MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia

dokumen-dokumen yang mirip
III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2015.

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 2 bulan di mulai dari Bulan

III. MATERI DAN METODE. Peternakan UIN Suska Riau, penelitian berlangsung selama 3 bulan, mulai bulan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2014 Januari

III. MATERI DAN METODE. Kampar yang merupakan salah satu daerah tumbuhnya tanaman sagu di Provinsi

MATERI DAN METODE. Sedangkan analisis kimia dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai bulan April -

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret - April 2015 bertempat di

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2013 di Laboratorium Teknologi Pasca

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober-November 2013, di Laboratorium Ilmu Nutrisi

MATERI DAN METODE. Pakan dan Ilmu Tanah sebagai tempat pembuatan silase dan analisis fraksi serat di

MATERI DAN METODE. IndustriPakandanIlmuTanah,danLaboratoriumIlmuNutrisidan

MATERI DAN METODE. Pengolahan silasetelahdilaksanakan di Laboratorium Nutrisidan Kimia. dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai Februari2015.

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 6 bulan dimulai bulan April

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telahdilakukan dilaboratorium Teknologi Pasca Panen

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

MATERI DAN METODE. dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Analisis Fraksi

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Serat Kasar dengan Metode Analisis. 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, dicatat

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April Oktober 2013.

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

III. BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan GambutKebun Percobaan

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

BAB III METODE PENELITIAN

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cheddar digunakan peralatan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi Volatil Fatty Acids (VFA), NH 3 dan

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul produksi VFA, NH 3 dan protein total pada fodder

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Bahan Alat Peubah yang Diamati

Lampiran 1. Prosedur Analisis Protein Kasar (Analisis Kjeldahl) (1) Mengambil contoh sampel sebanyak 2 mililiter (Catat sebabai A gram)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. B.

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

METODE. Materi. Rancangan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak itik yang digunakan sebanyak 120 ekor yang berumur 0-8 minggu

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

Keterangan : A = Berat Cawan Alumunium B = Berat cawan alumunium + sampel sebelum dioven C = Berat cawan alumunium + sampel setelah dioven

3 METODOLOGI. 3.3 Metode Penelitian. 3.1 Waktu dan Tempat

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

III. BAHAN DAN METODE

Lampiran 2. Skema tata letak akuarium perlakuan T

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. MATERI DAN METODE. Agrostologi, Industri Pakan dan Ilmu Tanah dan 2). Laboratorium Ilmu Nutrisi

Pengumpulan daun apu-apu

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

Transkripsi:

III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia serta Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau, penelitian berlangsung selama 3 bulan, mulai dari bulan September Desember 2014. 3.2. Materi Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian adalah mesin Leaf Chopper, plastik, timbangan analitik, botol selai kapasitas 250 g, erlenmeyer, kapas, testube, gelas piala, kompor hot plate, Laminar Air Flow, aluminium foil, lampu bunsen, spatula, batang pengaduk, autoclave, lemari steril, cawan crucible, oven, tanur, timbangan analitik, desikator, spatula, nampan besi, tang penjepit, Digestion Tubes Straight, Kjeltec, Soxtec, Fibbertec, kompor listrik, teko kaca erlenmeyer, aluminium cup dan timbel. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah media Potato Dextrose Agar (PDA), dedak padi, pelepah sawit, aquades, mineral CaCl 2, mineral MnSO 4, K 2 SO 4, MgSO 4, H 2 SO 4, H 3 BO 3, NaOH, HCl, aquades, petroleum benzene dan octanol. 3.3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan secara eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Fermentasi dilakukan selama 10 hari (Rahayu 2014 dan Mariani 2014). Perlakuan adalah : 14

Perlakuan O Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C 3.4. Prosedur Penelitian : Pelepah sawit + kapang P. chrysosporium (tanpa penambahan mineral) : Pelepah sawit + kapang P. chrysosporium + Ca 2000 ppm (Rahayu,2014) : Pelepah sawit + kapang P. chrysosporium + Mn 100 ppm (Mariani,2014) : Pelepah sawit + kapang P. chrysosporium + Ca 2000 ppm + Mn 100ppm 3.4.1. Tahapan persiapan pelepah sawit Pelepah sawit diperoleh dari Kabupaten Kampar, kemudian pelepah sawit dicacah untuk memperkecil ukuran partikel hingga 2-3 cm menggunakan mesin Leaf Chopper, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Selanjutnya digiling menjadi serbuk halus menggunakan mesin penggiling. 3.4.2. Tahapan pembiakan kapang Tahapan pembiakan kapang menggunakan media Potato Dextrose Agar (PDA) pada suhu 30 C selama 7 hari. Media PDA ditambahkan aquades kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer dan dimasak hingga warnanya bening menggunakan kompor Hot plate. Media yang telah dimasak hingga bening dimasukkan dalam testube dan ditutup dengan kapas yang sudah disterilkan dengan alkohol dan ditutup lagi dengan aluminium foil untuk meyakinkan tidak ada udara yang masuk. Media PDA disterilkan dengan menggunakan autoclave dengan suhu 121 C selama 15 menit. Proses sterilisisasi bertujuan agar tidak tumbuh mikroorganisme lain yang tidak diinginkan dalam media. Setelah disterilkan media diangkat dari autoclave dan dimiringkan dengan kemiringan 20. Setelah suhu media dingin lakukan tahap inokulasi kapang Phanerochaete 15

chrysosporium didalam lemari steril dan dilakukan inkubasi pada suhu ruang selama 7 hari. 3.4.3. Tahapan Inokulasi Tahapan pertama kapang yang sudah dibiakkan dalam media PDA dibiakkan pada dedak padi yang telah ditambah aquades (kadar air 70%) dimasukkan dalam botol media (diketahui kadar air dedak padi adalah 20% sehingga perlu ditambahnkan 50% air untuk mencukupi kebutuhan air selama proses fermentasi). Botol ditutup dengan kapas steril dan aluminium foil. Media dedak disterilkan menggunakan autoclave dengan suhu 121 C selama 15 menit dan didinginkan pada suhu kamar. Substrat yang telah steril diinokulasikan kapang Phanerochaete chrysosporium dan diinkubasi selama 7 hari. Tahapan kedua ditimbang pelepah sawit menggunakan timbangan analitik, ditambahkan mineral Ca dan Mn sesuai dengan perlakuan kemudian ditambahkan aquades (kadar air mencapai 70%) kemudian dimasukkan dalam Erlenmeyer. Erlenmeyer ditutup dengan kapas steril dan aluminium foil. Sterilisasi sampel dalam autoclave dengan suhu 121 C selama 15 menit dan didinginkan dalam suhu kamar. Dilakukan inokulasi pada sampel dalam lemari steril kemudian diinkubasi dalam suhu ruang selama 10 hari. Hasil fermentasi ditimbang kemudian dimasukkan dalam aluminium foil dan dimasukkan kedalam inkubator selama 48 jam dengan suhu 60º C. Prosedur kerja pelepah sawit dengan kapang Phanerochaete chrysosporium pada Gambar 3.1. 16

Dedak + Aquades (Kadar Air 70%) Sterilisasi dengan autoclave (15 menit) Inokulasi kapang P.chrysosporium Inkubasi dalam suhu ruang selama 7 hari Pelepah sawit + Aquades + Mineral ( sesuai perlakuan) (Kadar air mencapai 70%) Sterilisasi dengan autoclave (15 menit) Inokulasi kapang P.chrysosporium (10%) dari berat substrat Kapang siap panen Inkubasi dalam suhu ruang selama 10 hari Hasil fermentasi di oven selama 48 jam dengan suhu 60º C. Analisis Proksimat Gambar 3.1. Prosedur Kerja Fermentasi Pelepah Sawit oleh kapang Phanerochaete chrysosporium dengan Penambahan Mineral 3.5. Peubah yang diukur Peubah yang diukur meliputi kandungan: 1. Bahan kering 2. Bahan organik 3. Bahan anorganik / kadar abu 4. Protein kasar 5. Serat kasar dan 6. Lemak kasar 17

3.5.1. Penetapan Kadar Air (AOAC, 1993) Prinsip : sampel dikeringkan dalam oven 105 C - 110 C sampai diperoleh berat yang tetap. 1. Cawan crusible dan tutupnya dikeringkan dalam oven selama 10 menit dan dinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. 2. Ditimbang 5 gram sampel dalam cawan porselen, sampel disebarkan. 3. Cawan ditutup kemudian dimasukkan dalam oven pada suhu 105 C selama 8 jam. Produk yang tidak mengalami dekomposisi dengan pengeringan yang lama, dapat dikeringkan selama 1 malam (16 jam). 4. Cawan dan isinya dipindahkan kedalam desikator, lalu didinginkan selama 30 menit, setelah dingin ditimbang kembali. 5. Cawan dimasukkan lagi ke dalam oven pada suhu 105 C selama 8 jam didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Dilakukan sebanyak 3 kali atau sampai berat konstan. Perhitungan : % Kadar Air : X + Y Z x 100% Z % BK : 100% - % Kadar Air Keterangan : X Y Z : Berat Crusibel (gram) : Berat Sampel (gram) : Berat Cawan dan Sampel yang dikeringkan (gram) BK : Bahan Kering 3.5.2. Penetapan Total Abu (AOAC, 1993) Prinsip : Sampel dibakar dalam tanur dengan suhu 525-600ºC 18

1. Cawan crusible dipanaskan dalam oven pada suhu 105 o C selama 1 jam, didinginkan dalam desikator lalu timbang (a) 2. Ditimbang sebanyak 3-5 gram sampel kemudian dimasukan ke dalam cawan crusible tersebut 3. Cawan crusible diletakkan dalam tanur pengabuan, dibakar pada suhu 525 o C selama 3 jam 4. Dinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang (b) Perhitungan : Kadar Abu : Berat tanur (gram) berat oven (gram) x 100% berat sampel (gram) Kadar Bahan Organik : % Bahan Kering - % Kadar Abu 3.5.3. Penetapan Kadar Protein Kasar (Foss Analitycal, 2003a) Prinsip : Sampel dipanaskan menggunakan destruksi dengan suhu 415ºC 1. Ditimbang sejumlah kecil sampel ± 1 gram masukkan ke dalam Digestion Tubes Straight. 2. Ditambahkan katalis (1,5 gram K 2 SO 4 dan 7,5 mg MgSO 4 ) sebanyak 2 buah. 3. Ditambahkan H 2 SO 4 sebanyak 6 ml. 4. Sampel didestruksi pada suhu 425 o C selama 1 jam sampai cairan menjadi jernih (kehijauan). 5. Sampel didinginkan, ditambahkan aquadest 30 ml secara perlahanlahan. 6. Sampel dipindahkan ke dalam alat destilasi, Digestion Tubes Straight dicuci dan dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air, air cucian ini dimasukkan ke dalam alat destilasi. 19

7. Disiapkan erlenmenyer 125 ml yang berisi 25 ml larutan H 3 BO 3 7 ml metilen red dan 10 ml brom kresol green. Ujung tabung kondensor harus terendam di bawah larutan H 3 BO 3. 8. Ditambahkan larutan NaOH 30 ml ke dalam erlenmenyer, kemudian dilakukan destilasi (± 3-5 menit). 9. Tabung kondensor dibilas dengan air dan bilasannya ditampung dalam erlenmeyer yang sama. 10. Dilakukan titrasi dengan HCl 0,1 sampai terjadi perubahan warna menjadi ungu. 11. Dilakukan juga penetapan blanko. Perhitungan : % N : (ml titran ml blanko) x Normalitas H 2 SO 4 x 14,007 x 100 berat sampel (gram) % Protein : % N x Faktor Konversi Keterangan : Faktor Konversi untuk Makanan Ternak adalah 6,25 3.5.4. Penetapan Lemak Kasar (Foss Analitycal, 2003b) 105ºC. Prinsip : Sampel dipanaskan dengan suhu 135ºC dan dioven dengan suhu 1. Aluminium cup dipanaskan dalam oven pada suhu 105 o C selama 1 jam, didinginkan dalam desikator lalu timbang (a). 2. Ditimbang sampel sebanyak 2 gram, dimasukkan ke dalam timbel kemudian ditutup dengan kapas. 3. Timbel yang berisi sampel dimasukkan/diletakkan pada Soxtec, alat dihidupkan dan dipanaskan sampai suhu 135 o C dan air dialirkan, timbel diletakkan pada Soxtec pada pada posisi rinsing. 20

4. Setelah suhu sampai 135 o C/normal, dimasukkan aluminium cup yang berisi petroleum benzene 70 ml ke dalam Soxtec, lalu ditekan start dan jam dengan posisi boiling dilakukan selama 20 menit. 5. Kemudian pada posisi rinsing 40 menit, lalu recovery 10 menit dengan posisi kran Soxtec di melintang/dibuka. 6. Aluminium cup kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 135 o C selama 2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (b). Perhitungan : % Lemak : c a x 100% b Keterangan : a : Berat Aluminium Cup (gram) b : Berat Sampel (gram) c : Berat Akhir setelah dioven (gram) 3.5.5. Penetapan Kadar Serat Kasar (Foss Analitycal, 2006) Prinsip : Sampel diekstraksi dengan larutan H 2 SO 4 dan NaOH 1. Larutan NaOH + Aquadest menjadi 1000 ml, NaOH 1,25 % = 12,5 gram H 2 SO 4 96 % M1.V1 = M2.V2 1000. 96 = X. 1,25% 1000. 1,25% = X. 96 1250 = 96X X = 1250/96 X = 13,02 ml 21

Larutan 13,02 ml H 2 SO 4 dengan aquades sampai menjadi 1000 ml 2. Ditimbang bahan yang telah dikeringkan, dimasukkan bahan ke dalam crucible (yang telah ditimbang beratnya). Catatan: Untuk hijauan digunakan crucible por 3 karena berserat kasar tinggi. Ditambahkan celite ke dalam rumput yang paling kasar untuk memudahkan penyaringan. 3. Crucible diletakkan di cold extraction lalu dimasukkan aceton ke dalam masing-masinng crucible sebanyak 25 ml atau sampai sampel tenggelam, didiamkan selama 10 menit untuk menghilangkan lemak. Posisi cold extraction adalah closed. 4. H 2 SO 4 dipanaskan sampai mendidih. 5. Setelah selesai diekstraksi, dikeluarkan air/lemak dari crucible, cold extraction dalam posisi vacum dan kran air dibuka, Setelah airnya habis, ditutup kembali cold extraction (dilakukan ekstraksi sebanyak 3 kali berturut-turut). 6. Dilakukan pembilasan dengan aquadest sebanyak dua kali. 7. Crucible dipindahkan ke Fibertec. 8. H 2 SO 4 dimasukkan ke dalam masing-masing crucible pada garis ke 2, kemudian kran dihidupkan dan crucible ditutup dengan reflector. 9. Fibertec dipanaskan sampai mendidih (posisi Fibertec dalam keadaan closed dan kran dalam posisi terbuka/air mengalir). Aquades dipanaskan dalam wadah lain. 10. Setelah mendidih diteteskan octanol (untuk menghilangkan buih) 2 tetes lalu panasnya dioptimumkan, dibiarkan selama 30 menit, Apabila 22

masih terdapat buih diteteskan octanol kembali. Setelah 30 menit Fibertec dimatikan. 11. Kemudian larutan tersebut disedot, posisi Fibertec vacum dan keran dibuka. 12. Dimasukkan aquades yang telah dipanaskan tadi ke dalam semprotan, lalu disemprotkan ke crusibel. Posisi Fibertec tetap vacum dan kran terbuka. Dilakukan pembilasan tersebut sebanyak 3 kali, NaOH dipanaskan dalam wadah lain (NB: Aquades harus dipanaskan terlebih dahulu, jangan dicampur air dingin karena bisa meledak). 13. Setelah dilakukan pembilasan, Fibertec ditutup lalu masukkan NaOH yang telah dipanaskan tadi ke dalam crucible pada garis ke 2, kran terbuka Fibertec dihidupkan dengan suhu optimum. Setelah mendidih diteteskan octanol sebanyak 2 tetes ke dalam tabung yang berbuih. Dipanaskan selama 30 menit. 14. Setelah 30 menit matikan Fibertec dimatikan dan kran ditutup, suhu dioptimumkan. Dilakukan pembilasan dengan aquadest panas sebanyak 3 kali, Fibertec pada posisi vacuum. Setelah selesai membilas Fibertec pada posisi closed. 15. Crusibel dipindahkan ke dalam cold extraction lalu dibilas dengan aseton, cold extraction pada posisi vacum kran dibuka (lakukan sebanyak 3 kali), dengan tujuan untuk pembilasan. 16. Setelah itu dimasukan crusibel ke dalam oven selama 2 jam dengan suhu 130 o C. 23

17. Crusibel didinginkan dalam desikator selama 1 jam selanjutnya ditimbang (W2). 18. Ditanur selama 3 jam pada suhu 525 o C. 19. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang (W3). % Serat kasar : a c x 100% b Keterangan : 3.6. Analisis Data a: Berat Cawan setelah dioven (gram) b: Berat Sampel (gram) c: Berat Abu setelah ditanur (gram) Data penelitian yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan analisis ragam menurut Rancangan Acak Lengkap (Steel dan Torrie, 1992). Perbedaan pengaruh perlakuan diuji menurut Duncan s Multiple RangeTest (DMRT). Model Linear Rancangan Acak Lengkap (Steel dan Torrie, 1991): Y ij : µ + i + ij Keterangan : Y ij : Hasil pengamatan satuan percobaan yang memperoleh penambahan mineral pada level ke-i pada pengamatan ke-j µ : Nilai tengah i : Pengaruh penambahan mineral pada level ke-i ij : Pengaruh galat percobaan dari penambahan mineral ke-i pada pengamatan ke-j 24

Tabel 3.1. Analisis Ragam Sumber db JK KT F Hitung Keragaman Perlakuan Galat t-1 t(r-1) JKP JKG KTP KTG KTP/KTG - F Tabel 0,05 0,01 Total tr-1 JKT - - - - Keterangan : Faktor Koreksi (FK) = Y 2 r.t Jumlah Kuadrat Total (JKT) = Y 2 ij - FK Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = Y 2 Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT JKP j FK r - - - - Kuadrat Total Perlakuan (KTP) = Kuadrat Total Galat (KTG) = F.hitung = 25