KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E24100090 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaman Spesies Rayap Tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2014 Kara Gus Lantera NIM E24100090
ABSTRAK KARA GUS LANTERA. Keragaman Spesies Rayap Tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Dibimbing oleh DODI NANDIKA. Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya merupakan wilayah dengan pertumbuhan infrastruktur, termasuk bangunan gedung yang paling tinggi di Indonesia. Sejalan dengan itu frekuensi serangan rayap pada bangunan gedung di wilayah tersebut juga sangat tinggi. Namun demikian potensi bahaya serangan rayap pada bangunan gedung di wilayah tersebut belum pernah dikaji secara ilmiah, termasuk keragaman spesies rayapnya. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui keragaman spesies rayap tanah dan karakteristik tanah sebagai habitat rayap di Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Pengumpulan spesimen rayap di masing-masing kota dilakukan di tiga kecamatan contoh dan enam kelurahan contoh yang dipilih secara acak. Di setiap kelurahan contoh, lima kayu umpan yang terbuat dari kayu pinus (Pinus merkusii) berukuran 2 x 2 x 40 cm berkadar air ± 18% dibenamkan secara vertikal ke dalam tanah. Spesimen rayap tanah yang menyerang kayu umpan diidentifikasi dengan menggunakan kunci pengenalan spesies rayap dari Ahmad (1958). Dari masing-masing kelurahan contoh juga diambil contoh tanahnya untuk dianalisis tekstur, kadar air, ph, dan kandungan C- organiknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Jakarta Barat dan Jakarta Timur sekurang-kurangnya terdapat empat spesies rayap tanah yaitu Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera : Termitidae), Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera : Rhinotermitidae), Microtermes inspiratus Kemner ( Isoptera : Termitidae), dan Capritermes mohri Kemner (Isoptera : Termitidae). M. Inspiratus merupakan spesies yang paling tinggi frekuensi keberadaannya yaitu di enam kelurahan contoh, disusul oleh M. gilvus yang ditemukan di empat kelurahan contoh, serta C. curvignathus dan C. mohri yang masing-masing ditemukan di satu kelurahan contoh. Keberadaan rayap tanah C. curvignathus di Jakarta Timur (khususnya di Kelurahan Cililitan) patut mendapat perhatian mengingat spesies rayap tersebut merupakan spesies terpenting sebagai perusak kayu dan bangunan di Indonesia. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa karakteristik tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur memang sesuai sebagai habitat rayap tanah. Kata kunci : DKI Jakarta, karakteristik tanah, serangan rayap, spesies rayap
ABSTRACT KARA GUS LANTERA. Species Diversity of Subterranean Termites in West Jakarta and East Jakarta. Supervised by DODI NANDIKA. DKI Jakarta and its surrounding areas is a region with a fastest growing infrastructure development, including in building construction. In addition the frequency of termite attack on buildings in the region are also very high. However, the termite hazard risk in the region have not been studied scientifically, including its termite species diversity. A study was conducted to determine the diversity of subterranean termites species in West Jakarta and East Jakarta as well as the soil characteristics. In each city, termite specimens was collected in three districts and six sub districts (villages) randomly. In each village, five baits made of pine wood (2 x 2 x 40 cm, MC ± 18%) were buried verticaly. Specimens of the subterranean termites which attack bait wood were collected, and then identified according to Ahmad (1958). Soil sample was also taken from each village for texture, moisture content, ph, and C-organic content analysis. The results showed that in West Jakarta and East Jakarta there were at least four subterranean termites species i.e. Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera: Termitidae), Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae), Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera: Termitidae), and Capritermes mohri Kemner (Isoptera: Termitidae). Termite species which has highest frequency of distribution was M. inspiratus, followed by M. gilvus, C. curvignathus and C. mohri respectively. It was also revealed that in Cililitan Village there was a subterranean termite C. curvignathus. This species was known as the most important wood destroying termite in Indonesia. Therefor the presence of these species should be considered in developing termite control system in Cililitan village and its surounding areas. The results also indicate that the soil characteristics in West Jakarta and East Jakarta is very suitable as subterranean termites habitat. Key word : DKI Jakarta, soil characteristics, termite attack, termite species
KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Keragaman Spesies Rayap Tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur Nama : Kara Gus Lantera NIM : E24100090 Disetujui oleh Prof Dr Ir Dodi Nandika, MS Dosen Pembimbing Diketahui oleh Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jakarta Barat dan Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta pada bulan Mei sampai Juli 2014 tentang keragaman spesies rayap tanah perusak kayu di kedua daerah tersebut. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Dodi Nandika, MS yang telah memberikan arahan dan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan penghargaan kepada teman-teman THH 47, terutama Fauzan, Alif, Yogie, Alfi, Ratih dan Qistya yang telah membantu penelitian dan penyusunan skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Oktober 2014 Kara Gus Lantera
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Peneliatian 2 METODE 3 Pemilihan Kelurahan Contoh 3 Pengumpulan Spesimen Rayap 3 Identifikasi Spesies Rayap 4 Analisis Karakteristik Tanah 4 Penentuan Kelas Bahaya Serangan Rayap 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 Keragaman Spesies Rayap 4 Morfologi Rayap 6 Karakteristik Tanah 9 Kelas Bahaya Serangan Rayap 10 SIMPULAN DAN SARAN 10 Simpulan 10 Saran 11 DAFTAR PUSTAKA 11 LAMPIRAN 15 RIWAYAT HIDUP 25
DAFTAR TABEL 1. Karakteristik tanah pada masing-masing kecamatan di Jakarta Barat dan Jakarta Timur 10 DAFTAR GAMBAR 1 Cara pemasangan kayu umpan 3 2 Frekuensi keberadaan masing-masing spesies rayap tanah di kelurahan contoh 5 3 Keragaman spesies rayap tanah di Jakarta Barat dan JakartaTimur 5 4 Kasta prajurit mayor M. gilvus (Perbesaran 10x) 7 5 Kasta prajurit minor M. gilvus (Perbesaran 10x) 7 6 Kasta prajurit M. inspiratus (Perbesaran 10x) 8 7 Kasta prajurit C. mohri (Perbesaran 10x) 8 8 Kasta prajurit C. curvignatus (Perbesaran 10x) 9 DAFTAR LAMPIRAN 1 Nama kecamatan contoh dan kelurahan contoh 15 2 Lokasi pemasangan umpan di masing-masing kelurahan contoh 16 3 Sistem pemberian nilai (scoring) pada setiap peubah dalam proses penilaian kelas bahaya serangan rayap 17 4 Klasifikasi Kelas Bahaya serangan rayap tanah 18 5 Spesimen rayap tanah yang menyerang kayu umpan di kelurahan contoh 19 6 Sebaran geografis keberadaan rayap tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur 20 7 Morfologi kepala spesies rayap tanah yang ditemukan di Jakarta Barat dan Jakarta Timur 21 8 Jenis tanah di kecamatan contoh 22 9 Total skor peubah bahaya serangan rayap tanah dan Kelas Bahaya rayap tanah di kelurahan contoh 23 10 Peta Kelas Bahaya serangan rayap di kelurahan contoh 24
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada tanggal 2 Mei 2013 Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta menerbitkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 35 Tahun 2013 tentang Pedoman Penanggulangan Bahaya Rayap Pada Bangunan Gedung Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penerbitan peraturan gubernur tersebut dapat dimaknai sebagai suatu konfirmasi bahwa frekuensi dan intensitas serangan rayap pada bangunan gedung di Provinsi DKI Jakarta, termasuk bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sangat tinggi. Nandika et al. (2003) melaporkan bahwa rata-rata frekuensi serangan rayap pada bangunan rumah di Jakarta mencapai lebih dari 70%. Kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan serangga tersebut bukan saja terjadi pada konstruksi bangunan seperti kusen pintu dan jendela, plafon, gording, atap, termasuk kudakuda, kaso dan reng, tetapi juga terjadi pada isi bangunannya seperti mebel, dokumen, arsip dan barang berharga lainnya. Kerusakan tersebut bukan saja terjadi pada bangunan gedung sederhana, tetapi juga bangunan bertingkat tinggi yang berfungsi sebagai kantor, hotel, apartemen dan pusat perbelanjaan. Rilatupa (2007) melaporkan bahwa rayap tanah Coptotermes cruvignathus ditemukan menyerang berbagai komponen bangunan di Tower 3 dan Tower 4 Apartemen Rasuna di Jakarta Selatan. Eaton dan Hale (1993) menyatakan bahwa spesies-spesies rayap tanah merupakan hama yang sering menimbulkan kerusakan hebat dan kerugian besar pada produk-produk yang terbuat dari kayu. Prasetiyo dan Yusuf (2005) menyatakan bahwa kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung di Indonesia mencapai Rp 224 milyar sampai Rp 238 milyar per tahun. Sementara itu Safaruddin (1994) melaporkan bahwa kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung di Jakarta Barat dan Jakarta Timur pada tahun 1994 mencapat Rp 67,57 Milyar. Nilai kerugian tersebut diduga akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur di perkotaan, termasuk di Provinsi DKI Jakarta yang mendorong perubahan ekosistem alami di wilayah tersebut. Kondisi ini menurut Robinson (1996) ditunjang oleh kemampuan rayap untuk beradaptasi dengan lingkungan perkotaan (urban environment). Kondisi tersebut jelas sangat mungkin terjadi di kota-kota besar di Indonesia termasuk di Jakarta Barat dan Jakarta Timur yang merupakan dua wilayah kota dengan intensitas pembangunan infrastruktur pemukiman tertinggi di Provinsi DKI Jakarta. Di pihak lain kenyataan menunjukan bahwa informasi mutakhir tentang besarnya ancaman atau resiko serangan rayap terhadap bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum tersedia. Belum ada penelitian yang komprehensif tentang peta bahaya serangan rayap (termite hazard class) terhadap bangunan gedung di Provinsi DKI Jakarta, termasuk bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Bahkan informasi tentang keragaman spesies rayap perusak bangunan gedung di Provinsi DKI Jakarta belum pernah dilaporkan secara komprehensif. Padahal informasi tersebut sangat penting untuk mendukung justifikasi penerbitan Peraturan Gubernur Provinsi DKI
2 Jakarta Nomor 35 Tahun 2013, sekaligus bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pemilihan metode pengendalian rayap yang tepat guna. Perumusan Masalah Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya merupakan wilayah yang pertumbuhan infrastrukur pemukimannya sangat tinggi dengan nilai investasi yang sangat besar. Sejalan dengan itu frekuensi serangan rayap pada bangunan gedung di wilayah tersebut juga sangat tinggi. Bahkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menerbitkan Peraturan Gubernur untuk mengendalikan serangan rayap pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun demikian informasi tentang keragaman spesies rayap, khususnya rayap tanah di wilayah tersebut sangat langka. Hal ini kurang mendukung implementasi sistem pengendalian rayap yang tepat guna di wilayah tersebut. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman spesies rayap tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta serta karakteristik tanah sebagai habitat rayap di wilayah tersebut dan juga Kelas Bahaya serangan rayap. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, khususnya Dinas Perumahan dan Gedung, serta Biro Sarana dan Prasarana, Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta untuk menindaklanjuti Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta Nomor 35 Tahun 2013 sekaligus menyusun standar teknis pengendalian rayap pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Ruang Lingkup Penelitian Kegiatan utama penelitian ini adalah pengumpulan spesimen rayap tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta, serta identifikasi spesiesnya dalam rangka menentukan kekayaan spesies rayap tanah (species richness) di wilayah tersebut. Dalam hal ini yang dimaksud kekayaan spesies rayap adalah jumlah spesies rayap tanah yang ditemuka di masing-masing kelurahan contoh. Di samping itu di dilakukan juga analisis karakteristik tanah dan cuaca di masing-masing kecamatan contoh untuk mendukung penentuan kelas bahaya serangan rayap tanah.
3 METODE Pemilihan Kelurahan Contoh Di Jakarta Barat dan Jakarta Timur dipilih tiga kecamatan contoh secara acak. Selanjutnya di masing-masing kecamatan contoh dipilih dua kelurahan contoh secara acak. Dengan demikian di kedua kota tersebut dipilih 12 kelurahan contoh (6 di Jakarta Barat dan 6 di Jakarta Timur). Nama Kecamatan contoh dan kelurahan contoh selengkapnya disajikan pada Lampiran 1. Pengumpulan Spesimen Rayap Untuk mengetahui spesies rayap tanah yang ada di masing-masing kelurahan contoh dilakukan pengumpulan spesimen rayap dengan teknik pengumpanan. Kayu umpan terbuat dari kayu Pinus merkusii berukuran 2 x 2 x 40 cm dengan kadar air ± 18%. Di masing-masing kelurahan contoh dipasang lima kayu umpan dengan jarak antar kayu umpan tiga meter (posisi geografis lokasi pemasangan kayu umpan disajikan pada lampiran 2). Setiap kayu umpan dibenamkan secara vertikal ke dalam tanah, setengah bagian panjangnya berada di bawah permukaan tanah (Gambar 1). Setelah tiga bulan, setiap kayu umpan dicabut dari tanah dan diperiksa apakah terserang rayap atau tidak. Spesimen rayap terutama kasta prajurit yang ditemukan pada masing-masing kayu umpan dimasukan ke dalam botol koleksi yang berisi alkohol 70%. Gambar 1 Cara pemasangan kayu umpan
4 Identifikasi Spesies Rayap Masing-masing spesimen rayap (kasta prajurit) dari setiap kelurahan contoh diidentifikasi di Laboratorium Rayap, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB dengan menggunakan kunci pengenalan rayap dari Ahmad (1958). Bersamaan dengan proses identifikasi tersebut, dilakukan juga pengamatan morfologi spesimen rayap dari masing-masing kelurahan contoh, terutama panjang tubuh, panjang kepala, jumlah ruas antena. Setiap pengukuran dilakukan tiga kali pada tiap spesimen rayap dari botol koleksi yang sama. Analisis Karakteristik Tanah dan Cuaca Dari masing-masing kecamatan contoh diambil contoh tanahnya kemudian dianalisis di Laboratorium Tanah Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB untuk mengetahui tekstur, kadar air, ph, dan kandungan C- organik tanah tersebut. Sementara itu karakteristik cuaca (suhu udara,kelembaban udara dan curah hujan) di masing-masing kecamatan contoh ditinjau dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Penentuan Kelas Bahaya Serangan Rayap Pada masing-masing kelurahan contoh ditentukan kelas bahaya serangan rayap pada bangunan gedung dengan mengacu kepada metode penilaian resiko serangan rayap yang dikembangkan oleh Nandika (2014). Metode tersebut didasarkan atas pemberian nilai (scoring) terhadap peubah spesies rayap, tanah, dan cuaca di masing-masing kelurahan contoh (Lampiran 3 dan 4). HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Spesies Rayap Tanah Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Jakarta Barat dan Jakarta Timur sekurang-kurangnya terdapat empat spesies rayap tanah yaitu Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera : Termitidae), Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera : Rhinotermitidae), Microtermes inspiratus Kemner ( Isoptera : Termitidae), dan Capritermes mohri Kemner (Isoptera : Termitidae). M.inspiratus merupakan spesies yang paling tinggi frekuensi keberadaannya yaitu di enam kelurahan contoh, disusul oleh M. gilvus yang ditemukan di empat kelurahan, serta C. curvignathus dan C. mohri yang masing-masing ditemukan di satu kelurahan contoh. Frekuensi keberadaan masing-masing spesies rayap tanah di kelurahan contoh disajikan pada Gambar 2. Spesies-spesies rayap tanah yang ditemukan di setiap kelurahan contoh secara lengkap disajikan pada Lampiran 5, sedangkan sebaran geografisnya disajikan pada Lampiran 6. Ditinjau dari keragaman spesies rayapnya, Jakarta Timur (empat spesies) lebih tinggi dibandingkan dengan Jakarta Barat yang hanya memiliki dua spesies
(Gambar 3). Tingginya keragaman spesies rayap tanah di Jakarta Timur diduga terkait dengan kadar air tanah (52%-58%), kadar c-organik (2.0%-2.5%) dan kandungan pasir (27.16%-29.21%) yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Jakarta Barat. Lebih daripada itu, di Jakarta Timur (khususnya di Kelurahan Cililitan) juga ditemukan spesies rayap tanah yang dikenal sebagai spesies terpenting sebagai perusak kayu dan bangunan di Indonesia yaitu Coptotermes curvignathus. Keberadaan rayap ini patut diwaspadai karena sangat besar potensi ancamannya terhadap bangunan gedung di sekitar habitatnya. 5 7 6 Jumlah kelurahan contoh 5 4 3 2 1 Jakarta Timur Jakarta Barat 0 M.inspiratus M.gilvus C.curvignathus C.mohri Spesies rayap Gambar 2 Frekuensi keberadaan masing-masing spesies rayap tanah di kelurahan contoh. 4.5 4 Jumlah kelurahan contoh 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 Jakarta Barat Jakarta Timur 0 Jakarta Barat Kota Jakarta Timur Gambar 3 Keragaman spesies rayap tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur
6 Tarumingkeng (1971) mengatakan bahwa rayap tanah bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. C.curvignathus dikenal sebagai spesies rayap yang sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa sentimeter. Rayap ini memiliki daya serang paling tinggi, bahkan serangannya dapat mencapai lantai 26 gedung bertingkat. Rayap ini pertama ditemukan oleh Holmgren pada tahun 1913 dari spesimen yang diperolehnya di Singapura. C. curvignathus memiliki perilaku yang sama dengan Coptotermes lainnya yaitu mengeluarkan cairan putih dari suatu lubang ubun-ubunnya (fontanel) ketika terancam oleh musuh (Kalshoven 1981). Cairan ini yang kemungkinan berfungsi sebagai cairan pertahanan diri (Harris 1961). Sementara itu keberadaan M. gilvus, M. inspiratus dan C. mohri juga tidak dapat diabaikan sebagai perusak kayu dan bangunan yang cukup penting, walaupun tidak seganas C. curvignathus. Nandika et al. (2003) mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman selama lebih dari dua puluh tahun terakhir, rayap merupakan faktor perusak kayu dan bangunan yang paling mengganggu. Rayap mampu merusak konstruksi bangunan gedung hingga kabel-kabel listrik dan juga barang lainnya. Pengetahuan teknis dan pengalaman diperlukan untuk menentukan adanya serangan rayap di dalam suatu bangunan, khususnya ketika serangan masih pada tingkat awal. Strategi yang digunakan untuk perlindungan bangunan dari serangan rayap tanah meliputi tindakan pencegahan dan penanggulangan serangannya sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 35 Tahun 2013 tentang Pedoman Penanggulangan Bahaya Rayap Pada Bangunan Gedung Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Macrotermes gilvus Hagen Morfologi Rayap Spesies rayap tanah ini termasuk kedalam famili Termitidae, memiliki dua tipe kasta prajurit yaitu kasta prajurit mayor dan kasta prajurit minor. Kepala kasta prajurit berwarna coklat tua. Mandibel berkembang dan berwarna hitam dengan bagian ujung melengkung. Antena terdiri dari 17 ruas. Nandika (2014) mengatakan bahwa spesies ini termasuk dalam famili Termitidae yang sangat umum ditemukan di Asia Tenggara. Di Indonesia spesies rayap ini hampir ditemukan di seluruh pulau, termasuk di Papua. Kepala kasta prajurit mayor berwarna coklat kemerahan dengan lebar 0.64 ± 0.02 mm, panjang tubuh termasuk kepala 1.884 ± 0.021 mm. Panjang kepala dengan mandibel 0.917 ± 0.007 mm (Gambar 4). Kepala kasta prajurit minor berwarna coklat tua dengan lebar 0.43 ± 0.01 mm, panjang kepala dengan mandibel 0.637 ± 0.016 mm, panjang tubuh termasuk kepala 1.77 ± 0.26 mm. (Gambar 5)
7 Gambar 4 Kasta prajurit mayor M. gilvus (Perbesaran 10x) Gambar 5 Kasta prajurit minor M. gilvus (Perbesaran 10x) Microtermes inspiratus Kemner M. inspiratus Kemner termasuk kedalam famili Termitidae. Kepala kasta prajurit berwarna kuning muda, panjang kepala dengan mandibel 0.543 ± 0.010 mm. Panjang tubuh termasuk kepala 1.810 ± 0.010 mm,serta lebar kepala 0.292 ± 0.016 mm dengan antena terdiri dari 16 ruas (Gambar 6). Ahmad (1958) mengatakan bahwa spesies ini memiliki rambut halus dengan bentuk kepala yang bulat dan memiliki mandibel yang tidak simetris.
8 Gambar 6 Kasta prajurit M. inspiratus (Perbesaran 10x) Capritermes mohri Kemner C.mohri termasuk kedalam famili Termitidae. Pada kepala terdapat bulu-bulu keras agak jarang dan letaknya tersebar. Panjang kepala dengan mandibel 1.149 ± 0.018 mm, panjang tubuh termasuk kepala 1.912 ± 0.266 mm. Lebar kepala 0.733 ± 0.077 mm. Bentuk mandibel sangat tidak simetris, mandibel sebelah kiri sangat melengkung di tengah seperti kait sementara mandibel kanan tidak, antena terdiri dari 14 ruas (Gambar 7). Gambar 7 Kasta prajurit C. mohri (Perbesaran 10x) Coptotermes curvignatus Holmgren C. curvignathus termasuk kedalam famili Rhinotermitidae. Kepala kasta prajurit berwarna kuning sedangkan antena lambrum dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala bulat, ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya, memiliki fortanel (lubang pada ubun-ubun yang dapat mengeluarkan cairan
untuk pertahanan diri). Antena terdiri dari 15 ruas (Gambar 8). Nandika (2014) mengatakan bahwa rayap ini sangat umum ditemukan di Asia Tenggara, bahkan sampai Jepang. Spesies rayap ini menyerang bangunan gedung dan juga perkebunan kelapa sawit. Bakti (2002) menyatakan bahwa keberadaan C. curvignathus di ekosistem perkebunan kelapa sawit lebih dominan dibandingkan di ekosistem hutan. Mandibel berbentuk seperti arit. Panjang kepala dengan mandibel 0.483 ± 0.233 mm, panjang tubuh termasuk kepala 1.644 ± 0.289 mm dan lebar kepala 0.259 ± 0.03 mm. Abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri berwarna putih kekuningan. 9 Gambar 8 Kasta prajurit C. curvignatus (Perbesaran 10x) Morfologi kepala dari keempat spesies rayap ini disajikan pula pada Lampiran 7 Karakteristik Tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tanah di enam kecamatan contoh terdiri dari aluvial kelabu, latosol merah dan latosol coklat kemerahan. Karakteristik tanah pada masing-masing kecamatan terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (1982), jenis tanah di Jakarta Timur dan Barat adalah Latosol Merah, Aluvial Coklat, Latosol coklat Kemerahan, Latosol Merah dan Aluvial Kelabu dengan kondisi tanah bertekstur halus dan drainase baik. Berdasarkan data pada Tabel 1, karakteristik tanah pada semua kecamatan sudah sesuai dengan habitat hidup rayap tanah. Nandika et al. (2003) mengatakan bahwa tanah bagi rayap berguna sebagai tempat hidup dan dapat mengisolasi diri dari suhu serta kelembaban yang sangat ekstrim. Rayap tanah pada umumnya menyukai tanah yang mengandung liat dan tidak menyukai tanah berpasir karena minim kandungan bahan organik. Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, curah hujan, kelembaban relatif, dan suhu udara di Jakarta Barat dan Jakarta Timur secara berurut-urut sebesar >2000 mm, 54-93 %, dan >25ºC. Rayap dapat bertahan di suhu rendah dan kondisi gersang, serta hanya sedikit spesies rayap yang berada di atas 45º garis lintang (Collins 1989). Rayap
10 tanah pada umumnya senang tinggal di tanah yang dekat sumber makanan, seperti dekat batang tumbang, tinggal pada serpihan kulit kayu dengan kondisi tanah yang kaya akan bahan organik dan ber ph sedang (Lee and Wood 1971). Tabel 1 Karakteristik tanah pada masing-masing kecamatan di Jakarta Barat dan Jakarta Timur Kota/Kecamatan Contoh Jenis Tanah KA Pasir Liat Debu C- Organik ph I.Jakarta Timur 1.Kecamatan Ciracas Aluvial Kelabu 58% 39,21% 36,12% 35,62% 2,54% 5,2% 2.Kecamatan Kramat Jati Latosol Coklat 52% 28,12% 36,16% 35,64% 2,20% 5,30% Kemerahan 3.Kecamatan Duren Sawit Latosol Merah 54% 27,16% 34,17% 35,20% 2% 5% II.Jakarta Barat 1.Kecamatan Palmerah Latosol Coklat 54% 29,21% 36,28% 34,62% 2,10% 4,90% Kemerahan 2.Kecamatan Kalideres Latosol Coklat 52% 28,20% 36,50% 35,10% 2,30% 5,10% Kemerahan 3.Kecamatan Kembangan Latosol Merah 50% 26,89% 33,87% 34,92% 2% 4,97% Bahan organik tanah merupakan kumpulan dari tanaman yang terurai dan hasil pelapukan serta sisa-sisa binatang, bahan organik yang terkandung di permukaan tanah berkisar dari 0,5-5% (Darusman, 1989). Rayap tanah pada umumnya tinggal di dalam tanah dengan kondisi lingkungan yang tropis, spesiesnya banyak di dataran rendah yang memiliki hutan hujan (Collins 1983). Faktor lingkungan seperti curah hujan, temperatur dan kelembabannya dapat mempengaruhi kegiatan dan perilaku rayap. Curah hujan merupakan pemicu perkembangan eksternal dan mampu merangsang keluarnya kasta reproduksi dari sarang. Perubahan kelembaban mempengaruhi aktivitas penjelajahan rayap, kelembaban rendah membuat rayap bergerak menuju daerah yang suhunya lebih rendah. Suhu lingkungan dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup rayap, suhu optimum bagi kehidupannya sekitar 15-38ºC. Menurut French (1996), aktivitas makan rayap akan turun seiring dengan menurunnya suhu, sebaliknya pada suhu panas, aktivitas makan rayap akan semakin meningkat.
11 Kelas Bahaya Serangan Rayap Mengacu kepada kriteria penilaian resiko serangan rayap yang dikembangkan oleh Nandika (2014), maka wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Timur dapat dikategorikan kedalam dua kelas bahaya serangan rayap yaitu Kelas Bahaya I dan Kelas Bahaya II. Kelas Bahaya I merupakan wilayah yang sangat beresiko terhadap kemungkinan serangan rayap tanah pada bangunan gedung dan Kelas Bahaya II merupakan wilayah yang cukup beresiko terhadap kemungkinan serangan rayap tanah pada bangunan gedung. Kelurahan Cililitan tergolong Kelas Bahaya I (skor 24) karena di kelurahan tersebut terdapat spesies C. curvignathus yang merupakan rayap yang sangat agresif menyerang bangunan gedung. Di samping itu ph tanah di kelurahan tersebut paling mendekati netral (5.3) dibandingkan dengan ph tanah di kelurahan lainnya. Kesebelas kelurahan lainnya termasuk Kelas Bahaya II (skor 22). Penjelasan kelas bahaya serangan rayap dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. Simpulan dan Saran Simpulan Jakarta Barat dan Jakarta Timur sekurang-kurangnya terdapat empat spesies rayap tanah yaitu Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera : Termitidae), Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera : Rhinotermitidae), Microtermes inspiratus Kemner ( Isoptera : Termitidae) dan Capritermes mohri Kemner (Isoptera : Termitidae). M. Inspiratus merupakan spesies yang paling tinggi frekuensi keberadaannya yaitu ditemukan di enam kelurahan contoh, disusul oleh M. gilvus, serta C. curvignathus dan C. mohri yang masing-masing ditemukan di satu kelurahan contoh. Karakteristik tanah di seluruh kelurahan contoh sangat sesuai sebagai habitat keempat spesies rayap tanah tersebut di atas. Kelurahan Cililitan termasuk kedalam Kelas Bahaya I yang harus diwaspadai. Saran Sudah saatnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyusun peta bahaya rayap dan standar teknis pengendalian serangan rayap pada gedung dengan memperhatikan keragaman spesies di masing-masing kelurahan atau kecamatan. Kelurahan Cililitan harus diwaspadai dikarenakan termasuk kedalam Kelas Bahaya I.
12 DAFTAR PUSTAKA Ahmad M. 1958. Key to the indomalayan termite dalam biologia. Lahore. 4: 1-2. [BBSDLP] Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. 1982. Laporan Survey Lapang Jakarta-Bogor. Bogor. Bakti D. 2002. Kajian aspek biologi Coptotermes curvignathus Holmgren sebagai dasar pengendalian rayap pada pertanaman kelapa sawit. [Disertasi]. Tidak diterbitkan. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada. Collins NM. 1983. The Utilzation of Nitrogen Resources by Termites (Isoptera): Nitrogen as an Ecological Factor. Oxford (GB): Blackwel Scientific Publication Ltd. Collins NM. 1989. Termites in Leith H and Werger MAJ (eds.), tropical rain forest ecosystems, biogeographical and ecological studies. Elseveir. 455-471. Darusman KL. 1989. Kimia Fisik Tanah. Bogor (ID): Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Eaton RA, Hale MDC. 1993. Wood Decay, Pests and Protection Chapman & Hall. London (GB): Academic Press. French JRJ. 1996. Subterranean termite, Reticulitermes spp (Isoptera: Rhinotemitidae), colony response to baiting with hexaflumuron using prototype commercial termite baiting system. Journal of Entomological Science. 31: 143-151. Harris MV. 1961. Termites, Their Recognition, and Control. New York (US): Longmans. Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Revised and Translated by Vanderlaan. Jakarta (ID): PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Lee KE, Wood TG. 1971. Termites and Soil. London (GB) : London Academic Press. Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta (ID): Muhammadiyah University Press. Nandika D. 2014. Rayap: Hama Baru di Kebun Kelapa Sawit. Bogor (ID): South East Asia Regional Centre for Tropical Biology. Prasetiyo KW, Yusuf S. 2005. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah Lingkungan dan Kimiawi. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Rilatupa J. 2007. Pendugaan indeks kondisi konstruksi akibat serangan rayap pada komponen bahan berkayu bangunan tinggi [Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana IPB. Robinson WH. 1994. Producing and applying termicide foam. Pest Management. 12: 20-22. Safarudin. 1994. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di dua wilayah DKI Jakarta (Kotamadya Jakarta Barat dan Jakarta Timur) [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Tarumingkeng, R.C. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Indonesia. Lap. L.P.H. No. 138. 28 p.
13
14 LAMPIRAN
15 Lampiran 1 Nama Kecamatan Contoh dan Kelurahan Contoh Kota Kecamatan Contoh Kelurahan Contoh Jakarta Barat 1. Palmerah 1.1. Slipi 1.2. Palmerah 2. Kalideres 2.1. Kamal 2.2. Kalideres 3. Kembangan 3.1. Kembangan Utara 3.2. Kembangan Selatan Jakarta Timur 1. Ciracas 1.1. Ciracas 1.2. Cububur 2. Kramat Jati 2.1. Cililitan 2.2. Kramat Jati 3. Duren Sawit 3.1. Duren Sawit 3.2. Pondok Bambu
16 Lampiran 2 Lokasi pemasangan umpan di masing-masing kelurahan contoh
Lampiran 3 Sistem pemberian nilai (scoring) pada setiap peubah dalam proses penilaian Kelas Bahaya serangan rayap (Nandika 2014) 17 1. 2. Peubah Rayap Kondisi Skor Spesies Coptotermes spp. 4 Schedorhinotermes spp. 3 Macrotermes spp. Microtermes spp. 2 Capritermes spp. 1 Peubah Tanah Kondisi Skor Kedalaman Air Permukaan Kadar Air ph Kandungan C Organik > 1 meter 4 0.5-1 meter 3 0.25-0.49 meter 2 < 0.25 meter 1 5% - 19% 4 20% - 29% 3 30% - 40% 2 <5% atau > 40% 1 6.0-8.5 4 4.5-5.9 3 3.0-4.4 2 < 3.0 atau > 8.5 1 > 8.0% 4 5.0-8.0% 3 2.0-4.9% 2 <2.0% 1 3. Peubah Cuaca Kondisi Skor Suhu udara rata-rata harian Kelembaban udara ratarata Curah hujan per tahun > 20 C 4 15 C - 20 C 3 10 C - 14.9 C 2 < 10 C 1 > 80% 4 60% - 79% 3 50% - 59% 2 < 50% 1 >2000 mm 4 1500-2000 mm 3 1000-1499 mm 2 < 1000mm 1
18 Lampiran 4 Klasifikasi Kelas Bahaya serangan rayap tanah Nilai Jsi* Kelas Bahaya Rayap Makna > 22 I Wilayah dengan ancaman bahaya serangan sangat tinggi 18-22 II Wilayah dengan ancaman bahaya serangan tinggi 13-17 III Wilayah dengan ancaman bahaya serangan sedang JS* = ( X1) + ( X2) + ( X3) Dimana : JS = Jumlah skor peubah tingkat resiko serangan rayap X1 X2 X3 = Skor peubah spesies = Skor peubah tanah = Skor peubah cuaca
19 Lampiran 5 Spesimen rayap tanah yang menyerang kayu umpan di kelurahan contoh Kota/Kecamatan Contoh Kelurahan Contoh Spesies Rayap I.Jakarta Timur 1.Kecamatan Ciracas 1.1 Ciracas M.inspiratus 1.2 Cibubur M.gilvus 2.Kecamatan Kramat Jati 2.1 Cililitan C.curvignathus 2.2 Kramat Jati M.inspiratus 3.Kecamatan Duren Sawit 3.1 Duren Sawit M.gilvus 3.2 Pondok Bambu C.mohri II.Jakarta Barat 1.Kecamatan Palmerah 1.1 Slipi M.inspiratus 1.2 Palmerah M.gilvus 2.Kecamatan Kalideres 2.1 Kamal M.inspiratus 2.2 Kalideres M.gilvus 3.Kecamatan Kembangan 3.1 Kembangan Utara M.inspiratus 3.2 Kembangan Selatan M.inspiratus
20 Lampiran 6 Sebaran geografis keberadaan spesies rayap tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur
Lampiran 7 Morfologi kepala spesies rayap tanah yang ditemukan di Jakarta Barat dan Jakara Timur 21
22 Lampiran 8 Jenis tanah di kecamatan contoh
Lampiran 9 Total skor peubah bahaya serangan rayap tanah dan Kelas Bahaya rayap tanah di kelurahan contoh 23 Kota/Kecamatan Contoh Kelurahan Contoh Total Skor Kelas Bahaya I.Jakarta Timur 1.Kecamatan Ciracas 1.1 Ciracas 22 II 1.2 Cibubur 22 II 2.Kecamatan Kramat Jati 2.1 Cililitan 24 I 2.2 Kramat Jati 22 II 3.Kecamatan Duren Sawit 3.1 Duren Sawit 22 II 3.2 Pondok Bambu 22 II II.Jakarta Barat 1.Kecamatan Palmerah 1.1 Slipi 22 II 1.2 Palmerah 22 II 2.Kecamatan Kalideres 2.1 Kamal 22 II 2.2 Kalideres 22 II 3.Kecamatan Kembangan 3.1 Kembangan Utara 22 II 3.2 Kembangan Selatan 22 II Berdasarkan Kriteria Penilaian Bahaya Serangan Rayap Tanah Yang Dikembangkan Oleh Nandika (2014) Keterangan : I. Wilayah yang sangat beresiko terhadap kemungkinan serangan rayap pada bangunan gedung II. Wilayah yang cukup beresiko terhadap kemungkinan serangan rayap pada bangunan gedung
24 Lampiran 10 Peta Kelas Bahaya serangan rayap di kelurahan contoh
25 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Februari 1992 dari ayah Agus Suhendar dan ibu Cahaya Rangkuti. Penulis merupakan anak tunggal. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Kesatuan Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor ( IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM) dan diterima di Departemen Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan. Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti beberapa kegiatan organisasi seperti KEMAKI pada tahun 2011, Himpunan Profesi HIMASILTAN sebagai anggota Divisi Kewirausahaan pada tahun 2012 dan anggota kelompok minat TPMK HIMASILTAN pada tahun 2013. Penulis juga mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Sancang Timur dan Hutan Gunung Papandayan pada tahun 2012, Praktek pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2013, dan pada tahun yang sama pada bulan Agustus- Spetember 2013 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di CV Sagha Jati Meubel, Bogor, Jawa Barat.