ARTIKEL ASLI LBSBLUFSJTUJL!EBO!MVBSBO! CBZJ!CFSBU!MBIJS!TBOHBU!SFOEBI! ZBOH!MBIJS!EJ!STVQ!TBOHMBI!EFOQBTBS

dokumen-dokumen yang mirip
menetapkan olahraga perlu makin ani bagi setiap anggota masyarakat, nasional yaitu memasyarakatkan masyarakat. Tak hanya itu saja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

Insidens bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

Kata kunci: Prevalensi,Anemia, Anemia defisiensi besi, bayi berat lahir rendah, Hb.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan, merupakan penyakit saluran cerna pada neonatus, ditandai

ABSTRAK. Audylia Hartono Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara, dr., Sp.OG. Pembimbing II : July Ivone, dr., MKK., MPd.Ked.

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

FAKTOR RISIKO PENYAKIT MEMBRAN HIALIN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK DAN LUARAN PREEKLAMPSI DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN

ABSTRAK GAMBARAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2014

Prevalensi Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Lahir Prematur di Kamar Bayi Rumah Sakit Immanuel Periode Juli 2005-Juni 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

Frekuensi Transfusi pada Neonatus Berat Badan Lahir Rendah di Unit Perawatan Neonatal RSUP Haji Adam Malik periode Tahun

Hubungan Kategori Berat Badan Lahir Rendah dengan Nilai Apgar di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari- Desember 2013

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan ekstrauterin. Secara normal, neonatus aterm akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA WANITA USIA LEBIH DARI 35 TAHUN di RSUP Dr. KARIADI, SEMARANG, TAHUN 2008

KARAKTERISTIK PERSALINAN KEMBAR DI RSUP Dr.KARIADI TAHUN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

FAKTOR RISIKO KEMATIAN BAYI BARU LAHIR DENGAN PENYAKIT MEMBRAN HIALIN YANG DIBERI CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY PRESSURE (CPAP)

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

GAMBARAN BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RSUP H.ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh : PRIYA DARISHINI GUNASEGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Faktor Penyulit pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang Dirawat di RSUD Al Ihsan Bandung Tahun 2014

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. (BBLR) adalah salah satu dari penyebab utama kematian pada neonates

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Studi yang dilakukan pada bayi baru lahir didapatkan 2-3/1000 bayi lahir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci : persalinan preterm dan aterm, apgar score, berat badan, panjang badan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

ABSTRAK. HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN

PROFIL PNEUMONIA NEONATAL DI SUB BAGIAN NEONATOLOGI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2009-JULI 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROPORSI BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI KEMBAR YANG LAHIR DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ANDRIO GULTOM

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN DESKRIPTIF ANGKA KEMATIAN BAYI BARU LAHIR DI RS TELOGOREJO SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit membran hialin (PMH) atau dikenal juga dengan hyaline

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan masyarakat merupakan salah satu tujuan Rencana. Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJN-N) tahun yang

Prevalensi Derajat Asfiksia Neonatorum pada Berat Badan Bayi Lahir Rendah. The Prevalence of Asphyxia Neonatorum Severity In Low Birth Weight Infants

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;

BAB IV METODE PENELITIAN

KELANGSUNGAN HIDUP BAYI PADA PERIODE NEONATAL BERDASARKAN KUNJUNGAN ANC DAN PERAWATAN POSTNATAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Enny Susilowati 2 Rocky Wilar 2 Praevilia Salendu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA FAKTOR RISIKO KEJADIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSUD WATES

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Berat lahir rendah dapat terjadi karena kurang bulan, IUGR (intrauterine growth

BAB IV METODELOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. (PBRT), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan ruang rekam medik RSUP

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT ATRIAL SEPTAL DEFECT DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. lahir mengalami asfiksia setiap tahunnya (Alisjahbana, 2003).

BAB II TINJAUAN TEORI

Jurnal Ilmu Kesehatan Anak

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

Transkripsi:

ARTIKEL ASLI LBSBLUFSJTUJL!EBO!MVBSBO! CBZJ!CFSBU!MBIJS!TBOHBU!SFOEBI! ZBOH!MBIJS!EJ!STVQ!TBOHMBI!EFOQBTBS Zphb!Qvusb-!Nbef!Lbsebob-!Eibsnb!Bsubob-!Kvobsb!Qvusb Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah Denpasar BCTUSBL Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) merupakan salah satu masalah kesehatan penting di negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan karena angka kesakitan, dan angka kematiannya yang masih cukup tinggi. Selain itu dampak jangka panjang berupa hambatan tumbuh kembang, baik fisik, psikomotor, emosional, intelektual, dan kecacatan, sehingga akan menurunkan kualitas sumber daya manusia dan menjadi beban pada keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan luaran BBLSR yang lahir di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif, dengan subyek penelitian BBLSR yang lahir di RSUP Sanglah Denpasar pada periode Januari-Desember 2009, dengan kriteria eksklusi: rekam medis ibu dan bayi yang tidak lengkap. Selama periode penelitian didapatkan 64 BBLSR, sebagian besar (54,7%) laki-laki, median berat badan lahir 1.300 g, rerata usia kehamilan 30,9 (SB 2,2) minggu, dan rerata lama perawatan 30,9 (SB 19,7) hari. Persentase BBLSR yang mampu hidup adalah 62,6%; dengan kematian terbanyak terjadi pada periode neonatal dini (70,%). Penyebab kematian terbanyak yang ditemukan adalah PMH (50%) dan sepsis (41,6%). Disimpulkan bahwa persentase BBLSR yang mampu hidup masih cukup rendah, penyebab kematian terbanyak adalah PMH dan sepsis. Kematian BBLSR terbanyak terjadi pada masa neonatal dini. [MEDICINA. 2012;43:77-2]. Kata kunci: cbzj!cfsbu!mbijs!tbohbu!sfoebi-!mvbsbo DIBSBDUFSJTUJDT!BOE!UIF!PVUDPNF!PG WFSZ!MPX!CJSUI!XFJHIU!JOGBOU CPSO!JO!TBOHMBI!IPTQJUBM!EFOQBTBS! Zphb!Qvusb-!Nbef!Lbsebob-!Eibsnb!Bsubob-!Kvobsb!Qvusb Departement Of Child Health, Medical School, Udayana University/Sanglah Hospital Denpasar BCTUSBDU Very low birth weight (VLBW) infants is one of the most important medical problem especially in developing countries. This issue is due to its high morbidity and mortality rate. On the other hand, the long term impact of VLBW infants are poor growth and development including physical, emotional, intelectual (IQ), and disabilities, therefore it could decrease the quality of human resources and become a burden to their family. The objective of this study was to describe the characteristics and outcome among VLBW infants born in the Sanglah Hospital. This was a retrospective study. Data were collected from medical record of all infants with VLBW delivered in Sanglah Hospital from January to Desember 2009. Uncompleted infants and mother medical records were excluded from this study. Of 64 VLBW infants enrolled into the study of which 54.7% of this subjects was male, median of weight was 1300 g, mean gestational of age was 30.9 (SD 2.2) weeks, and mean lenght of stay was 30.9 (SD 19.7) days. The survival of VLBW infants in this study was 62.5%, mortality in the early neonatal period was 70,%. The percentage of VLBW infants who survive was still low and the major causes mortality were HMD (50%) and sepsis (41.6%). The mortality of VLBW happened mostly in early neonatal periode. [MEDICINA. 2012;43:77-2]. Keywords: wfsz!mpx!cjsui!xfjhiu-!pvudpnf PENDAHULUAN Masalah bayi dengan berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram) sampai saat ini masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. 1 Bayi berat lahir rendah (BBLR) khususnya bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dan bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), masih menjadi salah satu masalah kesehatan penting di negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan karena angka kejadian, kesakitan, dan kematiannya masih cukup tinggi. 2 Selain itu dampak jangka panjangnya berupa hambatan tumbuh kembang, baik fi s ik, psikomotor, emosional, intelektual, dan kecacatan, sehingga akan menurunkan kualitas sumber daya manusia dan akan menjadi beban bagi keluarga. 3 Angka kejadian BBLR di ; < = >? @ A @ B A? C D E F G D H E =? > I J J

MEDICINA K L M N O P Q R S T M P M U V K P Q W V X Y V Indonesia berdasarkan Rikesda tahun 2007 adalah 11,5%. Bali memiliki angka kejadian BBLR terendah yaitu 5,%. 4 Angka kejadian BBLSR di negara maju dan berkembang sangat bervariasi, di negara maju jauh lebih rendah, seperti di Amerika Serikat 3-4% dari kejadian BBLR, di negara-negara Eropa kejadian BBLSR 2% dari kelahiran hidup, sedangkan di negara berkembang masih tinggi yaitu 7,3% dari seluruh BBLR. 5 BBLSR dan BBLASR merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi pada angka kematian bayi terutama pada masa perinatal. 6,7 Penelitian di Jepang tahun 2006 melaporkan bahwa bayi dengan berat lahir sangat rendah 11% meninggal saat datang ke rumah sakit, 54% mendapat terapi surfaktan, sedangkan angka harapan hidup BBLSR adalah 90%. Di RSUP Sanglah tahun 2002 mendapatkan bahwa penyebab kematian terbanyak pada BBLASR adalah asfiksia berat yaitu sebesar 3,2% dan pada BBLSR adalah sepsis yaitu sebesar 4,6%. Persentase kematian BBLASR sebesar 9,5% sedangkan pada BBLSR sebesar 57,2%. 9 Penelitian di India tahun 200 melaporkan angka kematian BBLSR 36,9%, sedangkan di Iran tahun 200 melaporkan penyebab terbanyak kematian BBLSR adalah penyakit membran hialin 59%, asfiksia 20%, sepsis 12%, dan kelainan kongenital 9%. 11 Luaran dan angka harapan hidup BBLSR bervariasi pada tiap-tiap rumah sakit dan negara tergantung kualitas perawatan antenatal, intrapartum, dan neonatal. 12 Melihat besarnya masalah kesehatan yang dihadapi BBLSR tersebut, maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik dan luaran BBLSR yang lahir di RSUP Sanglah. BAHAN DAN METODE Penelitian ini adalah penelitian retrospektif. Sampel penelitian adalah bayi yang lahir dan dirawat di Sub-bagian Neonatologi Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Unud/ RSUP Sanglah. Populasi target pada penelitian ini adalah bayi dengan berat lahir 00 99 g. Populasi terjangkau adalah bayi dengan berat lahir 00-99 g yang lahir di RSUP Sanglah dan dirawat di Sub-bagian Neonatologi FK Unud/ RSUP Sanglah dari bulan Januari Desember 2009. Kriteria inklusi adalah bayi berat lahir 00-99 g yang lahir RSUP Sanglah dan dirawat di Sub-bagian Neonatologi. Data bayi atau ibu yang tidak lengkap pada rekam medis dikeluarkan dari penelitian ini. Data pada penelitian ini diambil dari rekam medis ibu dan anak, data yang dikumpulkan adalah data demografi dan faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian dan luaran BBLSR (usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, paritas, penyakit ibu, kelainan plasenta, maturitas bayi, nilai apgar, lama perawatan, dan penyebab kematian bayi). Luaran adalah keadaan bayi saat keluar dari rumah sakit, luaran dibagi menjadi dua kelompok: (1) hidup, (2) mati. Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam satu jam pertama setelah lahir, dibedakan berdasarkan nilai median dari berat badan lahir seluruh sampel. BBLSR adalah bayi dengan berat badan lahir 00-99 g. Usia kehamian ditentukan berdasarkan maturitas bayi yang dinilai dengan menggunakan Ofx!Cbmmbet!tdpsf! bubv!gjotuspn!tdpsf.!usia kehamilan dibagi menjadi empat kelompok: (1) < 32 minggu, (2) 32-33 minggu, (3) 34-36 minggu, dan (4) 37 minggu. Usia ibu adalah usia saat ibu dirawat, jika usia ibu lebih atau sama dengan 6 bulan, umur ibu dibulatkan keatas, usia ibu dibagi menjadi tiga kelompok: (1) 20 tahun, (2) 21-34 tahun, (3) 35 tahun. Pendidikan ibu adalah pendidikan formal terakhir yang ditempuh ibu, dikelompokkan menjadi: (1) SD- SMP, (2) SMA ke atas. Paritas adalah jumlah kehamilan ibu saat dirawat, dikelompokkan menjadi: G1, G2, dan G3. Anemia ibu hamil adalah kadar Hb ibu hamil yang kurang dari g/dl, kadar Hb adalah Hb yang diperiksa pertama kali saat masuk rumah sakit atau pada saat inpartu. Hipertensi adalah tekanan darah 1/1 mmhg dan < 160/1 mmhg atau kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmhg dan atau diastolik 15 mmhg. Preeklsamsia ringan adalah timbulnya hipertensi yang disertai proteinuri dan atau udem setelah umur kehamilan 20 minggu dan disertai proteinuria +2. Preeklamsia berat adalah tekanan darah 160/1 mmhg, disertai proteinuria +2, dan atau udem pada umur kehamilan 20 minggu. Eklamsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil, persalinan atau masa nifas ditandai dengan kejang atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala preeklamsia. Penyakit jantung pada ibu hamil adalah kehamilan yang disertai dengan gangguan fungsi jantung (qsfhobodz! dpnqmjdbufe!cz!jnqbjsfe!ifbsu! gvodujpo) diklasifikasikan menurut sifat fungsionalnya yaitu penyakit jantung fungsional (PJF). Penyebab kematian adalah penyebab kematian yang ditentukan secara klinis dan atau laboratoris/penunjang lainnya. Penyakit Membran Hialin (PMH) merupakan diagnosis yang ditegakkan berdasarkan gambaran radiologi, dikelompokkan menjadi: (1) PMH derajat I, (2) PMH derajat II, (3) PMH derajat III, dan (4) PMH derajat IV. Sepsis adalah sindrom klinis yang timbul akibat respon Z [ K \ O U T ] N W N P W ] ^ _ Q ` M _ a Q U ] T

s t u v u s w x v yz w ys z u { w t x } ~ w s } x } x v ƒ} y v w t x y t w y { u { w } v { y { z u { ƒu t t } z y w u ƒ x { u z u v ˆ Š Œ Ž Œ Œ Œ Œ Œ Œ Œ š Œ Œ Ž Œ Œ Ž Œ inflamasi sistemik, yang ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan atau laboratorium, dikelompokkan menjadi: (1) dmjojdbmmz sepsis dan (2) qspwfo sepsis. Nilai APGAR adalah penilaian bayi setelah lahir berdasarkan: warna kulit, frekuensi jantung, tonus otot, aktivitas dan pernapasan, dikelompokkan menjadi: (1) nilai Apgar <3, (2) 4-6, dan (3) >6. Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih besar dari udara ruang, terapi oksigen dibagi menjadi tiga kelompok: (1) CPAP, (2) Ventilator, (3) lainnya (head box, sungkup, dan kanula nasal). Penelitian ini telah disetujui oleh komite etik. Data dikumpulkan dari rekam medis bayi dan ibu sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang terkumpul diproses dengan program komputer. Data dasar, karakteristik dasar sampel disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi. HASIL Selama kurun waktu penelitian dari bulan Januari- Desember 2009 terdapat kelahiran bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 g sebanyak 79 orang, terdiri dari 66 BBLSR dan 13 BBLASR. Dua BBLSR dieksklusi sehingga jumlah sampel penelitian menjadi 64 bayi. BBLSR pada penelitian ini terdiri dari 35 laki-laki (54,7%) dan 29 perempuan (45,3%). Median berat badan lahir 1.300 g (range 00-50 g), rerata usia kehamilan 30,9 (SB 2,3) minggu, rerata lama perawatan 30,9 (SB 19,7) hari, dan rerata usia ibu 25,9 (SB 7,1) tahun. Berdasarkan usia kehamilan, semua BBLSR pada penelitian ini kurang bulan (< 37 minggu) dan sesuai masa kehamilan. Pada penelitian ini tidak ada BBLSR yang mendapat terapi surfaktan. BBLSR yang mampu hidup pada penelitian ini adalah 62,5%. Karakteristik sampel penelitian tertera pada Ubcfm!2. Ubcfm!2. Karakteristik subyek penelitian Variabel N = 64 Persentase Jenis Kelamin Laki 35 54,7 Usia kehamilan < 32 minggu 32-33 minggu 34-36 minggu 37 minggu Apgar <3 4-6 >6 13 3 24 30 62,5 20,3 12,5 4,7 37,5 46,9 15,7 Kembar 15,6 Lama rawat < hari -2 hari >2 hari 1 6 2,1 9,4 62,5 Luaran Hidup 62,5 Usia ibu 20 tahun 21-34 tahun 35 tahun Pendidikan SD-SMP SMA keatas Pekerjaan Karyawan Tidak bekerja Lain-lain Paritas G1 G2 > G3 Penyakit Ibu Tanpa kelainan Preeklamsia berat Anemia Terapi Oksigen CPAP Ventilator Riwayat antenatal steroid 17 41 6 1 46 42 12 33 15 16 31 11 7 26,6 64,1 9,3 2,1 71,9 65,6 1,7 15,7 51,6 23,4 24,6 4,4 17,2 12,5 21,9 62,5 21,9 15,6,9 Luaran BBLSR berdasarkan usia kehamilan didapatkan semakin muda usia kehamilan persentase yang mampu hidup semakin kecil. Berdasarkan berat lahir didapatkan persentase bayi berat lahir 00-1300 g yang mampu hidup lebih kecil dibandingkan 1301-99 g. Berdasarkan nilai apgar menit pertama, semakin kecil nilai Apgar persentase yang mampu hidup semakin kecil, sedangkan berdasarkan faktor-faktor ibu, didapatkan kematian BBLSR tertinggi terjadi pada anak pertama, pada ibu yang menderita preeklmasia berat, ibu dengan pendidikan SD-SMP dan ibu yang bekerja sebagai karyawati. Karakteristik luaran BBLSR tertera pada Ubcfm!3. Kematian BBLSR tertinggi terjadi pada masa neonatal dini (usia 0-7 hari). Berdasarkan jumlah kematian total didapatkan kematian pada minggu pertama perawatan sebesar 70,% (17 bayi), pada minggu kedua 20,% (5 bayi), pada minggu ketiga dan keempat perawatan masing-masing 4,2% (1 bayi). Penyebab kematian terbanyak pada penelitian ini adalah PMH, sepsis, dan kelainan kongenital. Karakteristik penyebab kematian tertera pada Ubcfm!4. Penyebab kematian terbanyak pada minggu pertama adalah PMH, dan sepsis, sedangkan pada minggu kedua dan ketiga adalah sepsis. DISKUSI Kematian pada masa neonatus merupakan masalah yang paling mendapat perhatian khusus baik pada negara berkembang maupun negara maju. Angka kematian bayi di seluruh dunia pada dekade terakhir sudah mulai turun walaupun penurunannya sangat lambat. Kelahiran prematur dan BBLSR memberikan kontribusi terbanyak terhadap angka kematian dan kesakitan pada masa neonatus., b c d e f g h g i h f j k l m n k o l d f e p q r

MEDICINA œ ž Ÿ ž ž œ ª Ubcfm!3. Karakteristik luaran BBLSR Jenis kelamin Laki Perempuan Kembar Ya Tidak Variabel Usia kehamilan <32 minggu 32-33 mingu 34-36 minggu Nilai apgar <3 4-6 >6 Berat badan lahir 00-1300 1301-99 Paritas G1 G2 >G3 Penyakit ibu Tanpa kelainan Preeklamsia berat Anemia Pendidikan ibu SD-SMP SMA keatas Pekerjaan ibu Tidak bekerja Karyawati Terapi Oksigen CPAP Ventilator Ubcfm!4. Penyebab kematian Penyakit membran hialin Derajat II Derajat III Derajat IV Sepsis Dmjojdbmmz!!!!Qspwfo Total 35 29 54 41 15 24 30 36 2 33 15 16 31 11 1 46 12 42 Luaran Hidup (%) Mati (%) 20 (57,1) 20 (69) 9 (90) 25 (46,2) 22 (53,2) 11 (73,3) 7 (7,5) (33,3) 26 (6,7) 9 (90) 17 (47,2) 23 (2,1) 20 (60,6) 9 (60) 11 (6,7) 20 (64,5) 5 (45,5) 7 (7,5) (66,7) 9 (50) 31 (67,4) (66,6) 26 (61,9) 6 (60) 34 (5) 4 (2,6) 2 (20) Variabel N=24 Kelainan kongenital 2 12 1 7 4 7 3 15 (42,9) 9 (31) 1 () 29 (53,7) 19 (46,3) 4 (26,7) 1 (12,5) 16 (66,7) 4 (13,3) 1 () 19 (52,) 5 (17,9) 13 (39,4) 6 () 5 (31,3) 11 (35,5) 6 (54,6) 1 (12,5) 6 (42,9) 9 (50) 15 (32,6) 4 (33,4) 16 (3,2) 4 () 6 (15) (71,4) (0) BBLSR ditemukan kirakira 4-7% dari kelahiran hidup, tetapi dalam penatalaksanaan membutuhkan sumber daya, waktu, dan kerjasama yang kuat, oleh karena angka kematian pada usia neonatus sangat tinggi. Kelangsungan hidup BBLSR berdasarkan beberapa penelitian berhubungan dengan berat lahir, usia kehamilan, beratnya penyakit yang diderita, dan sebagai faktor perancu adalah protokol penatalaksanaan. 13 Persentase BBLSR yang hidup pada penelitian ini adalah 62,5%; hasil ini sesuai dengan laporan penelitian-penelitian sebelumnya. 7,,12,15 Bayi berat lahir sangat rendah yang mampu hidup bervariasi antara 43% pada negaranegara berkembang (Jamaica 43%, India 63%, Thailand 76%) sampai dengan 90% pada negara-negara maju seperti Belanda 90%, Amerika Serikat 5%. Penelitian di Iran tahun 200 mendapatkan kematian BBLSR sebesar 50%, 11 sedangkan penelitian di Jepang pada 37 rumah sakit tahun 2006, mendapatkan 60-9% bayi berat lahir < 1500 g mampu hidup. Persentase BBLSR yang hidup pada penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya di RSUP Sanglah tahun 2002, yang mendapatkan persentase BBLSR yang hidup sebesar 42,9%. 9 Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh peningkatan tingkat perawatan neonatus berupa dibukanya pelayanan NICU. Sagal 1 melaporkan bahwa perbedaan kematian pada BBLSR dipengaruhi juga oleh tingkat perawatan neonatus, dimana kematian neonatus < 1500 g tertinggi didapatkan pada rumah sakit tanpa fasilitas NICU. Berdasarkan berat lahir pada peneltian ini mendapatkan 47,2% BBLSR dengan berat lahir 00-1300 g mampu hidup dan 2,1% dengan berat lahir 1301-99, sedangkan berdasarkan usia kehamilan 53,2% BBLSR dengan usia kehamilan < «œ Ÿ Ÿ ± ž ²

Ä Å Æ Ç Æ Ä È É Ç ÊË È ÊÄ Ë Æ Ì Í È Å É Î Ï È Ä Î Ð É Î Ñ Ò É Ç Ó ÔÎ Õ Ö Ê Ç È Å Õ É Ê Å È Ê Ì ÑÆ Ì È Ö Î Ç Ì Ê Ì Ë Æ Ì ÔÆ Å Å Î Ë Ø Ê È Æ Ô Í É Ì ØÆ Ë Æ Ç Ù ÚÛ Ü Ý Þ ß àá Ý â ã Ý ä å æ Ý á ä Ý ç Ý â è é Ý á ê Ý ë á àý ç Ý â ì ß ç Ý á Ý Þ ß àá Ý 32 minggu yang mampu hidup, 73,3% dengan usia kehamilan 32-33 minggu, dan 7,5% dengan usia kehamilan 34-36 minggu. Gambaran yang sama juga didapatkan pada penelitian lain, Ballot dkk melaporkan 4-2% dari BBLSR dengan berat lahir 00-1249 g yang mampu hidup dan 66-90% dengan berat lahir 1251-99 g. Usia kehamilan juga memiliki gambaran yang sama dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Peningkatan persentase yang mampu hidup dari 47,2% pada usia kehamilan < 32 minggu, 73,3% pada 32-33 minggu dan 7,5% pada usia 34-36 minggu mencerminkan bahwa semakin tinggi usia kehamilan organ-organ akan semakin matur dan akan lebih mampu bertahan pada fase transisi dari intrauterin ke ekstrauterin. Basu dkk, mendapatkan risiko kematian pada BBLSR menurun sesuai dengan peningkatan berat badan lahir dan usia kehamilan. Disamping itu prognosis BBLSR ditentukan tidak hanya oleh berat badan lahir dan usia kehamilan tetapi juga oleh faktor-faktor perinatal dan kondisi fi s iologis dari bayi terutama beratnya penyakit yang diderita pada satu jam pertama kehidupan. Berdasarkan nilai Apgar, penelitian ini mendapatkan persentase BBLSR yang mampu hidup meningkat berdasarkan peningkatan nilai Apgar. Gambaran yang sama juga didapatkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. 7,,17,19 Nilai Apgar sangat luas digunakan mengidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi dan juga untuk mengevaluasi kondisi bayi pada menit pertama kehidupan. Nilai Apgar pada menit pertama, kelima, dan perubahan dari menit pertama ke menit kelima merupakan prediktor untuk mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. 19 Kematian BBLSR pada penelitian ini, terbanyak terjadi pada masa neonatal dini yaitu 75%, dan 25% terjadi pada masa neonatal lanjut. Penyebab kematian terbanyak yang ditemukan pada penelitian ini adalah PMH 50% dan sepsis 41,6%. Gambaran yang sama juga didapatkan oleh Gera dkk, 13 yang melaporkan kematian BBLSR termasuk didalamnya bayi dengan berat lahir < 00 g adalah 76,5% terjadi pada masa neonatal dini dengan penyebab terbanyak adalah PMH 30,6% dan sepsis 30,6%. Mohamed dkk, 7 melaporkan kematian pada bayi berat lahir < 1500 g terjadi pada tiga hari pertama kehidupan sebesar 5,2% dan mencapai 90 % dari seluruh kematian pada 2 hari. Golestam dkk, 11 melaporkan penyebab kematian BBLSR terbanyak adalah PMH 59%, asfiksia 20%, dan sepsis 12%. Kusuda dkk, melakukan penelitian pada 37 rumah sakit, mendapatkan bahwa penyakit terbanyak yang diderita oleh BBLSR adalah PMH sebesar 54 % dan semuanya mendapat terapi surfaktan. Pada penelitian ini tidak ada bayi yang mendapatkan surfaktan oleh karena keterbatasan biaya. Penyakit membran hialin merupakan penyakit pernapasan terbanyak yang diderita oleh bayi kurang bulan, intervensi farmakologi adalah pilihan utama dalam tata laksana keadaan ini. Intervensi yang dapat dilakukan adalah pemberian kortikosteroid sebelum lahir untuk meningkatkan maturitas paru dan pemberian surfaktan eksogen untuk profilaksis ataupun untuk terapi. Dengan pemberian surfaktan (profilaksis ataupun terapi) dan dengan meningkatkan oksigenasi pada BBLSR dengan PMH yang dirawat di mfwfm!3 perawatan neonatus (NICU) dapat menurunkan kematian sampai dengan %.,16,19 Penggunaan CPAP pada tata laksana bayi < 1500 g, terutama early CPAP dapat meningkatkan BBLSR yang mampu hidup secara bermakna. Penggunaan CPAP akan meningkatkan FRC (gvodujpobm!sftjevbm!dbqbdjuz), meningkatkan PaO 2, menurunkan resistensi jalan napas, dan obstruktif apne. Penyebab kematian BBLSR terbanyak disamping oleh karena PMH adalah sepsis. BBLSR sangat mudah terkena sepsis oleh karena mekanisme pertahanan tubuh yang masih imatur dan sistim perawatan BBLSR yang bersifat jowbtjwf!mjgf! tvqqpsu. 12,15 Persentase BBLSR mampu hidup yang lahir di RSUP Sanglah masih cukup rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju, persentase BBLSR yang mampu hidup semakin meningkat dengan peningkatan berat lahir dan usia kehamilan, sehingga pencegahan persalinan kurang bulan sangat penting dalam rangka menurunkan kematian neonatal. Disamping itu peningkatan dan upaya maksimal dalam perawatan BBLSR setelah lahir harus diupayakan untuk menurunkan kematian neonatal. Kelemahan penelitian ini adalah tidak menyertakan riwayat (tata laksana dan komplikasi) selama perawatan dan gejala sisa setelah ke luar dari rumah sakit. Validasi variabel tidak dapat kami lakukan oleh karena data kami ambil dari rekam medis. Faktor-faktor yang berhubungan dengan luaran BBLSR tidak bisa dianalisis. TJNQVMBO Persentase BBLSR yang mampu hidup adalah 62,5%, dengan kematian terbanyak terjadi pada masa neonatal dini (70,%), sedangkan penyebab kematian terbanyak adalah PMH (50%) dan sepsis (41,6%). DAFTAR PUSTAKA 1. Pollack MM, Koch MA, Bartel DA, Rapoport I, Dhaniredy R, Ayman AE, dkk. A comparison of neonatal ³ µ ¹ º ¹» ¼ ½ ¾ ¼ À ½ µ Á Â Ã

ü ý MEDICINA í î ï ð ñ ò ó ô õ ö ï ò ï ø í ò ó ù ø ú û ø mortality risk prediction models in very low birth weight infants. Pediatrics. 2000;5:51-7. 2. Dahl BL, Tumby J, Kaarsen PI, Handegard BH, Kvermo S, Ronning A. Emotional, behavioral, social, and academic outcomes in adolescent born with very low birth weight. Pediatrics. 2006;11:449-59. 3. Zwicker GJ, Harris RS. Quality of life of formerly preterm and very low birth weight infant from preschool age to adulthood: a systematic review. Pediatrics. 200;121:366-76. 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2007. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 200 (diakses April 2011). Diunduh dari: URL: http:/www.depkes. org 5. CDC. Pediatric and pregnancy nutrition surveillance system. CDC.2009 (diakses Mei 2011). Diunduh dari: URL: http:/www.cdc.gov 6. Goldenberg RL, Culhane JF. Low birth weight in The United States. Am J Clin Nutr. 2007;5:54-90. 7. Mohamed MA, Nada A, Aly H. Day-by-day postnatal survival in very low birth weight infants. Pediatrics. 20;126:360-6. Kusuda S, Fujimura M, Sakuma I, Aotani H, Kabe K, Itani H, dkk. Morbidity and mortality of infants with very low birth weight in Japan: Center variation. Pediatrics. 2006;11:1130-. 9. Dharma A, Hamid A. Karakteristik bayi berat lahir sangat rendah yang lahir di RS Sanglah (Laporan Penelitian). Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar; 2002.. Basu S, Rathore P, Bhatia BD. Predictors of mortality in very low birth weight neonates in India. Singapore Med J. 200;49(7):556-60. 11. Golestam M, Fallah R, Karbasi SA. Neonatal mortality of low birth weight infants in Yazd Iran. Iranian Journal of Reproductive Medicine. 200:6(4);205-. 12. Sritipsukho S, Suarod T, Paskorn S. Survival and outcome of very low birth weight infants born in University Hospital with level II NICU. J Med Assoc Thai. 2007;90(7):1323-9. 13. Gera T, Ramji S. Early predictors of mortality in very low birth weight neonates. Indian Pediatrics. 2001;3:596-602.. Ballot DE, Chirwa TF, Cooper PA. Determinants of survival in very low birth weight neonates in a public sector hospital in Johannesburg. BMC Pediatrics. 20;(30):1-11. 15. Atasay B, Gunlemez A, Unal S, Arsan S. Outcomes of very low birth weight infants in a newborn tertiary center in Turkey, 1997-2000. The Turkish of Pediatrics. 2003;45:23-9. 16. Eichenwald EC, Stark AR. Management and outcomes of very low birth weight. The New England Journal of Medicine. 200;35(16):1701-11. 17. Velaphi SC, Mokhadane RM, Maphahlele RM, Arnold BE, Kuwanda ML, Cooper PA. Survival of very low birth weight infants according to birth weight and gestational age in public hospital. SAMJ. 2005;95 (7):504-9. 1. Saigal S, Doyle LW. An overview of mortality and sequele of preterm birth from infancy to adulthood. Lancet. 200;371:261-9. 19. Ridger M, Kuster H, Herting H, Beger A, Muller C, Urisberger B, dkk. Variations of APGAR score of very low birth weight infants in different neonatal intensive care units. Acta Paediatrica. 2009;9:33-6. 20. Ahmed A, Maror, Frahman R, Huda N. Preterm very low birth weight babies: Outcome of admitted newborns at a community-level medical college hospital in Bangladesh. Journal of Bangladesh College of physicians and Surgeons. 200;26(3):12-34. í þ ñ ö ÿ ð ù ð ò ù ÿ ó ï ó ÿ ö