Modul ke: FILSAFAT MANUSIA INTELEKTUAL (PENGETAHUAN) Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id
Pengertian Intelektual (pengetahuan) Inteletual (Pengetahuan) adalah salah satu dimensi manusia sebagai pengetahuan yang hanya bisa dicapai oleh manusia dan tidak dapat dicapai oleh makhluk lain di dunia ini. Intelektual merupakan kerja manusia untuk Mengerti yang bersumber pada jiwa. Intelektualitas manusia bersumber pada pemahaman dan pengetahuan
Struktur Jiwa Di dalam struktur jiwa termuat empat taraf yang secara hierarkis berada pada intelektualitas manusia sebagai puncaknya, al; 1. Taraf Anorganis/Fisiko-Kimis 2. Taraf Biotik/Vegetatif 3. Taraf Psikis/Sensitif 4. Taraf Formal-Manusiawi-Kesadaran
Sumber Intelektual Intelektualitas Manusia bersumber pada; Pemahaman dan Pengetahuan Pemahaman dan Pengetahuan dalam arti eksistensial Pemahaman memungkinkan adanya pengetahuan
Pemahaman Eksistensial Pemahaman manusia adalah pusat dari eksistensialitasnya sebagai manusia yang sudah terlempar di dunia. Pemahaman manusia itu sudahi Ada-melampaui-dirinya sebagai sesuatu yang tersedia dan melekat padanya sebagai ciri yang khas dan unik. Pemahaman manusia membuat manusia menjadi satu-satunya yang terletak di dunia yang memiliki kemungkinan-untuk-berada yang dalam hal ini bereksistensi (possibility-for-being). Pemahaman manusia bukan pemahaman sadar tentang dunia ontik melainkan pemahaman primordial dalam faktisitas (kejatuhan)nya pada dunia eksistensial. Pemahaman memiliki suatu struktur presuposisi yang disebut forestructure. Pemahaman dalam satu dunia eksistensial juga berarti pemahaman ruang gerak yang memungkinkan adanya pra-tahu sebelum tahu dan mengerti, maka pemahaman adalah landasan bagi pengetahuan.
Pengetahuan Intelektual Defenisi pengetahuan yang diterima secara luas mengatakan bahwa pengetahuan adalah keyakinan mengenai suatu objek yang telah dibuktikan kebenarannya. Pengetahuan merupakan kegiatan intelektual yang melibatkan baik objek maupun intelegensi manusia. Pengetahuan selalu memusatkan perhatiannya pada perspektif tertentu dari kenyataan dan tidak bisa menangkap kenyataan secara lengkap Objek dari pengetahuan menjadi tidak terbatas, karena budi manusia ingin menjangkau segala sesuatu baik dalam hal macam-macam jenis objeknya yang mungkin ada maupun segala aspek dari masing-masing objek
Sifat Progresif Pengetahuan Intelegen atau rasio merupakan kemampuan tertinggi manusia yang mengandaikan dukungan dari kemampuan-kemampuan yang lebih rendah pada taraf-taraf dalam struktur jiwa Meskipun intelegensi aku (manusia) tidak pernah kosong, pengetahuan tertentu mengandaikan dasar pengertian yang telah dimiliki lebih dahulu.
Bentuk-bentuk kegiatan Intelektif dalam Pengetahuan 1. Tingkat kegiatan intelektif yang paling sederhana adalah persepsi 2. Jenis pengetahuan yang terjadi bila suatu gagasan muncul dengan tiba-tiba di dalam pikiran kita. 3. Apprehensi di mana sudah terdapat kesadaran, meskipun pasif menerima apa yang terjadi pada diri 4. Insight yang merupakan penangkapan intelektual secara mendadak mengenai objek 5. Kegiatan bernalar budi yang bersifat diskursif 6. keputusan sebagai keyakinan akan kebenaran atau kesalahan dari penyelidikan tertentu
Prinsip Pertama Pengetahuan a. Prinsip Identitas b. Prinsip Alasan Memadai c. Prinsip Penyebaban Efisien
Arti Pentingnya Prinsip Pertama pada Pengetahuan Prinsip Pertama merupakan sumber dari kemungkinan bagi munculnya setiap pikiran Inteligibilitas prinsip-prinsip ini selalu hadir di dalam setiap pertimbangan, termasuk juga pertimbangan yang secara kronologis pertama Self-Evidence (Benar dengan sendirinya, dalam dirinya sendiri)
Daftar Pustaka Baker, Anton, 2000, Antropologi Metafisik, Yogyakarta: Kanisius Gallagher, T Kenneth, 1984, The Philosophy of Knowledge, New York: Fordham University Press. Hadi, Hardono, 1996, Jatidiri Manusia, Yogyakarta: Pustaka Filsafat. Leahy, Louis, 1989, Manusia, Sebuah Misteri, Jakarta: Penerbit Gramedia. Sabir, Ahmad, 2006, Skripsi untuk kelulusan strata1: Metafisika Martin Heidegger dalam konteks Being and Time. Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
Terima Kasih Ahmad Sabir, M.Phil.