II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

Pembangkit Listrik Tenaga Air. BY : Sulistiyono

HYDRO POWER PLANT. Prepared by: anonymous

Makalah Pembangkit listrik tenaga air

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

KONVERSI ENERGI AIR HASBULLAH, MT. Teknik Elektro FPTK UPI, 2009

KARAKTERISTIK TURBIN KAPLAN PADA SUB UNIT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR KEDUNGOMBO

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi masyarakat. Salah satu manfaatnya adalah untuk. penerangan. Keadaan kelistrikan di Indonesia sekarang ini sangat

SESSION 8 HYDRO POWER PLANT. 1. Potensi PLTA 2. Jenis PLTA 3. Prinsip Kerja 4. Komponen PLTA 5. Perencanaan PLTA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

TUGAS AKHIR. Analisa Dan Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hindro ( PLTMH ) Berdasarkan Perhitungan Beban

BAB II DASAR TEORI 2.1 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA.

DRAFT PATENT LINTASAN RANTAI BERBENTUK SEGITIGA PYTHAGORAS PADA ALAT PEMBANGKIT ENERGI MEKANIK DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI POTENSIAL AIR

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

BAB V STUDI POTENSI. h : ketinggian efektif yang diperoleh ( m ) maka daya listrik yang dapat dihasilkan ialah :

BAB I PENDAHULUAN. Potensi air sebagai sumber energi terutama digunakan sebagai penyediaan energi

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan

BAB II PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR

FIsika USAHA DAN ENERGI

1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN

KAJIAN ANALISIS EFISIENSI KESELURUHAN TURBIN AIR FRANCIS PADA TAHUN 2011 DI PLTA Ir. H DJUANDA. Aditya Ferdianto

MAKALAH ENERGI ALTERNATIF HYDROPOWER BAB I PENDAHULUAN

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

a. Turbin Impuls Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah seluruh energi air(yang terdiri dari energi potensial + tekanan +

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil sedangkan Hidro

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV DESAIN STRUKTUR MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLTMH JORONG AIA ANGEK

ANALISA DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO TUKAD BALIAN, TABANAN MENGGUNAKAN SIMULINK

Energi dan Ketenagalistrikan

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 1.1 KETERSEDIAAN DEBIT AIR PLTM CILEUNCA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan listrik menjadi masalah yang tidak ada habisnya. Listrik menjadi

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN TURBIN KAPLAN PADA KETINGGIAN (H) 4 M SUDUT SUDU PENGARAH 30 DENGAN VARIABEL PERUBAHAN DEBIT (Q) DAN SUDUT SUDU JALAN

BAB I PENDAHULUAN. mengalir melalui sungai-sungai. Ketinggian aliran sungai tersebut dapat

Optimasi Energi Terbarukan (Mikrohidro)

BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA

BAB 3 STUDI LOKASI DAN SIMULASI

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN B BATASAN TEKNIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. Pengertian Usaha berdasarkan pengertian seharihari:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini dalam menunjang kemajuan masyarakat. Mudah

BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PEMBUATAN RANCANG BANGUN SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)

USAHA, ENERGI & DAYA

Dengan memasukkan nilai dari setiap alternatif diperoleh hasil grafik sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1) Pertambahan jumlah penduduk yang makin tinggi. 2) Perkembangan yang cukup pesat di sektor jasa dan industri

KAJI ANALITIK POTENSI DAYA LISTRIK PLTMH DI AIR TERJUN MUARA JAYA DESA ARGAMUKTI KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang

REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A)

BAB II LANDASAN TEORI

Antiremed Kelas 11 FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari

Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK

SUMBER DAYA DAN TENAGA DI BIDANG PERTANIAN

SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKO HIDRO UNTUK MODUL PRAKTIKUM DI LABORATORIUM KONVERSI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STUDI AWAL PERENCANAAN S

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Desain Penelitian Partisipan... 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN DAYA PADA SALURAN PEMBAWA UNTUK SUPLAI TURBIN ULIR ARCHIMEDES

PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK MIKROHIDRO (PLTMh) DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN SUNGAI LATUPPA

PEMANFAATAN GENERATOR MAGNET PERMANEN KECEPATAN RENDAH PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH VARIASI BENTUK SUDU TERHADAP KINERJA TURBIN AIR KINETIK (Sebagai Alternatif Pembangkit Listrik Daerah Pedesaan)

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian... iii. Lembar Pengesahan Penguji...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

Analisa Supply-demand pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro 32 KW di Desa Praingkareha, Kabupaten Sumba Timur

Pengaruh Variasi Ketinggian Aliran Sungai Terhadap Kinerja Turbin Kinetik Bersudu Mangkok Dengan Sudut Input 10 o


BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS UNJUK KERJA TURBIN AIR KAPASITAS 81,1 MW UNIT 1 PADA BEBAN NORMAL DAN BEBAN PUNCAK DI PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM POWER PLANT

BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH. Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah.

Satria Duta Ninggar

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...

Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai

II. TINJAUAN PUSTAKA. alternatif seperti matahari, angin, mikro/minihidro dan biomassa dengan teknologi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah produksi listrik Perum Jasa Tirta II. Pembangkitan KWH

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dapat dibangun apabila terdapat debit air dan tinggi jatuh yang cukup sehingga kelayakannya dapat tercapai. PLTA yang paling konvensional mempunyai empat komponen utama sebagai berikut (Tim Penyusun FS PLTMH, 2010) : Waduk Waduk berfungsi menaikkan permukaan air sungai untuk menciptakan tinggi jatuh air. Selain menyimpan air, waduk juga dibangun dengan tujuan untuk menyimpan energi. Sumber : Perum Jasa Tirta II, 2010 Gambar 1. Waduk Ir. H. Djuanda Turbin Gaya jatuh air yang mendorong baling-baling menyebabkan turbin berputar. Turbin air kebanyakan seperti kincir angin, dengan menggantikan fungsi dorong angin untuk memutar baling-baling digantikan air untuk memutar turbin. Selanjutnya turbin mengubah energi kinetik yang disebabkan gaya jatuh air menjadi energi mekanik. Salah satu jenis turbin yang biasa digunakan di PLTA adalah jenis Vertical Francaise Turbin (Gambar 3). Posisi turbin lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2. 12

Turbi n Sumber : Perum Jasa Tirta II, 2001 Gambar 2. Potongan Sentral Listrik Tenaga Air Sumber : Perum Jasa Tirta II, 2001 Gambar 3. Vertikal Francaise Turbine Generator Generator kemudian dihubungkan dengan turbin melalui gigi-gigi putar sehingga ketika baling-baling turbin berputar maka generator juga ikut berputar. Generator selanjutnya mengubah energi mekanik dari turbin menjadi energi 13

elektrik. Generator di PLTA bekerja seperti halnya generator pembangkit listrik lainnya. Sumber : Perum Jasa Tirta II, 2001 Gambar 4. Generator di PLTA Ir. H. Djuanda Jalur Transmisi Jalur Transmisi berfungsi menyalurkan energi listrik dari PLTA menuju rumah-rumah dan pusat industri. Sumber : Perum Jasa Tirta II, 2001 Gambar 5. Saluran Transmisi PLTA Ir. H. Djuanda 14

Menurut Tim Penyusun FS PLTMH (2010), pada operasi pembangkit listrik tenaga air, perhitungan keadaan air yang masuk pada waduk tempat penampungan air serta besar air yang tersedia dalam waduk dan perhitungan besar air yang akan dialirkan melalui pintu saluran air untuk menggerakkan turbin sebagai penggerak sumber listrik, merupakan suatu keharusan untuk dimiliki. Dengan demikian kontrol terhadap air yang masuk maupun yang didistribusikan kepintu saluran air untuk menggerakkan turbin harus dilakukan dengan baik, sehingga dalam operasi pembangkit listrik tenaga air dapat dijadikan sebagai dasar tindakan pengaturan efisiensi penggunaan air maupun pengamanan seluruh sistem, sehingga pembangkit listrik tenaga air dapat beroperasi sepanjang tahun walaupun pada musim kemarau panjang. Kontrol tersebut dapat dilakukan dengan melakukan analisa terhadap keadaan air melalui perhitungan-perhitungan hidrologi yang tersedia pada pusat kontrol operasi pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Perencanaan jalur transmisi pendistribusian daya listrik yang terbangkitkan dilakukan berdasarkan beberapa hal, seperti (Tim Penyusun FS PLTMH, 2010): a. Mudah untuk akses dan perawatan. b. Kondisi tanah untuk tiang kuat dan stabil. c. Diharapkan tidak ada masalah dalam pengalihan/penggunaan lahan. d. Tidak ada masalah pada jarak dengan rumah dan pohon. e. Dipilih jalur distribusi paling pendek. f. Jika tiang dipasang di sekitar curam atau pada dasar jurang, hindarkan dari potensi longsong. B. Produksi Listrik Besarnya listrik yang dihasilkan PLTA tergantung beberapa faktor, yaitu (Tim Penyusun FS PLTMH, 2010) : 1. Tinggi Jatuh Air Tinggi jatuh air berpengaruh pada daya yang dihasilkan. Semakin tinggi air jatuh, maka semakin besar tenaga yang dihasilkan. Biasanya, tinggi air jatuh tergantung tinggi muka air dari suatu bendungan. Semakin tinggi muka air suatu bendungan, semakin tinggi air jatuh maka semakin besar tanaga yang dihasilkan. Ilmuwan mengatakan bahwa tinggi jatuh air berbanding lurus dengan jarak jatuh. 15

Dengan kata lain, air jatuh dengan jarak dua satuan maka akan menghasilkan dua satuan energi lebih banyak. Selain tinggi jatuh air, jumlah air yang jatuh juga sangat mempengaruhi. Semakin banyak air yang jatuh menyebabkan turbin akan menghasilkan tenaga yang lebih banyak. 2. Jumlah Air yang Jatuh (Debit Air) Semakin banyak air yang jatuh menyebabkan turbin akan menghasilkan tenaga yang lebih banyak. Jumlah air yang tersedia tergantung kepada jumlah air yang mengalir di sungai. Semakin besar sungai akan mempunyai aliran yang lebih besar dan dapat menghasilkan energi yang banyak. Tenaga juga berbanding lurus dengan aliran sungai. 3. Debit yang Melewati Turbin Untuk dapat mengoptimalkan pengoperasian pembangkit listrik tenaga air ini diperlukan perhitungan volume air yang tersedia dalam waduk sehingga dapat dihitung debit yang melewati turbin. Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi potensial, tekanan, dan energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Putaran poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi tenaga listrik. Pemilihan jenis turbin dapat diperhitungkan dengan mempertimbangkan parameter-parameter khusus yang mempengaruhi sistem operasi turbin, yaitu : faktor tinggi jatuhan air efektif (net head) dan debit yang akan dimanfaatkan untuk operasi turbin, faktor daya (power) yang diinginkan berkaitan dengan head dan debit yang tersedia. Kemudian kecepatan (putaran) turbin yang akan ditransmisikan ke generator. 4. Turbin yang Digunakan Semakin banyak turbin yang digunakan dalam PLTA, maka produksi listrik yang dihasilkan juga akan semakin besar. Jenis jenis turbin yang sering digunakan dalam PLTA sangat bervariasi. Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang saat ini sebesar 187,5 MW dan produksi ratarata per tahun adalah 900 juta kwh. Jenis turbin yang digunakan adalah Vertikal Francaise Turbin. Hasil produksi tenaga listrik dijual kepada PT. PLN (persero). Sampai saat ini produksi listrik masih merupakan andalan pendapatan Perum Jasa Tirta II (PJT II), lebih kurang 65 % dari seluruh pendapatan perusahaan. Besar produksi listrik, selain berdasarkan jumlah debit air yang dikeluarkan, juga sangat 16

dipengaruhi oleh jumlah turbin yang dapat dioperasikan dengan baik ketika air dikeluarkan. C. Efisiensi Produksi Listrik Potensi tenaga air adalah kapasitas pembangkit listrik yang mungkin dapat dikembangkan di suatu lokasi tertentu untuk dapat membangkitkan tenaga listrik. Dua komponen tersebut adalah : debit dan tinggi jatuh air. Debit air adalah jumlah volume air per satuan waktu yang akan memutar turbin pembangkit listrik. Tinggi jatuh air (head) adalah perbedaan elevasi permukaan air di tempat masuknya air ke dalam pipa pesat (penstock) dan di tempat keluarnya air dari mesin pembangkit (tail race). Energi dari tenaga air ini merupakan energi potensial, maka besaran potensi juga dipengaruhi oleh percepatan gravitasi, dimana formula untuk menghitung potensi tenaga listrik dapat dihitung dengan Persamaan (Tim Penyusun FS PLTMH, 2010): P g.. Q. h di mana : P = Kapasitas daya pembangkit listrik (kw) η = Efesiensi peralatan elektromekanik (E/M) g = Percepatan gravitasi (9,8 m/dt 2 ) Q = Debit air (m 3 /dt) h = Tinggi jatuh (m) E/M di sini adalah efisiensi gabungan dari efisiensi turbin dan generator. Adapun rumus efisiensi yang biasa digunakan untuk besar produksi listrik yang dihasilkan adalah (Perum Jasa Tirta II, 2001): di mana : Ep = Energi Potensial (MW) m = Laju Aliran Massa Air (ton/detik) 17

g = Percepatan Gravitasi (9.8 m/s 2 ) h = Tinggi Jatuh Air (m) (Tinggi Jatuh Air = TMA Waduk 27 meter) D. Analisis Regresi 1. Pengertian Regresi Regresi mempermasalahkan hubungan antara nilai-nilai pengamatan terhadap dua peubah atau lebih, terutama hubungan yang tidak sempurna. Istilah regresi berasal dari hasil penelaahan Francis Galton (1822-1911) mengenai sifatsifat keturunan dalam biologi (Sembiring, 1995). Berdasarkan pusat Pengolahan Data dan Statistika, regresi diartikan dalam dua bentuk yakni: a. Merupakan tempat kedudukan rata-rata (atau median atau bahkan rata-rata geometrik) populasi nilai suatu peubah, katakan nilai Y, untuk berbagai nilai atau selang nilai peubah yang lain misal nilai X, tempat kedudukan ini dapat dibayangkan berupa garis lurus atau kurva tertentu lainnya yang disebut garis regresi Y pada X. Garis regresi ini ada kalanya dapat dirumuskan berupa fungsi linier, kuadratik, logaritmik, dll. b. Penyesuaian suatu fungsi atau kurva terhadap data, terutama bila data yang tersedia tidak cukup banyak sehingga hanya ada satu nilai Y saja untuk setiap nilai X atau selang nilai X. Perlu diperhatikan bahwa adanya hubungan regresi antara dua peubah tidak selalu berarti adanya hubungan sebab akibat. Untuk memperlihatkan adanya hubungan sebab-akibat perlu suatu metodologi atau melalui percobaan yang betulbetul terkontrol. 2. Fungsi Regresi Persamaaan regresi sering digunakan untuk menurut Sembiring (1995): a. Deskripsi data, dalam hal persamaan regresi ada pada tahapan pencarian data dan pembandingan b. Mendapatkan hubungan sebab-akibat, kalau kita dapat mengubah-ubah tingkat X dengan sebaik-baiknya dan mengawasi faktor-faktor lainnya supaya seragam dan kemudian mengamati peubah lainnya misalkan Y, 18

maka persamaan regresi Y dan X dapat menjelaskan pola hubungan sebabakibat antara Y dan X. c. Dalam suatu percobaan yang terkontrol dimana terdapat faktor lain yang sulit dikontrol tetapi diperkirakan akan mempengaruhi faktor Y, dalam hal ini analisa regresi dapat digunakan sebagai penyidik perbandingan. d. Penyusunan model dan melihat pola hubungan antara peubah X 1, X 2, X 3,...,X k dengan peubah Y, regresi dapat digunakan untuk menemukan hubungan atau model yang paling tepat, yang mungkin hanya melibatkan beberapa saja dari peubah X 1, X 2, X 3,..., X k tersebut. 3. Pemodelan Analisa Regresi Menurut penelaahan Sembiring, model analisa regresi yang digunakan dalam pembuatan hubungan antara debit air yang melewati turbin, daya yang digunakan, dan hasil produksi listrik adalah model Polinomial. Hal ini karena setelah dilakukan beberapa kali percobaan analisa regresi dengan berbagai metode, maka yang paling tepat adalah dengan menggunakan metode polinomial dengan persamaan umum yang digunakan adalah sebagai berikut: dimana : a n, a n-1,..,a 1, a 0 = konstanta/ koefisien polinom n = bilangan bulat tak negatif X = variabel bebas yang nilainya dapat dipergunakan untuk meramal Y = variabel yang terikat Setelah persamaan regresi diperoleh, selanjutnya adalah menilai kesesuaian model dengan data. Penilaian tersebut dapat menggunakan metode Koefisien Relasi (R 2 ) terbesar. Nilai R 2 disebut sebagai koefisien korelasi darab atau koefisien penentu (determinasi). Semakin dekat R 2 dengan angka 1, maka semakin baik kecocokan data dengan model yang digunakan. Sebaliknya, makin dekat R 2 dengan 0 berarti data semakin tidak cocok dengan model yang digunakan. Nilai R 2 biasanya dinyatakan dalam persen dan amat sering digunakan sebagai alat analisa (Sembiring, 1995). 19

4. Pemilihan Model Analisa Regresi Dalam analisa regresi terdapat berbagai metode untuk memilih model terbaik. Salah satu metode adalah metode MAXR atau metode R 2 maksimum yakni metode pemilihan model yang digunakan untuk memilih model yang terbaik dalam satu peubah, dalam dua peubah dan seterusnya. Patokan nilai yang dipakai adalah R 2. Dimulai dengan model satu peubah, metode ini berusaha menemukan model yang memberikan R 2 terbesar dalam kelompok tersebut. Kemudian peubah baru ditambahkan ke dalam model yang memberikan tambahan pada R 2 yang terbesar. Model ini kemudian dibandingkan dengan model peubah lainnya yang diperoleh dengan mengganti salah satu peubah dalam model tadi dengan suatu peubah yang berada di luar model. Model yang memberikan R 2 terbesar kemudian dipilih. Perbandingan ini dilakukan dengan setiap model yang dapat diperoleh dengan mengganti salah satu peubah dalam model dengan peubah yang lainnya yang berada di luar. Model yang memberikan R 2 terbesar kemudian dipilih sebagai model terbaik dari kelompok model dengan dua peubah. Peubah ketiga kemudian dipilih yang memberikan tambahan R 2 yang terbesar. Dengan cara mengganti suatu peubah dalam model dengan peubah lainnya yang berada di luar dipilih model tiga peubah yang memberikan nilai R 2 terbesar. Pekerjaan ini diteruskan sehingga diperoleh model dengan tiga peubah yang memberikan R 2 terbesar, dan seterusnya (Sembiring, 1995). Seperti yang dikemukakan di atas, R 2 akan selalu bertambah bila makin banyak peubah yang masuk ke model. Begitupun, nilai R 2 mungkin berbeda cukup besar kendatipun tidak ada perbedaan sistematis yang besar antara komponen modelnya (Sembiring, 1995). 20