Abstrak. 1. Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Abstrak. 1. Pendahuluan"

Transkripsi

1 Kendala-kendala Penguasaan Struktur Kalimat Bahasa Indonesia bagi Mahasiswa Asing pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di FPBS UPI Bandung oleh Kosadi Hidayat S FPBS UPI Bandung Abstrak Di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI pada semester genap tahun 2000/2001 ada dua orang asing yang sedang mengikuti kuliah. Saya merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kedua orang mahasiswa tersebut. Penelitian ini difokuskan pada penguasaan struktur kalimat bahasa Indonesia. Setelah dilakukan penelitian, penguasaan struktur kalimat bahasa Indonesia bagi mahasiswa asing itu masih kurang. Ada berbagai kendala yang menyebabkan mahasiswa asing itu kurang menguasai struktur kalimat bahasa Indonesia, yaitu: 1) Kandungan makna yang terdapat dalam struktur kalimat BI masih kurang mereka pahami; 2) Pemahaman terhadap konsep struktur kalimat BI masih samar-samar; 3) Satuan-satuan linguistik yang menjadi unsur pembangun kalimat BI belum mereka kuasai; 4) Kerancuan pemahaman terhadap posisi fungsi, kategori dan peran dalam sebuah kalimat; 5) Penggunaan BI masih dipengaruhi kebiasaan penggunaan berbahasa ibunya; 6) Struktur pola kalimat BI berbeda dengan struktur kalimat bahasa ibu mereka; 7) Penguasaan kosakata dan proses pembentukannya belum banyak mereka ketahui 8) Penguasaan membaca buku-buku kebahasaan masih kurang. Sehubungan dengan itu, berbagai usaha perlu diupayakan untuk menanggulangi proses pembelajaran bahasa Indonesia bagi orang asing itu. 1. Pendahuluan Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing telah merambah ke berbagai mancanegara, misalnya di negara Amerika terdapat sembilan universitas dan di Jerman kurang lebih enam lembaga pendidikan (Soedjiarto, 1988); di Jepang ada dua puluh delapan (Shigeru, 1988 dlm. Dardjowijoyo, 1998:797); di Thailand ada lima buah universitas yang menawarkan bahasa Melayu sebagai bahasa asing ( Nimmanupap, 1998); di Italia (Rivai, 1998); di Australia dan di Selandia Baru, BI tidak hanya diajarkan di tingkat universitas bahkan di tingkat sekolah dasar dan menengah pun sudah diajarkan dan di negara-negara asing lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini. Perlu juga kita ketahui bahwa BI dalam program LOTE ( Language Other than English) merupakan salah satu dari enam bahasa asing yang bisa dipilih sebagai mata kuliah oleh para mahasiswa (Dardjowijoyo, 1998). Sehubungan dengan itu, saya merasa tertarik untuk mengadakan penelitian ini yang fokus sasarannya ialah penguasaan struktur BI bagi mahasiswa asing yang sedang mempelajari BI sebagai bahasa asing. Dari hasil penelitian ini akan diketahui, bagaimana proses pembelajarannya, hasil yang dicapai serta kendala-kendala apa sajakah yang dirasakan sulit oleh mahasiswa asing itu tentang penguasaan struktur kalimat BI itu. 1.1 Masalah Penelitian 1

2 Pembelajaran bahasa Indonesia ( BI) bagi penutur asing masih banyak yang perlu digali dan diteliti agar sasaran atau tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian itu di antaranya tujuan atau target yang ingin dicapai, cakupan materi atau bahan pembelajaran, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran, media dan masih banyak lagi permasalahan yang perlu dirintis untuk dicarikan jalan pemecahannya. Salah satu cara untuk memecahkan permasalahan tersebut ialah melalui penelitian dan dari berbagai pokok permasalahan yang telah disebutkan di atas, ada pokok masalah yang menarik perhatian saya, yaitu masalah penguasaan struktur kalimat BI bagi mahasiswa asing. Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji dalam penguasaan struktur kalimat BI itu, masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian berikut ini. 1) Sejauh manakah penguasaan mahasiswa asing terhadap struktur kalimat BI? 2) Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi mahasiswa asing dalam mempelajari struktur BI itu? Kedua pokok masalah tersebut itulah yang akan dijadikan sasaran atau objek kajian penelitian ini. 1.2 Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini ialah untuk memerikan 1) penguasaan mahasiswa asing tentang struktur kalimat BI; dan 2) kendala-kendala atau hambatan-hambatan yang dihadapi mahasiswa asing dalam mempelajari struktur kalimat BI. Untuk mencapai sasaran atau target tujuan penelitian tersebut sudah tentu diperlukan dasar pemikiran teoritis serta pengembangannya dengan mengunakan metode dan teknik penelitian yang diterapkan di lapangan sesuai dengan objeknya. 1.3 Kerangka Dasar Pemikiran Dasar pemikiran mengapa mahasiswa asing itu diteliti penguasaan struktur kalimat bahasa Indonesianya. Hal itu berdasarkan bahwa mahasiswa asing yang sedang kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI telah dapat berbahasa Indonesia. Oleh karena mereka telah dapat berbahasa Indonesia maka perlu ditindaklanjuti melalui penelitian ini sejauh manakah penguasaan struktur kalimat bahasa Indonesianya. Di sini timbul dugaan, yaitu mahasiswa mampu menguasai struktur kalimat BI dengan baik dan benar atau mungkin pula sebaliknya. 1.4 Metode dan Teknik Penelitian Metode yang diterapkan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif karena data yang diungkapkan benar-benar terjadi pada saat penelitian ini dilakukan dan untuk mendeskripsikan prilaku berbahasa Indonesia bagi mahasiswa asing itu sebagai langkah awal digunakan teknik tes yang kemudian diikuti teknik nontes yang berupa observasi dan wawancara. Di samping itu, saya selaku peneliti mengadakan temu wicara dengan para dosen yang memberikan kuliah kepada mahasiswa asing tersebut. Hal itu dilakukan untuk memperoleh masukan mengenai keadaan mahasiswa asing itu dalam mengikuti kegiatan perkuliahannya, begitu juga tentang prestasi perkuliahannya. 1.5 Populasi dan Sampel Penelitian 2

3 Populasi penelitian ini ialah kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa asing yang sedang mengikuti kuliah bahasa Indonesia di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI pada tahun kuliah 2000/2001. Adapun yang menjadi sampel penelitian ialah kemampuan mahasiswa asing dalam menguasai struktur kalimat BI yang sedang mengikuti kuliah Sintaksis pada semester VI, dan sebagai anggotanya ialah Sdr. Miki Yamane, mahasiswa asing yang berasal dari Jepang dan Sdr. Maheedin Ba-ngo yang berasal dari Thailand. 2. Landasan Teori Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas bahwa tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan kemampuan berbahasa Indonesia bagi mahasiswa asing khususnya tentang penguasaan struktur kalimat. Landasan teori yang relevan dengan pokok masalah tersebut ialah landasan teori tentang struktur kalimat bahasa Indonesia. Sebagaimana kita ketahui, landasan teori tentang struktur kalimat BI itu berbeda-beda, misalnya landasan teori tradisional, struktural, transformasi dan landasan teori yang lainlainnya. Sehubungan dengan itu, landasan teori yang diterapkan dalam penelitian ini ialah landasan atau pendekatan struktural. Tokoh struktural yang tidak asing lagi di Indonesia ialah Ramlan dengan karya tulisnya Sintaksis Bahasa Indonesia. Gorys Keraff dengan Tata Bahasa Indonesianya, juga para ahli bahasa yang menyusun Tata Bahasa Baku BI lebih cenderung mengarah kepada faham struktural. Dari berbagai pandangan para ahli ini kemudian disarikan intinya yang kemudian dijadikan ramuan teori untuk memecahkan masalah penguasaan struktur kalimat BI bagi orang asing itu. Inti teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu kalimat sederhana dan kalimat luas. Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat yang berklausa satu. Adapun kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat luas itu bermacam-macam. Macammacam kalimat luas terdiri atas kalimat luas setara dan kalimat luas tak setara atau lazim juga disebut kalimat majemuk bertingkat. Selanjutnya bagaimana menentukan tolok ukur struktur kalimat BI itu? Tolak ukur untuk menentukan struktur kalimat BI itu didasarkan atas analisis unsurunsur bawahannya sebagai unsur pembentuknya. Unsur bawahan kalimat adalah klausa. Klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga dasar, yaitu berdasarkan 1) struktur internal, 2) ada atau tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P dan kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi P. Analisis klausa berdasarkan struktur internal difokuskan pada tiga tataran, yaitu: 1) fungsi, 2) kategori dan 3) makna atau peran. Analisis fungsional klausa didasarkan atas fungsi S (subjek), P (predikat), O (objek), Pel. (Pelengkap) dan Ket. (keterangan). Analisis kategori didasarkan atas penentuan jenis kata yang mengisi unsurunsur fungsi tersebut, misalnya kategori V (Verba), (N) Nomina, A (Ajektifa) dan kategori yang lainnya. Di bidang makna, S (Subjek) dapat bermakna Pel. (Pelaku), Predikat bermakna Tin. (Tindakan), Objek bermakna Pen. (Penderita) dan Keterangan dapat bermakna Tempat (Tem.) atau Waktu (W). Rangkaian makna sebagai penjelas maksud tersebut bergantung pada konteks kalimatnya. Sebagai contoh, Ani memetik bunga mawar. Secara fungsional kalimat di atas terdiri dari fungsi S,P, dan O. Fungsi S diisi oleh kata Ani dan kategori kata Ani itu termasuk golongan N, fungsi P terdiri dari kata memetik yang tergolong kategori V, dan fungsi O terdiri dari kelompok kata bunga mawar yang tergolong kategori FN ( Frasa Nomina). 3

4 Di bidang makna S pada kalimat di atas menyatakan makna pelaku (Pel.) karena Anilah yang melakukan tindakan atau perbuatan memetik dan P yang diduduki oleh kata menyiram mengandung makna tindakan (Tin.) dan O yang dinyatakan oleh kata bunga mawar dengan kategorinya FN menyatakan makna penderita. Perlu juga dikemukakan di sini bahwa makna P merupakan unsur klausa yang penting dalam struktur kalimat sebab unsur P pada umumnya unsur yang selalu hadir dalam setiap kalimat terkecuali pada kalimat yang tak berklausa karena pada kalimat tersebut tidak memiliki unsur P. Dari pengamatan para ahli, makna yang dinyatakan oleh P itu bermacam-macam, seperti P yang menyatakan 1) tindakan (Tin.), misalnya, Dini mencuci pakaian. 2) P menyatakan makna keadaan, seperti dalam kalimat, Cuaca hari ini sangat cerah. 3) P menyatakan makna pengenal, misalnya, Ia pegawai rumah sakit. Dan 4) P menyatakan makna jumlah, sebagai contoh, Anak Pak Samin lima orang. Adapun makna yang dinyatakan dalam S (subjek) ialah 1) menggambarkan pelaku, 2) alat (Al), 3) sebab (Seb.), 4) penderita (Pen.), 5) has (H), 6) tempat (Tem.), 7) penerima (Ma), 8) pengalam (Peng.), 9) dikenal (Diken), dan 10) Terjemah (Terj). Selanjutnya, makna yang terkandung dalam fungsi Objek (O). Objek dibagi atas dua bagian, yaitu O1 dan O2. Makna yang dinyatakan dalam O1, yaitu: 1) Penderita, 2) Penerima (Ma), 3) Tempat (Tem.), 4) Alat (Al), dan 5) menyatakan Has (H) dan makna yang dinyatakan dalam O2, yaitu 1) menyatakan makna penderita (Pen.) dan menyatakan makna has (H). Di samping makna yang menduduki fungsi, S, P, dan O sebagaimana telah diuraikan di atas, juga fungsi yang lainnya, yaitu fungsi pelengkap (Pel.) dan Keterangan (Ket.). Makna yang terkandung dalam fungsi pelengkap (Pel.), yaitu 1) makna penderita (Pen.) dan makna alat (Al) sedangkan makna yang terkandung dalam makna keterangan (Ket.) terdiri atas 11 (sebelas) makna, yaitu: makna yang menyatakan 1) tempat (Tem.), 2) waktu (W), 3) cara (C), 4) penerima (Ma), 5) peserta (Pes.), 6) alat (Al), 7) sebab (Seb.), 8) pelaku (Pel.), 9) keseringan (Kes.), 10) perbandingan (Perban) dan 11) perkecualian (Perkec). Suatu hal lagi yang perlu diperhatikan dalam bangun struktur kalimat bahasa Indonesia adalah keefektifannya sebab suatu struktur kalimat tidak hanya ditinjau dari segi bentuk dan prosesnya semata-mata melainkan harus pula diperhatikan fungsi praktis kalimat adalah sebagai alat komunikasi. Sebuah kalimat dapat dikatakan efektif apabila kalimat tersebut dapat dijadikan alat penyampai ide, gagasan atau pesan pembicara atau penulis kepada penyimak atau pembaca sehingga si penyimak atau pembaca itu dapat memahami kandungan maksud yang disampaikan si pembicara atau penulis itu. Oleh karena itu, keefektifan suatu kalimat sangat perlu diperhatikan. Untuk itu, suatu kalimat dapat dikatakan efektif apabila memiliki: 1) kesatuan gagasan, 2) koherensi yang kompak, 3) diksi yang cocok, 4) ragam atau variasi, 5) paralelisme, 6) kelogisan yang runtut dan runtun, 7) penekanan, dan 8) kehematan. Demikian, sepintas kilas tentang landasan teori yang dijadikan tolok ukur untuk menentukan struktur kalimat bahasa Indonesia itu. Setelah landasan teori ini diinternalisasi dan diakumulasi dengan komponen-komponen penelitian yang lainnya kemudian disusun instrumen. Instrumen itu merupakan alat pengumpul data. Agar instrumen yang digunakan pada mahasiswa asing itu cukup handal, terpercaya dan praktis maka ditempuh melalui penyeleksian materi tes, penyusunan kisi-kisi, penyusunan soal, uji coba soal, analisis soal, revisi soal dan barulah membuat soal yang benar-benar jadi. Setelah soal itu disajikan kepada mahasiswa asing tersebut kemudian diperoleh data. Data tersebut kemudian diolah, dianalisis dan dibahas. Analisis data dan pembahasannya dapat diikuti pada uraian berikut. 4

5 3 Data, Analisis dan Pembahasannya Data kemampuan penguasaan struktrur kalimat BI bagi mahasiswa asing itu diperoleh melalui tes tertulis dan wawancara serta pengamatan langsung terhadap orang asing itu dengan mempersilakan mereka untuk berkomunikasi dengan teman-teman mahasiswa orang Indonesia dan dengan dosen yang kebetulan di antara dosen itu adalah peneliti sendiri. Setelah seluruh data itu terkumpul kemudian diolah dan dianalisis. Dari hasil pengolahan data tes tertulis, hasil kemampuan penguasaan struktur kalimat BI bagi orang asing itu masih kurang. Rata-rata penguasaan struktur kalimat BI ialah 40 dan dari hasil penguasaan lisan 50 sehingga rata-rata kemampuan mahasiswa asing itu 45. Dengan kata lain, kemampuan penguasaan struktur kalimat BI bagi mahasiswa asing itu masih belum memadai. Sehubungan dengan itu, timbul pertanyaan. Hal-hal atau faktorfaktor apa sajakah yang menyebabkan mereka belum mampu menguasai struktur kalimat bahasa Indonesia itu? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut perlu dianalisis dari sumber data yang telah diajukan kepada mahasiswa asing melalui tes dan wawancara dan untuk kurang memahami struktur kalimat BI perlu difokuskan pada materi atau bahan yang diteskan dan hasil wawancara antara penulis dengan para mahasiswa asing itu. Adapun faktor memudahkan proses analisis, faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan mereka - faktor yang disorot ialah 1) latar belakang penguasaan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing, 2) penguasaan kosakata BI, 3) penguasaan kebahasaan, khususnya tentang struktur kalimat BI. Baiklah untuk mengupas ketiga faktor tersebut, pembahasaannya dapat diikuti pada uraian berikut. 3.l Latar Belakang Penguasaan Bahasa Indonesia Kemampuan mahasiswa asing yang diteliti ini berlatar belakang bahasa dan bangsa yang berbeda, yaitu dari Jepang dan dari Thailand. Oleh karena itu, penguasaan berbahasa Indonesianya pun berbeda pula. Sdr. Maheedin Ba-ngo yang berasal dari Thailand penguasaan BI- nya sudah lebih baik daripada Sdr. Miki Yamane dari Jepang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Ba-ngo yang berasal dari Thailand menyatakan bahwa dalam pemikirannya BI itu sama dengan bahasa Melayu seperti bahasa Malaysia tetapi setelah dia datang ke Indonesia ternyata banyak sekali perbedaan. Namun, diakuinya bahwa antara bahasa Patani dengan bahasa Indonesia banyak unsur persamaannya karena antara kedua bahasa tersebut masih serumpun. Lebih lanjut, ia menyatakan belum pernah mempelajari BI seperti yang dirasakan sekarang. Kalau begitu, kapan dan di mana ia mempelajari bahasa Melayu? Ia mempelajari bahasa Melayu selama mengikuti pelajaran agama Islam di sekolah Aliyah. Perlu dikemukakan di sini bahwa sistem belajar yang ditempuh masyarakat di Patani ditempuh melalui dua jalur. Jalur pertama, yaitu pendidikan umum dimulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan tingkat sekolah menengah atas. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pendidikan umum itu dilaksanakan pada pagi hari. Setelah usai mengikuti pendidikan umum, pada sore hari ia mengikuti pendidikan agama di sekolah Aliyah ( Sekolah pendidikan Agama Islam Atas). Pada saat belajar di Aliyahlah ia banyak mengikuti pelajaran bahasa Melayu mirip bahasa Melayu di Malaysia. Suatu hal yang menarik ialah bahasa tulis yang digunakan pada saat proses belajar mengajar di Aliyah ialah Bahasa Arab Melayu sedangkan bahasa tulis yang digunakan 5

6 pada saat proses belajar mengajar di SMU ( Matayom Play ialah bahasa Rumi (Romawi) sama seperti di Indonesia, yaitu bahasa Latin sebab bahasa Latin termasuk rumpun bahasa Romawi (Shadily, 1986:293l). Di samping itu ada hal lain yang menarik ialah pelafalan bunyi-bunyi bahasa Rumi itu dilafalkan seperti lafal bahasa Inggris. Jadi, dapat dibayangkan betapa mereka mengalami proses pemahaman bunyi bahasa yang begitu kompleks sehingga tidak pelak lagi penggunaan bahasa Melayu yang dipelajarinya terjadi kerancuan, baik kerancuan fonologis, morfologis atau sintaksis. Faktor lain yang menyebabkan mereka kurang memahami struktur kalimat BI ialah kekurangan sumber bacaan kebahasaan dalam bahasa Indonesia. Penguasaan kebahasaan dalam bahasa Indonesia hanya berbekal penguasaan bahasa Melayu sewaktu belajar di sekolah agama. Walaupun dengan berbekal penguasaan bahasa Indonesia yang kurang mereka bertekad untuk mempelajari BI pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di FPBS UPI. Tekad inilah yang patut dibanggakan dan dihargai dengan sambutan yang sebaik-baiknya. Berbeda halnya dengan Sdr. Miki Yamane yang berasal dari Jepang. Bahasa Indonesia bagi Sdr. Yamane itu betul-betul asing sehingga komunikasi baik di dalam kelas maupun di luar kurang komunikatif. Walaupun demikian, upaya untuk mengkondisikan agar terjadi interaksi yang komunikatif perlu berbicara yang dilakukan dengan berulang-ulang dan bila komunikasi secara tertulis perlu dibantu media kamus atau secara langsung yang bersangkutan mengajukan pertanyaan. Upaya ini berdampak positif sebab dari hari ke hari interaksi antara saya dengan yang bersangkutan mengalami kemajuan. Di samping itu, Sdr. Miki Yamane rajin berinteraksi dengan mahasiswa dan masyarakat baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Ia sengaja bertempat tinggal di daerah Kompleks Sarijadi. Ia adalah lulusan Sarjana Muda Jurusan City Planning di Universitas Hiroshima. Adapun latar belakang penguasaan berbahasa Indonesianya ialah melalui Multi-Group Indonesian Language Class mulai bulan April 1988 sampai dengan bulan Agustus Jadi, kurang lebih 2 tahun, ia belajar bahasa Indonesia. Penguasaan berbahasa Indonesianya masih tergolong tingkatan dasar. Demikian sekilas gambaran tentang latar belakang penguasaan bahasa Indonesia bagi mahasiswa asing yang berasal dari Thailand dan Jepang itu. Selanjutnya, bagaimana pembahasan tentang penguasaan struktur kalimat bahasa Indonesia bagi kedua mahasiswa asing itu dapat diikuti pada uraian di bawah ini. 3.2 Analisis dan Pembahasan Penguasaan Struktur Kalimat Sebagaimana telah diuraikan di muka bahwa tolok ukur untuk menentukan penguasaan struktur kalimat BI bagi mahasiswa asing itu didasarkan atas analisis kalimat secara struktural. Analisis difokuskan pada tiga tataran, yaitu fungsi, kategori dan peran atau makna. Agar proses analisis ini cukup jelas, patut diketengahkan tentang data penguasaan struktur kalimat yang dibuat oleh para mahasiswa asing itu. Data yang diungkapkan di sini meliputi dua aspek, yaitu aspek penguasaan struktur kalimat BI yang diperoleh dari hasil tes dan yang kedua penguasaan kalimat BI yang diekspresikan oleh mahasiswa asing itu secara bebas kemudian ditulis. Dari hasil pengolahan data melalui tes tertulis, mahasiswa asing itu masih mengalami kesulitan dalam menyusun struktur kalimat BI yang gramatikal. Mereka belum mampu membedakan struktur kalimat BI yang berpola gramatikal dan yang bukan, sebagai contoh (l) Dia tidak ambil potlot saya. (2) Saya tidak ketemu dengan dia dari kemaren. (3) Saya faham apa yang dijelaskan. 6

7 Secara fungsional kalimat (1), (2) dan (3) bila dianalisis berdasarkan fungsi, ada yang sudah tepat dan ada pula yang masih kurang tepat. Demikian pula, kalimat tersebut bila ditinjau dari kategori kata yang menduduki fungsi predikat belum tepat sebab bentuk kata-kata tersebut tidak gramatikal, seperti kata ambil, ketemu, dan faham. Kategori kata ambil dan faham termasuk kategori kata kerja bentuk asal atau dasar. Kedua kata kerja tersebut tergolong kata kerja transitif. Oleh karena itu, kedua kata kerja tersebut bila diterapkan dalam konteks kalimat, maka kata kerja tersebut harus dibubuhi awalan me-. Jadi, kalimat itu akan sangat gramatikal bila strukturnya berbunyi, (1) Dia tidak mengambil potlot saya. (2) Saya tidak menemui dia dari kemarin. (3) Saya memahami apa yang dijelaskannya. Timbul pertanyaan mengapa kata ambil, dan faham itu kurang gramatikal dalam struktur tersebut? Kata-kata tersebut kurang gramatikal dalam konteks kalimat tersebut karena, kata ambil dan faham termasuk kategori kata dasar. Kategori kata dasar bila diterapkan dalam struktur kalimat pada umumnya akan berupa kalimat suruh. Contoh, Ambil potlot itu!" Atau ambillah potlot itu! Jadi, berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditemukan bahwa kendala yang menyebabkan bagi mahasiswa asing kurang memahami struktur kalimat BI dikarenakan belum menguasai konstruksi kategori kata dalam konteks kalimat. Dasar pemahaman konstruksi kategori kata itu tidak terlepas dari bidang morfologi. Oleh karena itu, penguasaan morfologi BI bagi mahasiswa asing sangat diperlukan sebelum mereka mempelajari struktur kalimat BI. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa asing belum menguasai struktur kalimat secara gramatikal disebabkan masih banyak ditemukan kesalahan-kesalahan dalam menggunakan kalimat itu dengan baik dan benar. Dengan kata lain, kesalahan yang dibuat mereka adalah kesalahan yang disebabkan kurang memahami aspek ketatabahasaan dalam BI. Kesalahan lain yang ditemukan dalam penelitian ini ialah penggunaan BI yang benar-benar kacau. Untuk itu, perhatikan data berikut ini. (1) Kita tidak dapat krana ingin kita. (2) Saya ingin mengungkapkan sesuatu yang tidak terungkapkan dalam bentuk lain dan pertanya-pertanya itu. (3) Sedang penyair jadinya penyair harus dengan membaca buku-buku. Kalimat yang diungkapkan oleh mahasiswa yang bersasal dari Thailand ini benar-benar sangat kacau sebab di samping struktur kalimatnya yang tidak beraturan juga arti yang terkandung dalam kalimat tersebut tidak dipahami. Setelah dilakukan pengecekan secara langsung melalui wawancara dengan yang bersangkutan ternyata mereka masih sangat sulit untuk mengekspresikan kalimat dalam BI karena faktor 1) penguasaan kosakata BI masih kurang, 2) kurang memahami fonem BI, 3) Kurang memahami morfem BI dan konstruksinya, 4) kurang memahami konstruksi struktur kalimat BI serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Suatu hal yang menarik dari hasil penelitian ini ialah tentang penguasaan kalimat yang diungkapkan oleh mahasiswa yang berasal dari Jepang, sebagai contoh (1) Saya itu buku baca. (2) Saya tempat itu tahu. Kalimat (1) dan (2) di atas merupakan interferensi dari bahasa Jepang sebab dalam bahasa Jepang konstruksi kalimatnya berpola S O P seperti Watashi wa hon o yomu. Watashi = saya, hon = buku, dan yomu = membaca. Jadi, kalimat tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Saya buku membaca. Hal itu berbeda dengan konstruksi kalimat BI. Konstruksi kalimat BI berpola SPO. Kebiasaan menggunakan bahasa ibu terkadang telah melekat, akibatnya sangat berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Di samping kesulitan pengaruh bahasa ibu terhadap 7

8 bahasa asing, bahasa Indonesia, juga kesulitan penguasaan kosakata. Jangankan menguasai struktur kalimat BI, penguasaan kosakata pun masih sangat terbatas. Fakta ini dapat dibuktikan, yaitu pada waktu mereka dites dan hasil penelitian kemampuan membaca bagi mahasiswa asing yang dilakukan pada tahun 1999 di jurusan dan mahasiswa yang sama pula (Hidayat, 1999). Pembuktian yang lainnya ialah pada saat ujian, Sdr. Miki Yamane meminta izin untuk membuka kamus. Walaupun mereka diizinkan untuk membuka kamus, namun masih banyak soal yang tidak dijawab. Hal ini disebabkan mereka belum memahami benar kandungan maksud yang terdapat dalam kalimat yang ditanyakan itu. Akibatnya banyak soal yang tidak dijawab karena tidak memahami pertanyaan yang diajukan kepadanya, sebagai contoh Apakah Sdr. mengalami kesulitan dalam mempelajari struktur kalimat di atas? Apakah kesulitannya? Pertanyaan tersebut dijawab oleh mahasiswa asing yang berasal dari Jepang ialah Karena ada kata apa. Demikan pula pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan jenis kata, atau unsur-unsur suatu kalimat tidak dapat mereka jawab, seperti fungsi kalimat, kategori kata dan peran atau makna yang merupakan satuan pembentuk struktur kalimat. Oleh karena itu, ditemukan dalam penelitian ini bahwa pemahaman tentang penguasaan struktrur kalimat dan bagaimana proses penggunaannya masih belum mereka kuasai. Sebagai akhir pembahasan hasil penelitian ini perlu disimpulkan sebagaimana diuraikan berikut ini. 4 Simpulan dan Rekomendasi 4.1 Simpulan Setelah melalui proses analisis data, pengolahan dan pembahasannya, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa asing masih belum menguasai struktur kalimat BI. Ada beberapa kendala yang menyebabkan mereka belum menguasai struktur kalimat, yaitu 1) Penguasaan kosakata BI masih kurang dan 2) Satuan-satuan linguistik sebagai unsur pembentuk struktur kalimat belum dikuasai; 3) Penguasaan struktur kalimat bahasa ibu masih melekat sehingga terjadi interferensi ke dalam BI sebagai bahasa asing; 4) terdapat perbedaan antara struktur pola kalimat BI dengan bahasa ibu khusus dalam bahasa Jepang sedangkan dalam bahasa Thailand tidak terlalu mencolok perbedaan antara BI dan bahasa Patani masih serumpun, yaitu rumpun bahasa Melayu. 4.2 Rekomendasi Sehubungan dengan ditemukannya beberapa kendala yang dihadapi mahasiswa asing dalam mempelajari BI sebagai bahasa asing maka dipandang perlu untuk dipikirkan langkahlangkah penanggulangan. Untuk itu ada beberapa rekomendasi yang mungkin dapat dijadikan masukan untuk memecahkan masalah tersebut, yaitu 1) Mahasiswa asing yang akan mengikuti kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia harus dites terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan dasar yang dikuasai mahasiswa asing itu. Rekomendasi ini telah diajukan pula pada hasil penelitian kemampuan membaca bagi mahasiswa asing di Jurusan yang sama pada tahun l998. ( Hidayat, 1988); 2) Penyusunan rancangan garis-garis besar perkuliahan sintaksis tentang struktur kalimat bagi mahasiswa asing; 3) Rancangan pengembangan model pembelajaran struktur kalimat BI bagi mahasiswa asing; 8

9 4) Penyediaan sarana media pembelajaran struktur kalimat BI baik yang bersifat elektronik maupun bukan elektronik; dan 5) Pengkajian evaluasi hasil pembelajaran struktur kalimat BI bagi pembelajar asing. Demikian, beberapa rekomendasi yang dapat diajukan. Sudah tentu, masih banyak hal- hal lain yang belum terungkapkan di sini. Oleh karena itu, melalui konperensi yang dilaksanakan sekarang ini, kami sangat mengharapkan masukan dan kritik yang sangat berharga dari hadirin sekalian agar proses pembelajaran BI bagi penutur asing dapat dikemas dalam suatu program pembelajaran yang menarik minat khususnya bagi penutur asing yang berkeinginan untuk memperdalam atau menguasai penggunaan BI secara praktis. Akhirnya, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena sajian hasil penelitian ini masih sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilanjutkan agar harapan serta tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Bandung, 23 Agustus 2001 Penyaji S. Peneliti dan Kosadi Hidayat 9

10 Daftar Bacaan Alderson, J. Charles & Urquhart. (1984). Reading in Foreign Language. London: Longman. Ellis, Rod. (1986). Understanding Second Language Acquisition. New York: Oxford University. Hornstein, Norbert and Lightfoot, David. ( 1981). London: Longman. Hidayat, S. Kosadi. (1998). Kemampuan Mahasiswa Asing pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Membaca Wacana Bahasa Indonesia. Bandung: UPI Moeliono, M., Anton. dkk. (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ramlan, M. (1982). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Sakri, Ajat. (1993). Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit ITB. Seliger, W. Herbert and Shohamy, Elana. (1989). Second Language Research Method. Tarigan, Henry, Guntur. (1985). Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa. Wallace, Michael, J. (1991). Training Foreign Language Teacher. New York: Cambridge University Press. 10

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dititikberatkan pada kajian kemampuan berbahasa. upaya peningkatan kemampuan menulis kalimat bagi siswa asing dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dititikberatkan pada kajian kemampuan berbahasa. upaya peningkatan kemampuan menulis kalimat bagi siswa asing dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Penelitian ini dititikberatkan pada kajian kemampuan berbahasa sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis kalimat bagi siswa asing dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan pada pembelajar BIPA. Faktor pertama adalah ciri khas bahasa sasaran. Walaupun bahasabahasa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND Berlian Pancarrani Pascasarjana, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Kesalahan penggunaan struktur frasa dalam karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII

Lebih terperinci

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Artikel Publikasi diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi kepada orang lain. Kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bisa berlangsung secara efektif

Lebih terperinci

2016 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METOD E COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) D ALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA JEPANG

2016 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METOD E COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) D ALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA JEPANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: silogisme kategoris, kalimat, klausa. Latar Belakang Pelajaran kalimat merupakan dasar dari pelajaran mengarang.

Abstrak. Kata kunci: silogisme kategoris, kalimat, klausa. Latar Belakang Pelajaran kalimat merupakan dasar dari pelajaran mengarang. KEMAMPUAN MAHASISWA MEMBUAT SILOGISME KATEGORIS DALAM PEMBELAJARAN KALIMAT DI UPI KAMPUS SUMEDANG Prana D. Iswara UPI Kampus Sumedang, 081322081902, prana_badrun@yahoo.com Abstrak Kemampuan membuat kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa verbal/lisan atau berbicara. Manusia bisa berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA JEPANG

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA JEPANG KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA JEPANG Kompetens Pedagogik 2. Menguasai teori belajar dan prinsip prinsip pembelajaran yang mendidik. 1. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran bahasa, aspek keterampilan berbahasa adalah salah satu hal yang diperlukan. Berdasarkan jenisnya, aspek keterampilan berbahasa dibagi menjadi 4 yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA

MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA Pendahuluan Media dan alat peraga dalam pembelajaran bahasa kedua merupakan salah satu fokus bahasan dalam BBM. Alasannya antara lain media dan alat

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi. Dalam komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya diperlukan adanya bahasa,

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai bahasa pasti tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat, melainkan

Lebih terperinci

OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI

OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI DESKRIPSI DAN SILABUS MATA KULIAH SINTAKSIS BI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA IN 104 SINTAKSIS BAHASA INDONESIA:S-1, 4 SKS, SEMESTER 3 OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi yang dibutuhkan oleh manusia dalam menyampaikan ide, pendapat, dan perasaannya yang dituangkan, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilham Zamzam Nurjaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Ilham Zamzam Nurjaman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum mengamanatkan agar pembelajaran bahasa di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran bahasa, siswa memperoleh keahlian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setia Rini, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setia Rini, 2014 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan proses penyusunan kegiatan penelitian yang dilakukan, diantaranya: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia berkembang melalui proses pendidikan, melahirkan suatu pandangan bahwa pendidikan pada dasarnya sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personel sepanjang

Lebih terperinci

, 2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA RAGAM TULIS DALAM SURAT PRIBADI MAHASISWA KOREA DI YOUNGSAN UNIVERSITY

, 2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA RAGAM TULIS DALAM SURAT PRIBADI MAHASISWA KOREA DI YOUNGSAN UNIVERSITY BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Orang Indonesia pasti pandai berbahasa Indonesia, orang Belanda pasti pandai berbahasa Belanda, orang Jepang pasti pandai berbahasa Jepang, orang Korea tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR

PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR Sutarsih Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Email: sutabinde1@yahoo.com Abstrak Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peran sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia, dari sekitar 6.912 bahasa yang dituturkan oleh seluruh manusia di dunia, hanya beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin diminati oleh orang-orang asing atau

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin diminati oleh orang-orang asing atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin diminati oleh orang-orang asing atau orang luar negeri. Hal ini dapat dilihat dengan banyak dibukanya lembaga-lembaga yang mengajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh perkembangan global, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh perkembangan global, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan global, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Teknologi

Lebih terperinci

INTERFERENSI PEMAHAMAN STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA OLEH MAHASISWA JEPANG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA I NYOMAN RAUH ARTANA

INTERFERENSI PEMAHAMAN STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA OLEH MAHASISWA JEPANG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA I NYOMAN RAUH ARTANA INTERFERENSI PEMAHAMAN STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA OLEH MAHASISWA JEPANG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA I NYOMAN RAUH ARTANA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Ragam bahasa menurut sarananya dibatasi atas ragam lisan dan tulisan. Karena bahasa

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN PADA HASIL KARANGAN SISWA KELAS X SMK TAMTAMA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

URUTAN PENGUASAAN POLA KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS

URUTAN PENGUASAAN POLA KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS URUTAN PENGUASAAN POLA KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS Luluk Sri Agus Prasetyoningsih Abstrak: Penelitian ini bertujuan memperoleh deskripsi objektif tentang urutan penguasaan pola kalimat bahasa Indonesia

Lebih terperinci

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X.1 ICT DAN X.3 SMA BATIK 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X.1 ICT DAN X.3 SMA BATIK 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI 1 PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X.1 ICT DAN X.3 SMA BATIK 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung

Lebih terperinci

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V. ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS V MI MUHAMMADIYAH KLOPOGODO, KECAMATAN GOMBONG, KABUPATEN KEBUMEN, TAHUN 2014/2015 Oleh: Sri Wardani Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, akhirnya bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, dan menjadi bahasa

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SILABUS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SILABUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SILABUS IDENTITAS MATA KULIAH 1. Nama Mata Kuliah : Kebahasaan 2. Kode Mata Kuliah : GD 306 3. Jumlah SKS : 3

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Ige Janet L. W. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara rutin manusia pasti berintaraksi dengan lingkungan sekitar. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Secara rutin manusia pasti berintaraksi dengan lingkungan sekitar. Interaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam kehidupannya perlu berinteraksi dengan sesamanya. Secara rutin manusia pasti berintaraksi dengan lingkungan sekitar. Interaksi tersebut antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah dan Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi bahasa sebagai alat untuk berbicara, menyampaikan ide atau pendapat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa Indonesia kepada para penutur asing. Di negara-negara yang dimaksud,

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa Indonesia kepada para penutur asing. Di negara-negara yang dimaksud, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Dewasa ini tercatat tidak kurang dari 36 negara yang telah mengajarkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing. Di negara-negara yang dimaksud,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Eltita Natalia Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa

Lebih terperinci

KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA JEPANG TULIS MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA JEPANG TULIS MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA JEPANG TULIS MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Mhd. Pujiono Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KATA ULANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII MTS DARUL ASIQIN BANYURESMI GARUT MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN KATA ULANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII MTS DARUL ASIQIN BANYURESMI GARUT MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN KATA ULANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII MTS DARUL ASIQIN BANYURESMI GARUT MAKALAH OLEH: RIDHO ELSY FAUZI NIM. 10.21.0462 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, manusia menggunakan bahasa baik bahasa lisan

Lebih terperinci

ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK

ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK Analisis klausa dalam surat kabar harian Media Indonesia ini dilatarbelakangi keragaman penggunaan klausa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muthi Afifah,2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muthi Afifah,2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut hasil penelitian The Japan Foundation tahun 2006 tentang kelembagaan bahasa Jepang di dunia diketahui bahwa Indonesia menduduki peringkat IV di dunia dengan

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang diperoleh setiap manusia sejak lahir. Pada saat seorang anak dilahirkan, anak tersebut belum memiliki kemampuan untuk berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. 1 Tujuan hobi adalah untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. 2 Terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara

BAB I P E N D A H U L U A N. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara kolektif sosial. Secara individual, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat menggunakan bahasa yang dipelajarinya untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis dengan

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah dasar, karena dengan bahasa diharapkan siswa dapat berkomunikasi dengan siswa lainnya.

Lebih terperinci

98. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

98. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan 98. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan A. Latar belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

SEKELUMIT TENTANG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH

SEKELUMIT TENTANG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH SEKELUMIT TENTANG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH 1. Pendahuluan Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi salah satu fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai alat pengembangan kebudayaan,

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN

RINGKASAN PENELITIAN RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi

Lebih terperinci

91. Mata Pelajaran Bahasa Arab untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang

91. Mata Pelajaran Bahasa Arab untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang 91. Mata Pelajaran Bahasa Arab untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam

Lebih terperinci

93. Mata Pelajaran Bahasa Jerman untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

93. Mata Pelajaran Bahasa Jerman untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 93. Mata Pelajaran Bahasa Jerman untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. penyusunan struktur kalimat pada pembelajar asing tingkat dasar.

BAB 3 METODE PENELITIAN. penyusunan struktur kalimat pada pembelajar asing tingkat dasar. BAB METODE PENELITIAN. Metode Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 007:). Pada penelitian ini, peneliti

Lebih terperinci