PROSIDING ISSN: M-23 POLA KETERKAITAN SPASIAL BERDASARKAN PRODUKSI PAJALE (PADI JAGUNG KEDELAI) DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

Kata kunci : LISA, Moran I, Spatial Autocorrelation. Abstract

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1

BAB III LANDASAN TEORI

Katalog BPS:

REKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 JUMLAH NO JENIS SEKOLAH JUMLAH DANA

BUPATI GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Grobogan Tahun 2015 KATA PENGANTAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

REKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 JUMLAH NO JENIS SEKOLAH JUMLAH DANA

pemerintah KABUPATEN GROBOGAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KETERKAITAN REGIONAL KABUPATEN/KOTA DALAM PEMBENTUKAN KLASTER PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH PROVINSI ACEH (PENDEKATAN ANALISIS SPASIAL)

1/10 LAYANAN PERIZINAN PAKET GROBOGAN INVESTASI (LARI PAGI) BERSAMADINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN GROBOGAN.

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN GROBOGAN PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL SPASIAL DURBIN PADA ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH

S 8 Analisis Spasial Kasus Demam Berdarah di Sukoharjo Jawa Tengah dengan Menggunakan Indeks Moran

MODEL SPASIAL DURBIN EROR UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2012 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

KAJIAN PEMBANGUNAN KAWASAN TERTINGGAL DI KABUPATEN GROBOGAN

PEMBENTUKAN MODEL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB

2.11. Penduduk Yang Bekerja di Sektor Pertanian Pengangguran... 40

BAB I PENDAHULUAN. Model regresi adalah persamaan matematik yang dapat meramalkan nilai-nilai

SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL ROOK CONTIGUITY UNTUK PEMODELAN GINI RATIO DI INDONESIA TAHUN 2014.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani (Suprihono, 2003).

BAB IV HASIL PENELITIAN

AUTOKORELASI SPASIAL UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK INDEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT (IPKM) PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

Pengembangan Kawasan Industri Dalam Perspektif Rencana Tata Ruang Wilayah KABUPATEN GROBOGAN

PEMODELAN SPATIAL ERROR MODEL (SEM) UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI PROVINSI JAWA TENGAH

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tidak tercapainya beberapa sasaran tersebut diatas disebabkan karena beberapa hal, antara lain : PROSE NTASE

PEMODELAN KETAHANAN PANGAN KEDELAI (GLYSINE SOYA MAX (LENUS&MERRIL)) DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN SPATIAL REGRESSION

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN SPATIAL ERROR MODEL PADA PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI EKS KARESIDENAN SURAKARTA

PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI OLAHAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN. Abstrak

ABSTRAK. Kata kunci: DBD, Efek Spasial, Spatial Autoregressive (SAR).

BAB 2 LANDASAN TEORI

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BADAN KETAHANAN PANGAN

BAB II 0 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN HIV & AIDS DI KABUPATEN GROBOGAN. OLEH : PENGENDALIAN PENYAKIT (PROGRAM HIV &AIDS) DINAS KESEHATAN Kab.

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA KEKERINGAN DI KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH

OPTIMALISASI MATRIK BOBOT SPASIAL BERDASARKAN K-NEAREST NEIGHBOR DALAM SPASIAL LAG MODEL

MOBILISASI ALSINTAN BERDASARKAN KALENDER TANAM PADA BUDIDAYA PADI DI KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH

POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK MENGEMBANGKAN TANAMAN BUAH-BUAHAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN. Pada pembahasan kali ini akan diuraikan langkah-langkah dalam melakukan

DAYA DUKUNG PERTANIAN TANAMAN PANGAN TERHADAP KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK DI KABUPATEN GROBOGAN, PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS SPASIAL PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA (Studi Kasus Provinsi Jawa Tengah) Abstract

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia Wajib Belajar Menggunakan Metode Regresi Spasial di Jawa Timur

Pemodelan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kriminalitas di Jawa Timur dengan Analisis Regresi Spasial

MODEL REGRESI SPASIAL UNTUK ANAK TIDAK BERSEKOLAH USIA KURANG 15 TAHUN DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

PEMODELAN KRIMINALITAS DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

Disparitas Pembangunan antar Wilayah Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

Analisis Geographycally Weighted Regression Pada Data Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah

EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

Diska Mayangsari, Edy Prasetyo dan Mukson Program Studi Magister Agribisnis Program Pasca Sarjana UNDIP ABSTRAK

1 Penyediaan Jasa Surat Menyurat 8,500, ,125,

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 Menggunakan Regresi Spasial

Maslim Rajab Syafrizal 1, Setiawan 2, Sutikno 3

DESAIN SAMPLING UNTUK PEMODELAN SPATIAL. Bertho Tantular Departemen Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran

Keywords: Levenberg Marquardt Algorithm, Geographic Information System, Spatial Data.

pendapatan yang semakin merata. Jadi salah satu indikator berhasilnya pembangunan adalah ditunjukkan oleh indikator kemiskinan.

ANALISIS PERKEMBANGAN KERBAU RAWA (Bubalus bubalis) DI KANTONG BIBIT SAPI LOKAL KABUPATEN GROBOGAN

Arrowiyah Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si. Seminar Tugas Akhir SS091324

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. produksi padi terbesar di Jawa Tengah.Pada Tahun 2015, Kabupaten Grobogan

Lampiran IX. Daftar Pemotong Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Semarang Selatan

TINJAUAN PUSTAKA Profil Kabupaten Jember Pengeluaran Per kapita

Pemodelan Kasus Tindak Pidana di Kota Surabaya dengan Pendekatan Regresi Spasial

SW 1 ( Tahun Anggaran 2012 ) Kabupaten Grobogan APBD Perubahan sd Desember

PERAMALAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI JAWA BARAT

ANALISIS SPASIAL UNTUK SEBARAN SUARA DAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK PADA PEMILU LEGISLATIF 2009 DI WILAYAH DKI JAKARTA DAN JAWA BARAT

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

KETIMPANGAN PERTUMBUHAN PENDAPATAN DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN PASAMAN DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT. Latifa Hanum 1) ABSTRACTS

Abstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

Development Goals (MDGs), pencapaian kesepakatan Pendidikan Untuk BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

MODEL OTOREGRESI SIMULTAN DAN OTOREGRESI BERSYARAT UNTUK ANALISIS KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR MIRA MEILISA

PROSIDING ISSN: M-22 ANALISIS PERUBAHAN KELOMPOK BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE (SAR)

III. METODE PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM BAZDA KABUPATEN GROBOGAN. 3.1 Gambaran Umum BAZDA Kabupaten Grobogan Sejarah Berdirinya BAZDA Kabupaten Grobogan

Transkripsi:

M-23 POLA KETERKAITAN SPASIAL BERDASARKAN PRODUKSI PAJALE (PADI JAGUNG KEDELAI) DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 Rukini Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan email:rukini@bps.go.id Abstrak Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, kebutuhan masyarakat terhadap bahan makanan padi, jagung dan kedele (pajale) juga terus mengalami peningkatan. Kementerian Pertanian lewat Upaya Khusus Peningkatan Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus PAJALE) yang diluncurkan April 2015 terus digulirkan. Pelaksanaan upsus di Provinsi Jawa Tengah dilakukan di 5 Kabupaten yang merupakan sentra produksi pajale yaitu Kabupaten Grobogan, Sragen, Karanganyar, Boyolali dan Kabupaten Blora. Sentra produksi pajale di 5 kabupaten tersebut merupakan wilayah yang berdekatan. Hal ini dimungkinkan karena faktor kedekatan antar wilayah yang dimungkinkan ada pengaruhnya. Penelitian ini ingin mencoba memberikan gambaran pola penyebaran produksi pajale menurut kecamatan di Kabupaten Grobogan melalui metode pendekatan spasial. Mengetahui fenomena keterkaitan wilayah berdasarkan produksi pajale yang ditunjukkan dalam pola korelasi spasialnya. Penentuan hubungan antara keterkaitan wilayah digunakan metode Indeks Moran. Hasil analisis keterkaitan dan pola spasial kecamatan di Kabupaten Grobogan berdasarkan produksi pajale, diperoleh nilai indeks moran 0,0837138 untuk produksi padi, nilai indeks moran untuk produksi jagung sebesar 0,303074 dan 0,225627 merupakan nilai indeks moran untuk produksi kedelai. Nilai indeks moran di kisaran 0 <I 1 menunjukkan adanya autokorelasi spasial positif tetapi korelasi kecil dan indeks ini memiliki pola spasial yang menggerombol (clustered) Kata Kunci: Indeks Moran, Pajale, Pola Spasial 1. PENDAHULUAN Kedaulatan pangan menjadi harga mati sebagai cita-cita dalam rangka mewujudkan mimpi kemandirian bangsa dan negara dalam bidang pangan. Bagi Kabupaten Grobogan, Sektor Pertanian merupakan sektor primer yang amat strategis, karena memberi kontribusi 32% dari PDRB Kabupaten Grobogan setiap tahun. Dengan demikian pendapatan perkapita masyarakat Kabupaten Grobogan amat tergantung pada keberhasilan Sektor Pertanian. Sebagian besar penduduknya (±53%) menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian ini, dan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Grobogan juga berasal dari lapangan usaha tersebut. Upaya peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai terus digulirkan. Kementerian Pertanian lewat Upaya Khusus Peningkatan Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus PAJALE) yang diluncurkan April 2015. Program tersebut mematok target swasembada tiga komoditas pangan strategis tersebut tercapai pada tahun 2017. Di Jawa Tengah pelaksanaan upsus dilakukan di 5 kabupaten yang merupakan sentra produksi pajale salah satunya adalah Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya II (KNPMP II) 223

Kabupaten Grobogan. Pada hakekatnya strategi pembangunan wilayah yang berlangsung selama ini merupakan gabungan dari pendekatan sektoral dan pendekatan spasial dalam rangka terwujudnya keberimbangan pembangunan wilayah (Rustiadi, et al., 2009). Pembangunan wilayah melalui pendekatan sektoral lebih menekankan pada pilihan sektor-sektor ekonomi yang dapat berperan sebagai penggerak ekonomi wilayah. Sedangkan pendekatan kewilayahan (spasial) memberikan penekanan pada aspek kewilayahan. Ada perbedaan potensi yang beragam antar kecamatan di Kabupaten Grobogan sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah mengetahui pola penyebaran produksi pajale dengan pendekatan spasial. Mengetahui fenomena keterkaitan wilayah berdasarkan produksi pajale yang ditunjukkan dalam pola korelasi spasialnya. Penelitian terkait wilayah (spasial) sebelumnya diantaranya dilakukan oleh Aulia Zulha, dkk, dengan judul pola keterkaitan spasial kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan sektor unggulannya. Irawan, E, dkk dengan judul pola spasial kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah: suatu analisis eksploratif. Hasil analisis spasial dapat memberikan informasi yang lebih mudah dipahami dan dianalisis untuk kebijakan/perencanaan pembangunan Kabupaten Grobogan di masa yang akan datang. 2. METODE PENELITIAN a. Statistika spasial Statistika spasial merupakan salah satu metode statistika yang digunakan untuk menganalisis data spasial. Sementara data spasial sendiri adalah data yang memuat informasi lokasi, jadi tidak hanya apa yang diukur tetapi menunjukkan lokasi dimana data itu berada. Pendekatan analisis statistika spasial biasa disajikan dalam bentuk peta tematik. Hukum pertama tentang geografi dikemukakan oleh W Tobler. Tobler dalam Anselin mengemukakan bahwa semua hal saling berkaitan satu dengan yang lainnya, tetapi sesuatu yang dekat akan lebih berkaitan dari pada hal yang berjauhan. Jadi dapat disimpulkan bahwa efek spasial merupakan hal yang wajar terjadi satu daerah dengan daerah yang lainnya. Secara umum analisis spasial membutuhkan data-data yang berdasarkan lokasi dan memuat karakteristik dari lokasi tersebut. Hal yang sangat penting dalam analisis spasial adalah adanya pembobot atau sering disebut matriks pembobot spasial. Matrik pembobot spasial digunakan untuk menentukan bobot antar lokasi yang diamati berdasarkan ketetanggaan antar lokasi. Menurut Kosfeld, pada Grid secara umum ketetanggaan dapat didefinisikan dalam beberapa cara, yaitu: 1) Rook contiguity Daerah pengamatannya ditentukan berdasarkan sisi-sisi yang saling bersinggungan dan sudut tidak diperhitungkan. Ilustrasi rook contiguity dilihat pada Gambar 1, dimana unit B1, B2, B3, dan B4 merupakan tetangga dari unit A Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya II (KNPMP II) 224

Unit B2 Unit B1 Unit A Unit B3 Unit B4 Gambar 1. Rook Contiguity 2) Bishop contiguity Daerah pengamatannya ditentukan berdasarkan sudut-sudut yang saling bersinggungan dan sisi tidak diperhitungkan. Ilustrasi untuk bishop contiguity dilihat pada Gambar 2, dimana unit C1, C2, C3, dan C4 merupakan tetangga dari unit A Unit C1 Unit C4 Unit A Unit C2 Unit C3 Gambar 2. Bishop Contiguity 3) Queen contiguity Daerah pengamatannya ditentukan berdasarkan sisi-sisi yang saling bersinggungan dan sudut juga diperhitungkan. Ilustrasi untuk queen contiguity dapat dilihat pada Gambar 3, dimana unit B1, B2, B3, dan B4 serta C1, C2, C3, dan C4 merupakan tetangga dari unit A. Unit C1 Unit B2 Unit C2 Unit B1 Unit A Unit B3 Unit C4 Unit B4 Unit C3 Gambar 3. Queen Contiguity Pada umumnya ketetanggaan antar lokasi didasarkan pada sisi-sisi utama bukan sudutnya. Menurut Kosfeld, matriks pembobot spasial W dapat diperoleh dari dua cara yaitu matriks pembobot terstandarisasi (standardize contiguity matrix W) dan matriks pembobot tak terstandarisasi (unstandardize contiguity matrix). Matriks pembobot terstandarisasi (standardize contiguity matrix W) merupakan matriks pembobot yang diperoleh dengan cara memberikan bobot yang sama rata terhadap tetangga lokasi terdekat dan yang lainnya nol, sedangkan matriks Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya II (KNPMP II) 225

pembobot tak terstandarisasi (unstandardized contiguity matrix) merupakan matriks pembobot yang diperoleh dengan cara memberikan bobot satu bagi tetangga terdekat dan yang lainnya nol. b. Autokorelasi Spasial Autokorelasi spasial adalah taksiran dari korelasi antar nilai amatan yang berkaitan dengan lokasi spasial pada variabel yang sama. Autokorelasi positif menunjukkan adanya kemiripan nilai dari lokasi-lokasi yang berdekatan dan cenderung berkelompok. Sedangkan autokorelasi spasial yang negatif menunjukkan bahwa lokasi-lokasi yang berdekatan mempunyai nilai yang berbeda dan cenderung menyebar. Pengukuran autokorelasi spasial untuk data spasial dapat dihitung menggunakan metode Moran s Index (Indeks Moran), Geary s C, dan Tango s excess. Pada penelitian ini metode analisis hanya dibatasi pada metode Moran s Index (Indeks Moran). Indeks Moran (Moran s I) merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk menghitung autokorelasi spasial secara global. Jika nilai indeks moran (Moran s I) mendekati nilai positif (+) 1, maka bertendensi pemusatan atau penggerombolan (cluster). Jika nilai indeks moran mendekati negatif (-) 1, maka bertendensi acak (random) atau pencilan (kesenjangan). Dari indeks moran ini akan menghasilkan pola keterkaitan spasialnya, dimana pola tersebut membentuk; pola menggerombol (cluster), acak (random), atau tersebar (dispered) c. Data dan Metode Analisis Sumber data utama penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan yaitu Grobogan Dalam Angka 2015. Pada penelitian ini yang dijadikan unit observasi adalah kecamatan yang ada di Kabupaten Grobogan. Tabel 1. Data Pajale (Padi Jagung Kedelai) Kabupaten Grobogan Tahun 2015 Kecamatan Padi Jagung Kedelai Kecamatan Padi Jagung Kedelai 1 Kedungjati 5.548 43.007 280 11 Tawangharjo 39.643 37.414 1.200 2 Karangrayung 32.585 40.926 549 12 Grobogan 33.230 30.172-3 Penawangan 58.349 13.511 412 13 Purwodadi 55.516 9.724 3.463 4 Toroh 48.239 75.553 4.468 14 Brati 30.280 13.468 144 5 Geyer 31.197 110.260 2.405 15 Klambu 29.171 15.333 58 6 Pulokulon 43.946 60.980 17.376 16 Godong 84.542 303-7 Kradenan 44.565 49.693 7.169 17 Gubug 49.650 11.732 94 8 Gabus 49.650 31.681 7.206 18 Tegowanu 47.935 15.990 268 9 Ngaringan 50.934 47.829 2.132 19 Tanggungharjo 12.336 45.888 133 10 Wirosari 65.369 47.477 - Sumber: Grobogan Dalam Angka 2015 Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya II (KNPMP II) 226

Metode analisis pada penelitian ini adalah analisis keterkaitan dan pola spasialnya. Analisis keterkaitan ini menggunakan analisis spatial autocorrelation yang menghasilkan indeks Moran; yaitu menunjukkan besar keterkaitan suatu wilayah dengan wilayah lain di sekitarnya. Jika nilai indeks Moran (Moran s I) mendekati nilai positif (+) 1, maka bertendensi pemusatan atau penggerombolan (cluster). Jika nilai indeks Moran mendekati negatif (-) 1, maka bertendensi acak (random) atau pencilan (kesenjangan). Dari indeks Moran ini akan menghasilkan pola keterkaitan spasialnya, dimana pola tersebut membentuk; pola menggerombol (cluster), acak (random), atau tersebar (dispered). Sementara software yang digunakan dalam penelitian ini adalah ArcView versi 3.3 dan Open Geoda 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menentukan adanya autokorelasi, komponen utama yang diperlukan adalah peta lokasi. Peta yang digunakan untuk menentukan hubungan kedekatan antar kecamatan di Kabupaten Grobogan. Dari peta Kabupaten Grobogan diketahui terdapat 19 kecamatan sehingga matriks pembobot spasial akan berukuran 19 x 19. Metode pembobotan matriks menggunakan rook contiquity. Secara umum, nilai indeks moran menunjukkan tingkat kekuatan keterkaitan spasial. Dari nilai Indeks Moran tersebut, terbentuklah pola spasialnya yang menunjukkan pola (clustered), acak (random) atau tersebar (dispersed). a. Hasil Analisis Keterkaitan dan Pola Spasial Berdasarkan Padi Berdasarkan gambar 1. Dapat dijelaskan bahwa sebaran produksi padi menurut kecamatan di Kabupaten Grobogan tahun 2015 terlihat mengelompok seperti kecamatan Godong (16), Kecamatan Penawangan (3) dan Kecamatan Purwodadi (13) dengan gradasi warna yang hampir sama (gelap). Dari hasil pengujian indeks moran juga diperoleh nilai sebesar 0,0837138 berada pada rentang 0 I 1, walaupun masih tergolong kecil (jauh dari nilai +1) indeks ini memiliki pola spasial yang menggerombol (clustered). Artinya produksi padi di wilayah kecamatan yang saling berdekatan di Kabupaten Grobogan masih saling membri pengaruh antar satu dengan yang lainnya. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya II (KNPMP II) 227

Gambar 1. Peta Pola Keterkaitan Spasial Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2015 Berdasarkan Padi Gambar 2. Moran Scatterplot Padi b. Hasil Analisis Keterkaitan dan Pola Spasial Berdasarkan Jagung Sementara hasil keterkaitan dan pola spasial berdasarkan produksi jagung seperti pada gambar 3. hasilnya juga memiliki pola spasial. Hal ini sperti terlihat kecamatan Toroh (4), Kecamatan Geyer (5) dan Kecamatn Pulokulon (6) terlihat menggerombol (cluster) dengan gradasi warna yang hamper sama (gelap). Nilai indeks moran sebesar 0,303074 seperti gambar 4. lebih besar dari nilai indeks moran produski padi. Artinya produksi jagung di wilayah kecamatan yang saling berdekatan di Kabupaten Grobogan saling memberi pengaruh antar satu dengan yang lain. Dapat diartikan pula bahwa keterkaitan spasial produksi jagung lebih besar dibanding keterkaitan spasial produksi padi. Gambar 3. Peta Pola Keterkaitan Spasial Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2015 Berdasarkan Jagung Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya II (KNPMP II) 228

Gambar 4. Moran Scatterplot Jagung c. Hasil Analisis Keterkaitan dan Pola Spasial Berdasarkan Kedelai Keterkaitan dan pola spasial kecamatan berdasarkan produksi kedelai terlihat pada gambar 5 dan gambar 6 berikut. Adanya keterkaitan spasial terlihat beberapa kecamatan menggerombol sesuai gradasi warnanya. Misalnya Kecamatan Pulokulon (6), Kecamatan Kradenan (7) dan Kecamatan Gabus (8) yang memiliki gradasi warna yang hamper sama. Artinya produksi kedelai di wilayah kecamatan yang saling berdekatan di Kabupaten Grobogan saling memberi pengaruh antar satu dengan yang lain. Dari hasil pengujian indeks moran juga diperoleh nilai sebesar 0,0225627 berada pada rentang 0 I 1, walaupun masih tergolong kecil (jauh dari nilai +1) indeks ini memiliki pola spasial yang menggerombol (clustered). Gambar 5. Peta Pola Keterkaitan Spasial Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2015 Berdasarkan Kedelai Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya II (KNPMP II) 229

Gambar 6. Moran Scatterplot Kedelai 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analsisis dan pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis keterkaitan dan pola spasial kecamatan di Kabupaten Grobogan berdasarkan produksi pajale, diperoleh nilai indeks moran 0,0837138 untuk produksi padi, nilai indeks moran untuk produksi jagung sebesar 0,303074 dan 0,225627 merupakan nilai indeks moran untuk produksi kedelai. Nilai indeks moran di kisaran 0 <I 1 menunjukkan adanya autokorelasi spasial positif tetapi korelasi kecil dan indeks ini memiliki pola spasial yang menggerombol (clustered). Artinya produksi pajale di wilayah kecamatan yang saling berdekatan di Kabupaten Grobogan saling memberi pengaruh antar satu dengan yang lain 2. Pola spasial kecamatan berdasarkan produksi padi yang membentuk gerombol (clustered) contohnya Kecamatan Godong (160), Kecamatan Penawangan (3) dan Kecamatan Purwodadi (130). 3. Pola spasial kecamatan berdasarkan produksi jagung yang membentuk gerombol (clustered) contohnya Kecamatan Toroh (4), Kecamatan Geyer (5) dan Kecamatan Pulokulon (6). 4. Pola spasial kecamatan berdasarkan produksi kedelai yang membentuk gerombol (clustered) contohnya Kecamatan Pulokulon (6), Kecamatan Kradenan (7), dan Kecamatan Gabus (8). 5. DAFTAR PUSTAKA Anselin, L., 1995, Local Indicators Of Spatial Association (LISA), Geographical Analysis, 27 (2):93-116. Aulia Zulha, O dan Budi Santosa, E. Pola Keterkaitan Spasial Kabupaten/Kota di Jawa Timur Berdasarkan Sektor Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya II (KNPMP II) 230

Unggulannya, Jurnal Teknik POMITS Vol.2, No.1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 print). Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Grobogan, Grobogan Dalam Angka 2015. Irawan, E., Haryanti, N., & Priyanto, E. Pola Spasial Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah: Suatu Analisis Eksploratif, Seminar Nasional Pendayagunaan Informasi Geospatial untuk Optimalisasi Otonomi Daerah 2013.ISBN:978-979-636-152-6. Rustiadi, E., Saefulhakim S. dan Panuju D.R. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia. Triastuti W, dkk. 2014, Identifikasi Autokorelasi Spasial Pada Jumlah Pengangguran di Jawa Tengah Menggunakan Indeks Moran. Media Statistik, Vol.7, No. 1, Juni 2014:1-10 Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya II (KNPMP II) 231