Bab IV Pengujian dan Analisis

dokumen-dokumen yang mirip
Bab III Perancangan Sistem

BAB III PERANCANGAN ALAT

ANALISIS PENGENDALI KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN METODA LOGIKA FUZZY DENGAN PENCATUDAYAAN PWM TESIS

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA. 4.1 Pengujian Fungsi Alih Tegangan (Duty Cycle) terhadap Motor

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Kendali Perancangan Kontroler PID dengan Metode Root Locus Mencari PD Kontroler Mencari PI dan PID kontroler...

BAB 2 LANDASAN TEORI

IV. PERANCANGAN SISTEM

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

4. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengujian simulasi open loop juga digunakan untuk mengamati respon motor DC

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Implementasi Kendali Logika Fuzzy pada Pengendalian Kecepatan Motor DC Berbasis Programmable Logic Controller

SISTEM PENGATURAN POSISI SUDUT PUTAR MOTOR DC PADA MODEL ROTARY PARKING MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS ARDUINO MEGA 2560

Perancangan Simulator Pengendalian Posisi Turret Pada Mobil Pemadam Kebakaran

Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

A. Dasar Pengendalian Posisi Blok diagram kendali posisi kita adalah sebagai berikut

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Ektraktor Madu Menggunakan Kontroler PID

BAB III PERANCANGAN ALAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

PEMBUATAN SISTEM PENGATURAN PUTARAN MOTOR DC MENGGUNAKAN KONTROL PROPORTIONAL-INTEGRAL-DERIVATIVE (PID) DENGAN MEMANFAATKAN SENSOR KMZ51

BAB III PERANCANGAN SISTEM

II. PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI WATER LEVEL CONTROL SYSTEM BERBASIS PC OLEH: I MADE BUDHI DWIPAYANA NIM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah

BAB 5. Pengujian Sistem Kontrol dan Analisis

RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE)

Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM. diharapkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan analisis. Selain itu,

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. selanjutnya perancangan tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk yang nyata

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

(Dimasyqi Zulkha, Ir. Ya umar MT., Ir Purwadi Agus Darwito, MSC)

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

PENERAPAN ALGORITMA KENDALI PROPORTIONAL INTEGRAL DERIVATIVE PADA SISTEM REAL TIME UNTUK MEMPELAJARI TANGGAPAN TRANSIEN

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

IMPLEMENTASI MODEL REFERENCE ADAPTIVE SYSTEMS (MRAS) UNTUK KESTABILAN PADA ROTARY INVERTED PENDULUM

Identifikasi Self Tuning PID Kontroler Metode Backward Rectangular Pada Motor DC

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

PERANCANGAN REMOTE TERMINAL UNIT (RTU) PADA SIMULATOR PLANT TURBIN DAN GENERATOR UNTUK PENGENDALIAN FREKUENSI MENGGUNAKAN KONTROLER PID

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020

BAB III PERANCANGAN ALAT

Perancangan Alat Fermentasi Kakao Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Letak CoM dan poros putar robot pada sumbu kartesian.

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC BERBASIS PWM ( Pulse Width Modulation ) DC MOTOR SPEED CONTROL SYSTEM BASED

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS

DT-51 Application Note

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras

BAB II LANDASAN TEORI

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Ahmadi *1), Richa Watiasih a), Ferry Wimbanu A a)

Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM. Gambar 3. 1 Diagram Blok Sistem Kecepatan Motor DC

PERCOBAAN 3a MULTIVIBRATOR

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

CLOSED LOOP CONTROL MENGGUNAKAN ALGORITMA PID PADA LENGAN ROBOT DUA DERAJAT KEBEBASAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR DC D-6759 BERBASIS ARDUINO MEGA 2560

SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA TUNGKU BAKAR MENGGUNAKAN KONTROLER PID

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV. ANALISA dan PENGUJIAN ALAT

BAB IV PERANCANGAN SISTEM 36 BAB IV PERANCANGAN SISTEM. 4.1 Pembangunan Basis Pengetahuan dan Aturan

IMPLEMENTASI SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH MENGGUNAKAN KENDALI PID BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLER

REZAN NURFADLI EDMUND NIM.

DT-BASIC Application Note

PERCOBAAN 11 PULSE WIDHT MODULATION

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. sistem pengendali kecepatan motor brushless DC, yakni metode PWM dengan dutycycle

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

PERANCANGAN ROBOT OKTAPOD DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN ASIMETRI

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian dilakukan terhadap 8 sensor photodioda. mendeteksi garis yang berwarna putih dan lapangan yang berwarna hijau.

PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN SENSOR ENCODER DENGAN KENDALI PI

PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC KONTROLER BERBASIS PLC

PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Pada Alat Penyiram Tanaman Menggunakan Kontoler PID

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA KONTROL GERAK SIRIP ELEVATOR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. DC. Jenis motor DC yang paling banyak digunakan untuk menggerakkan lengan -

LINIERISASI KELUARAN PENCATU DAYA MENGGUNAKAN KOMPUTER

Transkripsi:

Bab IV Pengujian dan Analisis Setelah proses perancangan, dilakukan pengujian dan analisis untuk mengukur tingkat keberhasilan perancangan yang telah dilakukan. Pengujian dilakukan permodul, setelah modul-modul diuji, kemudian diintegrasikan dan dilakukan pengujian sistem secara keseluruhan. III.1 Pengujian pulsa encoder Pengujian pulsa encoder digunakan untuk mengamati pulsa yang dihasilkan oleh encoder yang kemudian dihitung jumlahnya. Amplitudo pulsa encoder sebesar 2 volt. Semakin cepat putaran motor, maka frekuensi pulsa akan semakin tinggi. Pada saat pulsa encoder rising edge akan mengakibatkan register di TCNT bertambah, kemudian setelah selang 2 ms kecepatan dihitung dengan melihat jumlah pulsa yang nilainya sama dengan nilai yang ada di register TCNT. Gambar IV.1 Pengujian pulsa encoder Nilai TCNT inilah yang diambil sebagai kecepatan motor dan diambil sebagai nilai umpan balik ke sistem kendali. Encoder yang digunakan penulis sudah menyatu dengan motor sehingga penggunaanya lebih mudah dan praktis. Encoder akan memberikan 116 pulsa jika motor diputar 36. 56

III.2 Pengujian pulsa PWM dari mikrokontroller Pulsa PWM yang keluar dari mikrokontroller mendekati ideal, yakni berupa sinyal kotak yang prosentase sinyal high dengan keseluruhan sinyal merupakan besar duty cycle yang dihasilkan. Gambar IV.2. Pengujian pulsa PWM dari mikrokontroller Gambar di atas merupakan bentuk sinyal PWM dengan duty cycle 75%, dari gambar terlihat perbandingan antara sinyal high dan sinyal low adalah 3:1 III.3 Pengujian pulsa PWM dari driver motor Bentuk pulsa PWM yang keluar dari driver motor tidak semulus yang keluar dari mikrokontroller, hal ini karena pengaruh driver motor dan motor ketika kondisi high ke low tidak ideal. Tegangan rata-rata yang dihasilkan sebesar: (Duty cycle x V referensi ) Drop tegangan. Gambar IV.3. Pengujian pulsa PWM dari driver 57

Gambar di atas merupakan bentuk sinyal PWM dengan duty cycle 75%, dari gambar terlihat perbandingan antara sinyal high dan sinyal low adalah 3:1. Adanya sinyal negatif merupakah efek ketika kondisi on ke off. III.4 Pengujian masukan set point Set point diberikan melalui potensiometer sebagai pembagi tegangan dalam rentang VCC (5 volt) dan GND ( volt). Hasil pembacaan tegangan analog tersebut kemudian diubah kedalam format digital 8 bit sehingga range nilainya - 255. Hasil konversi tersebut dibagi 2 untuk meningkatkan ketelitian. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemutaran potensiometer telah mampu memberikan masukan set point dengan ketelitian nilai 1. Selain melalui potensiometer, masukan set point juga dapat dilakukan melalui generator fungsi sehingga dapat diberikan berbagai bentuk sinyal referensi seperti sinyal segitiga dan sinyal kotak. Pengujian masukan sinyal referensi menunjukkan bahwa pembacaan sinyal analog telah berhasil dengan cara melihat nilai set point yang besarnya (V referensi /5 volt) x 127. III.5 Pengujian tegangan keluaran driver terhadap masukan PWM Pengukuran tegangan keluaran driver sebagai catu daya motor dengan masukan berupa nilai PWM 8 bit dengan pre skalar 64 yang dikendalikan oleh mikrokontroller. Hasil pengukuran menghasilkan data sebagai berikut: 12 Hubungan PWM - tegangan 1 Tegangan (volt). 8 6 4 2 5 1 15 2 25 PWM 8 bit (desimal) Gambar IV.4. Hubungan PWM dengan tegangan keluaran driver 58

Tampak dari grafik bahwa hubungan nilai PWM dengan tegangan keluaran: Tidak linier, hal ini karena karakteristik bahan IC L298N Terjadi drop tegangan dimana tegangan referensi yang diberikan sebesar 12 V, akan tetapi dengan nilai PWM maksimal sebesar 255 hanya menghasilkan tegangan 1 V, hal ini karena karakteristik IC L298N sebagaimana disebutkan dalam datasheet bahwa akan terjadi drop tegangan sebesar 1,8-3,2 Volt III.6 Pengujian kecepatan motor terhadap masukan PWM Pengukuran kecepatan motor dengan masukan PWM 8 bit dengan pre skalar 64 pada sistem loop terbuka dengan waktu pencuplikan 2 ms menghasilkan data sebagai berikut Hubungan PWM - kecepatan Kecepatan (rpm) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 25 5 75 1 125 15 175 2 225 25 PWM 8 bit (desimal) Gambar IV.5. Hubungan PWM dengan kecepatan motor Motor mulai berputar pada pemberian nilai PWM disekitar 1. Ketidaklinieran bahkan adanya dead zone ini akan berpengaruh terhadap sistem kendali yang akan dibangun sehingga perancangan fungsi keanggotaan keluaran berupa perubahan selisih PWM berada pada rentang -155 bukan -255. Data di atas dan data pengukuran-pengukuran selanjutnya dinyatakan dalam pencuplikan 2 ms dengan 116 pulsa/rotasi sehingga kecepatan dalam rpm adalah jumlah pulsa x 25.86 rpm. Untuk selanjutnya, pre skalar PWM yang digunakan dalam perancangan penelitian sebesar 64. 59

III.7 Pengujian respon step sisem loop terbuka Pengujian sistem loop terbuka dengan memberikan nilai PWM yang setara dengan kecepatan yang diinginkan: kecepatan 5 pulsa/2 ms setara dengan 123, 6 pulsa/2ms setara dengan 146, 7 pulsa/2ms setara dengan 187 dan 8 pulsa/2 ms setara dengan 25. Pengamatan kecepatan dalam satuan pulsa/2 ms sehingga jika dikonversi ke dalam rpm maka perlu dikalikan dengan 25,86. Hasil pengukuran kecepatan motor pada transien dengan masukan step memberikan hasil sebagai berikut 9 8 Respon step kendali open loop Kecepatan (rpm) 7 6 5 4 3 2 1 2 4 6 8 1 Gambar IV.6. Respon step pada kendali loop terbuka Dari grafik di atas, respon menunjukkan Nilai rise time berbeda-beda tergantung set pointnya, semakin besar set point semakin cepat rise timenya Nilai settling time cenderung sama, yakni sekitar 2 ms. Pada kecepatan rendah cenderung terjadi osilasi. Kecepatan motor pada kecepatan rendah cenderung tidak stabil, hal ini dikarenakan pada kecepatan rendah, gesekan konstruksi mekanik sistem motor DC lebih besar. Sebagai perbandingan pengamatan bentuk respon transient, dilakukan pengamatan tegangan DC analog yang dihasilkan dari generator. Pengamatan tegangan generator yang dihasilkan melalui osiloskop jika diberi masukan step sebagai berikut 6

Gambar IV.7. Respon step tegangan generator sistem loop terbuka Dari gambar di atas terlihat respon sistem sebelum mencapai steadty state. Bentuk respon tegangan mirip dengan respon pengamatan kecepatan melaui encoder. IV.8 Pengujian set point sinyal kotak pada loop terbuka Pengujian sistem loop terbuka dengan set point berupa sinyal kotak yang dihasilkan oleh generator sinyal, masukan set point sebagai berikut Input sinyal kotak kendali loop terbuka PWM 8bit 2 175 15 125 1 75 5 25 5 1 15 2 Gambar IV.8. Masukan set point berupa sinyal kotak pada loop terbuka Adapun keluaran berupa kecepatan motor yang diukur melalui encoder menghasilkan data sebagai berikut 61

PWM 8bit Respon kecepatan input sinyal kotak loop terbuka 8 7 6 5 4 3 2 1 5 1 15 2 Gambar IV.9. Respon kecepatan dengan set point sinyal kotak pada loop terbuka Adapun pengamatan dengan osiloskop pada masukan set point dan tegangan generator yang dihasilkan sebagai berikut Gambar IV.1. Respon tegangan generator set point sinyal kotak loop terbuka Dari grafik dan pengamatan osiloskop terlihat sisi transient sebelum sistem mencapai kondisi steady state. IV.9 Pengujian set point sinyal segitiga pada loop terbuka Pengujian berikutnya berupa pemberian nilai set point berupa sinyal segitiga pada loop terbuka. Dari sini dapat diketahui kemampuan sistem untuk mengikuti (track) set point yang berubah-ubah pada sistem loop terbuka. Hasil pengukuran kecepatan menghasilkan data sebagai berikut 62

Seting point sinyal segitiga kendali open loop PWM 8bit 175 15 125 1 75 5 25 5 1 15 2 Gambar IV.11. Masukan set point berupa sinyal segitiga pada loop terbuka Kecepatan (rpm) 7 6 5 4 3 2 1 Respon kecepatan seting point sinyal kotak kendali loop terbuka 5 1 15 2 Gambar IV.12 Pengamatan respon kecepatan dengan set point sinyal segitiga pada loop terbuka Pengamatan tegangan generator dengan osiloskop sebagai berikut Gambar IV.13. Pengamatan respon tegangan generator dengan set point sinyal kotak pada sistem loop terbuka 63

IV.1 Pengujian respon step pada kendali fuzzy Untuk membuktikan apakah sistem fuzzy telah berhasil diimplementasikan pada sistem maka perlu dilakukan percobaan dengan menentukan set point, kemudian dianalisis apakah sistem secara otomatis dapat mengejar set point tersebut. Selain pengujian apakah sistem mampu mengejar set point pada respon step, sistem kendalian juga harus mampu menstabilkan kecepatan ketika sistem terjadi perubahan beban. Pengujian dengan menghubungkan generator dengan beban berupa LED. Untuk mengukur kinerja motor dilakukan pengujian dengan masukan step sehingga dapat diamati kemampuan sistem dalam mengejar set point. Pada sistem loop tertutup yang telah diimplementasikan kendali logika fuzzy menghasilkan data sebagai berikut Respon step kendali fuzzy Kecepatan (rpm) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 4 6 8 1 Gambar IV.14. Respon step pada kendali fuzzy Dari hasil pengukuran di atas, hasil pengendali logika fuzzy lebih cepat mencapai rise time akan tetapi kemudian terjadi overshoot. Pengendali fuzzy seolah-olah terlalu berlebihan memberikan respon ketika mengkompensai error kecepatan, hal ini merupakan konsekuensi ketika respon ingin cepat mencapai set point akan tetapi waktu pencuplikan yang relativ lama (2 ms) sehingga memberikan efek respon yang berlebih. Akan tetapi jika waktu pencuplikan diperkecil menyebabkan sensor kecepatan menjadi kurang akurat, oleh karena itu jika diinginkan respon yang lebih baik perlu menggunakan sensor kecepatan yang 64

lebih tinggi resolusinya, tidak seperti yang digunakan dalam eksperimen ini yang hanya 116 pulsa/rotasi. Kemampuan sistem mengejar settling time pada kecepatan tinggi (8 pulsa/2ms) mengalami perbaikan, dimana pada loop terbuka dibutuhkan waktu 2 ms, akan tetapi setelah diimplementasikan kendali fuzzy hanya membutuhkan waktu sekitar 14 ms. Adapun pada kecepatan 7 atau dibawahnya, settling time menjadi lebih lama. Adapun pengamatan pada tegangan generator yang dihasilkan melalui osiloskop sebagai berikut.. Gambar IV.15. Pengamatan respon step tegangan generator pada kendali fuzzy Dari sinyal tegangan generator terlihat overshooti pada awal-awal transient sebelum mencapai steady state. Pengamatan tegangan generator dan kecepatan motor melalui encoder secara umum memberikan respon yang hampir sama, akan tetapi dengan encoder lebih teliti. IV.11 Pengujian efek ketidaklinieran plant pada respon step Seperti terlihat pada gambar IV.2 bahwa motor mulai bergerak pada pemberian nilai 1. Keadaan tidaklinier ini menyebabkan kalkulasi fuzzy tidak dapat memberikan respon yang baik karena menganggap bahwa rentang antar sampai dengan 255 adalah linier. Pengaruh ketidaklinieran plant terlihat dari pengukuran kecepatan dalam gambar berikut ini. 65

Kecepatan (rpm) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Respon step sebelum dan sesudah kompensasi ketidaklinieran 2 4 6 8 1 SP=8 (Open) SP=8 (Fuzzy L) SP=8 (Fuzzy NL) Gambar IV.16. Pengaruh ketidaklinieran plant terhadap respon step Untuk mengkompensasi plant yang tidak linier, didekati dengan pembatasan range pemberian PWM yakni bahwa rentang perubahan PWM adalah -155 bukan -255 dengan menganggap bahwa nilai PWM (n=) sebesar 1. Efek ketidaklinieran plant dan rentang keluaran kalkulasi seperti terlihat dalam gambar di atas, secara umum kendali fuzzy tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi ketidaklinieran. IV.12 Pengujian kendali fuzzy dengan set point sinyal kotak Pengujian kendali fuzzy dengan set point berupa sinyal kotak menghasilkan data sebagai berikut. Kecepatan (rpm) 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Respon kecepatan input sinyal kotak pada kendali Fuzzy 5 1 15 2 Gambar IV.17. Respon kendali fuzzy terhadap set point sinyal kotak 66

Gambar IV.18. Respon kendali fuzzy terhadap set point sinyal kotak IV.13 Pengujian kendali fuzzy dengan set point sinyal segitiga Pengujian berikutnya dengan memberikan nilai set point yang berubah mengikuti pola segitiga. Hasil pengukuran mendapatkan data sebagai berikut: Respon kecepatan seting point sinyal segitiga pada kendali fuzzy Kecepatan (rpm) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 5 1 15 2 Gambar IV.19. Respon kendali fuzzy terhadap set point segitiga Dari hasil pengukuran tersebut, sistem kendali yang dibangun telah mampu mendekati nilai seting poin. Kecepatan yang naik secara tidak mulus pada awalawal motor bergerak atau pada set point kecil dikarenakan putaran motor tidak tentu ketika diberi tegangan kecil, hal ini karena ketelitian sensor kecepatan yang kurang teliti serta perakitan mekanik motor dan beban yang kurang bagus. Pada set point menengah ke atas, sistem mampu mengikuti set point dengan error yang relatif kecil seperti pada pengamatan ketika sistem diberi respon step pada 67

kecepatan 7 pulsa/2 ms. Adapun pengamatan tegangan analog pada generator dilakukan melalui osilokop menghasilkan data sebagai berikut Gambar IV.2. Pengamatan tegangan generator pada kendali fuzzy terhadap set point sinyal segitiga IV.14 Pengujian percobaan perubahan beban pada sistem kendali fuzzy Untuk melihat efek kendali fuzzy ketika terjadi perubahan beban, terlebih dahulu diujicoba perubahan beban pada sistem loop terbuka. Perubahan beban diberikan dengan menghubungkan generator ke LED. Hasil pengujian pada sistem kendali loop terbuka menghasilkan data sebagai berikut. Pengujian perubahan beban pada open loop Kecepatan (rpm) 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 Gambar IV.21. Pengujian beban sistem loop terbuka pada set point 7 68

Dalam sistem loop terbuka, ketika terjadi penambahan beban maka kecepatan menurun seperti terlihat dalam grafik di atas. Ketika beban dikembalikan ke kondisi semula maka kecepatan kembali seperti pada saat sebelum terjadi penambahan beban. Pengamatan ini dilakukan sebelum sistem kendali fuzzy diimplementasikan. Adapun setelah sistem fuzzy diimplementasikan, maka hasil pengamatan terhadap penambahan beban dengan catu daya 12 volt ditunjukkan dalam grafik berikut. Kecepatan (rpm) Pengujian perubahan beban pada SP 6 8 7 6 5 4 3 2 1 5 1 15 2 25 3 35 4 Gambar IV.22. Pengujian perubahan kendali fuzzy pada set point 6 Ketika terjadi perubahan beban, maka sistem memberikan kompensasi untuk menjaga kecepatan agar tetap pada nilai set point, perubahan duty cycle ditunjukkan dalam gambar berikut ini. 69

Perubahan duty cycle ketika perubahan beban pada SP 6 3 25 PWM 8 bit 2 15 1 5 5 1 15 2 25 3 35 4 Gambar IV.23. Perubahan duty cycle ketika perubahan beban pada SP 6 Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa sistem yang telah dibangun mampu menjaga agar kecepatan berada pada nilai set point walaupun terjadi perubahan beban. Pengujian juga dilakukan dengan variasi nilai set point, pengujian perubahan beban pada set point 7 dengan catu daya 12 volt menghasilkan data sebagai berikut Pengujian perubahan beban pada SP 7 Kecepatan (rpm) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 5 1 15 2 25 3 Gambar IV.24. Pengujian perubahan beban pada SP 7 Berikut sinyal kompensasi ketika terjadi perubahan beban, nilai duty cycle bertambah ketika terjadi perubahan beban. 7

Perubahan duty cycle ketika perubahan beban pada SP 7 3 25 PWM 8 bit 2 15 1 5 5 1 15 2 25 3 Gambar IV.25. Perubahan duty cycle ketika terjadi perubahan beban SP 7 Pada set point 7 terlihat bahwa sistem sudah tidak mampu menjaga kecepatan sesuai set point, hal ini terjadi karena catu daya sudah tidak mampu mengkompensasi perubahan beban, walaupun sudah diberikan catu daya maksimal berupa duty cycle 1% tetapi karena bebannya terlalu berat, maka sistem tidak mampu menjaga nilai sesuai set point. Jadi, sistem mampu menjaga nilai sesuai set point ketika terjadi perubahan beban selama kompensasi mampu mengimbangi perubahan beban. Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan catu daya yang diberikan pada tegangan referensi driver motor. IV.15 Pengujian perubahan catu daya Pengujian berikutnya berupa perubahan catu daya, fenomena pengujian pada set point 7 dimana sistem tidak mampu mengembalikan kecepatan ke set point karena keterbatasan catu daya dapat diatasi dengan penyediaan catu daya yang lebih besar. Berikut pengujian dengan variasi catu daya: 12 volt, 2 volt dan 3 volt 71

Kecepatan (rpm) Pengujian perubahan catu daya 18 16 14 12 1 8 6 4 2 SP 12V 2V 3V 2 4 6 8 1 Gambar IV.26. Respon step pada set point 7 dengan variasi catu daya Dari pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem mampu mengejar set point walaupun dengan catu daya berbeda-beda, hal ini dikarenakan sistem mampu menyesuaikan duty cycle yang diberikan ke motor. Berikut pengamatan duty cycle pada variasi catu daya. Perubahan duty cycle pada variasi catu daya 3 PWM 8 bit 25 2 15 1 12V 2V 3V 5 2 4 6 8 1 Gambar IV.27. Perubahan duty cycle pada variasi catu daya IV.16 Pengukuran waktu komputasi kendali fuzzy Waktu yang dibutuhkan pada perhitungan fuzzy cukup cepat yakni hanya sebesar 3,2 ms, waktu ini diukur dengan mencetak nilai counter pada TCNT2 (timer) di awal dan di akhir perhitungan kendali fuzzy ke PC melalui port serial. 72

Gambar IV.28. Diagram pewaktuan sistem 73