BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB 1 PENDAHULUAN. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru,

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. berhasil disembuhkan. Apalagi diakibatkan munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kematian per tahun. Kematian tersebut pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment)

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak lepas terkait dengan status gizi ataupun kesehatan setiap. individu. Indikator yang digunakan salah satunya adalah Indeks

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

KERANGKA ACUAN PROGRAM TB PARU UPTD PUSKESMAS BANDA RAYA KECAMATAN BANDA RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ini menular dan menyebar melalui udara, apabila tidak diobati

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting (Widoyono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Situasi TB di dunia semakin memburuk, sebahagian besar negara di dunia yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia mengalami peningkatan secara perlahan di setiap peristiwa per kapita sejalan dengan peningkatan penduduk. Berdasarkan estimasi kasus TB pada tahun 2013 diketahui bahwa penderita TB berasal dari benua Asia (56%) dan benua Afrika (29%). Mediterania (4%), Eropa (4%) dan Amerika (3%). Terdapat beberapa negara sebagai penyumbang penderita TB terbesar yaitu, Negara India (2-2,3 juta penderita TB ), Negara China (900 ribu - 1,1 juta penderita TB ), Negara Nigeria (340-880 ribu penderita TB ), Negara Pakistan (370-650 ribu penderita TB ) dan Negara Indonesia (410-520 ribu penderita TB ) (WHO, 2014). Pada tahun 2012, Kementerian Kesehatan RI melaporkan bahwa Negara Indonesia memiliki 202.301 penderita TB paru kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 196.310 penderita TB paru di Indonesia (Kemenkes, 2013). Prevalensi kejadian TB berdasarkan diagnosis sebesar 4 dari jumlah penduduk, dengan kata lain rata-rata tiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 400 orang yang didiagnosis kasus TB oleh tenaga kesehatan. Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan namun data Kemenkes tahun 2013 menunjukkan bahwa dari sebanyak 194.853 orang menderita TB paru di Indonesia dan ternyata yang 1

2 mengalami tingkat kesembuhan untuk pasien TB paru hanya sebanyak 161.365 orang (82.8%) dengan pengobatan lengkap hanya sebanyak 14.964 kasus (7.7%) (Kemenkes, 2013). Menurut Depkes (2009) bahwa tingginya angka prevalensi jumlah kasus TB paru tidak terlepas dari tingginya tingkat resiko penularan TB paru yang terjadi. Sumber penularan pasien TB paru terletak pada waktu batuk atau bersin sehingga pasien menyebarkan bakteri Mycrobacterium Tuberkulosis ke udara dalam bentuk percikan dahak dimana jika penderita TB paru sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Pasien yang suspek TB paru dengan batuk lebih dari 48 kali/malam akan menginfeksi 48% dari orang yang kontak dengan pasien. Sementara pasien yang batuk kurang dari 12 kali/malam menginfeksi 28% dari kontaknya (Depkes, 2009). Faktor yang memungkinkan seseorang terpapar bakteri Mycrobacterium Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh bakteri Mycrobacterium Tuberkulosis. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya bakteri Mycrobacterium Tuberkulosis yang dikeluarkan dari paru nya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. (Depkes, 2009).

3 Terdapat dua faktor penting terjadinya penularan yaitu penderita yang menimbulkan agent dan lingkungan di sekitar penderita. Agent di udara disebabkan karena perilaku penderita yang meludah di sembarang tempat dan ketidakteraturan berobat, faktor lingkungan penderita antara lain lingkungan perumahan yang buruk dapat menularkan TB pada anggota keluarganya (Depkes, 2009). Hal ini semua tidak terlepas dari minimnya pengetahuan penderita TB dan anggota keluarga penderita TB tentang bahaya dan pencegahan penularan TB. Pemberantasan tuberkulosis paru, keluarga atau masyarakat diharapkan bukan hanya berperan dalam pengawasan minum obat penderita saja, tetapi juga berperan untuk mengajarkan hidup sehat dan menganjurkan pemanfaatan pelayanan kesehatan sehingga prevalensi penderita TB paru tidak semakin meningkat dan tidak terjadi penularan TB didalam anggota keluarga (Sembiring, 2012). Saat ini sudah mulai banyak ditemukan anak-anak dan balita yang terkena TB paru, hal ini mengindikasikan penularan TB paru didalam anggota keluarga semakin mengkhawatirkan (Depkes, 2009). Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 memperlihatkan diagnosis TB paru pada kelompok umur < 1 tahun sebanyak 2, pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 4 dan pada kelompok umur 5-14 tahun sebanyak 3 sedangkan pada kelompok umur orang dewasa lainnya juga menunjukkan prevalensi yang sama sebanyak 3. Hasil penelitian ini memperlihatkan telah terjadi suatu fenomena terbaru terkait kejadian TB paru yang sudah menyerang kelompok umur anak-anak dan balita (Kemenkes, 2014).

4 Banyaknya terjadi penyakit TB pada anak-anak dan balita tidak terlepas dari buruknya perilaku anggota keluarga dalam menjaga kebersihan diri yang disebabkan anggota keluarga yang tidak memiliki pengetahuan tentang pencegahan penularan TB. Dalam hal pengendalian Tuberkulosis ini yang sangat perlu dilakukan adalah memberikan pendidikan atau penyuluhan kesehatan kepada masyarakat khususnya kepada penderita TB dan anggota keluarga termasuk anak-anak dan balita (Sembiring, 2012). Berdasarkan data Kemenkes pada tahun 2013 memperlihatkan bahwa Proporsi BTA (+) TB paru di Indonesia terbanyak berada di Provinsi Jawa Timur sebanyak 23.703 penderita TB paru, Provinsi Jawa Barat sebanyak 33.460 penderita TB paru, Provinsi Sumatera Utara sebanyak 16.930 penderita TB paru. Laporan Kemenkes tahun 2013 juga menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Utara menjadi daerah dengan jumlah penderita kasus TB usia 0-14 tahun sebanyak 98 kasus, hal ini membuat Provinsi Sumatera Utara menjadi daerah terbanyak ketiga jumlah penderita TB paru anak usia 0-14 tahun di Indonesia bersama dengan Provinsi Jawa Timur sebanyak 190 kasus dan Provinsi Jawa Barat sebanyak 203 kasus (Kemenkes, 2014). Kota Medan menjadi salah satu kota besar dengan penghuni yang banyak dan masih memiliki lingkungan yang tidak sesuai dengan standart kesehatan sehingga resiko penularan TB paru masih tinggi. Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 memperlihatkan bahwa Kota Medan menjadi salah satu daerah dengan angka penemuan TB paru BTA (+) tertinggi di Provinsi Sumatera Utara

5 dengan jumlah penderita TB paru sebanyak 6.028 orang dengan anak usia 0-14 tahun sebanyak 175 orang (Dinkes Prov Sumut, 2014). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kotamadya Medan Tahun 2013 memperlihatkan bahwa prevalensi penderita TB paru di Kota Medan cukup tinggi, dimana hampir diseluruh kecamatan memiliki permasalahan dengan TB Paru. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kota Medan memperlihatkan bahwa seluruh Puskesmas memiliki pasien TB paru di wilayah kerjanya namun cakupan penderita TB paru terbanyak berada di Kecamatan Medan Labuhan. Pada tahun 2013, Kecamatan Medan Labuhan merupakan kecamatan yang memiliki jumlah kasus TB paru anak terbanyak kedua di Kota Medan dengan 20 kasus TB paru anak. Banyaknya kasus TB paru yang terjadi di Kecamatan Medan Labuhan salah satunya disebabkan tingginya penularan TB paru dari satu orang ke orang lainnya yang berarti tidak menutup kemungkinan juga terjadi penularan TB paru didalam keluarga yang didukung dengan buruknya lingkungan fisik rumah dan tempat kerja serta masyarakat yang tidak mengetahui penularan TB paru didalam anggota keluarga bahkan sudah mulai ditemukan kasus TB paru yang terjadi pada anak di Puskesmas Martubung, Puskesmas Medan Labuhan dan Puskesmas Pekan Labuhan. Puskesmas Martubung merupakan puskesmas yang jumlah penderita TB paru anak terbanyak di Kecamatan Medan Labuhan. Berdasarkan data Profil Puskesmas Martubung tahun 2013 terdapat sebanyak 450 orang menjadi suspek menderita TB paru, terdapat 104 tercatat sebagai penderita TB paru dan sebanyak 3 orang

6 diantaranya diderita oleh anak dengan usia 1-4 tahun. Angka kesembuhan pasien TB paru di Puskesmas Martubung juga masih sangat rendah dimana tercatat dari 104 pasien TB paru di Puskesmas Martubung hanya sebanyak 29 orang (27.8%). Berdasarkan laporan petugas Puskesmas Martubung bahwa mayoritas pasien TB paru pada kategori usia dewasa dan terdapat 2 orang pasien TB paru dalam rentang usia anak-anak. SD Negeri 060799 dan SD Negeri 060953 merupakan sekolah dasar yang berada di wilayah kerja Puskesmas Martubung yang menjadi daerah yang memiliki jumlah penderita TB paru dewasa yang banyak dan memiliki penderita TB paru anak. Pendidikan kesehatan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan kesehatan yang diberikan maka masyarakat, kelompok atau individu akan mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang kesehatan menjadi lebih baik. Adanya pemberian pendidikan kesehatan diharapkan akan memberikan perubahan perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Media pendidikan kesehatan ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Elgar Dale, membagi alat peraga tersebut atas sebelas macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tesebut dalam sebuah kerucut. Secara berurut dari intensitas yang paling kecil sampai yang paling besar alat tersebut adalah

7 sebagai berikut: 1). Kata-kata; 2). Tulisan; 3). Rekaman, radio; 4) Film; 5) Televisi; 6). Pameran; 7). Fieldtrip; 8). Demonstrasi; 9). Sandiwara; 10). Benda Tiruan; 11). Benda Asli (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan survey yang dilakukan kepada 5 orang anak di SD Negeri 060799 dan 5 orang anak SD 060953 diketahui bahwa anak sekolah dasar pernah mendengar tentang TB paru namun mereka tidak mengetahui penyebab terjadinya TB paru, minimnya pengetahuan anak-anak tentang TB paru akan meningkatkan resiko terjadinya penularan TB paru kepada anak-anak. Informasi tentang TB paru yang diberikan petugas kesehatan dan keluarga hanya menggunakan ceramah saja sehingga anak sekolah dasar tidak mengingat bahkan kurang tertarik dengan informasi yang diberikan yang membuat pengetahuan dan sikap anak tentang pencegahan TB paru menjadi kurang baik. 1.2. Permasalahan Berdasarkan fenomena yang terjadi yaitu semakin tingginya tingkat penularan TB paru didalam keluarga dan terdapatnya kasus TB paru anak di Puskesmas Martubung maka membuat penulis ingin mengetahui efektifitas metode penyuluhan dengan menggunakan media cerita bergambar dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap anak SD tentang penyakit TB paru anak di SD Negeri 060799 dan SD Negeri 060953 Kota Medan.

8 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis efektifitas metode penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media cerita bergambar dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap anak SD tentang penyakit TB paru anak di SD Negeri 060799 dan SD Negeri 060953 Kota Medan. 1.4. Hipotesis 1. Ada perbedaan efektifitas media cerita bergambar dan leaflet terhadap pengetahuan dan sikap anak tentang penyakit TB paru anak di SD Negeri 060799 dan SD Negeri 060953 Kota Medan. 2. Media cerita bergambar lebih efektif dari media leaflet dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap anak tentang penyakit TB paru anak di SD Negeri 060799 dan SD Negeri 060953 Kota Medan. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan agar dapat sebagai bahan acuan (model) untuk program pencegahan penularan TB paru anak melalui pemberdayaan anak sekolah dasar. 2. Sebagai bahan pemikiran yang didasari pada teori dan analisis terhadap kajian praktis meningkatkan partisipasi anak dalam melakukan pencegahan penularan TB paru anak.