KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 16/KPA/SK.310/C/2/2016 TENTANG

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Benih. Prosedur Penggunaan.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 46/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN BENIH NASIONAL

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK. 02/2006 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN 2011 BAB I PENDAHULUAN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

Petunjuk Teknis Kapur Aktif Bersubsidi 2013

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Prosedur. Dana Cadangan. Benih Nasional. Benih Unggul.

KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 123/Permentan/SR.130/11/2013 /OT.1 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

PEDOMAN PELAKSANAAN PENYEDIAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TA 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA UPAYA KHUSUS KEDELAI

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 203/PMK.02/2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONES!A. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

Kebijakan PSO/Subidi Benih Untuk Padi, Kedelai dan Jagung

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Pupuk. Tata Cara.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 22/Permentan/SR.130/4/2011 /Permentan/OT.14 0/ /2009 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

Dalam rangka mendukung Musim Tanam sampai dengan akhir Desember 2016 dan guna

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN No.60/Kpts/RC.110/4/08 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2014 TENTANG

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 138 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan benih varietas unggul bersertifikat padi dan kedelai guna memenuhi kebutuhan benih untuk pelaksanaan budidaya tanaman pangan secara nasional, Pemerintah telah memprogramkan penyediaan benih bersubsidi yang penjualan dan penyalurannya ditugaskan kepada BUMN pelaksana subsidi benih untuk benih padi (inbrida dan hibrida), dan benih kedelai. Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017 ini merupakan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan baik di pusat maupun di tingkat daerah untuk pelaksanaan, penjualan dan penyaluran benih bersubsidi, sehingga dapat berjalan lancar, tepat sasaran dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP 196002101988031001 i

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... vi KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 10/KPA/SK.310/C/1/2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2017... 1 I. PENDAHULUAN... 11 A. Latar Belakang... 11 B. Maksud dan Tujuan... 12 C. Sasaran... 13 D. Ruang Lingkup... 13 E. Pengertian... 13 F. Indikator Keberhasilan... 15 G. BUMN Pelaksana Subsidi Benih... 15 II. PERENCANAAN, KRITERIA DAN PROSEDUR PENETAPAN PETANI/KELOMPOK TANI, SPESIFIKASI TEKNIS DAN REALOKASI BENIH BERSUBSIDI... 17 A. Perencanaan Kebutuhan... 17 B. Kriteria dan Prosedur Penetapan Petani/ Kelompok Tani Pembeli Benih Bersubsidi... 18 C. Spesifikasi Teknis... 20 D. Realokasi Benih Bersubsidi... 22 iii

III. HARGA BENIH (HB), SUBSIDI BENIH DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET)... 23 IV. PENYEDIAAN, PENJUALAN DAN PENYALURAN, BENIH BERSUBSIDI... 25 A. Penyediaan... 25 B. Penjualan dan Penyaluran... 25 V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN... 29 A. Monitoring dan Evaluasi... 29 B. Pelaporan... 29 VI. PENUTUP... 31 LAMPIRAN... 33 iv

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Alokasi Benih Bersubsidi TA 2017... 17 v

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Alokasi Benih Bersubsidi Per Provinsi TA 2017... 34-37 Lampiran 2. Surat Penugasan... 38 Lampiran 3. Daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi (DU-PBB)... 39 Lampiran 4. Rekapitulasi Daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi (DU-PBB) Tk. Kab/Kota 40 Lampiran 5. Faktur Penjualan Benih Bersubsidi... 41 Lampiran 6. Rekapitulasi Faktur Penjualan Benih Bersubsidi... 42 Lampiran 7. Rencana dan Realisasi Penjualan dan Penyaluran Benih Bersubsidi Kabupaten/ Kota... 43 Lampiran 8. Rencana dan Realisasi Penjualan dan Penyaluran Benih Bersubsidi Provinsi... 44 vi

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 10/KPA/SK.310/C/1/2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan subsidi benih Tahun Anggaran 2017 telah diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 71/Permentan/ TP.020/12/2016 tentang Pedoman Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017; b. bahwa untuk melaksanakan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 71/ Permentan/TP.020/ 12/2016, maka perlu menetapkan Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017; 1

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2106 Nomor 240, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5948); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3616); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423); 9. Peraturan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014-2019; 10. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 3

11. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 85); 12. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 95); 13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Pencairan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Bagian Atas Beban Anggaran Bendahara Umum Negara Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 662); 14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyimpanan dan Pencairan Dana Cadangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 679); 15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191); 4

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan dan Pertanggungjawaban Dana Subsidi Benih Bersertifikat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 2013); 17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 127/Permentan/ SR.120/11/2014 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1826); 18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/ OT.140/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1243); 19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56/Permentan/ SR.110/11/2015 tentang Produksi, Sertifikasi, dan Peredaran Benih Bina Tanaman Pangan dan Tanaman Hijauan Pakan Ternak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1774); 20. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 867/Kpts/TP.030/ 12/2016 tentang Harga Benih, Subsidi Benih dan Harga Eceran Tertinggi Benih Untuk Komoditas Padi Inbrida, Padi Hibrida dan Kedelai Pada Kegiatan Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017; 5

Memerhatikan : 1. Menetapkan : 21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 71/Permentan/TP.020/12/2016 tentang Pedoman Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017; Surat Direktur Jenderal Tanaman Pangan kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor 1205/TP.000/ C/11/2016 tanggal 4 Nopember 2016, perihal Permintaan Penetapan BUMN Pelaksanan Penyaluran Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017; 2. Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara kepada Menteri Pertanian Nomor S- 708/MBU/11/2016 tanggal 30 November 2016, perihal Persetujuan Penugasan PSO Dalam Rangka Pelaksanaan Subsidi Benih 2017. 3. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Program Pengelolaan Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017 Nomor SP DIPA- 999.07.1.956099/2017 tanggal 29 Desember 2016; MEMUTUSKAN: KESATU : Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017 seperti tercantum pada Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini. 6

KEDUA : Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU sebagai dasar dalam pelaksanaan, penjualan dan penyaluran benih bersubsidi Tahun Anggaran 2017. KETIGA : Pelaksana subsidi benih Tahun Anggaran 2017 adalah PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero). KEEMPAT KELIMA : Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan ini berlaku sepanjang dana subsidi benih masih dianggarkan/ disediakan dalam APBN Tahun Anggaran 2017. : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Januari 2017 DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN SELAKU KUASA PENGGUNA ANGGARAN, HASIL SEMBIRING NIP 196002101988031001 7

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.: 1. Menteri Pertanian; 2. Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran; 3. Menteri BUMN; 4. Pejabat Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian RI; 5. Gubernur Provinsi seluruh Indonesia; 6. Bupati dan Walikota seluruh Indonesia; 7. Direktur Utama PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero); 8. Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang membidangi Tanaman Pangan Seluruh Indonesia; 9. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman Pangan Seluruh Indonesia. 8

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN Nomor : 10/KPA/SK.310/C/1/2017 Tanggal : 03 Januari 2017 PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2017 9

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR : 10/KPA/SK.310/C/1/2017 TANGGAL : 3 Januari 2017 PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2017 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk besar perlu memantapkan kestabilan pangan secara berkelanjutan, oleh karenanya perlu melakukan strategi dan upaya konkrit untuk antisipasi terjadinya gangguan ketahanan pangan nasional. Peningkatan produksi melalui ekstensifikasi semakin sulit untuk dilakukan, oleh karena itu upaya intensifikasi untuk peningkatan produktivitas pada masa mendatang semakin penting dan harus lebih ditingkatkan. Dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan, benih mempunyai peranan yang sangat strategis. Ketersediaan dan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat yang memenuhi aspek kualitas dan kuantitas diikuti dengan aplikasi teknologi budidaya lainnya seperti pupuk berimbang mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produktivitas, produksi dan mutu hasil produk tanaman pangan. Untuk dapat mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan tersebut, salah satu faktor yang berpengaruh adalah ketersediaan benih varietas unggul bersertifikat serta penggunaannya secara konsisten oleh petani dalam budidaya tanaman pangan. 11

Dalam rangka menyediakan benih varietas unggul bersertifikat dan membantu petani agar dapat membeli benih tanaman pangan, pemerintah mengalokasikan subsidi benih untuk benih padi inbrida, padi hibrida, dan benih kedelai. Berdasarkan hal tersebut, agar pemberian subsidi benih dapat dilaksanakan dengan baik serta penjualan dan penyaluran benih bersubsidi dapat diawasi sesuai dengan mekanisme, prosedur dan ketentuan yang berlaku, maka perlu menetapkan Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017. B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017 dimaksudkan sebagai dasar dalam pelaksanaan subsidi benih Tahun Anggaran 2017. 2. Tujuan a. menyediakan benih varietas unggul bersertifikat padi inbrida, padi hibrida, dan kedelai dengan mutu yang terjamin untuk memenuhi kebutuhan benih dalam rangka pelaksanaan budidaya tanaman pangan; b. membantu petani agar dapat membeli benih dengan harga terjangkau. 12

C. Sasaran 1. Tersedianya benih varietas unggul bersertifikat padi inbrida, padi hibrida, dan kedelai dengan mutu yang terjamin untuk memenuhi kebutuhan benih dalam rangka pelaksanaan budidaya tanaman pangan. 2. Terbantunya petani untuk membeli benih dengan harga terjangkau. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017 meliputi perencanaan, penyediaan, penjualan dan penyaluran, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan subsidi benih. E. Pengertian Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan: 1. Harga Benih, yang selanjutnya disingkat HB adalah semua biaya yang timbul, baik secara langsung maupun tidak langsung dari proses produksi sampai dengan benih siap jual sampai ke kelompok tani, termasuk keuntungan dan biaya angkut. 2. Harga Eceran Tertinggi yang selanjutnya disingkat HET adalah harga tertinggi benih yang dibeli oleh petani di tingkat kelompok tani. 3. Subsidi Benih adalah selisih antara HB dengan HET yang harus dibayar oleh Pemerintah atas penjualan benih bersubsidi. 4. Benih Bina adalah benih dari varietas unggul yang telah dilepas, yang produksi dan peredarannya diawasi. 13

5. Benih Varietas Unggul Bersertifikat adalah Benih Bina yang telah disertifikasi. 6. Benih Bersubsidi adalah benih padi inbrida, padi hibrida, dan kedelai bersertifikat yang mendapatkan subsidi bersumber dari dana APBN dalam proses penyediaan, penjualan dan penyalurannya oleh BUMN Pelaksana Subsidi Benih. 7. Badan Usaha Milik Negara Pelaksana Subsidi Benih yang selanjutnya disebut BUMN Pelaksana Subsidi Benih adalah BUMN yang memproduksi benih yang ditugaskan sebagai pelaksana penjualan dan penyaluran benih bersubsidi oleh Menteri BUMN. 8. Public Service Obligation yang selanjutnya disingkat PSO adalah penugasan khusus yang diberikan oleh pemerintah kepada BUMN untuk melaksanakan pelayanan umum pada hajat hidup orang banyak dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN. 9. Calon Petani Calon Lokasi yang selanjutnya disingkat CPCL adalah calon petani dan calon lokasi yang akan melaksanakan budidaya tanaman pangan. 10. Daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi yang selanjutnya disingkat DU-PBB adalah daftar usulan petani yang akan membeli benih bersubsidi. 11. Dinas adalah dinas daerah provinsi dan kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pertanian. 12. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, yang selanjutnya disingkat UPTD 14

BPSBTPH adalah instansi yang melaksanakan tugas di bidang pengawasan dan sertifikasi benih di daerah. F. Indikator Keberhasilan Terlaksananya penyediaan, penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi kepada petani/kelompok tani pelaksana kegiatan budidaya tanaman pangan yang mengajukan DU-PBB. G. BUMN Pelaksana Subsidi Benih Pelaksana penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi Tahun Anggaran 2017 yaitu BUMN Pelaksana Subsidi Benih, sesuai Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara kepada Menteri Pertanian S-708/MBU/11/2016 tanggal 30 November 2016, perihal Persetujuan Penugasan PSO Dalam Rangka Pelaksanaan Subsidi Benih 2017. Produsen benih swasta dapat ikut serta dalam pelaksanaan Subsidi Benih di bawah koordinasi BUMN Pelaksana Subsidi Benih. 15

II. PERENCANAAN, KRITERIA DAN PROSEDUR PENETAPAN PETANI/ KELOMPOK TANI, SPESIFIKASI TEKNIS, DAN REALOKASI BENIH BERSUBSIDI A. Perencanaan Kebutuhan 1. Jenis dan jumlah/volume Benih Bersubsidi direncanakan berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Program Pengelolaan Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017 Nomor SP DIPA- 999.07.1.956099/2017 tanggal 29 Desember 2016. 2. Alokasi benih bersubsidi Tahun Anggaran 2017 untuk masing-masing jenis benih per provinsi sebagaimana Tabel 1. Rincian alokasi per provinsi seperti pada Lampiran 1. Sedangkan alokasi volume benih per kabupaten/kota ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Tabel 1. Alokasi Benih Bersubsidi TA 2017 NO BENIH ALOKASI SUBSIDI VOLUME (kg) LUAS (ha) 1 PADI INBRIDA 100,000,000 4,000,000 2 PADI HIBRIDA 1,500,000 100,000 4 KEDELAI 15,000,000 300,000 TOTAL 116,500,000 4,400,000 17

B. Kriteria dan Prosedur Penetapan Petani/ Kelompok Tani Pembeli Benih Bersubsidi. 1. Kriteria Petani/Kelompok Tani Pembeli Benih Bersubsidi. a. Petani/Kelompoktani yang akan melakukan budidaya tanaman padi dan kedelai. Petani/ Kelompok tani pembeli benih bersubsidi adalah kelompok tani yang sudah ditetapkan/ dikukuhkan oleh instansi berwenang. b. Untuk mengoptimalkan/memanfaatkan benih bersubsidi oleh petani/kelompoktani, apabila masih tersedia alokasi (pagu) maka petani/ kelompoktani yang telah menerima bantuan benih dari kegiatan lain atau telah membeli benih bersubsidi dapat membeli benih bersubsidi kembali pada musim tanam berikutnya. 2. Prosedur Penetapan Petani/Kelompok Tani Pembeli Benih Bersubsidi. a. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memberitahukan kepada Dinas Provinsi dan BUMN Pelaksana Subsidi Benih tentang kegiatan Subsidi Benih. Selanjutnya, Dinas Provinsi melakukan sosialisasi kepada Dinas Kabupaten/Kota dan unsur terkait di wilayahnya dan Dinas Kabupaten/Kota melakukan sosialisasi dengan unit kerja, stakeholder dan petugas lapangan terkait di wilayahnya. 18

Dinas Kabupaten/Kota pada saat pelaksanaan sosialisasi tersebut menyampaikan alokasi benih bersubsidi serta mekanisme penjualan/ penyaluran benih bersubsidi kepada kelompok tani. b. Dinas Kabupaten/Kota menetapkan CPCL Petani/Kelompok Tani pembeli benih bersubsidi yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota. c. Kelompok tani menyusun DU-PBB berdasarkan CPCL dan ditandatangani oleh ketua/pengurus kelompok tani serta diverifikasi dan disetujui oleh petugas lapangan yang ditunjuk/ditugaskan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota, antara lain Kepala Cabang Dinas (KCD), Kepala Unit Pelaksana Teknis Kecamatan (KUPTK) atau petugas pertanian lainnya. Contoh format surat penugasan dan DU-PBB seperti pada Lampiran 2 dan 3. d. DU-PBB dibuat rangkap 3 (tiga), satu berkas disampaikan oleh kelompok tani kepada BUMN Pelaksana Subsidi Benih diupayakan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum waktu tanam agar BUMN Pelaksana Subsidi Benih dapat mempersiapkan benih yang akan dijual dengan baik. Satu berkas lainnya disampaikan kepada petugas lapangan (KCD, KUPTK atau petugas pertanian lainnya), dan satu berkas lagi disimpan oleh kelompok tani. 19

e. Petugas lapangan (KCD, KUPTK atau petugas pertanian lainnya) menyampaikan satu berkas DU-PBB tersebut kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota dan selanjutnya dilakukan rekapitulasi di tingkat kabupaten/ kota yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota seperti pada Lampiran 4. f. Untuk kepentingan administrasi dan dokumentasi data, seluruh berkas DU-PBB disimpan oleh Dinas Kabupaten/Kota dan BUMN pelaksana PSO Subsidi Benih. Sedangkan Rekapitulasi DU-PBB tingkat Kabupaten/Kota disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi dan Pusat melalui BUMN sebagai bahan verifikasi dokumen kegiatan benih bersubsidi. C. Spesifikasi Teknis 1. Benih Padi Inbrida a. Varietas unggul yang sudah dilepas Menteri Pertanian. b. Benih bersertifikat minimal kelas Benih Sebar (BR/ES) dengan standar mutu sesuai peraturan yang berlaku. c. Benih dikemas menggunakan bahan kedap air dan udara minimal poly ethylene (PE) 8-10 mikrometer, berat/volume benih per kemasan maksimal 10 kg, serta diberi tanda tulisan BENIH BERSUBSIDI. d. Jumlah benih bersubsidi yang dapat dibeli maksimal 25 kg/ha untuk lahan sawah atau 20

sesuai kebutuhan petani dan karakteristik lahan pertanian di wilayah setempat berdasarkan hasil kajian atau rekomendasi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian setempat e. Benih diterima petani minimal 1 bulan sebelum habis masa edar benih (kadaluarsa). 2. Benih Padi Hibrida a. Varietas unggul yang sudah dilepas Menteri Pertanian. b. Benih bersertifikat kelas Benih Sebar (BR/ES) dengan standar mutu sesuai peraturan yang berlaku. c. Benih dikemas menggunakan bahan kedap air dan udara minimal poly ethylene (PE) 8-10 mikrometer, berat/volume benih per kemasan maksimal 10 kg, serta diberi tanda tulisan BENIH BERSUBSIDI. d. Jumlah benih bersubsidi yang dapat dibeli maksimal 15 kg/ha atau sesuai kebutuhan petani dan karakteristik lahan pertanian di wilayah setempat berdasarkan hasil kajian atau rekomendasi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian setempat. e. Benih diterima petani minimal 1 bulan sebelum habis masa edar benih (kadaluarsa). 21

3. Benih Kedelai a. Varietas unggul yang sudah dilepas Menteri Pertanian. b. Benih bersertifikat minimal kelas Benih Sebar 4 (BR4) dengan standar mutu sesuai peraturan yang berlaku. c. Benih dikemas menggunakan bahan kedap air dan udara minimal poly ethylene (PE) 8-10 mikrometer, berat/volume benih per kemasan maksimal 10 kg, serta diberi tanda tulisan BENIH BERSUBSIDI. d. Jumlah benih bersubsidi yang dapat dibeli maksimal 50 kg/ha atau sesuai kebutuhan petani dan karakteristik lahan pertanian di wilayah setempat berdasarkan hasil kajian atau rekomendasi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian setempat. e. Benih diterima petani minimal 1 bulan sebelum habis masa edar benih (kadaluarsa). D. Realokasi Benih Bersubsidi Realokasi perubahan volume antar provinsi dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan, sedangkan realokasi antar kabupaten/kota dilaksanakan oleh Kepala Dinas Provinsi. 22

III. HARGA BENIH (HB), SUBSIDI BENIH DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) Harga benih (HB), subsidi benih dan harga eceran tertinggi (HET) benih bersubsidi sesuai Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 867/Kpts/TP.030/12/2016 tentang Harga Benih, Subsidi Benih dan Harga Eceran Tertinggi Benih Untuk Komoditas Padi Inbrida, Padi Hibrida, dan Kedelai Pada Kegiatan Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017. Harga Eceran Tertinggi (HET) Benih Bersubsidi yang dibeli oleh petani sebagai berikut : padi inbrida sebesar Rp. 2.500,/kg, padi hibrida sebesar Rp. 4.100,-/kg, dan kedelai sebesar Rp. 3.100,-/kg (kelas Benih Sebar / BR), Rp. 2.500,-/kg (kelas Benih Sebar 1/ BR1, kelas Benih Sebar 2/BR2, kelas Benih Sebar 3/BR3, dan kelas Benih Sebar 4/BR4) sampai di lokasi kelompok tani. 23

IV. PENYEDIAAN, PENJUALAN DAN PENYALURAN BENIH BERSUBSIDI A. Penyediaan Benih bersubsidi disediakan oleh BUMN Pelaksana Subsidi Benih, yang dapat berasal dari areal penangkaran milik BUMN Pelaksana Subsidi Benih, areal penangkaran kerjasama produksi, atau kerjasama pemasaran dengan produsen benih lainnya. B. Penjualan dan Penyaluran Mekanisme penjualan dan penyaluran benih bersubsidi dilakukan dengan pola subsidi tertutup, yaitu BUMN Pelaksana Subsidi Benih hanya menjual dan menyalurkan benih bersubsidi sampai ke lokasi kelompok tani yang mengajukan DU-PBB. Mekanismenya adalah sebagai berikut : 1. DU-PBB yang sudah diverifikasi dan disetujui oleh petugas yang ditugaskan Kepala Dinas Kabupaten/ Kota (KCD atau KUPTK atau petugas pertanian lainnya) sesuai Lampiran 3, diajukan ke BUMN Pelaksana Subsidi Benih untuk segera menjual dan menyalurkan benih bersubsidi kepada kelompok tani pembuat DU-PBB dimaksud. Tembusan DU-PBB dikirim ke Kepala Dinas Kabupaten/Kota untuk dibuat rekapitulasinya di tingkat kabupaten/kota. Rekapitulasi DU-PBB tingkat Kabupaten/Kota disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi dan Pusat melalui BUMN. 25

2. Kelompok tani membeli benih bersubsidi kepada BUMN Pelaksana Subsidi Benih. Tanda bukti pembelian benih bersubsidi tersebut berupa faktur penjualan yang ditandatangani dan diberi stempel atau cap oleh petugas BUMN Pelaksana Subsidi Benih dan kelompok tani serta diketahui oleh petugas yang ditugaskan Kepala Dinas Kabupaten/ Kota (KCD atau KUPTK atau petugas pertanian lainnya) seperti pada Lampiran 5. 3. Apabila petugas pertanian yang ditugaskan tidak memiliki atau tidak berwenang menggunakan stempel atau cap maka Kepala Dinas Kabupaten/ Kota atau Pejabat Eselon III yang ditugaskan mewakili wajib membuat surat keterangan. 4. BUMN Pelaksana Subsidi Benih membuat rekapitulasi faktur penjualan benih bersubsidi berdasarkan faktur penjualan tingkat kabupaten, ditandatangani oleh BUMN Pelaksana Subsidi Benih. Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Pejabat Eselon III yang ditugaskan mewakili menandatangani rekapitulasi faktur penjualan benih bersubsidi dimaksud setelah diverifikasi, dan diketahui oleh Kepala Dinas Provinsi atau Pejabat Eselon III yang ditugaskan mewakili, dengan melampirkan masing-masing faktur penjualan. Rekapitulasi faktur penjualan benih bersubsidi tersebut seperti pada Lampiran 6. 5. BUMN Pelaksana Subsidi Benih sebagai penjual dan penyalur menyampaikan rekapitulasi DU-PBB Kabupaten/Kota yang telah ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota, faktur (seperti pada 26

butir 2) dan rekapitulasi faktur penjualan benih (seperti pada butir 4) kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku KPA sebagai dasar permintaan pembayaran benih bersubsidi yang telah dijual dan disalurkan. 6. Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku KPA melakukan verifikasi terhadap rekapitulasi DU- PBB, faktur dan rekapitulasi faktur penjualan benih bersubsidi yang disampaikan oleh Direktur Utama BUMN Pelaksana Subsidi Benih kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku KPA. Untuk pelaksanaan verifikasi Direktur Jenderal Tanaman Pangan membentuk Tim Verifikasi Dokumen Pelaksanaan Kegiatan Subsidi Benih. Untuk selanjutnya dilakukan proses pembayaran kepada BUMN Pelaksana Subsidi Benih sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.02/ 2013, Nomor 190/PMK.05/2012, Nomor 250/ PMK.05/ 2010, dan Nomor 256/PMK.05/ 2010). 7. Untuk benih bersubsidi yang berasal dari luar provinsi sebelum dijual dan disalurkan ke kelompok tani, BUMN Pelaksana Subsidi Benih wajib memberitahukan pemasukan benih bersubsidi kepada BPSBTPH provinsi penerima untuk dilakukan pengecekan fisik benih. Apabila dari hasil pengecekan fisik diragukan mutunya maka perlu dilakukan pengujian laboratorium. Hasil pengujian yang memenuhi standar mutu benih yang berlaku, dapat dijual dan disalurkan, tetapi apabila tidak memenuhi standar mutu yang 27

berlaku maka benih bersubsidi tersebut tidak dapat dijual dan disalurkan. 8. Kebenaran dokumen dan fisik penjualan dan penyaluran benih bersubsidi (harga eceran tertinggi/het, jenis, volume, dan mutu benih) menjadi tanggung jawab BUMN Pelaksana Subsidi Benih. 9. BUMN Pelaksana Subsidi Benih yang tidak memenuhi permintaan pembelian sesuai DU-PBB yang diajukan oleh petani/kelompok tani, Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku KPA memberikan teguran tertulis kepada BUMN Pelaksana Subsidi Benih dengan ditembuskan kepada Menteri Pertanian dan Menteri Badan Usaha Milik Negara. 28

V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Monitoring dan Evaluasi 1. Monitoring dan Evaluasi diperlukan agar pelaksanaan Subsidi Benih tepat sasaran. Hal-hal yang dimonitor meliputi rencana dan realisasi penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi, kondisi mutu benih yang dijual dan disalurkan, ketepatan waktu penjualan dan penyaluran serta permasalahan di lapangan. Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat daerah sampai pusat. 2. Monitoring dan evaluasi di tingkat daerah dilaksanakan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi yang dibentuk di Provinsi yang terdiri dari unsur Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, dan UPTD BPSBTPH. Tim Monitoring dan Evaluasi tersebut ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi. Hasil monitoring dan evaluasi tersebut disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan. 3. Monitoring dan evaluasi di tingkat pusat dilaksanakan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi tingkat Pusat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan Tingkat Pusat hanya bersifat uji petik, yaitu tidak dilakukan di semua lokasi. B. Pelaporan Laporan yang disusun meliputi laporan bulanan dan laporan tahunan. Laporan bulanan merupakan 29

laporan realisasi penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi, sedangkan laporan tahunan merupakan pelaksanaan kegiatan Subsidi Benih secara keseluruhan. 1. Dinas Kabupaten/Kota menyusun rekapitulasi DU-PBB, realisasi penjualan dan penyaluran benih bersubsidi setiap bulan. Laporan disampaikan kepada Dinas Provinsi. Format tabel laporan seperti Lampiran 7. 2. Dinas Provinsi wajib menyusun rekapitulasi DU- PBB, realisasi penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi setiap bulan yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Format tabel laporan seperti Lampiran 8. 3. BUMN Pelaksana Subsidi Benih wajib menyusun laporan secara tertulis realisasi penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi setiap bulan yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku KPA. 4. Laporan yang disusun oleh Dinas Provinsi dan BUMN Pelaksana Subsidi Benih menjadi bahan evaluasi perkembangan realisasi penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 5. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan wajib menyusun Laporan Pelaksanaan Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017. 30

VI. PENUTUP Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017 ini merupakan acuan dalam pelaksanaan, penjualan, dan penyaluran benih bersubsidi Tahun Anggaran 2017. Sehingga diharapkan tujuan dan sasaran pelaksanaan subsidi benih dapat tercapai. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Januari 2017 DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN HASIL SEMBIRING NIP 196002101988031001 31

Lampiran 33

LAMPIRAN 1. ALOKASI BENIH BERSUBSIDI PER PROVINSI TA 2017 ALOKASI NO PROVINSI PADI INBRIDA PADI HIBRIDA KEDELAI (Ha) (Kg) (Ha) (Kg) (Ha) (Kg) 1 ACEH 178,000 4,450,000 - - 20,000 1,000,000 2 SUMUT 152,000 3,800,000 5,000 75,000 5,000 250,000 3 SUMBAR 50,000 1,250,000 - - - - 4 RIAU 20,000 500,000 - - 2,000 100,000 5 JAMBI 35,000 875,000 - - 1,000 50,000 6 SUMSEL 85,000 2,125,000 5,000 75,000 9,000 450,000 7 BENGKULU 27,000 675,000 - - 1,000 50,000 8 LAMPUNG 195,000 4,875,000 5,000 75,000 5,000 250,000 9 BABEL 2,000 50,000 - - - - 10 JABAR 625,000 15,625,000 10,000 150,000 27,000 1,350,000 11 JATENG 725,000 18,125,000 20,000 300,000 30,000 1,500,000 12 DI YOGYAKARTA 32,000 800,000 5,000 75,000 5,000 250,000 13 JATIM 575,000 14,375,000 30,000 450,000 80,000 4,000,000 14 BANTEN 292,000 7,300,000 5,000 75,000 5,000 250,000 15 BALI 32,000 800,000 - - 3,000 150,000 16 NTB 181,000 4,525,000 5,000 75,000 30,000 1,500,000 17 NTT 95,000 2,375,000 - - 5,000 250,000 18 KALBAR 25,000 625,000 - - 1,000 50,000 19 KALTENG 40,000 1,000,000 - - - - 20 KALSEL 100,000 2,500,000 - - 10,000 500,000 21 KALTIM 15,000 375,000 - - 1,000 50,000 22 KALTARA - - - - 3,000 150,000 23 SULUT 30,000 750,000 5,000 75,000 10,000 500,000 24 SULTENG 40,000 1,000,000 - - 5,000 250,000 25 SULSEL 250,000 6,250,000 5,000 75,000 20,000 1,000,000 26 SULTRA 85,000 2,125,000 - - 7,000 350,000 27 GORONTALO 27,000 675,000 - - 4,000 200,000 28 SULBAR 35,000 875,000 - - 5,000 250,000 29 MALUKU 15,000 375,000 - - 2,000 100,000 30 MALUT 15,000 375,000 - - 2,000 100,000 31 PAPUA BARAT 7,000 175,000 - - 1,000 50,000 32 PAPUA 15,000 375,000 - - 1,000 50,000 JUMLAH 4,000,000 100,000,000 100,000 1,500,000 300,000 15,000,000 34

ALOKASI BENIH BERSUBSIDI PADI INBRIDA TA 2017 ALOKASI NO PROVINSI PT PERTANI PADI INBRIDA PT SANG HYANG SERI (PERSERO) (PERSERO) (Ha) (Kg) (Ha) (Kg) (Ha) (Kg) 1 ACEH 178,000 4,450,000 89,000 2,225,000 89,000 2,225,000 2 SUMUT 152,000 3,800,000 76,000 1,900,000 76,000 1,900,000 3 SUMBAR 50,000 1,250,000 25,000 625,000 25,000 625,000 4 RIAU 20,000 500,000 10,000 250,000 10,000 250,000 5 JAMBI 35,000 875,000 17,500 437,500 17,500 437,500 6 SUMSEL 85,000 2,125,000 42,500 1,062,500 42,500 1,062,500 7 BENGKULU 27,000 675,000 13,500 337,500 13,500 337,500 8 LAMPUNG 195,000 4,875,000 97,500 2,437,500 97,500 2,437,500 9 BABEL 2,000 50,000 1,000 25,000 1,000 25,000 10 JABAR 625,000 15,625,000 312,500 7,812,500 312,500 7,812,500 11 JATENG 725,000 18,125,000 362,500 9,062,500 362,500 9,062,500 12 DI YOGYAKARTA 32,000 800,000 16,000 400,000 16,000 400,000 13 JATIM 575,000 14,375,000 287,500 7,187,500 287,500 7,187,500 14 BANTEN 292,000 7,300,000 146,000 3,650,000 146,000 3,650,000 15 BALI 32,000 800,000 16,000 400,000 16,000 400,000 16 NTB 181,000 4,525,000 90,500 2,262,500 90,500 2,262,500 17 NTT 95,000 2,375,000 47,500 1,187,500 47,500 1,187,500 18 KALBAR 25,000 625,000 12,500 312,500 12,500 312,500 19 KALTENG 40,000 1,000,000 20,000 500,000 20,000 500,000 20 KALSEL 100,000 2,500,000 50,000 1,250,000 50,000 1,250,000 21 KALTIM 15,000 375,000 7,500 187,500 7,500 187,500 22 KALTARA - - - - - - 23 SULUT 30,000 750,000 15,000 375,000 15,000 375,000 24 SULTENG 40,000 1,000,000 20,000 500,000 20,000 500,000 25 SULSEL 250,000 6,250,000 125,000 3,125,000 125,000 3,125,000 26 SULTRA 85,000 2,125,000 42,500 1,062,500 42,500 1,062,500 27 GORONTALO 27,000 675,000 13,500 337,500 13,500 337,500 28 SULBAR 35,000 875,000 17,500 437,500 17,500 437,500 29 MALUKU 15,000 375,000 7,500 187,500 7,500 187,500 30 MALUT 15,000 375,000 7,500 187,500 7,500 187,500 31 PAPUA BARAT 7,000 175,000 3,500 87,500 3,500 87,500 32 PAPUA 15,000 375,000 7,500 187,500 7,500 187,500 JUMLAH 4,000,000 100,000,000 2,000,000 50,000,000 2,000,000 50,000,000 35

ALOKASI BENIH BERSUBSIDI PADI HIBRIDA TA 2017 ALOKASI NO PROVINSI PT PERTANI PADI HIBRIDA PT SANG HYANG SERI (PERSERO) (PERSERO) (Ha) (Kg) (Ha) (Kg) (Ha) (Kg) 1 ACEH - - - - - - 2 SUMUT 5,000 75,000 2,500 37,500 2,500 37,500 3 SUMBAR - - - - - - 4 RIAU - - - - - - 5 JAMBI - - - - - - 6 SUMSEL 5,000 75,000 2,500 37,500 2,500 37,500 7 BENGKULU - - - - - - 8 LAMPUNG 5,000 75,000 2,500 37,500 2,500 37,500 9 BABEL - - - - - - 10 JABAR 10,000 150,000 5,000 75,000 5,000 75,000 11 JATENG 20,000 300,000 10,000 150,000 10,000 150,000 12 DI YOGYAKARTA 5,000 75,000 2,500 37,500 2,500 37,500 13 JATIM 30,000 450,000 15,000 225,000 15,000 225,000 14 BANTEN 5,000 75,000 2,500 37,500 2,500 37,500 15 BALI - - - - - - 16 NTB 5,000 75,000 2,500 37,500 2,500 37,500 17 NTT - - - - - - 18 KALBAR - - - - - - 19 KALTENG - - - - - - 20 KALSEL - - - - - - 21 KALTIM - - - - - - 22 KALTARA - - - - - - 23 SULUT 5,000 75,000 2,500 37,500 2,500 37,500 24 SULTENG - - - - - - 25 SULSEL 5,000 75,000 2,500 37,500 2,500 37,500 26 SULTRA - - - - - - 27 GORONTALO - - - - - - 28 SULBAR - - - - - - 29 MALUKU - - - - - - 30 MALUT - - - - - - 31 PAPUA BARAT - - - - - - 32 PAPUA - - - - - - JUMLAH 100,000 1,500,000 50,000 750,000 50,000 750,000 36

ALOKASI BENIH BERSUBSIDI KEDELAI TA 2017 ALOKASI NO PROVINSI PT PERTANI KEDELAI PT SANG HYANG SERI (PERSERO) (PERSERO) (Ha) (Kg) (Ha) (Kg) (Ha) (Kg) 1 ACEH 20,000 1,000,000 10,000 500,000 10,000 500,000 2 SUMUT 5,000 250,000 2,500 125,000 2,500 125,000 3 SUMBAR - - - - - - 4 RIAU 2,000 100,000 1,000 50,000 1,000 50,000 5 JAMBI 1,000 50,000 500 25,000 500 25,000 6 SUMSEL 9,000 450,000 4,500 225,000 4,500 225,000 7 BENGKULU 1,000 50,000 500 25,000 500 25,000 8 LAMPUNG 5,000 250,000 2,500 125,000 2,500 125,000 9 BABEL - - - - - - 10 JABAR 27,000 1,350,000 13,500 675,000 13,500 675,000 11 JATENG 30,000 1,500,000 15,000 750,000 15,000 750,000 12 DI YOGYAKARTA 5,000 250,000 2,500 125,000 2,500 125,000 13 JATIM 80,000 4,000,000 40,000 2,000,000 40,000 2,000,000 14 BANTEN 5,000 250,000 2,500 125,000 2,500 125,000 15 BALI 3,000 150,000 1,500 75,000 1,500 75,000 16 NTB 30,000 1,500,000 15,000 750,000 15,000 750,000 17 NTT 5,000 250,000 2,500 125,000 2,500 125,000 18 KALBAR 1,000 50,000 500 25,000 500 25,000 19 KALTENG - - - - - - 20 KALSEL 10,000 500,000 5,000 250,000 5,000 250,000 21 KALTIM 1,000 50,000 500 25,000 500 25,000 22 KALTARA 3,000 150,000 1,500 75,000 1,500 75,000 23 SULUT 10,000 500,000 5,000 250,000 5,000 250,000 24 SULTENG 5,000 250,000 2,500 125,000 2,500 125,000 25 SULSEL 20,000 1,000,000 10,000 500,000 10,000 500,000 26 SULTRA 7,000 350,000 3,500 175,000 3,500 175,000 27 GORONTALO 4,000 200,000 2,000 100,000 2,000 100,000 28 SULBAR 5,000 250,000 2,500 125,000 2,500 125,000 29 MALUKU 2,000 100,000 1,000 50,000 1,000 50,000 30 MALUT 2,000 100,000 1,000 50,000 1,000 50,000 31 PAPUA BARAT 1,000 50,000 500 25,000 500 25,000 32 PAPUA 1,000 50,000 500 25,000 500 25,000 JUMLAH 300,000 15,000,000 150,000 7,500,000 150,000 7,500,000 37

Lampiran 2 SURAT PENUGASAN Yang Bertanda tangan dibawah ini : Nama : NIP : Jabatan : Kepala. Kabupaten/Kota : Memberikan penugasan kepada : Nama : NIP : Jabatan : Untuk : 1. Menyetujui Daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi (DU-PBB) yang dibuat oleh Kelompok Tani. 2. Mengetahui Faktur Penjualan Benih Bersubsidi. Demikian Surat Penugasan ini, agar dipergunakan sebagaimana mestinya. 2017 Kepala Dinas Kabupaten/Kota Ttd/Cap/Stempel (..) NIP. 38

Lampiran 3 DAFTAR USULAN PEMBELIAN BENIH BERSUBSIDI (DU-PBB) Tanggal : Nama Kelompok Tani : Jumlah Anggota : Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Kepada Yth. KEPALA CABANG/SATUAN TUGAS/BAGIAN PEMASARAN/PENJUALAN PT. Sang Hyang Seri (Persero)/PT. Pertani (Persero) *) Untuk memenuhi kebutuhan benih budidaya tanaman pangan, kami mengajukan pembelian benih bersubsidi sebagai berikut : Jenis Benih : Padi Inbrida, Padi Hibrida, Kedelai *) No Nama Petani Jumlah Luas (Ha) Kebutuhan Benih (Kg) **) Varietas ***) / Jadwal Tanam (Bulan, Tahun) Keterangan : *) Coret yang tidak perlu **) Kebutuhan benih maksimal untuk padi inbrida di lahan sawah 25 kg/ha; padi hibrida 15 kg/ha; dan kedelai 50 kg/ha; atau sesuai kebutuhan petani dan karakteristik lahan pertanian di wilayah setempat berdasarkan hasil kajian atau rekomendasi dari BPTP Badan Litbang Pertanian setempat **) Dapat dibuat 2 (dua) alternatif varietas Menyetujui, Kepala Cabang Dinas/Kepala UPT Kecamatan/ Petugas Pertanian Lainnya Ketua/Pengurus Kelompok Tani, Ttd dan Cap/Stempel (..) Ttd dan Cap/Stempel (....) Catatan : Apabila Petugas Pertanian yang ditugaskan tidak memiliki atau tidak berwenang menggunakan stempel atau cap agar melampirkan Surat Keterangan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Pejabat Eselon III yang ditugaskan mewakili. 39

Lampiran 4 REKAPITULASI DAFTAR USULAN PEMBELIAN BENIH BERSUBSIDI (DU-PBB) TINGKAT KABUPATEN/KOTA PROVINSI : KABUPATEN/KOTA : JENIS BENIH : Padi Inbrida, Padi Hibrida, Kedelai *) No Kecamatan/ Desa Nama Kelompok Ketua Tani Luas (Ha) Kebutuhan Benih (Kg) Varietas **) Jadwal Tanam (Bulan, Tahun) JUMLAH Keterangan : *) Coret yang tidak perlu **) Dapat dibuat 2 (dua) alternatif varietas 2017 Kepala Dinas Kabupaten/Kota Ttd/Cap/Stempel (..) NIP. 40

FAKTUR PENJUALAN BENIH BERSUBSIDI Lampiran 5 Nama Pembeli : Kelompok Tani Alamat : Desa. Kecamatan. Kabupaten/Kota.. Tanggal :...... No Jenis Benih/ Varietas Jumlah (Kg) Nomor Lot Masa Berlaku Label Harga Jual Benih (Rp/Kg) Jumlah Penjualan (Rp) Jumlah Ketua/Pengurus Kelompok Tani Kepala Cabang/Satuan Tugas/ Bagian Pemasaran/Penjualan PT Sang Hyang Seri (Persero)/PT Pertani (Persero) Ttd dan Cap/Stempel (..) Ttd dan Cap/Stempel (.....) Mengetahui, Kepala Cabang Dinas/Kepala UPT Kecamatan/ Petugas Pertanian Lainnya Ttd dan Cap/Stempel (..) NIP. Catatan : Apabila Petugas Pertanian yang ditugaskan tidak memiliki atau tidak berwenang menggunakan stempel atau cap agar melampirkan Surat Keterangan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Pejabat Eselon III yang ditugaskan mewakili. 41

Lampiran 6 REKAPITULASI FAKTUR PENJUALAN BENIH BERSUBSIDI KABUPATEN/KOTA : JENIS BENIH : Padi Inbrida, Padi Hibrida, Kedelai *) No Nama Kelompok Tani Alamat Faktur Desa Kecamatan Nomor Tanggal Volume (Kg) Varietas Nomor Lot Jumlah Keterangan : *) Coret yang tidak perlu Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Pejabat Eselon III yang ditugaskan mewakili Tanggal, Kepala Cabang/Satuan Tugas/ Bagian Pemasaran/Penjualan PT Sang Hyang Seri (Persero)/PT Pertani (Persero) Ttd dan Cap/Stempel (..) NIP. Ttd dan Cap/Stempel (.....) Mengetahui, Kepala Dinas Provinsi atau Pejabat Eselon III yang ditugaskan mewakili Ttd dan Cap/Stempel (..) NIP. 42

Lampiran 7 RENCANA DAN REALISASI PENJUALAN DAN PENYALURAN BENIH BERSUBSIDI KABUPATEN/KOTA KABUPATEN/KOTA : JENIS BENIH : No Kecamatan Volume (Kg) Alokasi Luas Areal (Ha) Rencana DU-PBB Luas % Volume Areal Terhadap (Kg) (Ha) Alokasi Volume (Kg) Realisasi % Terhadap Luas Areal (ha) Alokasi DU- PBB Kepala Dinas Kabupaten/Kota Ttd/Cap/Stempel (..) NIP. 43

Lampiran 8 RENCANA DAN REALISASI PENJUALAN DAN PENYALURAN BENIH BERSUBSIDI DI PROVINSI PROVINSI : JENIS BENIH : No Kabupaten/ Kota Volume (Kg) Alokasi Luas Areal (Ha) Rencana DU-PBB Luas % Volume Areal Terhadap (Kg) (Ha) Alokasi Volume (Kg) Realisasi % Terhadap Luas Areal (ha) Alokasi DU- PBB Kepala Dinas Provinsi Ttd/Cap/Stempel (..) NIP. 44