Abstrak. Kata kunci: silogisme kategoris, kalimat, klausa. Latar Belakang Pelajaran kalimat merupakan dasar dari pelajaran mengarang.

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DENGAN POLA SPIRAL PADA PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR, UPI KAMPUS SUMEDANG. Prana D.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

RINGKASAN PENELITIAN

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Pengajaran pola kalimat amat penting untuk

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Mata Kuliah : Apresiasi Sastra Bobot SKS : 2 Waktu : 100 menit Dosen : Prana D. Iswara, S.Pd., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

PEMAHAMAN POLA KALIMAT BAHASA INDONESIA SISWA SMA LABSCHOOL UPI BANDUNG. Prana D. Iswara 1

OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SILABUS

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media

Peningkatan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Siswa Kelas II SDN Doda Melalui Metode Kartu Kata ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

SILABUS MATA KULIAH : SINTAKSIS

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Mata Kuliah : Apresiasi Sastra Bobot SKS : 2 Waktu : 100 menit Dosen : Dr. Prana D. Iswara, M.Pd.

KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM TULISAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMAN 3 KOTA SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

Dwi Agus Setiawan 3. Kata kunci: kesalahan sintaksis, karangan bahasa Indonesia, bahasa ibu bahasa Madura

Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

BAB 1 PENDAHULUAN. terdiri dari wacana, kalimat, klausa, frasa, kata dan morfem. Dalam wujud

BAB V PENUTUP. (1) Terjadi kesalahan pemakaian diksi pada naskah pidato bahasa Jawa siswa

ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA SURAT PEMBACA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH SKRIPSI

PENULISAN KARYA ILMIAH

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA MAKALAH MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SILABUS

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbahasa, kedua kemampuan tersebut, reseptif dan produktif, merupakan

INTEROGATIF DALAM NOVEL HATIKU BUKAN PUALAM KARYA SAUT POLTAK TAMBUNAN (Interrogative in Novel Hatiku Bukan Pualam By Saut Poltak Tambunan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

PENGUASAAN KOSAKATA BAKU BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR. Oleh Ismawirna*

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

The Influence of the Mother Tongue in Learning English Pengaruh Bahasa Ibu dalam Mempelajari Bahasa Inggris

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

MODEL PEMBELAJARAN STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA BAGI PEMBELAJAR ASING (BIPA) OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI

Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menulis

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

ANALISIS KATA KETERANGAN MODALITAS DALAM KOLOM OPINI HARIAN SERAMBI INDONESIA M.

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA BUKU TEKS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK

ABSTRAK. Kata Kunci: Penggunaan Imbuhan pen-, pe-, pen-an, -an, ke-, ke-an

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

Waktu gu Bahasan Instruksional Dosen Mahasiswa Teori Diskusi Total LCD 2,3,8,16. menyimak LCD menjelaskan menyimak LCD 11.

Waktu gu Bahasan Instruksional Dosen Mahasiswa Teori Diskusi Total LCD 2,3,8,16

DESKRIPSI DAN SILABUS MATA KULIAH SEMANTIK BI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SILABUS

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

DESKRIPSI DAN SILABUS. Linguistik Umum DR 400. Hernawan, S.Pd., M.Pd. NIP

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

KORELASI PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG NARASI SISWA KELAS X SMA BUDI MULIA CILEDUG. Evawani Elisa

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata

KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMAHAMI PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN TANDA BACA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

baca (tanda titik untuk kalimat deklaratif,tanda tanya untuk kalimat intorogatif,dan tanda seru untuk kalimat interjektif).

MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

Abstrak. 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa.

HUBUNGAN KOMPETENSI SINTAKSIS DAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LENGAYANG

STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS X MULTIMEDIA 1 SMK NEGERI 9 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Herman dan Nur Indah

Transkripsi:

KEMAMPUAN MAHASISWA MEMBUAT SILOGISME KATEGORIS DALAM PEMBELAJARAN KALIMAT DI UPI KAMPUS SUMEDANG Prana D. Iswara UPI Kampus Sumedang, 081322081902, prana_badrun@yahoo.com Abstrak Kemampuan membuat kalimat merupakan suatu dasar kemampuan berbahasa yang sangat penting. Kemampuan ini mesti dimiliki oleh seorang calon guru dengan sempurna. Kesempurnaan itu dinilai secara sederhana dari adanya huruf kapital di awal kalimat, titik di akhir kalimat, serta adanya subjek-predikiat (baik disertai objek, pelengkap maupun keterangan ataupun tidak). Silogisme kategoris merupakan sebuah bentuk pemikiran logis yang tersusun atas tiga kalimat, yaitu dua kalimat pembuka dan satu kalimat kesimpulan. Silogisme harus mempunyai wasit (penengah) pada kedua kalimat pembuka. Kalimat kesimpulan tidak boleh memasukkan unsur wasit di dalamnya. Pembuatan kalimat dan silogisme merujuk pada sumber yang lazim. Beberapa sumber rujukan berkaitan dengan kalimat di antaranya Alwi (1998). Ada dua kelas yang mengikuti pembelajaran. Kelas A terdiri atas 47 mahasiswa. Kelas B terdiri atas 33 mahasiswa. Hasil penelitian berupa sejumlah silogisme kategoris yang dibuat mahasiswa. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa 39 dari 47 mahasiswa kelas A (82,98%) mampu membuat silogisme kategoris dan 19 dari 33 mahasiswa kelas B (57,58%) mampu membuat silogisme kategoris. Penelitian ini menjadi salah satu rujukan kemampuan mahasiswa. Mahasiwa yang telah mampu membuat silogisme direkomendasikan mendapatkan pengayaan (enrichment) sedangkan mahasiswa yang kurang mampu membuat silogisme direkomendasikan mengikuti remedial. Kata kunci: silogisme kategoris, kalimat, klausa Latar Belakang Pelajaran kalimat merupakan dasar dari pelajaran mengarang. Oleh karena itu pelajaran kalimat merupakan dasar dari pelajaran keterampilan menulis. Di sisi lain, pelajaran kalimat pun sangat penting karena ujian nasional sementara ini tidak mengujikan keterampilan berbahasa secara sepenuhnya. Sebagian soal ujian nasional hanya menanyakan masalah kognitif. Padahal kurikulum yang digunakan sekarang lebih 1

mementingkan kompetensi (keterampilan). Di dalam karangan siswa, terutama karangan di tingkat sekolah dasar, terdapat kesalahan yang cukup menyita perhatian. Kesalahan itu di antaranya kalimat yang terlalu panjang, kalimat tanpa tanda akhir kalimat (titik, tanda seru, tanda tanya), serta terjadi pengulangan konjungsi (misalnya lalu, kemudian, dan). Oleh karena itu pelajaran kalimat merupakan pelajaran yang penting sebagai dasar dari pelajaran mengarang. Pelajaran kalimat dapat disampaikan melalui pelajaran menulis kalimat dengan suatu tema maupun menulis silogisme kategoris. Pelajaran membuat silogisme kategoris tidak menuntut dosen atau mahasiswa untuk menentukan tema. Dosen atau mahasiswa bebas menentuka tema bagi silogisme kategoris yang dibuatnya. Pelajaran silogisme kategoris dimulai dengan memberikan beberapa contoh silogisme kategoris di papan tulis. Dosen akan menjelaskan adanya wasit di dalam silogisme kategoris. Dari sinilah pelajaran menulis kalimat berkembang. Diharapkan pelajaran kalimat seperti ini akan meningkatkan kemampuan siswa atau mahasiswa menulis karangan. Masalah Masalah yang akan dijawab di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berapa jumlah mahasiswa yang mampu membuat silogisme kategoris? 2. Berapa jumlah mahasiswa yang tidak mampu membuat silogisme kategoris? 3. Berapa persentase mahasiswa yang mampu membuat silogisme kategoris? 4. Apa rekomendasi dari keberhasilan atau kegagalan pelajaran membuat silogisme 2

kategoris? Manfaat Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah sebagai berikut. 1. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui potensi kemampuan mahasiswa membuat kalimat. 2. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui potensi kemampuan mahasiswa membuat silogisme kategoris. 3. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui potensi kemampuan mahasiswa membuat karangan. 4. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui potensi kemampuan mahasiswa dalam berpikir logis. 5. Hasil penelitian berupa berpotensi untuk menjadi rujukan dalam pengembangan pelajaran kalimat. Definisi Kalimat Kalimat menurut Ramlan (1981: 27) adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Definisi Ramlan ini mengungkapkan kalimat dari sisi ragam bahasa lisan, yaitu ditunjukkan dengan adanya jeda dan nada. Dalam hal ini kita dapat mempertimbangkan pendapat Chomsky dalam Chaer (1994: 364) yang sangat memperhatikan bahasa lisan, yaitu bahwa tata bahasa harus menggambarkan hubungan antara bunyi dan arti dalam bentuk kaidah yang tepat 3

dan jelas. Ragam bahasa terdiri atas ragam bahasa lisan dan tertulis. Kalimat menurut Moeliono (1998: 311) adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam definisi ini kita melihat Moeliono mengungkapkan dua wujud: lisan dan tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan atau asimilasi bunyi atau proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru melanmbangkan kesenyapan. Badudu (1990: 11) membuat definisi kalimat sebagai berikut. Kalimat adalah satuan bahasa yang lengkap yang mengandung maksud. Kalimat sebagai bentuk bahasa adalah bentuk yang lengkap, bukan bagian dari suatu bentuk bahasa yang lebih besar. Kalau seseorang mengucapkan suatu kalimat maka orang akan mengerti apa yang dimaksud oleh pembicara. Lebih lanjut Badudu mengungkapkan bahwa kalimat dibentuk dengan dua unsur utama yaitu unsur segmental berupa klausa, frasa, dan kata; dan unsur utama kedua yaitu unsur suprasegmental berupa intonasi atau lagu tutur. Kalimat menurut Parera (1988: 2) adalah sebuah bentuk ketatabahasaan yang maksimal yang tidak merupakan bagian dari sebuah konstruksi ketatabahasaan yang lebih 4

besar dan lebih luas. Pendapat Parera ini tersimpul berdasarkan pertimbangan Bloomfield (1926: 153 64) dan Hocket (1958: 199). Pada bagian lain Parera mengutip istilah topikkomen yaitu menurut istilah Fokker (SFok). Pengertian kalimat menurut Fokker (1960) ini dikutip oleh Parera (1988: 136) sebagai bentuk yang terdiri atas dua bagian yang isi mengisi dan yang satu tidak dapat dipikirkan tanpa yang lain, yaitu sesuatu yang kita percakapkan, dan yang dinamakan subjek dengan singkatan S dan apa yang kita katakan tentang itu, yang dinamakan predikat dengan singkatan P. Kalimat menurut Alisyahbana (1953: 35) adalah satu satuan pikiran yang lengkap, yang tersusun pula dari satuan pikiran yang kecil-kecil yang diucapkan dalam satuan bentuk bahasa. Pendapat Alisyahbana ini dipertimbangkan kurang populer. Fungsi Kalimat Fungsi subjek menurut Badudu (1990: 12) adalah unsur yang dikemukakan. Suatu klausa terdiri atas dua bagian atau unsur yang saling mengisi. Unsur pertama adalah unsur yang dikemukakan (S) dan unsur kedua adalah unsur yang memberi keterangan tentang apa yang disebutkan atau yang dikemukakan itu (P). Fungsi subjek menurut Alisyahbana (1953: 59) adalah sesuatu yang dianggap berdiri sendiri, dan yang tentangnya diberitakan sesuatu. Lebih lanjut lagi Alisyahbana menguraikan bahwa subjek dapat dicari dengan bertanya menggunakan kata tanya apa atau siapa di hadapan predikat. Pertimbangan bahwa subjek dapat dicari dengan bertanya menggunakan kata tanya apa atau siapa pun diungkap Sugono (1997: 37). Fungsi predikat menurut Moeliono (1998: 326) adalah konstituen pokok yang 5

disertai konstituen subjek di sebelah kiri dan, jika ada, konstituen objek, pelengkap, dan / atau keterangan wajib di sebelah kanan. Fungsi predikat menurut Badudu (1990: 12) adalah unsur yang memberi keterangan tentang apa yang disebutkan atau yang dikemukakan itu. Suatu klausa terdiri atas dua bagian atau unsur yang saling mengisi. Unsur pertama adalah unsur yang dikemukakan (S) dan unsur kedua adalah unsur yang memberi keterangan tentang apa yang disebutkan atau yang dikemukakan itu (P). Fungsi predikat menurut Alisyahbana (1953: 60) adalah bagian yang memberi keterangan tenang sesuatu yang berdiri sendiri atau tentang subjek itu. Lebih lanjut Alisyahbana menyebutkan bahwa predikat dapat diketahui dengan menanyakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu. Lebih lanjut predikat biasanya berupa kata kerja atau kata keadaan. Fungsi objek menurut Ramlan (1981: 87) adalah bagian yang mengikuti kata verbal transitif. Dari definisi pelengkap Ramlan (1981: 90) terungkap bahwa objek terletak di belakang predikat, yang terdapat dalam klausa yang dapat dipasifkan. Kita dapat menyimpulkan bahwa verbal transitif itu adalah verbal yang dapat dipasifkan. Fungsi objek menurut Moeliono (1998: 328) adalah objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Fungsi pelengkap menurut Ramlan (1981: 90) adalah bentuk yang terletak di belakang P, yang terdapat dalam klausa yang tidak dapat dipasifkan. Ramlan 6

membandingkan pelengkap dengan objek yaitu bahwa objek adalah bagian yang mengikuti kata verbal transitif. Moeliono (1998: 329) tidak mengungkapkan definisi pelengkap, melainkan menguraikan ciri-cirinya. Sedangkan bahasan Alisyahbana (1953: 66) mengenai pelengkap dan objek tidak lagi dapat diambil. Alisyahbana menyamakan istilah pelengkap dengan objek. Fungsi keterangan menurut uraian Ramlan (1981: 91) adalah fungsi yang mempunyai letak yang bebas, kecuali di antara P dan O, P dan Pel, O dan Pel. Fungsi keterangan menurut uraian Moeliono (1998: 330) adalah fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Silogisme Kategoris Salah satu pembahasan penting dari pelajaran mantik (logika) adalah silogisme kategoris. Silogisme dikatakan penting bahkan dapat dikatakan bahwa puncak dari pelajaran logika adalah silogisme kategoris. Selain silogisme kategoris, terdapat bahasan lain dari logika di antaranya umum-khusus, universal-partikular, serta subjek-predikat. Pembahasan subjek-predikat terdapat dalam pelajaran kalimat. Beberapa buku sumber logika adalah Muthahhari (1994), Hasan (1992), Baihaqi (2002). Salah satu unsur penting di dalam silogisme yaitu wasit (penengah). Ali manusia. Semua manusia mortal. Ali mortal. 7

Pada silogisme di atas, manusia adalah wasit karena terdapat pada dua kalimat pembuka. Wasit tidak akan muncul di dalam kesimpulan (kalimat ke tiga). Metode Penelitian ini menggunakan metode survey. Peneliti sebagai pengajar menginstruksikan pembelajar untuk membuat silogisme kategoris di papan tulis. Dari kondisi ini diharapkan terkumpul sejumlah silogisme kategoris untuk ditanggapi, dinilai. Selanjutnya dosen akan membuat rekomendasi berdasarkan kemampuan mahasiswa membuat silogisme kategoris ini. Lokasi dan Subjek Penelitian ini berlokasi di UPI Kampus Sumedang. Adapun subjek penelitian ini adalah sejumlah mahasiswa dari mata kuliah Kapita Selekta Bahasa Inodnesia di UPI Kampus Sumedang. Sebanyak 47 mahasiswa mata kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia di kelas A dan 33 mahasiswa mata kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia di kelas B mengikuti pembelajaran silogisme kategoris. Penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang lebih tiga bulan. Hasil Penelitian Penelitian ini menghasilkan 47 silogisme kategoris dari kelas A dan 33 silogisme kategoris dari kelas B. Dari 47 silogisme kategoris yang dibuat oleh mahasiswa kelas A, sebanyak 39 mahasiswa kelas A (82,98%) mampu membuat silogisme kategoris dengan 8

benar. Dengan begitu, hanya 8 mahasiswa kelas A (17,02%) dari 47 mahasiswa yang tidak mampu membuat silogisme kategoris dengan benar. Contoh silogisme kategoris dari mahasiswa kelas A yang benar di antaranya ialah sebagai berikut. Silogisme di bawah ini adalah silogisme nomor 2. 2. Harimau binatang buas. Semua binatang buas adalah pemangsa ulung. Harimau adalah pemangsa ulung. Contoh silogisme kategoris dari mahasiswa kelas A yang salah di antaranya ialah sebagai berikut. Silogisme di bawah ini adalah silogisme nomor 3. 3. Manusia butuh makan Tak satupun makhluk yang tidak membutuhkan makanan untuk hidup Semua makhluk hidup butuh makan untuk hidup Seharusnya silogisme di atas kurang lebih seperti di bawah ini. Manusia butuh makan Semua yang butuh makan hidup Manusia hidup Silogisme-silogisme kategoris yang dibuat mahasiswa kelas A termaktub dalam Lampiran 1. Skor mahasiswa kelas A termaktub dalam Lampiran 3. 9

45 40 39 35 30 25 20 15 10 8 5 0 Benar Tidak benar Dari 33 silogisme kategoris yang dibuat oleh mahasiswa kelas B, sebanyak 19 mahasiswa kelas B (57,58%) mampu membuat silogisme kategoris dengan benar. Dengan begitu, ada 14 mahasiswa kelas A (42,42%) dari 33 mahasiswa yang tidak mampu membuat silogisme kategoris dengan benar. Contoh silogisme kategoris dari mahasiswa kelas B yang benar di antaranya ialah sebagai berikut. Silogisme di bawah ini adalah silogisme nomor 1. 1. Anak tunas bangsa. Semua tunas bangsa harus berjiwa patriotisme. Anak harus berjiwa patriotisme. Contoh silogisme kategoris dari mahasiswa kelas B yang salah di antaranya ialah sebagai berikut. Silogisme di bawah ini adalah silogisme nomor 3. 5. Binatang buas Semua yang buas dilindungi Binatang yang buas dilindungi 10

Seharusnya silogisme di atas kurang lebih seperti di bawah ini. Binatang itu buas Semua yang buas dilindungi Binatang dilindungi Silogisme-silogisme kategoris yang dibuat mahasiswa kelas B termaktub dalam Lampiran 2. Skor mahasiswa kelas B termaktub dalam Lampiran 3. 20 19 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Benar 14 Tidak benar Melihat kemampuan kelas A yaitu 82,98% mampu dan kelas B yaitu 57,58% mampu memberikan gambaran bahwa pembelajaran silogisme kategoris mesti mendapatkan perhatian. Dengan kata lain, pemahaman dan kompetensi mahasiswa harus ditingkatkan. Kemampuan membuat kalimat, kemampuan menyusun silogisme merupakan kemampuan yang penting di dalam menyusun karangan. Kalimat yang singkat di dalam silogisme merupakan sebuah contoh dari satu pikiran. Mahasiswa di dalam belajar 11

menulis mesti mempertimbangkan bahwa kalimat yang dibuatnya tidak terlalu panjang. Kalimat yang terlalu panjang cenderung akan lebih sukar dipahami oleh pembaca. Dengan begitu, pembelajaran membuat kalimat, di antaranya berupa silogisme kategoris, sangatlah penting di dalam pembelajaran. Kesimpulan Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut. 1. Jumlah mahasiswa yang mampu membuat silogisme kategoris pada mata kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia di UPI Kampus Sumedang adalah 39 dari 47 mahasiswa kelas A dan 19 dari 33 mahasiswa kelas B. 2. Jumlah mahasiswa yang tidak mampu membuat silogisme kategoris pada mata kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia di UPI Kampus Sumedang adalah 8 dari 47 mahasiswa kelas A dan 14 dari 33 mahasiswa kelas B. 3. Persentase mahasiswa yang mampu membuat silogisme kategoris pada mata kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia di UPI Kampus Sumedang adalah 82,98% mahasiswa kelas A dan 57,58% mahasiswa kelas B mampu membuat silogisme kategoris. 4. Rekomendasi dari keberhasilan atau kegagalan pelajaran membuat silogisme kategoris pada mata kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia di UPI Kampus Sumedang adalah pembelajaran kalimat, khususnya silogisme kategoris mesti mendapatkan perhatian dari pengajar. Pembelajar pun mesti serius belajar silogisme kategoris agar ia dapat menguasai (mastery learning). Melalui 12

pembelajaran kalimat dan silogisme kategoris, diharapkan akan mendorong kompetensi pembelajaran mengarang. Saran Sejumlah saran yang berkaitan dengan penelitian multimedia ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian selanjutnya dapat juga memperhatikan kemampuan membuat huruf kapital dan tanda titik di akhir kalimat. 2. Penelitian selanjutnya dapat berorientasi pada pembuatan kalimat majemuk. 3. Memproyeksikan pengembangan media atau multimedia dalam pembelajarn silogisme kategoris. 4. Memproyeksikan diseminasi bagi pengembangan pembelajaran kalimat dan mengarang. Daftar Pustaka Alisyahbana, S.T. (1953) Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Rakyat. Alwi, H. et al. (1998) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Badudu, J.S. (1979) Membina Bahasa Indonesia Baku Seri 1. Bandung: Pustaka Prima. Badudu, J.S. (1980) Membina Bahasa Indonesia Baku Seri 2. Bandung: Pustaka Prima. Badudu, J.S. (1990) Buku Panduan Penulisan Tata Bahasa Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa-Depdikbud (diktat dalam terbitan). Baihaqi (2002) Ilmu Mantik: Teknik Dasar Berpikir Logik. Jakarta: Darul Ulum Press. 13

Baker, C.L. (1978) Introduction to Generative-Transformational Syntax. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Bloomfield, L. (1933) Language. New York: Holt, Rinehart & Winston. Bloomfield, L. (1975) Linguistics and Reading. Linguistics for Teachers: Selected Readings. Chicago: Science Reserch Associates, Inc. Cahyono, B.Y. (1995) Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press. Chaer, A. (1994) Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Fokker, A.A. (1960) Pengantar Sintaksis Indonesia (terjemahan Djonhar). Jakarta: Pradnya Paramita. Hasan, A.A. (1992) Ringkasan Logika Muslim. Jakarta: Al-Muntazhar. Kridalaksana, H. (1994) Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, H. (1996) Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Lester, M. (1970) Readings in Applied Transformational Grammar. Hawaii: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Moeliono, A. (Ed.) (1988) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Muthahhari, M. (1994) Pengantar Menuju Logika. Bangil: Penerbit YAPI. Nurgiantoro, B. (1988) Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Parera, J.D. (1988) Sintaksis. Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Parera, J.D. (1994) Morfologi Bahasa (edisi kedua). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Quirk, R. et al. (1985) A Comprehensive Grammar of The English Language. New York: Longman, Inc. Ramlan, M. (1981) Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono. 14

Razak, A. (1985) Kalimat Efektif: Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta: Gramedia. Robinson, H.A. (1978) Teaching Reading and Study Strategies: The Content Areas (2 nd Edition). Boston: Allyn and Bacon, Inc. Sakri, A. (1994) Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. (Edisi ke-2) Bandung: Penerbit ITB. Savage, J.F. (1973) Linguistics for Teacher: Selected Readings. Chicago: Science Research Associates, Inc. Schlesinger, I.M. (1968) Sentence Structure and the Reading Process. Paris: Mouton & Co. N.V. Publishers, The Hague. Slametmulyana (1956) Kaidah Bahasa Indonesia I. Jakarta: Djambatan. Soedjito (1986) Kalimat Efektif. Bandung: Remaja Karya. Sugono, D. (1997) Berbahasa Indonesia dengan Benar (edisi revisi). Jakarta: Puspa Swara. Tarigan, Dj. (1995) Penerapan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, SLTP dan SMU Berdasarkan Kurikulum 1994. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Bandung. Tarigan, H.G. (1984) Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. (1985) Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa. 15