I. PENDAHULUAN. reksadana pertama oleh PT. BDNI Reksadana. Pengesahan Undang-Undang. sebagai salah satu instrument investasi di Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):

I. PENDAHULUAN. Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor

METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini mengenai analisis komparasi

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

I. PENDAHULUAN. Investasi adalah kegiatan penempatan uang atau dana dengan harapan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan kegiatan ekonomi beberapa cara yang dilakukan seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan seiring dengan berkembangnya ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang

REKSADANA. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang. Secara umum, investasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai

Elliv Hidayatul Lailiyah Suhadak Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. reksadana. Perubahan Nilai Aktiva Bersih ini dapat dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa. memberikan keuntungan tertentu di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. mendatang (Tandelilin, 2001). Seorang investor apabila ingin berinvestasi akan

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan tersebut dan juga mengharapkan dana yang diinvestasikan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN. wadah investasi yang dapat menyerap aliran modal dalam sekala besar.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya pasar modal (capital market), pemodal sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. ini menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor individual ataupun investor institusi, manajer investasi (fund

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memerlukan dana (investee) dengan pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan munculnya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. analisis investasi sering menghadapi masalah yaitu tentang penaksiran risiko yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (pihak yang membutuhkan dana) melalui penjualan saham, obligasi,

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

BAB II PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang memiliki siitem perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah

II. TINJAUAN PUSTAKA. ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensasi atas penundaan tersebut.

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current consumption) dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. akibat guncangan ekonomi global menjadi suatu jawaban akan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data

BAB I PENDAHULUAN. investor karena modal yang dibutuhkan tidak sebanyak yang berinvestasi pada

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ekonomi nasional di Indonesia, sedangkan bagi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu investasi (investment), sering juga

PRODUK DAN REGULASI PASAR MODAL SYARIAH. Training of Trainer Modul

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilakukan dalam bentuk investasi riil (real investment) dan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu instrument sistem keuangan pasar modal merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia, sadar atau tidak sadar, sejak lahir sudah mengenal. dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan atau memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. akibat inflasi di masa depan. Dari semua hal di atas, dapat disimpulkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. darinya. Lembaga keuangan itu sendiri menurut Undang Undang No.14 / 1967

BAB I PENDAHULUAN. bagi investor untuk menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, pasar modal mulai menunjukkan peranan penting

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. investasi. Investasi adalah penundaan berbagai konsumsi hari ini, dengan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Inggrid Tan, Bisnis dan Investasi Sistem Syariah, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2009,

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks sehingga memunculkan beragam alternatif dalam berinvestasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau

Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi. Layaknya pasar, bursa efek dapat dikaitkan sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. maka hal yang perlu dilakukan oleh calon investor adalah menilai kinerja

PENILAIAN SURAT BERHARGA

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. hamba-nya. Kedudukan harta pada satu sisi sebagai berkah yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengusahakan agar pasar modal menjadi salah satu sektor kegiatan penting

BAB I PENDAHULUAN. fiskal dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin.

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh melalui pasar uang dan pasar modal. Pasar modal memiliki peran besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. di masa yang akan datang (Tandelilin, 2000). Kegiatan investasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reksadana di Indonesia mulai dikembangkan sejak tahun 1995, dengan penerbitan reksadana pertama oleh PT. BDNI Reksadana. Pengesahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal menjadi pendukung reksadana hadir sebagai salah satu instrument investasi di Indonesia. Reksadana adalah suatu institusi jasa keuangan yang berfungsi sebagai penampung uang para pemodal yang kemudian diinvestasikan dana tersebut dalam portofolio yang terdiversifikasi pada efek/sekuritas (Hadi, 2013). Artinya reksadana adalah wadah untuk mengelola modal dari sekumpulan investor untuk diinvestasikan dalam instrument investasi yang tersedia di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana, kemudian dana tersebut dikelola oleh manajer investasi ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun sekuritas lainnya. Salah satu alasan ketertarikan pemodal untuk memilih reksadana sebagai instrument investasi dikarenakan reksadana memiliki 4 jenis produk reksadana yang sesuai dengan kebutuhan para pemodal, yaitu (a) reksadana pasar uang, (b)

2 reksadana pendapatan tetap, (c) reksadana saham, dan (d) reksadana campuran. Reksadana pasar uang, melakukan investasi nya pada berbagai instrument jangka pendek yang berada di pasar uang seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Reksadana pendapatan tetap, melakukan investasi pada portofolio investasi berupa surat hutang atau obligasi. Reksadana saham, melakukan investasi pada portofolio investasi berupa saham, dan pada reksadana campuran, melakukan investasi pada portofolio investasi yang berbentuk saham dan obligasi atau hasil kombinasi dengan instrumen lainnya. Perkembangan reksadana menjadikan reksadana dibagi lagi menurut basis operasionalnya yaitu reksadana berbasis konvensional dan reksadana berbasis syariah (Yuliarti,2013). Reksadana konvensional merupakan instrumen reksadana yang keberadaannya tidak berlandaskan dengan hukum-hukum islam atau prinsip syariah, sedangkan Reksadana syariah merupakan reksadana yang memiliki kebijakan investasi pada instrument investasi yang dikategorikan halal dalam hukum-hukum islam atau menurut prinsip syariah dan memberikan alternatif investasi yang lebih luas khususnya bagi para pemodal yang beragama islam. Terdapat perbedaan pada reksadana konvensional maupun reksadana syariah yang terlihat jelas dari proses penyaringan (Screening) dalam menyusun portofolionya dan proses pemurnian pendapatan non halal. Proses penyaringan menurut prinsip syariah adalah dengan mengeluarkan saham yang memiliki aktivitas haram seperti riba, gharar, minuman keras, judi, pornografi, senjata, maupun sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam syariah islam (Suciningytas, 2009).

3 Reksadana syariah dengan reksadana konvensional pada dasarnya memiliki mekanisme yang sama, akan tetapi pada reksadana syariah tidak diperbolehkan melakukan tindakam spekulasi, yang didalamnya mengandung gharar seperti penawaran palsu dan tindakan spekulasi lainnya (Suciningtyas,2009), selain itu reksadana syariah di dalam investasinya tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan return yang tinggi serta tidak hanya melakukan maksimalisasi kesejahteraan yang tinggi terhadap pemodal, tetapi memperhatikan pula bahwa portofolio yang dimiliki tetap berada pada investasi di perusahaan yang memiliki produk halal dan baik yang tidak melanggar aturan syariah. Hubungan investor dengan perusahaan pengelola reksadana syariah ditentukan oleh proses akad antara investor dengan perusahaan yang dilakukan dengan sistem mudharabah (Saputra,2009). Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan secara sistem mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan diakibatkan kelalaian pihak pengelola. Keunggulan lain dari reksadana syariah adalah dengan keberadaan Dewan Pengawas Syariah Nasioanal yang bertugas memberikan arahan kegiatan manajer investasi agar senantiasa sesuai dengan syariah islam. Berdasarkan penjelasan sebelumnya reksadana mulai berkembangkan di Indonesia pada tahun 1995, dengan jumlah unit penyertaan reksadana yang tercatat mulai dari 1996 berjumlah 25 unit penyertaan reksadana dengan jenis rekadana yaitu

4 reksadana konvensional, pada tahun 2003 diperkenalkan jenis reksadana syariah dengan jumlah unit penyertaan reksadana sebanyak 4 reksadana syariah, dan pada tahun 2014 jumlah unit penyertaan reksadana syariah maupun reksadana konvensional terbuka dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebanyak 822 unit penyertaan reksadana. Data yang diperoleh menunjukan bahwa minat masyarakat pemodal untuk melakukan investasi di reksadana baik reksadana syariah maupun reksadana konvensional semakin meningkat. Tabel 1.1: Perkembangan Jumlah Reksadana Syariah Dan Reksadana Konvensional Yang Dikeluarkan Perusahaan Pengelola Reksadana JUMLAH REKSADANA TAHUN SYARIAH KONVENSIONAL 2002 0 131 2003 4 182 2004 11 235 2005 17 311 2006 23 380 2007 26 447 2008 36 531 2009 46 564 2010 48 564 2011 50 596 2012 58 696 2013 65 758 2014 65 757 TOTAL 449 6152 Sumber : ojk.go.id Perkembangan jumlah reksadana syariah dan reksadana konvensional dari tahun 2002 hingga tahun 2014 yang terlihat pada Tabel 1.1 menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Kenaikan yang terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah reksadana total yang beredar yang dikeluarkan oleh perusahaan pengelola reksadana, hal ini mengindikasikan bahwa minat investor semakin besar dalam

5 menginvestasikan dana nya di reksadana. Perbedaan persentasi yang terlihat dari jumlah reksadana syariah dengan reksadana konvensional tidak dapat dipungkira bahwa jumlah reksadana syariah memiliki persentasi yang lebih kecil dibandingkan dengan keseluruhan reksadana karena reksadana syariah baru beroperasi pada tahun 2003 berbeda dengan reksadana konvensional yang lebih dahulu beroperasi. Kelayakan investasi pada reksadana syariah dengan reksadana konvensional dapat dilihat dengan menggunakan tingkat return yang dibutuhkan (Required rate of return) dan Garis Pasar Sekuritas (GPS) atau Security Market Line (SML), dimana Required rate of return adalah return yang dibutuhkan investor untuk berinvestasi pada suatu sekuritas tertentu dalam jumlah minimum dan GPS / SML adalah garis penetapan keputusan investasi atas dasar (premi) risiko dasar. Garis ini berperan sebagai pembatas layak tidaknya investasi baru yang diusulkan (Lihan dan Yogi, 2008).Garis GPS/SML merupakan penggambaran secara grafis dari model Capital Asset Pricing Model (CAPM) (Jogiyanto,2010). CAPM merupakan model untuk menentukan harga suatu aset pada kondisi equilibrium, pada saat keadaan tersebut tingkat return yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu aset akan dipengaruhi oleh risiko dari aset tersebut (Tandelilin, 2010). Kriteria kelayakan investasi yang disyaratkan dengan menggunakan required rate of return adalah dengan membandingkan return sebenarnya (realizes return) dengan hasil perhitungan tingkat return yang dibutuhkan (required rate of return), jika realizes return lebih tinggi dari required rate of return (Ri > Rr) maka investasi tersebut layak dan jika realizes return lebih rendah dari required rate of

6 return (Ri < Rr) maka investasi tidak layak. Garis GPS/SML adalah, jika titik hasil (return) investasi dan risiko digambarkan pada grafik GPS/SML berada di garis atau diatas garis GPS/SML, maka investasi tersebut diterima atau layak. Sebaliknya jika titik hasil (return) dan risiko proyek berada dibawah garis, maka investasi tersebut ditolak atau tidak layak. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, pada reksadana,return yang dihasilkan dapat berupa capital gain dan deviden. Capital gain merupakan pengembalian dari unit penyertaan yang diperoleh dari perubahan Nilai Aktiva Bersih (NAB), sedangkan deviden merupakan laba yang diberikan pengelola reksadana kepada para pemegang unit penyertaan reksadana. Risiko merupakan potensi terhadap kesalahan dalam membuat prediksi atas harga atau nilai dari sekuritas dimasa yang akan datang. Perhitungan return dari reksadana dapat ditentukan dengan melihat besarnya Nilai Aktiva Bersih (NAB ) pada tiap periode. Nilai Aktiva Bersih (NAB) sendiri dapat dihitung atau ditentukan dengan melihat nilai pasar aktiva reksadana (sekuritas, kas, dan seluruh pendapatan)dikurangi jumlah kewajiban sehingga muncul lah nilai dari NAB sebuah reksadana (Sigit,2015). Sedangkan pada instrument investasi lainnya seperti saham perhitungan return ditentukan dengan melihat harga masing-masing saham pada tiap periode. Nilai aktiva Bersih (NAB) pada reksadana syariah pada Tabel 1.2 menunjukan kenaikan yang cukup signifikan seiring dengan peningkatan jumlah reksadana syariah terbuka yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), walaupun tidak dipungkiri kenaikan dan penurunan rata-rata NAB pada reksadana syariah dengan

7 reksadana konvensional terdapat ketidakstabilan di setiap tahunnya, dan hal ini membuktikan bahwa risiko investasi akan selalu ada dalam kegiatan investasi pada semua jenis reksadana. Tabel 1.2: Perkembangan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah Dan Reksadana Konvensional: JUMLAH NAB (Rp. Miliar) TAHUN SYARIAH KONVENSIONAL 2002 0.00 0.00 2003 66.94 69,380.06 2004 592.75 103,444.25 2005 559.10 28,846.63 2006 723.40 50,896.68 2007 2,203.09 89,987.54 2008 1,814.80 72,251.01 2009 4,629.22 108,354.13 2010 5,225.78 143,861.59 2011 5,564.79 162,672.10 2012 8,050.07 204,541.97 2013 9,423.19 183,112.33 2014 9,479.19 202,777.71 TOTAL 48,332.32 1,420,126.00 Sumber: ojk.go.id Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya peneliti ingin membandingkan kelayakan investasi pada reksadana syariah dengan reksadana konvensional, diantara kedua reksadana tersebut mana yang paling baik diantara reksadana syariah dan reksadana konvensional dengan kategori reksadana yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah reksadana saham dimana reksadana saham menjadi salah satu reksadana yang sering dipilih investor karena tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibanding dengan jenis reksadana lainnya, dengan tulisan yang akan diteliti berjudul Analisis Komparasi Kelayakan Investasi Reksadana Saham Syariah Dengan Reksadana Saham Konvensional.

8 1.2 Rumusan Masalah Reksadana sebagai alternatif investasi yang dibuat untuk para investor yang yang tidak memiliki banyak waktu dan belum memiliki cukup pengetahuan tentang investasi di pasar modal sehingga membutuhkan bantuan seorang manajer investasi sebagai pengelola dana yang diberikan investor. Reksadana yang baik adalah reksadana yang memiliki tingkat pengembalian yang lebih tinggi dan memperkecil tingkat resiko yang didapat, berdasarkan uraian sebelumnya untuk mengetahui reksadana mana yang paling baik dan layak diinvestasikan diantara reksadana saham syariah dan reksadana saham konvensioanal, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah reksadana saham syariah memiliki kelayakan investasi yang lebih baik dari reksadana saham konvensional. 1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kelayakan investasi dari reksadana saham syariah dengan reksadana saham konvensioanal. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan kontribusi dalam bidang manajemen, khususnya manajemen keuangan tentang penilaian kelayakan investasi reksadana saham syariah dengan reksadana saham konvensional.

9 1. Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan sebagai upaya untuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat selama masa perkuliahan. b. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan menjadi gambaran untuk investor memilih manakah diantara reksadana saham syariah dengan reksadana saham konvensional yang memiliki kelayakan investasi lebih baik dan memberikan informasi yang berkaitan dengan return dan resiko dari masing-masing reksadana tersebut. c. Bagi Manajer Investasi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang yang mereka lakukan dalam mengelola reksadana saham syariah maupun reksadana saham konvensional dan memberikan informasi mengenai pengaruh variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini terhadap kelayakan investasi reksadana yang mereka kelola. 1.4 Batasan Masalah Penelitian Penelitian ini membutuhkan batasan-batasan, dengan harapan agar penelitian ini dapat lebih fokus dan tidak meluas. Dengan alasan tersebut peneliti memberikan batasan penelitian diantaranya: 1. Jenis reksadana yang diteliti hanya jenis reksadana saham yang diambil dari reksadana syariah dan reksadana konvensional yang aktif dan tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

10 2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) sebagai metode yang dipakai untuk penilaian kelayakan investasi dari masing-masing reksadana saham syariah maupun reksadana saham konvensional. 3. Data-data yang digunakan dalam penelitian adalah data Nilai Aktiva Bersih (NAB) perbulan selama periode pengamatan masing-masing reksadana yang tercatat dalam Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan variable ekonomi yang digunakan seperti Indeks Harga Saham (IHSG), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang didapat dari laporan harian dan bulanan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.5 Kerangka Pemikiran Investor yang melakukan investasi pada reksadana tentu menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi dengan resiko yang rendah, baik pada reksadana syariah maupun konvensional memiliki kelayakan investasi yang berbeda satu sama lain sehingga membuat banyak pilihan untuk investor memutuskan berinvestasi di reksadana yang dapat menguntungkan. Kelebihan dari reksadana syariah dengan reksadana konvensional terdapat pada risiko yang ditanggung oleh investor, pada reksadana syariah investor tidak perlu khawatir terhadap manajer investasi yang dipercaya karena pada reksadana syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi dan mengatur manajer investasi dalam mengelola dana para pemodal sesuai dengan syariah islam,dan ditambah dengan pengawasan yang dilakukan OJK selaku pengawas pasar modal di Indonesia, sedangkan pada reksadana konvensional pengawasan hanya dilakukan oleh OJK selaku pengawas pasar modal yang bertugas mengawasi manajer investasi yang

11 mengelola dana para pemodal yang memilih reksadana konvensional sebagai instrument investasinya. Perbedaan tersebut mengindikasikan bahwa risiko yang dihadapi pemodal yang memilih reksadana konvensional lebih tinggi dibandingkan pemodal yang memilih reksadana syariah. Jenis reksadana yang diteliti adalah reksadana saham yang ditawarkan di pasar modal syariah maupun konvensional.penilaian kelayakan investasi pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) dimana metode ini menunjukan tentang keseimbangan antar tingkat resiko yang sistematis dan tingkat keuntungan yang telah ditetapkan oleh sekuritas portofolio atau perusahaan reksadana yang telah dipercaya. Kelayakan investasi yang disyaratkan untuk membandingkan nilai investasi reksadana saham syariah dan reksadana saham konvensional adalah menggunakan perbandingan realize return (Ri) dengan required rate of return (Rr) dengan kriteria adalah, jika realize return lebih tinggi dari required rate of return (Ri > Rr) maka reksadana tersebut layak untuk diinvestasikan, dan jika realize return lebih rendah dari required rate of return (Ri < Rr) maka reksadana tersebut tidak layak untuk diinvestasikan. Penilaian Kelayakan investasi lain yang digunakan adalah menggunakan garis GPS/SML yang merupakan penggambaran secara grafik dari metode CAPM dimana kriteria dari penggambaran grafik tersebut adalah, jika titik hasil (return) investasi dan risiko digambarkan pada grafik GPS/SML berada di garis atau diatas garis GPS/SML, maka investasi tersebut diterima atau layak. Sebaliknya jika titik

12 hasil (return) dan risiko proyek berada dibawah garis, maka investasi tersebut ditolak atau tidak layak. Secara singkat dapat digambarkan pada Gambar 1.1 Reksadana Syariah Reksadana Konvensional OJK& DPS OJK Metode CAPM Metode Kriteria Kelayakan Investasi Reksadana Required rate of Return (RR) (RR) Grafik SML Ri > Rr Ri < Rr Layak Tidak Layak Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran 1.6 Hipotesis Penilaian kelayakan investasi reksadana saham syariah dan reksadana saham konvensional dapat ditentukan dengan melihat kelebihan yang dimiliki oleh reksadana saham syariah dimana pada reksadana saham syariah pengawasan tidak hanya dilakukan oleh otoritas jasa keuangan (OJK) tetapi juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS), sedangkan pada reksadana saham konvensional

13 pengawasan hanya dilakukan oleh otoritas jasa keuangan (OJK) tanpa adanya dewan pengawas lainnya. Perbedaan tersebut dapat diasumsikan bahwa reksadana saham syariah memiliki kelayakan dan nilai investasi lebih baik dibandingkan dengan reksadana saham konvensional. Penilaian kelayakan investasi antara reksadana saham syariah dengan reksadana saham konvensional dapat dilihat dengan membandingkan return sebenarnya (realize return) dan tingkat return yang dibutuhkan (required rate of return), dengan asumsi reksadana saham syariah memiliki kelayakan investasi yang lebih baik dibandingkan dengan reksadana saham konvensional. Hasil penggambaran grafik GPS/SML yang mengasumsikan bahwa reksadana saham syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana saham konvensional adalah jika return dan risiko reksadana saham syariah berada digaris atau diatas garis SML dan sebaliknya jika return dan risiko reksadana saham syariah berada dibawah garis SML maka reksadana saham syariah tidak layak untuk diinvestasikan, berlaku juga untuk reksadana saham konvensional. Berdasarkan latar belakang, permasalahan, dan kerangka pemikiran diatas. Maka peneliti dapat menentukan hipotesis dari penelitian ini yaitu: H 1 : Reksadana saham syariah memilki kelayakan investasi yang lebih baik dibandingkan dengan reksadana saham konvensional.