1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Equus caballus telah dikenal banyak orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi. Hubungan kuda dengan manusia sangat erat kaitannya seperti peranan kuda sebagai transportasi dan pengangkut beban bahkan dibeberapa tempat digunakan sebagai sumber protein hewani, selain itu kuda dapat dimanfaatkan sebagai kuda perang, kuda rekreasi, kuda olahraga serta dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring perkembangan kuda memiliki daya tarik tersendiri bagi penggemarnya, diantaranya digunakan pada berbagai macam pertandingan olahraga berkuda yaitu polo kuda, pacuan kuda, gymkhana, show jumping, cross country dan masih banyak lagi jenis pertandingan olahraga lainnya yang menggunakan kuda. Tahun 1937 awal dimulainya sejarah polo kuda di Indonesia, pendiri olahraga ini mulanya dikenalkan oleh bangsa Belanda dengan nama perkumpulan yaitu Batavia Polo Klub. Pada saat perang dunia kedua ketika Indonesia dijajah oleh Jepang olahraga ini sempat terhenti. Dalam pertandingan polo jenis kuda yang digunakan sebagian besar adalah Criollo yaitu kuda yang berasal dari negara Argentina. Seekor kuda digunakan untuk pertandingan olahraga polo adalah kuda yang mempunyai kecepatan berlari, hal ini dipengaruhi oleh konformasi tubuh masing-masing kuda tersebut. Konformasi tubuh merupakan indikator untuk mengukur performa kuda dalam pertandingan polo berkuda, bila konformasi tubuh kuda baik maka performa yang dihasilkan akan baik juga.
2 Faktor yang menentukan kecepatan lari kuda diantaranya adalah tinggi pundak dan panjang badan, hal ini mempengaruhi panjang langkah dan frekuensi melangkah, sedangkan fungsi kerja otot menempel pada rangka kuda menghasilkan ketangguhan kuda dalam berlari. Tinggi pundak adalah tinggi pundak tertinggi tegak lurus sampai tanah, jadi tinggi rendahnya pundak akan berpengaruh dalam menentukan langkah kaki kuda dalam berlari, sedangkan panjang badan dapat diukur dari siku (humerus) sampai benjolan tulang tapis (os ischium), sehingga ukuran panjang tubuh memiliki hubungan dengan kontinuitas gerak kaki pada kuda saat berlari. Berdasarkan latar belakang ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul Hubungan Antara Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari Gallop Kuda Polo di Nusantara Polo Club Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor perlu untuk dilakukan. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Berapa besar korelasi antara Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari kuda polo di Nusantara Polo Club Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. 2. Bagaimana hubungan antara Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari kuda polo di Nusantara Polo Club Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui korelasi antara Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari kuda polo di Nusantara Polo Club Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.
3 2. Mengetahui bentuk hubungan antara Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari kuda polo di Nusantara Polo Club Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. 1.4 Kegunaan penelitian Kegunaan dari penelitian ini diharapkan menjadi informasi dasar ilmu pengetahuan pada umumnya mengenai hubungan Tinggi Pundak dan Panjang Badan terhadap Kecepatan Lari kuda polo dan khususnya dapat mendukung penelitian selanjutnya. 1.5 Kerangka pemikiran Populasi kuda di seluruh dunia mencapai kira-kira 62 juta ekor, yang terdiri dari 500 jenis varietas. Bangsa kuda pada awalnya dianggap sebagai hewan liar, sebelum didomestikasikan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara khusus (Bowling dan Ruvinsky, 2004). Domestikasi kuda terjadi sekitar 500 tahun yang lalu. Kuda pertama dianggap sebagai sumber pangan, untuk perang, transportasi serta untuk tujuan pengangkutan hasil bidang pertanian, pertambangan dan kehutanan (Bogart dan Taylor, 1983). Kuda dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yaitu tipe ringan, tipe berat maupun kuda poni sesuai ukuran, bentuk tubuh, dan kegunaan. Kuda Polo termasuk ke dalam tipe ringan mempunyai tinggi 1,45-1,7 m saat berdiri, bobot badan 450-700 kg dan sering digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik dan sebagai olahraga berkuda. Kuda tipe ringan secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibandingkan kuda tipe berat. Kuda tipe berat mempunyai tinggi 1,45-1,75
4 m saat berdiri dengan bobot badan lebih dari 700 kg dan bisa digunakan untuk pekerja. Kuda poni memiliki tinggi kurang dari 1,45 m jika berdiri bobot badan 250-450 kg (Ensminger, 1962). Polo adalah olahraga beregu dimainkan diatas kuda dengan tujuan untuk mencetak gol ke gawang lawan. Pada olahraga ini kuda yang biasa digunakan adalah kuda berasal dari Argentina yaitu jenis Criollo. Kuda ini memiliki ukuran tinggi 140 cm sampai 150 cm, warna bulu coklat ke abu-abuan dengan warna hitam atau coklat pekat, bentuk kepala proposional tidak terlalu besar memiliki panjang kepala agak pendek, bentuk matanya lebar, memiliki otot serta tulang yang kuat dan kemampuan gerak yang lincah untuk digunakan sebagai tunggangan kuda dalam olahrga polo (Draper, 2006). Kuda yang memiliki penampilan luar yang bagus pada umumnya memiliki nilai genetik yang bagus pula, apabila kuda memiliki genetik yang baik maka kemungkinan akan memiliki performa yang baik juga. Performa atau penampilan luar individu ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan (Hardjosubroto, 1994). Faktor genetik merupakan faktor yang ditentukan oleh sususnan gen di dalam pasangan kromosom yang dimiliki individu yang diturunkan oleh tetuanya. Faktor lingkungan tidak di dapat dari tetuanya, faktor ini meliputi pakan, manajemen pemeliharaan, iklim, latihan dan lingkungan permanen yang mempengaruhi prestasi ternak. Penilaian prestasi ternak tetap berpedoman pada ukuran-ukuran tubuh merupakan manifestasi dari pertumbuhan dan perkembangan (Ensminger, 1977). Kecepatan kuda saat berlari dipengaruhi oleh kemampuan kuda itu sendiri dan latihan. Penampilan fisik pada kuda diantaranya tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada serta bobot badan. Penampilan fisik tersebut saling
5 berhubungan dengan panjang melangkah serta didukung oleh fungsi kerja otot yang terlatih membuat kuda menjadi tangguh dalam berlari (Hickman, 1987). Otot mempunyai gaya untuk dapat menarik dan menguncup, otot ini dapat menjadi kecil dan tebal, apabila aktivitas otot meningkat seperti dalam berjalanbiasa, berlari serta berlari sangat cepat, pembuluh darah dalam kulit mengembang untuk mengeluarkan panas dan menstimulasikan kelenjar keringat agar beraktivitas lebih tinggi (Brown and Smith, 1984). Kuda memiliki kecepatan berlari rata rata 4 m/dtk pada kondisi normal sedangkan pada kecepatan langkah lari trot dan canter kuda dapat berlari hingga kecepatan 6 9 m/dtk dan bisa lebih cepat lagi tergantung panjang langkah, hal ini disebabkan pergerakan tungkai dan sendi sendi bekerja secara optimal pada langkah ini maka ruang gerak kuda sangat dipengaruhi oleh kinerja kuda. (Van Warel dkk, 1993). Kecepatan berlari kuda dipengaruhi oleh gerakan kinematika kuda yang menggambarkan pergerakan tungkai dan sendi termasuk dengan kebiasaan latihan pada kuda (Johnston dkk, 1995). Kecepatan berlari kuda diduga memiliki kaitan yang erat dengan tinggi pundak yang mencerminkan proporsi konformasi tubuh Semakin tinggi pundak maka semakin baik dan panjang badan sangat mempengaruhi untuk kontinuitas gerak pada jarak tertentu (Bandiati, 1990). Besarnya derajat hubungan antara Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari kuda polo dapat diukur dengan menggunakan Koefisien Korelasi Tujuannya digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara dua peubah (Warwick, 1995). Nilai Koefisien Korelasi yang mendekati 1 menunjukan semakin besar hubungan antara Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari kuda polo. Pada penelitian ini akan dilakukan perhitungan
6 mengenai hubungan antara tinggi pundak dan panjang badan dengan kecepatan lari kuda polo, dari uraian diatas, dapat diambil hipotesis bahwa terdapat hubungan antara Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari kuda polo. 1.6 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada saat latihan olahraga kuda polo di lapangan Nusantara Polo Club, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Lama penelitian terhitung dari tanggal 20 sampai 30 April 2016.