UJI SKRINING DAN DETERMINASI KODEIN DENGAN TLC SPEKTROFOTODENSITOMETRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DAN TRAMADOL DALAM TABLET ANTI NYERI DENGAN Thin Layer Chromatography (TLC)- SPEKTROFOTODENSITOMETRI ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

Hayun, Nelly D. Leswara dan Camelia D.P. Masrijal Departemen Farmasi FMIPA-UI, Kampus UI Depok, ABSTRACT

Uji Identifikasi Ibuprofen pada Obat Herbal dengan KLT-Spektrofotodensitometri (Temaje I G.D. B., I N.K. Widjaja, K.D. Cahyadi, Gelgel W.

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu

PRASILIA NOERICA

PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON DAN KAFEIN DARI SEDIAAN TABLET DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DENSITOMETRI

ANALISIS KARAKTERISTIK KROMATOGRAM SENYAWA AKTIF TABLET EKSTASI DENGAN METODE HPTLC-SPEKTROFOTODENSITOMETRI ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN METODE REFLUKS UNTUK EKSTRAKSI ANDROGRAFOLID DARI HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)

PENENTUAN KUANTITATIF MORFIN DALAM URIN SECARA SPEKTROFOTODENSITOMETRI. N. M. Suaniti dan M. A. Hitapretiwi Suryadhi

Gambar 1. Alat kromatografi gas

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

APRIALIA RIESIANE HARIYANTO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

STABILITAS DAN KADAR LAMIVUDIN DALAM SEDIAAN RACIKAN PUYER PADA BERBAGAI WAKTU PENYIMPANAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

VALIDASI METODE ANALISIS PENETAPAN KADAR α-mangostin PADA GEL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN KLT-SPEKTROFOTODENSITOMETRI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

MASERASI SEBAGAI ALTERNATIF EKSTRAKSI PADA PENETAPAN KADAR KURKUMINOID SIMPLISIA TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

KATA PENGANTAR. berkat rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul. Pengembangan Metode Standardisasi Tablet Ekstrak Kurkumin Dengan

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

ASOSISASI ILMU FORENSIK INDONESIA (AIFI) / INDONESIAN FORENSIC SCIENCES ASSOCIATION (IFSA).

VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR TABLET ASAM MEFENAMAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

4 Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT ASAM MEFENAMAT DALAM JAMU PEGAL LINU DAN JAMU REMATIK YANG BEREDAR DI KOTA MANADO

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

VALIDASI METODE IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SILDENAFIL SITRAT DALAM SEDIAAN PERMEN KARET CINTA SECARA KLT-DENSITOMETRI YULIANI SO

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN METODE REFLUKS UNTUK EKSTRAKSI ANDROGRAFOLID DARI HERBA SAMBILOTO. (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)

VALIDASI METODE IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SIBUTRAMIN HCl DALAM KAPSUL HERBAL PELANGSING SECARA KLT-DENSITOMETRI ANGELINA FAUSTINE

KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL. Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Wirasuta dkk. Jurnal Farmasi Udayana Vol 5, No 2, UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

BAB III METODE PENELITIAN

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. berkat rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

VALIDASI METODE ANALISA PENETAPAN KADAR EPIGALOKATEKIN GALAT DENGAN KLT DENSITOMETRI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN METODE PENETAPAN KADAR GLIBENKLAMID DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging.

Transkripsi:

UJI SKRINING DAN DETERMINASI KODEIN DENGAN TLC SPEKTROFOTODENSITOMETRI Pande Made Nova Armita Sari 1, Ni Putu Eka Leliqia 2 1 2 Bukit Jimbaran Badung, 80363, Indonesia (e-mail: nova_blumchen@yahoo.com) ABSTRACT A current research of screening and determination of codeine using Al-TLC Spectrophotodensitometry has been carried out. The separation was performed using TAEA mobile phase. Screening and confirmation were investigated by comparing hrfc of the analyte and hrfc those on data library. Combination hrfc vs correlation also been used as confirmation method, which can be enhanced by spectrum shift reaction using HCl 10% and KOH 0,1 M. The validation parameters were precission, linierity, limit of detection and quantitation (LOD & LOQ) and recovery. TAEA mobile phase performed a good separation among morphine, codeine, caffeine, papaverine and bromhexine standards, which gave Rs value > 1. Test of linierity using regression gave correlation value > 0,99. LOD and LOQ of Al-TLC were 137.85 ng and 459.63 ng. The recovery of codeine in human plasma using isopropanol as the precipitating agent was 77.1% ± 4.9 (6.5%). Keywords: kodein; TLC/HPTLC; spektrofotodensitometri; skrining; determinasi PENDAHULUAN Analisis toksikologi memiliki keterkaitan dengan deteksi, identifikasi dan penetapan kadar dari senyawa obat-obatan dan berbagai komponen asing lainnya di dalam spesimen biologis serta sampel lainnya yang berhubungan (Flanagan et al., 2007). Analisis toksikologi atau toksikologi forensik ini memiliki tiga langkah utama, yaitu preparasi sampel, diferensiasi (skrining dan konfirmasi), identifikasi serta determinasi. Preparasi sampel bertujuan untuk mengurangi keberadaan senyawa pengganggu yang terdapat pada matriks sampel. Sementara itu, diferensiasi bertujuan untuk mengidentifikasi komponen yang sesuai dalam jumlah yang minimum. Metode yang paling mudah untuk digunakan adalah immunoassay dan thin layer chromatography (TLC). TLC merupakan metode analitik yang relatif murah dan mudah pengerjaannya. Uji skrining dan determinasi senyawa dengan menggunakan TLC yang dihubungkan dengan spektrofotodensitometri memungkinkan untuk dilakukannya identifikasi analit berdasarkan kesesuaian nilai hrfc terkoreksi (hrfc) dan bentuk spektrum analit dengan senyawa yang terdapat pada data library. hrfc merupakan suatu parameter yang memiliki nilai yang konstan untuk masing-masing senyawa pada tiap sistem TLC. Penggunaan hrfc ini pertama kali diperkenalkan oleh Zeeuw yang kemudian dikembangkan oleh Deutshe Forschungsgemeinschaft (DFG) dan The International Association of Forensic Toxicologist (TIAFT). Pengembangan metode hrfc ini diinisiasi karena adanya perubahan nilai Rf dan hrf suatu senyawa yang sama karena adanya faktor-faktor tertentu yang meliputi: jumlah analit yang ditotolkan pada plat, jarak elusi, tingkat kejenuhan bejana pengembang, suhu analisis serta kelembaban. Untuk mereduksi terjadinya kesalahan dalam uji skrining, konfirmasi dan determinasi suatu senyawa, maka digunakanlah metode hrfc. Konfirmasi dapat 31 26

dilakukan dengan penentuan hrfc dan bentuk spektrum UV in situ senyawa analit. Senyawa uji yang digunakan adalah kodein. Kodein merupakan alkaloid yang diperoleh dari opium atau disiapkan dari proses metilasi dari morfin. Kodein dapat ditemukan pada penggunaan heroin ilegal, yang mana heroin ilegal biasanya mengandung 3-asetilkodein. Selanjutnya di dalam tubuh asetilkodein akan dimetabolisme menjadi kodein (Flanagan et al., 2007), dengan demikian senyawa kodein dapat digunakan sebagai salah satu marker dalam kasus penggunaan heroin, yang mana pengembangan uji skrining dan determinasi kodein dengan metode TLC-spektrofotodensitometri akan sangat berguna dalam bidang forensik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode yang efisien dan selektif untuk uji skrining dan determinasi kodein dengan metode TLCspektrofotodensitometri. BAHAN DAN METODE Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: alat-alat gelas, bejana kromatografi, timbangan analitik (AND GR-200), ph-meter, TLC- Scanner 3 (CAMAG TLC Scanner 3-CAMAG- Muttenz-Switzerland), alat sentrifugasi (Clements), Microsyringe 100 µl (CAMAG), Linomat V (CAMAG-Muttenz-Switzerland-131210), oven (Memmert), ultrasonik (Quigg) dan shaker (IKA). Bahan Bahan yang digunakan adalah morfin hidroklorida dan kodein fosfat diperoleh dari Kimia Farma. Pelarut dan pereaksi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pelarut standar pro analisis dari Merck-Germany yang terdiri atas: metanol, kloroform, isopropanol, toluen, aseton, etanol, ammonia pekat (25%). Fase diam (plat) kromatografi lapis tipis adalah Silika gel 60 F 254 dengan penyangga aluminium Silika gel 60 F 254 ukuran 10 x 10 cm dari Merck-Germany. Prosedur 1. Pembuatan Larutan Standar Larutan standar pembanding yang dibuat adalah larutan standar kodein fosfat. Sebanyak 10,0 mg standar kodein fosfat dilarutkan dengan metanol dalam labu ukur 10 ml. Larutan diocok hingga terlarut sempurna. Konsentrasi larutan kodein fosfat adalah 1,0 mg/ml. Larutan kerja kodein dibuat dengan konsentrasi 50 ng/µl. Senyawa standar yang digunakan adalah campuran yang terdiri morfin-kodein-kafeinpapaverin-bromheksin yang dilarutkan dalam metanol, dengan konsentrasi masing-masing komponen zat aktif dalam campuran adalah 200 ng/µl. 2. Pemisahan Senyawa Standar dengan Fase Gerak dan Panjang Gelombang Maksimum Sampel yang terdiri atas larutan standar morfinkodein-kafein-papaverin-bromheksin ditotolkan dengan Linomat V pada plat aluminium TLC dengan jarak antar pita adalah 10 mm. Jumlah sampel yang ditotolkan pada plat secara berturutturut adalah 100, 200, 400, 800, dan 1600 ng. Plat dielusi dengan fase gerak TAEA dengan pengembangan menaik, penjenuhan dilakukan selama 30 menit. Pengembangan dilakukan sampai tanda batas, plat kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 60 0 C selama 5 menit. Plat dirajah dengan TLC-Scanner 3 dengan panjang gelombang maksimum (λ maks). Dilakukan pemindaian terhadap masing-masing puncak senyawa, lalu spektrum untuk masing-masing puncak dibaca secara in situ pada rentang panjang gelombang 190 s/d 400 nm. Keterpisahan masing-masing senyawa standar dilihat dari nilai daya resolusinya, yang digunakan untuk mengukur kelayakan fase gerak yang digunakan dalam pengujian. Sementara itu pemilihan panjang gelombang dilakukan berdasarkan profil absorbsi senyawa kodein pada panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang terpilih adalah panjang gelombang yang memberikan serapan terbesar dengan gangguan pengganggu yang minimum. 3. Pemastian Identitas A. Penentuan hrfc dan Bentuk Spektrum Sampel yang merupakan larutan standar kodein fosfat ditotolkan dengan jumlah sampel yang ditotolkan pada plat secara berturut-turut adalah 100, 200, 400, 800, dan 1600 ng. Plat dielusi seperti pada prosedur sebelumnya. Plat dirajah dengan 31 27

TLC-Scanner 3 dengan panjang gelombang maksimum (λ maks). Spektrum untuk masing-masing puncak dibaca secara in situ pada rentang panjang gelombang (190 s/d 400 nm). Uji penapisan dilakukan dengan menandai puncak-puncak analit, kemudian dilakukan penentuan hrfc, pembandingan spektrum dan penentuan koefisien korelasi senyawa analit terhadap senyawa pembanding pada data library menggunakan program WinCATS dengan error window ±7 dan ±3. B. Pemanfaatan Reaksi Geseran Spektrum (HCl 10% dan KOH 0,1 M) untuk Uji Konfirmasi Uji pemanfaatan reaksi geseran spektrum (HCl 10% dan KOH 0,1 M) untuk uji konfirmasi dilakukan dengan perlakuan asam dan basa pada plat kromatografi (Al-TLC) yang telah ditotolkan dengan standar kodein dengan jumlah kodein pada masing-masing totolan adalah 100 ng, 500 ng dan 1000 ng. Plat dielusi dengan sistem fase gerak TAEA, dikeringkan kemudian dirajah. Plat disemprot dengan HCl 10%, dikeringkan dengan oven pada suhu 60 0 C selama 5 menit, dirajah. Berikutna plat yang sama disemprot dengan KOH 0,1 M selanjutnya diperlakukan sama seperti sebelumnya. 4. Uji Validasi Linomat (Presisi) Standar kodein ditotolkan pada plat AL-TLC silica gel GF 254 dengan sepuluh kali pengulangan, kemudian dielusi seperti prosedur sebelumnya. Plat dirajah dengan TLC-Scanner 3 dengan panjang gelombang maksimum (λ maks ). Masing-masing AUC dicatat dan diolah secara statistik untuk dihitung nilai simpangan baku relatifnya (koefisien variansi/kv). 5. Linieritas/Rentang, Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) Sampel yang merupakan larutan standar kodein fosfat ditotolkan dengan seperti pada penentuan hrfc dan bentuk spektrum dan dilakukan elusi. Plat dirajah dengan TLC-Scanner 3 dengan panjang gelombang maksimum (λ maks ). Masing-masing AUC dari masing-masing sampel diplot dengan konsentrasi untuk memperoleh persamaan regresi dan nilai koefisien korelasinya. Sementara itu penentuan LOD dan LOQ dilakukan dengan cara yang sama. Plat dirajah dengan TLC-Scanner 3 dengan panjang gelombang 31 28 maksimum (λ maks ). Masing-masing AUC dari masing-masing sampel dan konsentrasi diplot, dihitung batas deteksi dan kuantitasinya. 6. Ketepatan (Perolehan Kembali) Simulasi Ekstraksi Dalam Plasma Manusia Sebanyak 0,5 ml sampel plasma manusia mengandung 2000 ng standar kodein dalam bentuk base-nya, ditampung dalam eppendorf 1,5 ml. Sampel plasma manusia ini ditambah dengan 1,0 ml pengendap protein berupa isopropanol, dimikrosentrifugasi selama 5 menit pada kecepatan 2000 rpm. Sebanyak 0,5 ml supernatan kemudian diambil, dan ditampung ke dalam tabung screw crop. Supernatan tadi ditambah 0,5 ml buffer Natrium Bikarbonat ph 9,3, serta 3,0 ml pelarut kloroform. Campuran dikocok dengan shaker selama 30 menit pada kecepatan 3000 rpm, dan diultrasonik selama 15 menit, sampai terbentuk emulsi yang sempurna. Kemudian dilakukan makrosentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm, sampai terbentuk dua lapisan yang terpisah dengan sempurna. 28 Fase pelarut organik (lapisan bagian bawah) diambil sebanyak 3,0 ml lalu dimasukkan ke dalam eppendorf, dan diuapkan pada suhu 60 o C, sampai terbentuk ekstrak kering. Ekstrak kering dilarutkan dengan 25 µl metanol, ditutup rapat, kemudian diultrasonik sampai sampel terlarut dengan sempurna. Sampel ditotolkan, kemudian dielusi seperti prosedur sebelumnya. Plat dirajah dengan TLC-Scanner 3 dengan panjang gelombang maksimum (λ maks ). Konsentrasi dan % perolehan kembali kodein dihitung secara statistika. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem fase gerak TAEA dapat memisahkan dengan baik standar morfin-kodein-kafeinpapaverin-bromheksin yang dibuktikan dengan nilai resolusi (Rs) senyawa standar lebih dari 1,0. Hasil ini menandakan bahwa fase gerak TAEA dapat digunakan untuk pemisahan simultan kelima senyawa standar tersebut.

untuk plat Al-TLC adalah 215, sebab pada panjang gelombang ini masing-masing noda senyawa kodein setelah dilakukan beberapa kali pengulangan pengukuran memberikan absorbansi maksimum. 215 nm Gambar 1. Pemisahan-morfin-kodein-kafeinpapaverin-bromheksin pada plat Al-TLC Tabel 1. Daya resolusi standar kodein, morfin, kafein, papaverin dan bromheksin pada plat Al-TLC dan HPTLC Lajur Daya resolusi (Rs) Morfin-Kodein 1,9 Kodein-Kafein 1,7 Kafein-Papaverin 1,2 Papaverin-Bromheksin 1,6 Pengujian pemilihan panjang gelombang maksimum dengan pemindaian diperoleh hasil λ maks Gambar 2. Profil absorpsi dan kodein pada plat AL-TLC Keterangan : = spektrum senyawa ----- = spektrum senyawa kodein Uji pemastian identitas dilakukan dengan penandaan puncak-puncak analit dan penentuan hrfc menggunakan program WinCats. Pemastian analit ini dilakukan dengan memilih senyawa di data library dengan error window (rentang jendela) ±3 dan ±7. Data hasil uji pemastian identitas kodei n dengan TLC-Densitometri pada rentang jendela ±3 dan ±7 tersaji dalam tabel 2. Tabel 2. Hasil uji pemastian identitas kodein dengan TLC-Densitometri pada rentang jendela ±3 & ±7 Hit factor Lajur hrfc ±7 ±3 ±7 vs r ( >0,90 ) ±3 vs r ( >0,90 ) 1 19 65 29 3 4 2 19 64 29 5 2 Keterangan: hrfc = hrf terkoreksi; r = koefisien korelasi; hit factor = jumlah senyawa yang memiliki kedekatan spektrum dengan analit. 29 31

Tabel di atas menunjukkan bahwa pengujian dengan menggunakan error window ±7 dan ±3. Error window ±7 menghasilkan hit factor yang lebih banyak dibandingkan dengan error window ± 3. Hal ini disebabkan karena error window ±7 memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan error window ±3, sehingga lingkup senyawanya juga akan semakin banyak. Jika parameter pengujian ditambahkan dengan penentuan korelasi r (>0,90), hit factor yang dihasilkan akan mengalami penyempitan. Meskipun demikian, hit factor yang dihasilkan masih lebih dari 1. Dengan demikian perlu digunakan metode tambahan untuk meningkatkan ketajaman uji pemastian identitas senyawa kodein, yaitu dengan reaksi geseran spektrum (HCl 10% dan KOH 0,1 M). Hasil pengujian pergeseran spektrum kodein ditampilkan pada tabel 3. Tabel 3. Nilai koefisien korelasi spektrum kodein pada plat Al-TLC setelah perlakuan HCl 10 % dan KOH ) 0,1 M 31 30 Jumlah dalam r (Street Drug) penotolan (ng) HCl 10 % KOH 0,1 M 100-0,766 500 0,982 0,982 1000 0,974 0,982 Keterangan: r = koefisien korelasi; (-) = tidak terdapat senyawa yang memiliki kesesuaian bentuk spektrum dengan analit; street drug = data library senyawa dari program Camag Metode ini merupakan suatu metode pengembangan untuk menguji kemurnian suatu senyawa. Keberadaan suatu pengotor dalam suatu senyawa tertentu akan menyebabkan terjadinya pergeseran spektrum dan perubahan koefisien korelasi setelah pemaparan dengan asam (HCl 10%) ataupun basa (KOH 0,1 M). Plat Al-TLC yang telah dielusi disemprot dengan HCl 10%, dikeringkan. Spektrum yang dihasilkan ditentukan nilai korelasinya (r) dengan senyawa yang terdapat pada data library. Setelah itu plat disemprot kembali dengan KOH 0,1 M. Tabel 3 menunjukkan nilai koefisien korelasi standar kodein pada plat Al- TLC sebelum dan setelah perlakuan dengan asambasa > 0,95 kecuali pada konsentrasi 100 ng. Ini menunjukkan bahwa dengan derajat bebas 5% dan aras kepercayaan 95% nilai korelasi spektrum kodein tidak mengalami pergeseran setelah dilakukan perlakuan dengan HCl 10% ataupun dengan KOH 0,1 M. Hal ini bersesuaian dengan penelitian sebelumnya dimana dikatakan bahwa baik morfin ataupun kodein dikatakan tidak mengalami geseran spektrum setelah perlakuan asam-basa (HCl 10% dan KOH 0,1 M). Sementara itu adanya penyimpangan hasil pada konsentrasi 100 ng dapat disebabkan karena pada penotolan konsentrasi seri pertama jumlah kodein dalam totolan sangat rendah, sehingga pada kondisi ini noda cenderung akan diganggu atau ditutupi oleh pengotor, sehingga spektrumnya akan berubah dan koefisien korelasinya akan menurun. Uji presisi penotolan Linomat 5 dilakukan dengan menotolkan standar kodein (konsentrasi 50 ng/µl) pada volume yang sama yaitu 12 µl sebanyak 10 noda. Senyawa kodein pada pengujian presisi dengan sepuluh kali pengulangan memiliki rerataan luas puncak (AUC) sebesar 105,9. Simpangan baku (SD) 6264,7 dan nilai koefisien variansi (KV) sebesar 1,7. Suatu metode yang menggunakan senyawa standar dalam penetapan presisi dikatakan memenuhi persyaratan validitas apabila mempunyai KV kurang dari 2 % (Harmita, 2004). Dengan demikia KV sebesar 1,7% menunjukkan bahwa Linomat 5 dan plat kromatografi yang digunakan memenuhi persyaratan keseksamaan. Penentuan rentang dan liniearitas dilakukan dengan menotolkan standar pada berbagai rentang konsentrasi, kemudian luas puncak kromatogram (AUC) diplot dengan kadar standar kodein dalam totolan sehingga diperoleh suatu kurva kalibrasi dengan persamaan regresi dan harga koefisien korelasi tertentu. Selanjutnya dilakukan penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi pada plat Al-TLC. Penentuan rentang dan linieritas menghasilkan persamaan yang linier dengan koefisien korelasi 0,998. Ini berarti bahwa terdapat hubungan yang linier antara konsentrasi dengan respon detektor yang dihasilkan pada rentang pengukuran yang

digunakan. Pengukuran dengan Al TLC memberikan LOD sebesar 102,3 ng dan LOQ 341,1 ng. Tabel 4 menunjukkan persamaan regresi, koefisien korelasi, batas deteksi dan batas kuantitasi kodein pada plat Al-TLC. Tabel 4. Persamaan regresi, koefisien korelasi, batas deteksi dan batas Kuantitasi kodein pada plat Al-TLC Persamaan Regresi r LOD LOQ (ng) (ng) y = 2,598x + 154,13 0,998 102,3 341,1 Keterangan: r = koefisien korelasi; LOD = batas deteksi; LOQ = batas kuantitasi Simulasi kodein secara in vitro dilakukan melalui tahapan ekstraksi, pemisahan dengan metode kromatografi serta penghitungan kadar dan perolehan kembali (recovery). Simulasi kodein dari plasma manusia dengan pengembangan seri pengendap isopropanol dan pendapar ph 9,3 dengan pelarut pengekstraksi kloroform, menghasilkan rerataan % perolehan kembali yang baik, yaitu sebesar 77,13%. Sementara itu KV dengan pengendap isopropanol adalah 6,4%. Dari nilai % perolehan kembali dan KV yang dihasilkan dapat dikatakan bahwa seri pengendap isopropanol memilki ketepatan dan kecermatan yang cukup baik. SIMPULAN Uji skrining, konfirmasi dan determinasi kodein dapat dilakukan dengan metode TLC spektrofotodensitometri. Konfirmasi dapat dilakukan dengan penentuan hrfc dan bentuk spektrum UV in situ dan ketajamannya dapat ditingkatkan dengan reaksi geseran spektrum. DAFTAR PUSTAKA Flanagan, R. J., A. Taylor, I. D. Watson, R. Whelpton. 2007. Fundamentals of Analytical Toxicology. John Wiley and Sons Ltd: West Sussex. Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya, Majalah Kefarmasian. Jakarta: Departemen FMIPA UI. 31