BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ekonomi saat ini sangat dibutuhkan adanya fungsi audit internal. Banyak pelaku ekonomi dewasa ini semakin mengandalkan peran auditor internal dalam menjaga efektivitas sistem pengendalian internal, pengelolaan risiko, dan proses governance, dengan tujuan agar dapat mengembangkan serta mengoptimalkan seluruh potensi perusahaan sehingga memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage). Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dengan misi dan peran yang dimilikinya saat ini juga menghadapi tantangan kompetisi global. Sejalan dengan itu BUMN juga memiliki tanggung jawab yang semakin besar untuk menjaga keseimbangan perekonomian Indonesia. Pembentukan fungsi audit internal merupakan keharusan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bank, dan lembaga pemerintah. Sistem pengendalian internal semakin menjadi tumpuan dalam mewujudkan organisasi yang sehat dan berhasil. Kewajiban untuk mengembangkan, menjaga dan melaporkan sistem pengendalian internal merupakan ketentuan bagi instansi pemerintah dan BUMN/BUMD, Bank, dan perusahaan publik maupun lembaga yang mendapatkan bantuan dari pemerintah (Konsorsium Profesi Audit Internal, 2004:3). 1
2 Fungsi audit internal pada BUMN dilakukan oleh Satuan Pengawasan Internal (SPI). Adapun tugas SPI diatur dalam undang-undang No.19 tahun 2003 tentang BUMN yang dinyatakan pada bab VI pasal 67, yaitu sebagai berikut: 1. Membantu Direksi Utama dalam melaksanakan pemeriksaan operasional dan keuangan BUMN, menilai pengendalian, pengelolaan dan pelaksanaannya pada BUMN serta memberikan saran-saran perbaikan. 2. Memberikan keterangan tentang hasil pemeriksaan atau hasil pelaksanaan tugas Satuan Pengawasan Internal sebagaimana dimaksud undang-undang diatas, dan 3. Memonitor tindak lanjut atau hasil pemeriksaan yang telah dilaporkan. Berdasarkan keterangan di atas, dapat dikatakan keberadaan auditor internal memberikan sumbangan nyata bagi organisasi dalam mentaati kewajiban dan memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Auditor internal diharapkan dapat memberikan masukan-masukan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan seperti pada Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atau dalam Standar Profesi Audit Internal (SPAI) disebut dengan komunikasi hasil penugasan, adalah tahap terakhir dari pelaksanaan audit. Tahap ini merupakan tahapan yang penting karena secara langsung menentukan tercapai tidaknya tujuan dari penugasan audit. Laporan hasil pemeriksaan merupakan produk audit dan merupakan media bagi auditor internal untuk menunjukkan kontribusinya pada perbaikan kinerja organisasi. Efektivitas laporan hasil pemeriksaan dapat mencerminkan bahwa
3 pemeriksaan telah dilakukan oleh auditor yang profesional dan personel yang kompeten, sehingga menghasilkan konstribusi yang bermanfaat. Auditor yang tidak meningkatkan teknik pelaporannya tidak akan dapat mengefektifkan hasil kerjanya (Sawyer, 1982). Pelaksanaan audit yang telah memakan waktu, biaya, dan tenaga dapat menjadi percuma hanya karena tim audit yang tidak bisa menyampaikan hasil audit dengan baik. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam meningkatkan efektivitas laporan hasil pemeriksaan internal adalah dengan menugaskan auditor yang profesional. Profesionalisme auditor internal merupakan salah satu kunci sukses para auditor internal dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menciptakan sikap profesionalisme dalam tiap aktivitasnya, maka auditor internal dituntut agar dapat melaksanakan tugas pemeriksaannya dengan sungguh-sungguh dan penerapannya sesuai dengan SPAI. Profesionalisme seorang auditor internal telah diatur dalam Standar Profesi Audit Internal, dimana unsur-unsur seperti independensi dan objektivitas, keahlian dan kecermatan profesional, ruang lingkup penugasan, pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, dan manajemen bagian audit internal dijadikan sebagai kriteria profesionalisme auditor internal. Seorang auditor internal jika telah melaksanakan tugasnya secara profesional, maka diharapkan akan menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang efektif sesuai dengan Standar Profesi Audit Internal. Laporan hasil pemeriksaan internal juga merupakan media untuk menyampaikan permasalahan serta temuan berikut dengan rekomendasi kepada manajemen dan unit-unit organisasi. Efektivitas laporan hasil pemeriksaan juga
4 dilihat dari sejauh mana temuan dan rekomendasi yang dicantumkan dalam laporan hasil pemeriksaan telah ditindaklanjuti oleh pihak manajemen, sebab rekomendasi yang tercantum dalam laporan hasil pemeriksaan merupakan alat bantu bagi manajemen untuk membuat keputusan yang tepat dan akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut dibutukan adanya komitmen dari top manajemen. Komitmen top manajemen merupakan komponen yang paling penting dalam menerapkan pengendalian internal yang efektif (Messier dan Prawit, 2006). Top manajemen dituntut memiliki komitmen yang tinggi terhadap jalannya pengendalian internal yang efektif sebagai dasar untuk menghasilkan laporan yang andal atau mendeteksi kecurangan (COSO, 1994). Komitmen top manajemen dapat terlihat dari tanggapannya terhadap umpan balik yang diterima dari auditor mengenai pengendalian internal (Ratliff, 2002). Komitmen top manajemen sangat diperlukan terutama dalam menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi yang disarankan dalam rangka mencapai sasaran maupun tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Hiro Tugiman, 2002:10). Salah satu kasus ketidakefektifan laporan hasil pemeriksaan di lingkungan BUMN terjadi pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero). Berdasarkan pernyataan Staf ahli SPI PT. INTI (Persero) pada tanggal 6 Mei 2010, mengatakan bahwa permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan pemeriksaan dan pengendalian sering kali muncul terutama pada tahapan tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan auditor internal dalam Laporan Hasil
5 Pemeriksaan (LHP). Pihak manajemen kurang memberi respon yang baik terhadap hasil pemeriksaan, terutama mencakup temuan audit serta rekomendasi dalam memperbaiki kondisi temuan audit yang auditor internal paparkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan tersebut. Sehingga rekomendasi pun sering kali tidak dijadikan prioritas utama untuk segera ditindaklanjuti. Selain itu, rekomendasi dari temuan audit yang ada juga terkadang tidak dapat dilaksanakan karena berbenturan dengan keterbatasan dana perusahaan. Seperti pada temuan berikut, auditor PT. INTI (Persero) menemukan bahwa sistem pergudangan tidak efektif dikarenakan letak gudang yang satu dan yang lain sangat berjauhan sehingga memerlukan biaya transportasi yang sangat besar. Untuk itu, SPI merekomendasikan dibuatnya suatu gudang besar demi tercapainya efisiensi, tetapi rekomendasi tersebut tidak dilaksanakan karena keterbatasan dana. Ditemukan pula temuan audit yang berulang terkait dengan selisih persediaan (Rosina Dwi Rahadiani, 2012). Hal-hal tersebut bisa terjadi karena rendahnya komitmen yang dimiliki top manajemen dalam menindaklanjuti setiap rekomendasi yang telah diberikan oleh auditor internal. Top manajemen tidak memiliki inisiatif dan kesadaran untuk mempertahankan stabilitas dan kelancaran kerja, melakukan perubahan dan perbaikan, serta membantu mencapai tujuan perusahaan. Selain itu, ketidakefektifan laporan hasil pemeriksaan bisa juga terjadi dikarenakan auditor internal pada PT. INTI yang tidak profesional. Auditor tidak memiliki integritas, objektivitas dan kompetensi, sehingga tidak mampu menyampaikan argumentasi yang kuat untuk meyakinkan manajemen mengenai
6 perlunya suatu tindakan korektif dalam upaya mengambil langkah perbaikan dan mengantisipasi setiap penyimpangan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Auditor internal juga terkadang memberikan rekomendasi yang sulit untuk dilaksanakan sebab, biaya untuk memperbaiki kondisi temuan yang cukup besar dibandingkan manfaat yang akan diperoleh perusahaan (Rosina Dwi Rahadiani, 2012). Pendapat lain mengungkapkan bahwa, auditor internal pada PT. INTI kurang kompeten dalam mengumpulkan bukti-bukti dan dokumen pendukung laporan hasil pemeriksaan (Sali Anindya Kirana, 2010). Kasus lain terjadi pada PT. Kereta Api Indonesia (KAI). Kasus audit umum yang dialami oleh PT. KAI ini bermuara dari perbedaan pandangan antara manajemen dan komisaris yang merangkap sebagai ketua komite audit. Komisaris menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor eksternal. Perbedaan pandangan tersebut bersumber pada perbedaan pendapat mengenai masalah piutang PPN, masalah beban ditangguhkan yang berasal dari penurunan nilai persediaan, persediaan dalam perjalanan, masalah Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya (BPYBDS) dan Penyertaan Modal Negara (PMN), dan masalah uang muka gaji. Setelah diidentifikasi hal yang turut berperan dalam masalah pada PT. KAI tersebut adalah auditor internal yang tidak berperan aktif dalam proses audit. Auditor internal seharusnya dapat bekerja secara profesional dengan menengahi perbedaan pandangan antara manajemen dan komisaris tersebut, dengan jalan turut mengidentifikasi adanya permasalahan dan memberikan rekomendasi
7 penyelesaian yang dikomunikasikan di dalam laporan hasil pemeriksaan internal perusahaan (Wordpress, 18 Januari 2011). Dari uraian kasus di atas, diketahui bahwa permasalahan di dalam perusahaan terjadi karena tidak efektifnya laporan hasil pemeriksaan internal, yang pada umumnya disebabkan oleh kurang profesionalnya auditor internal dan rendahnya komitmen top manajemen dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal dan Komitmen Top Manajemen terhadap Efektivitas Laporan Hasil Pemeriksaan Internal (Survey pada BUMN sektor industri pengolahan di Kota Bandung). 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalahmasalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh profesionalisme auditor internal terhadap efektivitas laporan hasil pemeriksaan internal. 2. Bagaimana pengaruh komitmen top manajemen terhadap efektivitas laporan hasil pemeriksaan internal. 3. Bagaimana pengaruh profesionalisme auditor internal dan komitmen top manajemen secara simultan terhadap efektivitas laporan hasil pemeriksaan internal.
8 1.3 Maksud dan Tujuan penelitian Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan informasi dan data yang mendukung baik kualitatif maupun kuantitatif. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan: 1. Untuk menganalisis pengaruh profesionalisme auditor internal terhadap efektivitas laporan hasil pemeriksaan internal. 2. Untuk menganalisis pengaruh komitmen top manajemen terhadap efektivitas laporan hasil pemeriksaan internal. 3. Untuk menganalisis pengaruh profesionalisme auditor internal dan komitmen top manajemen secara simultan terhadap efektivitas laporan hasil pemeriksaan internal. 1.4 Kegunaan Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi yang akurat dan relevan serta dapat digunakan oleh: 1. Bagi penulis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta penerapan pengetahuan teoritis yang didapat selama masa kuliah, sehingga dapat membuka wawasan yang lebih luas. Serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
9 2. Bagi perusahaan: Khususnya departemen audit internal dan general manager, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan, informasi, dan kelengkapan data yang bermanfaat dalam pengembangan perusahaan. 3. Bagi pihak lain: Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi, khususnya untuk mengkaji topiktopik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dan pengumpulan data dilakukankan pada Perusahaanperusahan Badan Usaha Milik Negara Sektor Industri Pengolahan yang berpusat di Kota Bandung. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan dari bulan Februari 2013 sampai dengan selesai. Tabel 1.1 Daftar Perusahaan BUMN Sektor Industri Pengolahan di Bandung No. Nama Perusahaan Alamat Perusahaan 1. PT PINDAD (Persero) 2. 3. PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) PT Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace IAe) Jl. Jend. Gatot Subroto No. 517 Kiaracondong, Bandung 40284 Jl. Moh. Toha No 77 Bandung 40253 Jl. Pajajaran no. 154 Bandung 40174 4. PT BIO FARMA (Persero) Tbk Jl. Pasteur no. 28 Bandung 40161 5. PT LEN Industri (Persero) Jl.Soekarno Hatta 442 Bandung 40254