BAB I. A. Latar Belakang Masalah. untuk mendirikan bangunan sehingga sangat banyak bangunan yang di padati oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat lepas dari tolong-menolong.

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan batasan yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini.

TINGKAH LAKU PROSOSIAL

I. PENDAHULUAN. DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

I. PENDAHULUAN. Sebagai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah. Khusus Ibukota Jakarta menjadi titik sentral aktivitas pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan penelitian 1.3 Kerangka Teori

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman, tidak dapat dimungkiri bahwa jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sehat melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

MENCERMATI STANDAR PENGAMANAN GEDUNG UNTUK ANTISIPASI BAHAYA KEBAKARAN

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

BAB I PENDAHULUAN.

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PEDOMAN INDUK PENANGGULANGAN DARURAT KEBAKARAN DAN BENCANA ALAM DI LINGKUNGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I No.KEP.186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DITEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

c. Pengalaman dan suasana hati.

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007)

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

KEPUTUSAN KEPALA, UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 145/K01.2.6/SK/2010

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dan sebagai kota pelayanan dengan perkembangannya diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 77 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA KORBAN MUSIBAH KEBAKARAN WARGA KOTA SURABAYA

PERATURAN BUPATI BENGKULU SELATAN NOMOR : 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. individu yang menjalani kehidupan didunia ini. Proses seorang individu dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran memiliki visi dan misi sebagai berikut. Visi dan misi Dinas Kebakaran yaitu:

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

LAMPIRAN. Alternatif Desain Logo. Wawancara Petugas Pemadam Kebakaran. Nama : Bp.Suryo Husodo Jabatan : 3B-Penata Muda tingkat II

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagian Tata Usaha. Bidang Tata Operasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 78 TAHUN 2006 TENTANG SANTUNAN KEPADA KORBAN MUSIBAH KEBAKARAN WARGA KOTA SURABAYA

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

Penggunaan APAR dan Kedaruratan

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

STANDARD OPERATING PROCEDURS (SOP) PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN SERTA PENYELAMATAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan mewujudkan potensinya menjadi aktual dan terwujud dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di berbagai sektor sangat diharapkan karena

BAB I PENDAHULUAN. kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DI BIDANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan resiko pekerjaan yang tinggi. Resiko kerja yang tinggi disebabkan karena

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk. dasarnya ia memiliki ketergantungan. Inilah yang kemudian menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Markas Pusat Pemadam Kebakaran Pemkot Semarang 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada dimasyarakat dan biasanya dituntut untuk dilakukan (Staub, dalam Baron

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN POTENSI SAR BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

PT BENING TUNGGAL MANDIRI GAS, OIL AND INDUSTRIAL TECHNICAL SERVICE : PERSIAPAN DAN RESPON DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kebutuhan tanah untuk tempat tinggal dan kegiatan aktifitas lainnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI KELURAHAN SADAR BENCANA (KELURAHAN BANJAR-SERASAN KEC.PONTIANAK TIMUR)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak perusahaan yang menerapkan dan mengembangkan teknologi dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bangunan kesehatan diklasifisikan bahaya kebakaran ringan, mengingat bahanbahan

Transkripsi:

BAB I A. Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk bertambah pula lahan yang dibutuhkan untuk mendirikan bangunan sehingga sangat banyak bangunan yang di padati oleh penduduk. Bahkan banyak kelalaian yang telah diperbuat sehingga dapat mengakibatkan munculnya kasus kebakaran dimana-mana. Luapan kobaran dari sebuah api kecil kemudian menjalar menjadi sangat besar hingga membakar bangunan-bangunan yang tengah berada di sekitarnya. Adanya kebakaran di nilai sebagai ancaman bagi masyarakat, hal ini dikarenakan dampaknya yang dapat membahayakan jiwa serta dapat meludeskan berbagai macam materi serta bangunan dan bahkan dapat menghilangkan suatu pekerjaan seseorang. Dinas Kebakaran Surakarta berperan penting dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat sekitar yang khususnya dalam menanggulangi kebakaran yang terjadi pada masyarakat sekitar. Tugas-tugas petugas pemadam kebakaran ialah menanggapi ketika alarm kebakaran berbunyi dan panggilan bantuan lainnya seperti ancaman bom, kecelakaan industri, dan keadaan darurat lainnya, mengawasi dan memadamkan api dengan menggunakan perlengkapan yang dikerjakan oleh tangan dan dengan kemampuan tenaga tertentu dan pemadaman dengan bahan kimia, memadamkan api khusus dan menggunakan perlengkapan khusus di perusahaan industri, menyelamatkan orang dari gedung yang terbakar dan tempat kecelakaan dan orang-orang yang terperangkap dalam situasi berbahaya, mencegah atau membatasi penyebaran bahaya zat/bahan ketika terjadi kebakaran dan kecelakaan, 1

2 memberitahukan kepada masyarakat tentang pencegahan kebakaran. Dinas pemadam kebakaran adalah unsur pelaksana pemerintah yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas penanganan masalah kebakaran, yang termasuk dalam dinas gawat darurat (http://id.wikipedia.org/wiki/pemadam_ kebakaran). Tiga toko cat di Surabaya diamuk api, namun petugas pemadam kebakaran datang terlambat padahal warga sudah menghubungi PMK namun mobil pemadam baru datang setelah 30 menit. Jadi api terlanjur membesar padahal lokasi kejadian dengan kantor PMK pasar turi jaraknya hanya sekitar 1 km. Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut namun diperkirakan kerugian yang didapatkan mencapai ratusan juta rupiah (Merdeka.com Senin, 10 Maret 2014). Mobil tidak siap pakai, pemadam kebakaran Jogja dinilai tidak profesional dalam menanggulangi kasus kebakaran. Hal ini berkaca dari tidak berfungsinya salah satu mobil pemadam kebakaran di jalan masjid 36 Pakualam, Jumat (24/5) lalu akibat personel gugup dan mobil tidak siap pakai. Berdasarkan penuturan sumber Harian Jogja di PKB Linmas, sebelum kejadian macetnya mobil pemadam kebakaran, mobil memang baru saja diperbaiki. Saat digunakan mobil tidak dalam kondisi terisi air penuh. Sehingga saat di lokasi kejadian tidak berfungsi maksimal. Asisten Ombudsman Bidang Penyelesaian Laporan Jaka Susila menyatakan seharusnya petugas pemadam kebakaran dapat bertindak lebih profesional. Ia juga mempertanyakan mekanisme pengawasan dan perawatan yang seharusnya dilakukan pihak terkait terutama atasan harus professional ada atau

3 tidak ada kejadian, skill, stamina juga psikologis petugas harus tetap terjaga dan diasah tegas dia. (sragenpos.com Selasa, 28/5/2013). Hasil wawancara pada tanggal 10 Maret 2014 ± jam 09.00 dengan Bapak AY selaku salah satu petugas pemadam kebakaran unit Surakarta, diperoleh beberapa informasi yaitu saat terjadi kebakaran besar dan ada korban yang terjebak didalamnya, ketua regu menganalisis dengan kekuatan baju tahan api yang dikenakan oleh para anggotanya apa baju tersebut bisa membahayakan jiwa regunya atau tidak. Jika diperkirakan hal itu membahayakan maka rekan dilarang masuk kobakaran api karena membahayakan nyawa petugas dan sangatlah beresiko, mereka berusaha memadamkan api yang membakar bangunan tersebut setelah sekiranya aman baru masuk untuk menyelamatkan yang tersisa didalamnya. Dengan gaji golongan 3 yang berkisar 3 sampai 4 juta dan tunjangan resiko yang diberikan oleh Pemkot Surakarta yang sangat minim yaitu kurang dari 500ribu dan itu tidak sesuai dengan resiko kerja yang dihadapi oleh para pemadam kebakaran, hingga ada anggota yang mengeluh lantaran gaji yang mereka peroleh tidak sebanding dengan perjuangannya yang harus mengorbankan nyawanya sendiri. Masih ada petugas pemadam kebakaran yang lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai petugas pemadam kebakaran seperti halnya peralatan yang belum tersedia secara lengkap, personil yang kurang dikarenakan kehadirannya yang terlambat, bahkan ada juga yang lebih mementingkan keselamatannya sendiri dibandingkan menolong orang yang tengah terjebak

4 dalam kasus kebakaran yang tengah ditanggulangi oleh petugas pemadam kebakaran tersebut. Jika ada laporan kebakaran, pemadam tidak segera bergerak seketika itu juga namun pemadam mengkonfirmasikan terlebih dahulu tentang laporan kebakaran tersebut dengan meminta nomor telepon rumah yang bisa dipastikan dan bukan nomor ponsel yang biasanya usil dan meresahkan para petugas pemadam kebakaran. Keterlambatan dalam bencana kebakaran pasti akan sangat merugikan pihak korban, terutama apabila terjadi korban jiwa dalam kebakaran tersebut. Petugas pemadam kebakaran diharapkan memiliki jiwa menolong yang tinggi hal itu dikarenakan banyak jiwa yang harus mereka selamatkan kala terjadi kasus kebakaran, mereka harus rela mengutamakan kepentingan orang lain dari pada kepentingannya sendiri serta mengerjakan segala sesuatu tanpa pamrih dan tanpa perhitungan itulah jiwa altruisme yang harus dimiliki oleh para petugas pemadam kebakaran. Altruisme adalah motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain. Pada altruisme, tindakan seseorang untuk memberikan bantuan pada orang lain adalah bersifat tidak mementingkan diri sendiri (selfless) bukan untuk kepentingan diri sendiri (selfish) Sears,(1994). Untuk mengetahui motivasi yang mendasari tingkah laku menolong, apakah selfless atau selfish, sampai batas waktu tertentu adalah sulit. Sebagian karena manusia tidak selalu tepat dalam menyimpulkan penyebab tingkah laku seseorang (Fiske & Taylor, 1991) dan sebagian lagi karena manusia cenderung menampilkan diri mereka dengan cara-cara yang dapat diterima sosial (Sears,1996).

5 Meningkatkan rasa bersalah dan menciptakan self-images (gambaran diri) yang positif pada penolong potensial juga dapat meningkatkan kemungkinan munculnya pertolongan. Apabila permintaan tersebut di tolak, maka ia mengajukan permintaan yang lebih kecil dan masuk akal. Hal ini membuat orang yang dimintai pertolongan merasa bersalah bila menolaknya lagi dan untuk mendapatkan self-images yang positif, maka penolong potensial pun memberikan apa yang diminta (dalam hal ini berupa pertolongan) (Myers, 1996). Seseorang akan lebih mengedepankan kepentingan orang lain dari pada dirinya sendiri saat orang tersebut membutuhkan bantuannya, bahkan bersedia mengorbankan diri sendiri untuk membantu orang lain. Seorang pemadam kebakaran harus mempunyai sifat altruisme yang tinggi hal itu dikarenakan mereka harus berkorban demi menyelamatkan masyarakat yang tengah berada dalam kesulitan meskipun hal itu sangat beresiko tinggi membahayakan diri sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku altruisme antara lain: bystander, daya tarik, atribusi, ada model, desakan waktu, suasana hati, (Sarwono,2009). Peneliti mengambil salah satu faktor yang telah tercantum di atas yaitu mengenai faktor atribusi dikarenakan atribusi dapat memunculkan sebuah kepedulian, motivasi menolong dan komitmen. Kecenderungan umumnya ialah mengatribusikan tanggung jawab pribadi untuk musibah yang menimpa orang lain yang berbeda dengan diri sendiri. Atribusi merupakan proses mencari penjelasan sebab akibat atas berbagai peristiwa sosial, terutama terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri maupun orang lain serta akibat yang ditimbulkan bagi dirinya atau orang lain (Sears dkk, 2004).

6 Atribusi didefinisikan oleh Kelley (dalam Sarwono 2009) sebagai proses mempersepsikan sifat-sifat dispositional (yang sudah ada) pada satuan-satuan di dalam suatu lingkungan. Kelley membenarkan teori Heider bahwa proses atribusi adalah proses persepsi dan bahwa atribusi bisa ditujukan kepada orang atau lingkungan. Atribusi akan tidak mantap jika orang yang bersangkutan kurang mendapatkan dukungan sosial, kurang mempunyai informasi di waktu yang lalu, pandangan-pandangannya sering tidak di benarkan atau sering mendapatkan pengalaman yang menurunkan kepercayaan dirinya. Atribusi merupakan sebuah persepsi seseorang setelah melihat suatu kejadian sebelum melakukan sebuah tindakan tertentu. Berdasarkan latarbelakang di atas maka dapat disimpulkan bahwa altruisme merupakan perilaku menolong orang lain tanpa pamrih dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun. Atribusi merupakan salah satu faktor yang terlibat dalam berperilaku altruisme, perilaku tersebut telah memberikan pengaruh yang cukup efektif dalam pemberian bantuan terhadap korban kebakaran. Diharapkan perilaku altruisme dapat dimiliki oleh para petugas pemadam kebakaran dan mampu dengan sigap dan cepat dalam bertindak serta selalu mengutamakan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingannya sendiri serta tanpa pamrih dalam menjalankan setiap tugasnya terutama dalam posisi yang sangat mendesak dan darurat. Sehingga untuk menjawab keingintahuan peneliti dalam mengetahui apakah ada hubungan antara atribusi dan perilaku Altruisme pada petugas pemadam kebakaran. Maka peneliti berniat

7 melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Atribusi dengan perilaku Altruisme pada petugas pemadam kebakaran kota Surakarta. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui hubungan antara atribusi dengan perilaku altruisme pada petugas pemadam kebakaran. 2. Mengetahui tingkat perilaku altruisme pada petugas pemadam kebakaran kota Surakarta. 3. Mengetahui tingkat atribusi petugas pemadam kebakaran kota Surakarta. 4. Mengetahui peran atribusi terhadap perilaku altruisme pada petugas pemadam kebakaran kota Surakarta. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi : 1. Bagi petugas pemadam kebakaran, diharapkan untuk mengutamakan perilaku altruisme dalam menangani korban kebakaran dengan lebih baik. 2. Bagi instansi dapat dijadikan masukan agar bisa meningkatkan perilaku altruisme dan atribusi pada petugas pemadam kebakaran. 3. Bagi peneliti lainnya sebagai referensi untuk dapat lebih mendalami dan mengembangkan penelitian ini terutama dalam hal penelitian antara Atribusi dengan perilaku Altruisme pada petugas pemadam kebakaran kota Surakarta.