabilitas Musim Di Wilayah Zona Musim Sumatera Barat

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MARITIM TANJUNG PRIOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

Analisa Kecepatan Angin Menggunakan Distribusi Weibull di Kawasan Blang Bintang Aceh Besar

SMP kelas 9 - GEOGRAFI BAB 1. Lokasi Strategis Indonesia Berkait Dengan Kegiatan PendudukLATIHAN SOAL

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

STUDI TENTANG KOMPARASI DATA TEKANAN UDARA PADA BAROMETER DIGITAL DAN AUTOMATIC WEATHER SISTEM (AWOS) DI STASIUN METEOROLOGI HASANUDDIN MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI ON TIME PERFORMANCE PESAWAT UDARA DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA MENGGUNAKAN APLIKASI FLIGHTRADAR24

PA U PESAW PESA AT A T TER

Geografi. Kelas X ATMOSFER III KTSP & K-13. G. Kelembapan Udara. 1. Asal Uap Air. 2. Macam-Macam Kelembapan Udara

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MARITIM TANJUNG PRIOK

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

ANALISIS ANGIN DANAU DI DAS LARONA, SULAWESI SELATAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. LU dan antara 133,5-133,5 BT dengan luas wilayah 6,269 km 2 yang terbagi. dalam dua kelurahan 117 Desa dan 7 Kecamatan.

MANAJEMEN KAPASITAS RUNWAY

Transkripsi:

Jurnal Geografi Media Informasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian ANALISIS DATA ANGIN PERMUKAAN DI BANDARA PANGKALPINANG MENGGUNAKAN METODE WINDROSE Akhmad Fadholi¹ ¹Staf di Stasiun Meteorologi Depati Amir, Pangkalpinang Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Mei 2013 Disetujui Juni 2013 Dipublikasikan Juli 2013 Keywords: Flight, surface wind, wind rose method Abstract In flight operation, there are three popular term which are take off, cruising and landing. Within flight safety, landing is the most crusial phase, one of meteorology factor which has intensive effect is runway surface wind. A research about wind data analysis is used for determining existence pattern. In Depati Amir Airport, Pangkalpinang conducted a research of wind data analysis to show runway surface wind pattern in order to reduce flight accident potential. The research s result which analyzed used wind rose method and data range between 2000 to 2012, showed that the dominant surface wind of Depati Amir Airport almost during a year flew from 135 to 165 0 (South-East) with 1-4 knot acceleration. Although, in November until April various wind is high. Beside that, from the morning to afternoon, the dominant surface wind flew from East and from afternoon to night the surface wind flew from South-East. Abstrak Dalam operasi penerbangan dikenal tiga istilah penting yang meliputi lepas landas (take off), jelajah (cruising), dan mendarat (landing). Dalam hal keselamatan penerbangan, tahap mendarat (landing) merupakan tahapan yang paling krusial, salah satu faktor meteorologi yang sangat terkait adalah keadaan angin permukaan landasan. Penelitian tentang analisis data angin permukaan berguna untuk mengetahui pola yang ada. Di Bandara Depati Amir Pangkalpinang dilakukan penelitian tentang analisis data angin permukaan untuk mengetahui pola angin permukaan di landasan dalam mengurangi potensi kecelakaan pesawat. Hasil penelitiaan yang dilakukan dengan menggunakan metode wind rose dan data mulai tahun 2000 sampai 2012 menunjukkan bahwa dominan angin permukaan Bandara Depati Amir hampir sepanjang tahun bertiup dari arah 135-165 o (Selatan Selatan Timur / Tenggara) dengan kecepatan 1 sampai 4 knot. Namun pada bulan November, Desember, Januari, Februari, Maret, dan April variasi angin cukup tinggi. Selain itu, pada pagi sampai sore hari dominan angin permukaan bertiup dari timur dan sore menjelang malam sampai pagi hari keadaan dominan angin bertiup dari Tenggara. Alamat korespondensi: Gedung C1 Lantai 1 FIS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: geografiunnes@gmail.com 2013 Universitas Negeri Semarang 112

PENDAHULUAN Wilayah Indonesia yang terbentang dari lintang geografis 07 o 20 LU sampai 14 o LS dan 92 o BT sampai 141 o BT merupakan negara kepulauan dimana perairannya lebih luas daripada daratannya. Untuk menghubungkan pulau-pulau di Indonesia dibutuhkan segala bentuk transportasi baik udara, darat, maupun laut. Dengan tingkat mobilitas penduduk yang tinggi, diperlukan sarana transportasi yang dapat menghubungkan pulau-pulau tersebut dalam waktu yang singkat. Jadi, jalur udara dipilih untuk memenuhi tujuan tersebut. Transportasi penerbangan mempunyai standar keselamatan yang sangat tinggi, jika terdapat kesalahan kecil maka akan berakibat buruk bagi kesalamatan kru pesawat maupun penumpangnya. Sehingga standar keselamatan pada penerbangan diatur secara internasional, dalam hal ini adalah International Civil Aviation Organization (ICAO) yang menentukan standar keselamatan tersebut. Standar keselamatan ini dilihat dari berbagai aspek dalam penerbangan, baik faktor pesawat itu maupun faktor yang terkait seperti dari faktor individu petugas ground control dan air control, maupun dari faktor cuaca. Dalam penerbangan dikenal tiga tahapan yaitu take off (lepas landas), cruising (menjelajah), dan landing (mendarat). Ketiga tahapan tersebut berhubungan langsung dengan faktor meteorologi. Tahapan yang rawan kecelakaan selama ini adalah saat mendarat (landing) (Fadholi, 2012). Salah satu faktor penting dari unsur meteorologi tersebut adalah angin, baik dari segi arah maupun kecepatannya. Angin akan mempengaruhi pesawat dalam segi kestabilannya. Karena itu diperlukan kestabilan yang sempurna dalam mengendalikan pesawat. Sehingga informasi tentang angin diperlukan oleh pilot (Soejitno dan Soeharsono, 1981). Angin permukaan merupakan unsur meteorologi yang keadaannya baik arah maupun kecepatannya mudah sekali berubah. Disamping itu, angin sangat berpengaruh terhadap operasi penerbangan. Kestabilan pesawat saat lepas landas dan mendarat dipengaruhi oleh angin dekat permukaan. Analisis variasi angin dilakukan dengan metode wind rose. Bandara Depati Amir adalah bandar udara yang terletak di Kota Pangkalpinang Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bandara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II sejak bulan Januari 2007 ini mempunyai koordinat 2 9 43,92 LS dan 106 8 20,63 BT serta elevasi 33 m (109 113

f). Bandara Depati Amir mempunyai kode WIPK dari ICAO dan kode PGK dari IATA dengan satu landasan yaitu runway 16-34 yang dilengkapi dengan ILS (instrument of landing system). Hingga saat ini runway bandara ini telah mampu didarati pesawat tipe Boeing 737-800/900 dan Airbus A320, walaupun dalam kapasitas yang terbatas (http://id.wikipedia.org/wiki/bandara_depat i Amir). Bandara Depati Amir yang terletak di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung berada di pesisisr timur Pulau Bangka yang sangat dekat dengan laut. Hal tersebut menandakan bahwa kondisi meteorologi bandara ini dipengaruhi oleh angin darat dan laut. Menganalisis variasi arah dan kecepatan angin dekat permukaan agar dapat diketahui seberapa besar tingkat keseringan arah dan kecepatan angin permukaan di Bandara Depati Amir pada tahun 2000-2012, sehingga dapat menambah pengetahuan pengamat cuaca di lapangan khususnya di bandara mengenai variasi angin bandara Depati Amir Pangkalpinang pada periode Januari 2000 sampai Desember 2012. Serta mengurangi kemungkinan kecelakaan pesawat akibat angin dalam operasi penerbangan. Angin dapat terjadi jika pada suatu saat terjadi perbedaan tekanan udara pada arah mendatar, maka akan terjadi gerakan perpindahan masa udara dari tempat dengan tekanan udara yang tinggi ke tempat dengan tekanan udara yang rendah (Panofsky, A., dkk, 1984). Gerakan arus angin jarang sekali dapat berlangsung dalam keadaan rata atau halus, tetapi umumnya terganggu oleh adanya turbulensi dalam berbagai bentuk dan ukuran yang berkembang dan saling mengganggu dengan arah dan gerakannya. Dekat pada permukaan bumi, turbulensi ini terutama sebagai akibat gesekan antara udara yang bergerak dengan permukaan bumi yang umumnya tidak rata yang di dalam udara dapat menimbulkan terjadinya peristiwa eddy dan dibarengi ketenangan dan hembusan yang keras (Soepangkat, 1994). Arah angin adalah arah darimana angin berhembus atau darimana arus angin datang dan dinyatakan dalam derajat yang ditentukan dengan arah perputaran jarum jam dan dimulai dari titik utara bumi dengan kata lain sesuai dengan titik kompas. Umumnya arus angin diberi nama dengan arah darimana angin tersebut bertiup, misalnya angin yang berhembus dari utara maka angin utara. Kecepatan angin adalah kecepatan dari menjalarnya arus angin dan dinyatakan dalam knots atau kilometer per jam maupun dalam meter per 114

detik (Soepangkat, 1994). Karena kecepatan angin umumnya berubah-ubah, maka dalam menentukan kecepatan angin diambil kecepatan rata-ratanya dalam periode waktu selama sepuluh menit dengan dibulatkan dalam harga satuan knots yang terdekat. Keadaan ditentukan sebagai angin teduh (calm) jika kecepatan kurang dari satu knots. Sirkulasi angin yang paling berpengaruh di wilayah Indonesia antara lain angin periodik. Angin periodik adalah angin yang bertiup di atas permukaan bumi dimana pada waktu-waktu terentu berbalik arah. Kita mengenal ada beberapa angin periodik (Hernowo, B. dan Suwignyo, 2000), yang diantaranya adalah angin darat dan angin laut, dengan periodik waktu perbalikan arah setengah hari (siang dan malam). Kemudian angin muson atau angin musim, dengan periode waktu berbalik arah setengah tahun atau enam bulan, dimana pada waktu musim panas mengalir masuk ke dalam benua dan pada waktu musim dingin mengalir keluar dari benua menuju samudera. Ini karena adanya pergerakan semu matahari secara membujur di wilayah tropis, menyebabkan adanya perbedaan tekanan antara benua dengan samudera. Untuk mengukur kecepatan angin dipergunakan alat yang disebut sebagai anemometer. Dikenal ada dua, yaitu anemometer putar dan tekan. Sebagian besar pengukur kecepatan angin tipe putar adalah anemometer mangkok. Alat ini terdiri dari tiga atau lebih buah mangkok yang dipasang simetris dan dipancangkan tegak lurus pada sumbu yang vertikal. Kecepatan putaran mangkoknya tergantung dari kecepatan angin tanpa mengingat arah datangnya (Widiatmoko, H., dkk, 2005). Metode wind rose adalah suatu metode untuk menganalisis arah dan kecepatan angin suatu tempat tertentu dan biasanya perbandingan dari pada anginangin yang berhembus dari tiap-tiap arah angin. Manfaat menganalisis keadaan angin dengan wind rose ialah hasilnya mudah dibaca karena penyajiaannya dalam bentuk diagram, sehingga orang awam pun mudah membacanya. Ada dua langkah menyusun wind rose. Pertama, membuat tabel distributif relatif arah dan kecepatan angin. Dalam membuat tabel ini hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari banyaknya angin yang berhembus dari tiap-tiap arah angin sesuai kelas interval yang telah ditentukan. Untuk menentukan kelas interval angin harus disesuaikan dengan data kecepatan angin (Hernowo, B., 1999). Rumus yang digunakan adalah: 115

F dd n 100% F : distributif relatif dd : banyaknya arah angin tiap-tiap kelas interval n : jumlah data masing-masing arah angin Kedua, membuat diagram lingkaran. Gambar diagram untuk menunjukkan arah dan beda besarnya kecepatan angin antara satu kelas dengan kelas lainnya. Dan untuk angin calm ditunjukkan dalam persen pada bagian indeks diagram. METODOLOGI PENELITIAN Data keadaan angin yang dipakai dalam penelitian ini adalah data arah dan kecepatan angin permukaan harian pada pengamatan sinoptik/permukaan Stasiun Meteorologi Pangkalpinang periode Januari 2000 sampai dengan Desember 211 dengan rapat data yaitu data sinoptik tiap jam. Data yang diperoleh kemudian dilakukan pengolahan. Data arah dan kecepatan angin diolah dengan cara mengklasifikasikan arah menjadi 12 arah mata angin yaitu 345-015 o, 015-045 o, 045-075 o, 075-105 o, 105-135 o, 135-165 o, 165-195 o, 195-225 o, 225-255 o, 255-285 o, 285-315 o, 315-345 o. Sedangkan kecepatan arah anginnya diklasifikasikan ke dalam 7 kelas yaitu 1-4 knot, 4-7 knot, 7-11 knot, 11-14 knot, 14-17 knot, 17-21 knot, dan lebih dari atau sama dengan 22 knot. Untuk mempermudah, dibuatkan tabel distributif arah dan kecepatan angin. Setelah itu dibuat diagram wind rose, sebagai penunjang analisis disertakan grafik wind rose kecepatan angin yang terjadi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian terhadap pola angin permukaan Bandara Depati Amir Pangkalpinang disajikan dalam bentuk analisis dan pembahasannya. Analisis yang dilakukan adalah analisis bulanan dan tiap jam. Analisis bulanan dilakukan untuk mengetahui fenomena regional maupun global yang berpengaruh pada bulan tersebut. Sedangkan analisis tiap jam dilakukan untuk mengetahui fenomena lokal yang berpengaruh pada kondisi angin permukaan bandara. Analisis Bulanan Analisis bulanan dilakukan mulai bulan Januari sampai Desember mulai tahun 2000 sampai tahun 2012 sebagai berikut. Pada bulan Januari dominan arah angin dari arah 315-345 o (Utara dan Barat) dengan persentase 15,68% dan kecepatan 116

angin terbanyak 1-4 knot dengan persentase 5,92%. Kecepatan terbanyak pada bulan Januari adalah 1-4 knot dengan persentase 17,54%. Jika pola angin permukaan bulan Januari dikaitkan dengan pergerakan semu matahari, posisi matahari pada bulan januari berada di bumi bagian selatan. Sehingga tekanan rendah berada di selatan ekuator dan dominan angin akan bertiup dari bumi bagian utara menuju selatan. Pada bulan Februari dominan arah angin dari arah 315-345 o (Utara Utara Barat) dengan persentase 17,10% dan kecepatan angin terbanyak 1-4 knot dengan persentase 5,87%. Kecepatan terbanyak pada bulan Februari adalah 7-14 knot dengan persentase 16,19%. Pola angin permukaan di bulan Februari tidak jauh berbeda dengan bulan Januari. Pola angin dominan masih bertiup dari Utara Utara Barat. Hal ini juga dimungkinkan karena pusat pemanasan permukaan bumi masih di bumi bagian selatan. Bulan Maret merupakan saat dimana matahari beredar di atas ekuator, tepatnya pada tanggal 21 Maret dan menyebabkan pusat pemanasan permukaan bumi di sekitar ekuator. Pada bulan Maret dominan arah angin dari arah 015-045 o (Utara Utara Timur) dengan persentase 8,46% dan kecepatan terbanyak 7-14 knot dengan persentase 4,35%. Kecepatan terbanyak pada bulan Maret adalah 1-4 knot dengan persentase 16,85%. Pada bulan April dominan arah angin dari arah 075-105 o (Timur) dengan persentase 6,53% dan kecepatan terbanyak 7-11 knot dengan persentase 2,68%. Kecepatan terbanyak pada bulan April adalah 1-4 knot dengan persentase 16,89%. Angin dominan pada bulan April bertiup dari arah Timur dimungkinkan karena pusat tekanan rendah yang berada di bumi bagian utara yang menyebabkan bertiup dari bumi bagian selatan dan membelok di ekuator menuju bumi bagian utara. Namun angin juga bertiup dari arah utara pada bulan April posisi matahari belum menuju titik akhir pergerakan ke bumi bagian selatan. Pada bulan Mei dominan arah angin dari arah 135-165 o (Selatan Selatan Timur) dengan persentase 12,98% dan kecepatan terbanyak 1-4 knot dengan persentase 7,86%. Kecepatan terbanyak pada bulan April adalah 1-4 knot dengan persentase 21,45%. Pada bulan Mei pergerakan semu matahari hampir mendekati akhir di bumi bagian utara. Hal ini dapat terlihat dari pola angin permukaan yang bertiup dari arah utara dengan persentase yang sangat rendah. 117

Gambar 2. Pola Surface Wind Januari sampai Juni Gambar 3. Pola Surface Wind Juli sampai Desember Pada bulan Juni dominan arah angin dari arah 135-165 o (Selatan Selatan Timur) dengan persentase 21,97% dan kecepatan terbanyak 1-4 knot dengan persentase 13,18%. Kecepatan terbanyak pada bulan April adalah 1-4 knot dengan persentase 27,00%. Posisi matahari pada bulan Juni telah mantap di akhir pergerakan ke bumi bagian utara yaitu berada pada posisi 23,5 o LU. Pada saat itu persentase angin 118

yang bertiup dari arah bumi bagian utara dan didominasi dari bumi bagian selatan. Pada bulan Agustus dominan arah angin dari arah 135-165 o (Selatan Selatan Timur) dengan persentase 34,64% dan kecepatan terbanyak 1-4 knot dengan persentase 18,49%. Kecepatan terbanyak pada bulan April adalah 1-4 knot dengan persentase 29,79%. Pada bulan Agustus matahari mulai meninggalkan posisinya dari bumi bagian utara menuju selatan namun karena panas yang masih tersisa dan posisi yang masih berada di bumi bagian utara menyebabkan angin dominan bertiup dari bumi bagian selatan menuju pusatpusat tekanan rendah di bumi bagian utara. Pada bulan September dominan arah angin dari arah 135-165 o (Selatan Selatan Timur) dengan persentase 28,04% dan kecepatan terbanyak 1-4 knot dengan persentase 14,44%. Kecepatan terbanyak pada bulan April adalah 1-4 knot dengan persentase 26,61%. Posisi matahari pada bulan september tepatnya pada tanggal 23 September berada di ekuator dan menyebabkan pusat-pusat tekanan rendah. Namun karena energi panas yang masih tersisa di bumi bagian utara maka pola angin permukaan dominan dari selatan. Pada bulan Oktober dominan arah angin dari arah 135-165 o (Selatan Selatan Timur) dengan persentase 12,36% dan kecepatan terbanyak 1-4 knot dengan persentase 6,84%. Kecepatan terbanyak pada bulan April adalah 1-4 knot dengan persentase 21,98%. Pola angin pada bulan Oktober selain dominan yang masih berasal sari arah Selatan Selatan Timur ternyata juga dari Timur. Pada bulan November dominan arah angin dari arah 255-285 o (Barat) dengan persentase 4,56% dan kecepatan terbanyak 1-4 knot dengan persentase 2,99%. Kecepatan terbanyak pada bulan April adalah 1-4 knot dengan persentase 18,85%. Pola angin yang sangat bervariasi pada bulan November dimungkinkan karena telah memasuki klimaks dari pancaroba dimana dominan arah angin tidak hanya pada salah satu arah. Pada bulan Desember dominan arah angin dari arah 285-315 o (Barat Utara Barat) dengan persentase 6,99% dan kecepatan terbanyak 1-4 knot dengan persentase 4,09%. Kecepatan terbanyak pada bulan April adalah 1-4 knot dengan persentase 18,50%. Bulan Desember menunjukkan posisi matahari yang berada di bumi bagian selatan tepatnya 23,5 o LS. Arah angin dominan berasal dari Utara, hal ini karena pusat-pusat tekanan rendah telah terbentuk di bumi bagian selatan. 119

Analisis Musiman Bandara Depati Amir yang terletak di Propinsi Kepulauan bangka Belitung berdasarkan normal curah hujan dari tahun 1981 sampai tahun 2012 mempunyai tipe hujan monsunal dengan musim hujan dan musim kemarau. Musim Hujan (Oktober Mei) Berdasarkan normal curah hujan selama 32 tahun dari tahun 1981 sampai tahun 2012, bandara Depati Amir mempunyai tipe hujan monsunal dan musim hujan terjadi mulai bulan Oktober sampai Mei. Pola angin permukaan pada saat musim hujan ternyata menunjukkan bahwa dominan arah angin dari arah 315-345 o (Utara Utara Barat) dengan persentase 6,45% dan kecepatan terbanyak 1-4 knot dengan persentase 2,74%. Gambar 4. Pola Surface Wind Musim Hujan Kecepatan terbanyak pada saat musim hujan adalah 1-4 knot dengan persentase 18,51%. Namun, perlu diwaspadai karena selain dominan arah angin yang bertiup dari arah Utara Utara Barat, terdapat angin yang bertiup dari 075-105 o (Timur) yang merupakan dominan kedua dengan frekuensi 4,52% yang dominan kecepatnnya besar yaitu 7-11 knot. Crosswind dengan kecepatan tersebut perlu diwaspadai untuk operasional take off dan landing. Musim Kemarau (Juni September) Berdasarkan normal 32 tahun, musim kemarau di Bandara Depati Amir terjadi mulai bulan Juni sampai September. Pada saat musim kemarau pola angin permukaan yang terjadi adalah tetap dengan dominan arah 135-165 o (Selatan Selatan Timur) dengan persentase 27,92% dan kecepatan terbanyak 1-4 knot dengan persentase 15,29%. Adapun kecepatan terbanyak yang terjadi pada musim kemarau adalah 1-4 knot dengan persentase 27,92%. Pada musim kemarau kondisi pola angin permukaan cenderung berlawanan arah dengan musim hujan dimana dominan arah angin berasal dari Selatan Selatan Timur sedangkan pada musim hujan arah angin dominan dari Utara Utara Barat. Pada saat musim kemarau juga perlu diwaspadai angin yang berasal dari Timur karena crosswind ini menempati dominan angin ketiga dengan dominan arah keduanya 120

yaitu 11-17 knot, hal tersebut perlu diwaspadai untuk operasional penerbangan. Gambar 6. Pola Surface Wind Keseluruhan Gambar 5. Pola Surface Wind Musim Kemarau Analisis Keseluruhan Analisis keseluruhan dilakukan untuk mengetahui secara umum pola angin permukaan yang terjadi di Bandara Depati Amir. Semua data yang ada mulai dari tahun 2000 sampai tahun 2012 diolah dan hasilnya dibandingkan dengan keadaan bandara terutama pada posisi runway. Dari hasil pengolahan semua data maka didapatkan bahwa secara umum dari tahun 2000 sampai tahun 2012 pola angin permukaan di Bandara Depati Amir Propinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai dominan angin yang bertiup dari arah 135-165 o dengan persentase 12,24% dan kecepatan terbanyak 1-4 knot dengan persentase 6,84 %. Jika dibandingkan dengan posisi raunway saat ini tingkat kesesuaian antara dominan arah angin permukaan dengan runway masih cukup tinggi. Namun, perlu diperhatikan arah angin yang termasuk cross wind yaitu yang berasal dari Timur dan berkecapatan lebih besar akan menghambat kelancaran take off dan landing. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini landasan Bandara Depati Amir Pangkalpinang masih memadai untuk operasional take off dan landing pesawat terbang. Keadaan pola angin permukaan landasan mempunyai dominan yang bertiup dari arah 135-165 o (Selatan Selatan Timur) yang terjadi hampir sepanjang tahun. Perlu diwaspadai adanya crosswind dengan tingkat keseringan lebih dari 7% dari arah 121

075-105 o (Timur) dengan kecepatan yang lebih besar dibanding dengan kecepatan arah angin dominan akibat menguatnya angin darat dan angin laut. Untuk lebih mengembangkan penelitian ini, maka perlu adanya data pembanding yang berasal dari alat lain seperti automatic weather station (AWS) untuk menguatkan data angin permukaan yang didapatkan melalui peramatan observer. Untuk lebih memperjelas pola aliran udara di permukaan diperlukan data dukung berupa data-data klimatologi. Pengolahan data angin menggunakan metode windrose harus lebih sering digunakan karena metode ini mudah dalam membuatnya dan mudah dalam membacanya, tanpa mengurangi keakuratan informasi yang akan diberikan. Hernowo, B dan Suwignyo. 2000. Modul Meteorologi Umum. Jakarta: BPLP AMG. Soejitno dan Soeharsono. 1981. Meteorologi Penerbangan. Jakarta: Balai Diklat Meteorologi dan Geofisika. Soepangkat. 1994. Pengantar Meteorologi. Jakarta: BPLG. Widiatmoko, H dkk. 2005. Praktek Analisis Meteorologi I. Jakarta: AMG. DAFTAR PUSTAKA Fadholi, A. 2012. Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara terhadap Operasi Penerbangan di Bandara H.A.S. Hananjoeddin Belitung Periode 1980-2010. Jurnal Statistika Universitas Islam Bandung Vol. 12 No.2 Hal. 93-101. Panofsky, A., Hans and Dalton, A. J. 1984. Atmospheric Turbulence. Nem York: Wiley and Son. Hernowo, B. 1999. Praktek Statistik Meteorologi. Jakarta: BPLP AMG. 122