Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 KERAMIK #1. TIN107 Material Teknik

BAB 7 KERAMIK Part 2

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

14. Pengenalan Komposit

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

18.1 Sandwich Panel Honeycomb sandwich

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

INTRODUCTION TO MATERIAL

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

Kaca & Keramik. Kaca. TKS 4406 Material Technology I 3/16/2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

3. Uraikan & jelaskan perbedaan yang mendasar antara teknik pressing & sintering konvensional dengan teknik pressing & sintering modern.

Bab III Metodologi Penelitian

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

PROSES MANUFACTURING

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

STUDI MORPHOLOGY CAMPURAN PLASTIK PET DENGAN BAN BEKAS (RR), PLASTIK PET DENGAN KOMPON (NR) DAN BAN BEKAS (RR) DENGAN KOMPON (NR) DENGAN METODE HPHTS

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik kalangan

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERBUK TIMAH PEREKAT EPOXY UKURAN SERBUK 60 MESH DENGAN FRAKSI VOLUME (20, 35, 50) %

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METALURGI SERBUK (POWDER METALLURGY) Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

1. PENDAHULUAN. Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERBUK TIMAH PEREKAT EPOXY UKURAN SERBUK 100 MESH DENGAN FRAKSI VOLUME (20, 35, 50) %

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing

II. TINJAUAN PUSTAKA

PRODI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UPN VETERAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam

Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB XII KOMPOSIT. Gambar 1. Skematik bentuk geometrik komposit. BENTUK UKURAN KONSENTRASI DISTRIBUSI ORIENTASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai

I. PENDAHULUAN. dengan semakin banyaknya permintaan aluminium dikalangan konsumen.

KULIAH III KEMASAN GELAS. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu menjelaskan aplikasi kemasan gelas pada bahan pangan.

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono 167, Malang

PENGARUH PERSENTASE ZEOLIT ALAM TERHADAP SHRINKAGE MATRIK ALUMINA ZEOLIT ALAM KERAMIK KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pengaruh titanium..., Caing, FMIPA UI., 2009.

BAB XI KOMPOSIT. Gambar 1. Skematik bentuk geometrik komposit. BENTUK UKURAN KONSENTRASI DISTRIBUSI ORIENTASI

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

MATERIAL MANUFAKTUR. Perbedaan sifat menyebabkan perbedaan yang mendasar pada proses manufaktur.

BAB VI KACA (GLASS) BAB VI KACA (GLASS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. Setelah melakukan beberapa langkah/usaha mencari alat dan bahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

PENGARUH KADAR CLAY PADA KOMPOSIT SERBUK AL-SI/CLAY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN TEMPERATUR CETAKAN PADA HIGH PRESSURE DIE CASTING (HPDC) BERBENTUK PISTON PADUAN ALUMINIUM- SILIKON

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

PENGARUH BEBAN PENEKANAN PADA PROSES PEMBUATAN BATA RINGAN BERSERAT SEKAM PADI TERHADAP KEKUATAN LENTUR & POROSITAS PRODUK

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hubungan antara komposisi dan pemprosesan logam, dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya (Tylman, 1970).

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

KEKUATAN BENDING KOMPOSIT CLAY DIPERKUAT DENGAN ALUMINA UNTUK APLIKASI FIRE BRICK

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

BAB V BAHAN KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENELITIAN ANGKA HAMBAT PANAS KOMPOSIT SERAT SEKAM PADI POLYESTER DENGAN LUBANG SEGITIGA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok Boron dalam unsur kimia (Al-13) dengan massa jenis 2,7 gr.cm-

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaca merupakan amorf (non crystalline) material padat yang bening dan juga transparan atau tembus pandang, serta sifatnya rapuh. Kaca sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai aspek kebutuhan, baik dalam sektor industri maupun sektor yang paling sederhana yaitu pada bidang rumah tangga. Namun, kaca juga tidak sepenuhnya memiliki kegunaan yang dapat menguntungkan manusia, contohnya sisa-sisa kaca atau limbah kaca yang di hasilkan oleh pengusaha wiraswasta yang menggeluti bisnis kaca, apabila tidak di tangani dengan baik, maka akan berdampak buruk terhadap manusia atau lingkungan. Oleh karena itu kita harus pintar dalam mengolah limbah kaca agar lingkungan kita tetap terjaga dan agar tidak membahayakan manusia. Penulis berusaha memanfaatkan limbah kaca tersebut dengan serbuk aluminium yang juga termasuk limbah yang dihasilkan dari proses pengikiran benda yang terbuat dari aluminium. Limbah aluminium ini juga dapat mencemari lingkungan bila dibuang begitu saja. Penulis juga memanfaatkan akrilik yang biasa digunakan sebagai bahan pembuat gusi palsu pada ilmu kedokteran gigi. Dari campuran ketiganya penulis mencoba membuat sesuatu yang mempunyai nilai guna lebih. 1.2. Tujuan Dari penguraian pada sub-bab latar belakang maka dapat dirumuskan tujuan penyusunan tugas akhir adalah sebagai berikut : 1. Membuat spesimen dari campuran limbah aluminum, kaca dan akrilik yang mempunyai nilai guna lebih. 2. Mengetahui proses pembuatan specimen composite dari auminiuml-kacaakrilik dengan proses layer manufacturing. RIKI PURNOMO/11/314953/NT/14794 1

Bab I Pendahuluan 3. Mengetahui perbedaan dimensi yang terjadi pada spesimen dengan dimensi rancangan (komputer). 1.3. Batasan Masalah Dalam laporan tugas akhir ini, penulis menggambarkan perencanaan proses pembuatan komposit Al-kaca-akrilik, dari awal persiapan bahan baku sampai proses pembuatan hingga akhir pengerjaan, pengamatan mengenai dimensi spesimen. 1.4. Metode Penyusunan Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini ada beberapa metode yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penulisan. Metode-metode tersebut antara lain: 1. Metode kepustakaan Metode kepustakaan merupakan metode pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku pendukung maupun referensi lain yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir ini. 2. Metode wawancara Metode wawancara adalah metode pengumpulan data melalui wawancara secara langsung mengenai hal-hal yang berhubungan materi tugas akhir ini dengan pihak-pihak mempunyai pengetahuan yang lebih luas tentang proses pengecoran logam untuk mendapatkan data mengenai pengecoran. 3. Metode pengamatan lapangan ( observasi ) Suatu metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung proses pembuatan komposit untuk memperoleh data mengenai kronologi proses pembuatan komposit, data berupa foto dan data yang lain sebagai bahan analisa. 4. Metode analisa data Setelah semua data yang diperoleh di lapangan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyusunan data dan analisa data. RIKI PURNOMO/11/314953/NT/14794 2

Bab I Pendahuluan 1.5. Sistematika Laporan Tugas Akhir Penyusunan laporan Tugas Akhir ini berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang dilakukan penelitian, tujuan penelitian, pembatasan masalah, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. BAB II Bab ini berisi landasan teori terkait penelitian yang dilakukan, teori disesuai dengan pembahasan yang telah disampaikan pada perkuliahan. BAB III Metode Penelitian. dan Hasil Penelitian Pada bagian ini akan diterangkan bagaimana persiapan Penelitian, dari persiapan penentuan komposisi bahan melalui pengujian komposisi dan proses pencetakan green specimen. BAB IV Analisa Hasil Penelitian Bab ini menjelaskan analisa data data dari penelitian yang dilakukan berupa keadaan hasil penelitian. BAB V Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penyusunan laporan tugas akhir. RIKI PURNOMO/11/314953/NT/14794 3

BAB II DASAR TEORI 2.1. Kaca (Glass) Kaca adalah termasuk bahan keramik. Walaupun demikian, kaca dapat dikenali dari keramik lainnya yaitu apabila dipanasi hingga melebur dan kemudian didinginkan menjadi keras (rigid) tidak mengalami kristalisasi (Smith, 1990, pp.617.). Gelas adalah zat padat amorf terbentuk saat transformasi dari cair menjadi kristal. Titik transisi termodinamika yang disebut titik transisi gelas memisahkan gelas dari cairan dingin lanjut. Tidak seperti keadaan kristal disini tidak ada keteraturan jarak panjang dalam konfigurasi atomnya tetapi hanya ada keteraturan jarak pendek. Konfigurasi atom jarak pendek ini serupa dengan yang ada pada kristal yang mempunyai komposisi kimia sama dari gelas itu (Surdia, T., 1999, halaman 337). Kaca diklasifikasikan berdasarkan penggunaan dan komposisi kimia. Klasifikasi kaca berdasarkan penggunaannya adalah seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1. Kaca lembaran termasuk dalam kaca kapur soda. Komponen utamanya terdiri dari (71-73%)SiO 2, (14-16%)Na 2 O, dan (8-10%)CaO, dan sebagai subkomponennya adalah (0,5-1,5%)Al 2 O 3, dan (1,5-3,5%)MgO 3. Tabel 2.1 Klasifikasi kaca berdasarkan penggunaan (Surdia, T., 1999, halaman 338) No. Macam Penggunaan 1. Kaca rata (lembaran) Kaca jendela, cermin 2. Kaca wadah Berbagai wadah seperti botol, piring, mangkok, dll. 3. Kaca optic Berbagai instrumen/peralatan optik 4. Kaca fisikokimia Untuk penggunaan fisikokimia dan kedokteran seperti botol obat, dll. 5. Kaca listrik Untuk peralatan listrik, tabung sinar-x, dll. RIKI PURNOMO/11/314953/NT/14794 4

Tabel 2.1 (lanjutan) No Macam Penggunaan 6. Kaca pengkapsul Berbagai pengkapsulan 7. Serat kaca Isolator, komunikasi foto, dll. Komposisi kaca lembaran bisa berbeda-beda tergantung cara produksinya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam kekentalan (viskositas) yang diperlukan untuk berbagai proses pencetakan. Dari Gambar 2.1, temperatur cair dari kaca jenis kaca kapur soda adalah sekitar 1400 C dan kekentalannya sekitar 100 Pa s (Pascal second). Baik bahan kristal atau bukan kristal disebut padat bila kekentalannya lebih besar dari 10 12 Pa s (Pascal second) atau log kekentalannya lebih besar dari 12 Pa s. Gambar 2.1 Pengaruh temperatur terhadap kekentalan kaca kapur soda (Raghavan, V., 1990, pp.217). RIKI PURNOMO/11/314953/NT/14794 5

2.2. Akrilik Akrilik atau polymethyl methacrylate (PMMA) adalah termoplastik yang sifatnya keras dan kaku / tegar (rigid). Warnanya transparan kecuali bila ada campuran pigmen seperti yang digunakan pada kedokteran gigi (Smith, 1990, pp.362). Bahan basis gigi tiruan resin akrilik mempunyai sifat yang menguntungkan yaitu estetik. Warna dan tekstur mirip gingiva sehingga estetik didalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan perubahan dimensi kecil. Akrilik adalah turunan etilen yang dalam rumus strukturnya mengandung gugus vinil. Dua kelompok akrilik yang digunakan dalam kedokteran gigi yaitu kelompok turunan asam akrilik, CH 2 = CHCOOH, dan kelompok asam metakrilik CH 2 = C(CH 3 )COOH. Sekitar 1% pigmen tercampur dalam partikel polimer diantaranya ialah titanium oksida, seng oksida, opaficer, dibutil ptalat, plasticizers, nilon, dan serat sintetik. Akrilik mempunyai temperatur glass transition sekitar 387,3 K (114,3 C). Temperatur penggunaan maksimum yang kontinyu adalah 364-382 K (91-109 C) (Mark, E.J., 1999, pp. 657). 2.3. Aluminium Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik karena pada permukaannya terdapat suatu lapisan oksida yang melindungi logam dari korosi. Aluminium terdiri dari aluminium yang kemurniannya tinggi dan aluminium paduan. Aluminium dengan kemurnian tinggi sering disebut dengan aluminium murni, umumnya kadar aluminium mencapai 99,85% berat. Titik cair aluminium pada kemurnian lebih besar dari 99,0% adalah sekitar 653-657 C. RIKI PURNOMO/11/314953/NT/14794 6

Tabel 2.2 Klasifikasi paduan aluminium. Standar AA (Aluminium Association) Standar Alcoa (Aluminium Company of America) Keterangan 1001 1100 2010-2029 3003-3009 4030-4039 1S 2S 10S-29S 3S-9S 30S-39S Al murni 99,5% atau di atasnya Al murni 99,0% atau di atasnya Al + Cu (Cu merupakan unsur paduan utama) Al + Mn (Mn merupakan unsur paduan utama) Al + Si (Si merupakan unsur paduan utama) 5050-5086 6061-6069 50S-69S Al + Mg (Mg merupakan unsur paduan utama) Al+Mg+Si (Mg 2 Si merupakan unsur paduan utama) 7070-7079 70S-79S Al + Zn (Zn merupakan unsur paduan utama) Aluminium paduan berdasarkan standar AA (Aluminium Association) dan standar Alcoa (Aluminium Company of America) di Amerika diklasifikasikan seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2 (Surdia, T., 1999, halaman134-135). 2.4. Komposit Komposit adalah bahan yang terdiri dari gabungan dua atau lebih bahan yang berbeda yang mempunyai sifat unggul (superior), atau sifat penting yang berbeda dari sifat-sifat komponen masing-masing penyusun. Contoh dari komposit misalnya plastik yang diperkuat dengan serat (fiber-reinforced plastics), metal matrix composites (MMCs), beton (concrete), kayu, dll. Ditinjau dari penguat (reinforcement)-nya, ada yang berbentuk serat (fiber) dan ada yang berbentuk butiran (particulate) (Smith,W.F, 1990, pp.744, 790.). Berdasarkan bentuk dari penguat (reinforcement)-nya, komposit dapat dibedakan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2. Illustrasi dari komposit berdasarkan penguatnya adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. RIKI PURNOMO/11/314953/NT/14794 7

Gambar 2.2 Pembagian komposit berdasarkan bentuk penguat Gambar 2.3 Ilustrasi komposit berdasarkan penguatnya. (http://www.google.co.id/#q=pengertian+komposit&hl=id&prmd=imvns&ei=mamktrpnpkmoiae4w6xqbg&st art=10&sa=n&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=4902246fcf51a35&biw=1024&bih=503, Komposit) Komposit bisa dibuat dengan teknologi serbuk, sebagai contoh adalah komposit serbuk baja-timbal. Serbuk keras (baja) dan serbuk lunak (timbal) dengan perbandingan tertentu dicampur hingga merata kemudian ditekan (kompaksi) dalam cetakan dengan tekanan kompaksi 400 MPa kemudian dipanasi dalam tungku sehingga terjadi ikatan antar serbuk baja dengan timbal sebagai pengikatnya. Ikatan antar partikel serbuk terjadi karena sintering. Sintering adalah ikatan bersama dari partikel-partikel pada temperatur di bawah temperatur cair yaitu karena terjadinya perpindahan atom dalam keadaan padat. Dalam beberapa contoh kasus, sintering juga melibatkan pembentukan fasa cair (German, R.M., 1994, pp.227, 242). Penggunaan kaca bekas sebagai bahan baku dalam pembuatan benda dengan teknologi serbuk sudah pernah diteliti untuk membuat benda dengan metode hot-pressure sintering. Pada penelitian ini, serbuk kaca bekas TV (jenis lead silicate glass) digunakan sebagai bahan utama untuk pembuatan komposit dengan jalan dicampur dengan serbuk aluminium sebagai bahan penguatnya. RIKI PURNOMO/11/314953/NT/14794 8

Campuran dibuat dengan komposisi 80% volume serbuk kaca dan 20% volume serbuk aluminium. Serbuk aluminium yang digunakan untuk penelitian tersebut < 75 m (200 Mesh) sedangkan serbuk kaca < 37 m. Campuran serbuk kaca dan serbuk aluminium dimasukkan dalam cetakan baja yang mempunyai ukuran penampang 50mm x 34mm, dan ditekan dengan tekanan hidrolik sebesar 25 bar (25 MPa) pada temperatur kamar. Composite green ini selanjutnya dipanasi untuk proses sintering pada temperatur 600 o C selama 5 jam. Dari hasil pengujian didapat kekuatan bending 65,40 9,32 MPa, modulus of rupture 73,32 4,45 MPa dan density 2,9298 g/cm 3 (Bernardo, E., etc., 2003). 2.5. Proses Layer Manufacturing Proses layer manufacturing adalah proses pembuatan benda tiga dimensi dengan lapis per lapis (layer by layer) dimulai dari bagian bawah atau dimulai dari bagian atas. Bahan untuk proses layer manufacturing ada yang berbentuk cair, lembaran (padat) dan ada yang berbentuk serbuk. Gambar 2.4 adalah contoh skematis proses layer manufacturing menggunakan bahan serbuk dengan menggunakan energi laser untuk memanasi bagian serbuk yang dipilih (dituju) agar terjadi sintering, disebut proses selective laser sintering (SLS). Serbuk yang ada dalam powder delivery system (E) terangkat karena dorongan ke atas powder delivery piston. Roller (B) mendorong serbuk dari kiri ke kanan masuk ke dalam build cylinder (C) sampai permukaan serbuk sama rata dengan permukaan build cylinder. Selanjutnya sinar laser diarahkan ke permukaan serbuk dengan bantuan scanner system (F) sehingga serbuk tadi mengalami sintering. Lapisan serbuk tersinter yang pertama terbentuk. Untuk terbentuknya lapisan serbuk tersinter yang kedua dan seterusnya, fabrication piston (D) turun dengan jarak sesuai tebalnya satu lapisan serbuk tersinter (biasanya antara 0,02-0,1 mm). Selanjutnya powder delivery piston dan roller (B) bekerja kembali untuk mengisi dan meratakan serbuk di dalam build cylinder. Proses terus berulang sehingga terbentuk benda tiga dimensi sesuai program dalam komputer. RIKI PURNOMO/11/314953/NT/14794 9

Gambar 2.4 Ilustrasi proses selective laser sintering (Santosa, E.C., etc., 2006, pp. 1459 1468). Kesalahan dimensi (dimensional error) selalu terjadi pada benda hasil layer manufacturing pada arah X, Y, dan Z. Gambar 2.5 menunjukkan secara skematis dimensi benda yang terbentuk arah X, Y, dan Z, sedangkan Gambar 2.6 menunjukkan arah lintasan pemanas di atas serbuk yang dipanasi. Gambar 2.5 Dimensi benda hasil layer manufacturing arah X, Y, dan Z. RIKI PURNOMO/11/314953/NT/14794 10

Gambar 2.6 Arah lintasan pemanas di atas serbuk yang dipanasi. S adalah jarak perpindahan gerakan pemanas pada arah X, besar S = 1 mm. Kesalahan dimensi terjadi karena adanya panas yang merambat dari part yang mengalami sintering (sintered part) ke arah serbuk yang tidak mengalami sintering (loose powder). Bagian loose powder yang bersinggungan langsung dengan sintered part mencapai temperatur diatas caking temperature sehingga terjadi secondary sintering layer yang tidak terkontrol. Dengan demikian part akan tumbuh lebih besar lagi seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.7. Gambar 2.7 Skema pertumbuhan part pada proses layer manufacturing (Yan, C.Z., etc., 2009pp. 355-360). RIKI PURNOMO/11/314953/NT/14794 11