IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Desa Mekarjaya merupakan salah satu dari 13 (tiga belas desa) yang berada di Kecamatan Bungbulang. Kecamatan Bungbulang merupakan salah satu dari 42 Kecamatan yang ada di Kabupaten Garut. Untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam 13 (tiga belas) desa, yaitu Desa Sinarjaya, Desa Tegalega, Desa Wangunjaya, Desa Mekarjaya, Desa Hanjuang, Desa Margalaksana, Desa Gunamekar, Desa Bungbulang, Desa Cihikeu, Desa Bojong, Desa Mekarbakti, Desa Gunung Jampang dan Desa Hegarmanah. Wilayah kecamatan ini meliputi 457 RT dan 121 RW, luas wilayah kecamatan ini kurang lebih adalah 15.222,7 Ha dengan jumlah penduduk 62.251 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.201 jiwa dan perempuan sebanyak 31.050 jiwa (Pemerintah Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut). 4.1.1. Keadaan Geografi dan Topografi Desa Mekarjaya secara administratif terletak di Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Berada 4 KM dari Ibukota Kecamatan Bungbulang, 80 KM dari Ibukota Kabupaten/Kota, dan 139 KM dari Ibukota Provinsi. Secara administratif Desa Mekarjaya memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Desa Cihikeu : Desa Tegallega : Desa Bungbulang : Desa Wangunjaya
4.1.2. Keadaan Penduduk Wilayah Penelitian Penduduk di Kecamatan Bungbulang burjumlah 58.080 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 29.337 jiwa dan perempuan sebanyak 28.743 jiwa. Mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Mekarjaya adalah sebagai petani. Sebagian besar penduduk Desa Mekarjaya yang terdapat di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut memiliki mata pencaharian sebagai petani padi (usaha utama) dan peternak (usaha sampingan) karena merupakan usaha keluarga. Usaha dibidang pertanian dan peternakan berkembang secara turun-temurun dari generasi ke generasi yang kemudian membentuk tradisi bertani dan beternak di masyarakat, faktor lain yang mendukung masyarakat di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut mayoritas menjalankan usaha dibidang pertanian dan peternakan adalah karena keadaan wilayah dan kondisi tanah yang mendukung untuk dijadikan area pertanian dan peternakan. 4.1.3. Keadaan Peternakan Wilayah Penelitian Pemeliharaan ternak kerbau di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut pada umumnya banyak dijadikan penduduk sebagai mata pencaharian sampingan. Jenis ternak yang banyak dipelihara di Desa Mekarjaya adalah kerbau. Kebanyakan peternak didaerah Desa Mekarjaya hanya memelihara ternak rata-rata 3 ekor kerbau per kepala keluarga, hal ini disebabkan oleh keterbatasan peternak dari segi modal. Data populasi kerbau yang terdapat di Kecamatan Bungbulang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Populasi kerbau di Kecamatan Bungbulang No Desa/Kelurahan Populasi Kerbau (ekor) Persentase (%) 1 Sinarjaya 100 5,78 2 Tegalega 96 5,55 3 Wangunjaya 160 9,25 4 Mekarjaya 197 11,39 5 Hanjuang 47 2,72 6 Margalaksana 32 1,85 7 Gunamekar 49 2,83 8 Bungbulang 20 1,16 9 Cihikeu 63 3,64 10 Bojong 164 9,49 11 Mekarbakti 270 15,62 12 Gunung Jampang 470 27,18 13 Hegarmanah 61 3,53 Jumlah 1729 100,00 4.1.4. Keadaan Fisik Wilayah Penelitian Luas wilayah Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut adalah 1518,00 Ha. Kondisi geografis desa tersebut berada pada ketinggian 500 mdpl, dengan curah hujan 76 mm. Desa Mekarjaya terdiri dari sebagian besar dataran tinggi (pegunungan) dengan suhu udara bekisar antara 20 0-32 0 Celcius. Jarak dari desa ke Kecamatan Bungbulang 1 km, sedangkan jarak dari desa ke Ibu Kota Kabupaten adalah 75 km. Sebagian besar lahan di Desa Mekarjaya ini dijadikan sebagai lahan pertanian karena sangat mendukung bagi pengembangan sektor pertanian dan peternakan didukung cuaca dan lahan yang luas, sehingga memiliki sumber pakan yang mencukupi untuk kebutuhan ternak terutama kerbau. 4.2. Karakteristik Peternak Responden dalam penelitian ini sebanyak 54 orang berasal dari 7 kelompok tani ternak di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut. Penilaian
karakteristik responden dibagi dalam empat karakteristik yaitu umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman beternak dan jumlah kepemilikan kerbau. 4.2.1. Umur Responden Umur seseorang pada umumnya dapat mempengaruhi aktivitas petani dalam mengelola usahataninya, dalam hal ini mempengaruhi kondisi fisik dan kemampuan berpikir. Makin muda umur petani, cenderung memiliki fisik yang kuat dan dinamis dalam mengelola usahataninya, sehingga mampu bekerja lebih kuat dari petani yang umurnya tua, selain itu petani yang lebih muda mempunyai keberanian untuk menanggung resiko dalam mencoba inovasi baru demi kemajuan usahataninya (Syafrudin, 2003). Responden dalam penelitian ini sebanyak lima puluh empat orang dengan tingkat umur responden berkisar antara 28-75 tahun. Responden tersebut merupakan anggota dari kelompok tani ternak yang terbagi kedalam tujuh kelompok tani ternak yang terdapat di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut. Tingkat umur akan mempengaruhi produktivitas seseorang dalam menjalankan suatu usaha. Pengelompokan tingkat umur responden di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Umur Responden No Usia (Tahun) Jumlah Orang % 1 25-40 18 33,33 2 41-50 22 40,74 3 > 50 14 25,93 Jumlah 54 100,00 Tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang terdapat di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut termasuk kedalam kategori umur penerima awal 41-50 tahun (40,74%). Pada rentan umur 41-50 tahun ini, para
responden cenderung lebih lambat dalam penyerapan teknologi dan informasi yang baru. Berbeda halnya dengan kelompok umur penerima dini yaitu dengan rentang usia antara 25-40 tahun (33,33%), pada usia ini para responden lebih cepat dalam penyerapan teknologi dan informasi baru sehingga dapat lebih cepat dalam menerima setiap perubahan dan lebih terbuka dalam berkomunikasi. Umur mempengaruhi kemampuan seseorang dalam bekerja, hal ini sesuai dengan pendapat BPS (2013) bahwa golongan umur 15-65 tahun merupakan usia produktif, namun umumnya seseorang dengan umur yang lebih muda akan lebih kuat secara fisik dan memiliki kemampuan untuk menerima hal-hal baru dengan mudah sehingga akan lebih efisien dalam menjalankan usahanya. Kelompok umur produktif akan dapat bekerja dengan baik sehingga keuntungan usaha yang diperoleh diharapkan bisa mencapai titik maksimal. Faktor umur yang dimiliki pekerja sangat berpengaruh sekali dalam menjalankan aktifitas kerjanya, sebagai contoh hal ini bisa kita ketahui pada jenis golongan pelopor dan penerima dini (Moekijad, 1992). Golongan pelopor umurnya antara 25-40 tahun, dengan ciri-ciri antara lain adalah berfikiran maju, pandai, pengetahuan luas usahanya rata-rata maju, penghasilan tinggi, kaya dan memiliki produktifitas yang tinggi. Sifat keistimewaannya adalah selalu ingin tahu saja dan aktif mencari keterangan kemana-mana, tetapi mereka kurang memperdulikan orang-orang disekitarnya, tidak aktif menyebar luaskan pengetahuan dan pengalaman. Golongan penerima dini cirinya adalah gemar membaca buku atau surat kabar, memiliki faktor-faktor produksi, sehingga mudah mempraktikkan yang peternak butuhkan. Biasanya aktif dalam masyarakat dan oleh tetangganya disegani karena dianggap sebagai contoh atau trend mode. Prakarsanya besar dan
terbuka cepat untuk hal-hal baru dan suka membantu jawaban-jawaban yang bergerak dalam bidang pembangunan. Pekerja yang umurnya lebih dari 50 tahun biasanya cenderung statis, kelompok ini dimasukkan pada golongan penerima akhir dengan cirinya adalah keadaannya kurang mampu, sifatnya kurang giat untuk hal-hal baru, tapi jika sudah yakin dan dipengaruhi oleh contoh-contoh hasilnya golongan penerima awal, maka merekapun akan melaksanakan anjuran hal-hal yang baru itu, sedangkan golongan penolak memiliki ciri-ciri antara lain pendidikan kurang, keadaan sosial dan ekonominya juga kurang baik. Responden yang umurnya 25-40 tahun (33,33%) termasuk kedalam golongan pelopor atau penerima dini yang merupakan golongan muda yang mudah menerima informasi sehingga dapat lebih cepat dalam menerima setiap perubahan dan lebih terbuka dalam berkomunikasi. Sesuai dengan pendapat Wiriaatmadja (1985) bahwa golongan umur <40 tahun termasuk kedalam golongan penerima dini yang prakarsanya lebih besar dan terbuka untuk hal-hal baru. Golongan umur 41-50 tahun (40,74%) merupakan penerima awal, golongan ini lebih lambat dari golongan penerima dini dalam penyerapan teknologi maupun informasi yang baru. Golongan umur > 50 tahun (25,93%) merupakan penerima akhir, golongan ini termasuk golongan yang kurang giat dalam penerapan informasi dan baru melaksanakan ketika lingkungannya telah melakukan sehingga peternak pada umur ini agak lemah dalam menerima dan menerapkan informasi baru. 4.2.2. Tingkat Pendidikan Formal Responden Pendidikan formal merupakan upaya untuk mengadakan perubahan perilaku berdasarkan ilmu-ilmu dan pengalaman yang sudah diakui dan direstui oleh masyarakat, lebih lanjut Slamet menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang
mempengaruhi tingkat pemahamannya terhadap sesuatu yang dipelajarinya (Wiraatmadja, 1990). Pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting diperhatikan dalam melakukan suatu kegiatan, karena melalui pendidikanlah pengetahuan dan keterampilan serta perubahan sikap dapat dilakukan. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Formal Responden No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang % 1 SD 36 66,67 2 SMP 15 27,78 3 SMA 3 5,56 Jumlah 54 100,00 Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa mayoritas pendidikan responden sebagian besar ada di tingkat SD (66,67%). Pendidikan akan mempengaruhi pola pikir manusia, selain itu individu tersebut akan memiliki kemampuan dan keterampilan yang lebih baik. Hal ini menunjukan mayoritas pendidikan responden masih rendah, ini berpengaruh terhadap kecepatan penerimaan suatu informasi. Tingkat pendidikan peternak yang masih rendah kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam menyerap informasi yang diberikan, sedangkan sisanya terdiri dari responden yang menempuh pendidikan sampai tingkat SMP (27,78%) dan SMA (5,56%), pada tingkat pendidikan ini responden lebih mudah dalam menerima suatu informasi yang diberikan. Tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh responden yang terdapat di Desa Mekarjaya walaupun rendah, namun dengan mengikuti kegiatan no formal seperti pelatihan ataupun penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan serta mempengaruhi cara berfikir peternak.
Menurut Mubyarto (1994), semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka kemampuan dan keterampilan dalam mengelola usaha akan semakin baik. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting diperhatikan dalam melakukan suatu kegiatan, karena melalui pendidikanlah pengetahuan dan keterampilan serta perubahan sikap dapat dilakukan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan rendah dikhawatirkan akan kesulitan untuk menerima ilmu pengetahuan yang baru. Hal tersebut diungkapkan Dwijatmiko (2001) yaitu tingkat pendidikan rendah akan mengakibatkan lambatnya mengadopsi teknologi yang banyak berkembang dilapangan sedangkan semakin tinggi tingkat pendidikan tatalaksana akan menjadi lebh baik karena adopsi inovasi baru dalam teknik beternak serta cara berfikir dalam memecahkan masalah lebih matang, namun pendapat tersebut tidak sesuai dengan yang terjadi dilapangan sebab responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SD, responden tersebut tetap dapat mengembangkan usahaternak kerbau. Tingkat pendidikan non formal berpengaruh terhadap penyerapan informasi dan pengetahuan serta cara berpikir peternak. Berdasarkan pendidikan non formal, semua responden pernah mengikuti berbagai penyuluhan koperasi. Materi penyuluhan yang diberikan berkaitan dengan manajemen pemeliharaan kerbau, tatacara melaksanakan inseminasi buatan dan motivasi untuk meningkatkan jumlah kepemilikan kerbau. 4.2.3. Pengalaman Beternak Pengalaman seseorang dapat mempelajari kemungkinan dan masalah yang terjadi berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya. Pengalaman selama beternak dianggap sebagai ilmu yang berharga oleh sebagian peternak. Secara
logika, semakin lama peternak tersebut melakukan aktivitas didalam kegiatan ternak maka semakin mudah peternak tersebut melaksanakan kegiatan beternak. Peternak yang sudah lama beternak akan lebih mudah untuk menerapkan anjuran penyuluh dari pada peternak pemula. Responden telah memiliki ilmu pengetahuan tentang cara beternak yang diperoleh dari keluarga secara turun temurun, selain itu pengalaman menjadi salah satu guru dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman beternak diukur dari sejak dimulainya usahaternak kerbau sampai pada saat dilakukannya penelitian ini, pengalaman beternak responden merupakan lamanya responden dalam memelihara ternak. Tabel 5. Pengalaman Beternak Responden No Pengalaman Beternak Jumlah Orang % 1 10 Tahun 8 14,81 2 11-20 Tahun 32 59,26 3 21 Tahun 14 25,93 Jumlah 54 100,00 Tabel 5 menunjukan bahwa pengalaman beternak responden yang terdapat di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabuapten Garut yaitu 59,26% peternak yang telah beternak selama 11-20 tahun, dengan kata lain sebagian besar pengalaman peternak yang dimiliki oleh warga Desa Mekarjaya termasuk kedalam kategori baik dan telah memiliki pengalaman yang banyak karena mereka telah menjalankan usahaternak kerbau kurang lebih 11-20 tahun. Pengalaman beternak kerbau responden yang terdapat di Desa Mekarjaya sangat bervariasi, hal ini bisa dilihat pada Tabel 4. Pengalaman dalam beternak kerbau berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan responden, sebagian besar responden masih mengandalkan pengetahuan dari pengalaman mereka sebelum berpatokan pada pedoman yang ada, hal ini berpengaruh terhadap kinerja
peternak belum tinggi. Pengalaman beternak berpengaruh terhadap pembentukan sikap, untuk mempelajari kemungkinan masalah yang terjadi sehingga dapat membantu dalam pelaksaan keberlangsungan beternak kerbaunya. Mosher (1978) menyatakan semakin tinggi pengalaman seseorang maka akan membantu meningkatkan keterampilan yang dimilikinya. Lamanya beternak akan memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang cara pemeliharaan ternak yang baik dan benar. Peternak yang memiliki pengalaman beternak yang lebih lama pada umumnya memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan peternak yang baru. Peternak yang memiliki pengalaman lama dan responsif akan lebih memiliki kemampuan dalam mengelola usaha ternaknya. Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa pengalaman beternak merupakan lamanya seseorang peternak berkecimpung dalam dunia usaha peternakan. Pengalaman akan meningkatkan pengetahuan beternak terhadap segala sesuatu perubahan yang belum diketahui peternak dari sifat yang menguntungkan dan kurang menguntungkan dalam menjalankan usaha ternaknya. 4.2.4. Jumlah Kepemilikan Kerbau Jumlah kepemilikan kerbau per keluarga peternak yang terdapat di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut adalah 3 ekor per keluarga peternak, hal ini dikarenakan tujuan dari memiliki kerbau dari peternak itu sendiri hanya sebagai ternak pekerja yang nantinya akan dijual jika sudah tidak bisa dipekerjakan lagi atau bisa juga disebut sebagai ternak simpanan.
Tabel 6. Jumlah kepemilikan kerbau per keluarga Peternak No Jumlah Kerbau Jumlah Orang % 1 1-2 ekor 27 50 2 3-4 ekor 23 42,59 3 5 ekor 4 7,41 Jumlah 54 100,00 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui mayoritas kepemilikan kerbau yang terdapat di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut adalah 1-2 ekor per keluarga peternak. Faktor yang mempengaruhi sedikitnya jumlah kepemilikan kerbau diantaranya adalah manajemen yang masih sangat tradisional dan tanpa sentuhan teknologi, kemudian sistem reproduksi yang tidak teratur dengan kurang berhasilnya penggunaan Inseminasi Buatan (IB) untuk memberikan keturunan dan kurangnya pengetahuan peternak tentang penyakit penyakit yang diderita oleh ternak. Beberapa faktor diatas menyebabkan jumlah kepemilikan dan harga jual kerbau rendah sehingga pendapatan yang diterima dari usahaternak kerbau sangat rendah. Usahaternak kerbau di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut bisa disebut berhasil walaupun besar persentase kontribusi penerimaan usahaternak kerbau relatif kecil yaitu sebesar 28%, namun masyarakat tetap melanjutkan usahaternak kerbau tersebut karena kontribusi usahaternak kerbau terhadap pemenuhan kebutuhan bersifat mendadak dan membutuhkan banyak uang, selain itu dilihat dari populasi kerbau yang semakin berkembang.
4.3. Penerimaan Keluarga Peternak dari Non Usahaternak Kerbau Untuk data penerimaan keluarga peternak yang terdapat di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut bisa dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Penerimaan Keluarga Peternak Per Bulan No Penerimaan Keluarga dari Non Usahaternak Jumlah Kerbau Per Bulan Orang % 1 < Rp 2.828.241 28 51,85 2 Rp2.828.241 2 3,7 3 > Rp 2.828.241 24 44,44 Jumlah 54 100,00 Tabel 7 menunjukkan bahwa penerimaan keluarga peternak yang terdapat di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut mayoritas memiliki penerimaan keluarga kurang dari Rp 2.828.241/bulan yaitu sebanyak 28 orang atau 52% dari total responden 54 orang. Sebagian besar pekerjaan utama masyarakat Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut adalah dibidang pertanian. Pekerjaan utama ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang bersifat primer. Berdasarkan hasil temuan dilapangan, rata-rata penerimaan usaha dari non usahaternak kerbau selama satu periode analisis adalah Rp 2.828.241. Untuk menunjang penerimaan keluarga selain bertani, para peternak yang terdapat di Desa Mekarjaya juga melakukan usaha lain untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari yaitu sebagai petani gula merah, tukang ojek dan lain-lain. Untuk ibu-ibu peternak yang tidak memiliki pekerjaan dibidang formal biasanya mereka ikut membantu suaminya untuk menambah penerimaan keluarga peternak dengan cara bekerja sebagai buruh cuci, pembantu rumah tangga dan lain-lain. Untuk anak dari anggota keluarga peternak yang sudah tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi mereka membantu menambah penerimaan keluarga
dengan cara bekerja sebagai buruh pabrik, karyawan minimarket dan kuli, selain melakukan pekerjaan bertani padi para responden juga melakukan pekerjaan lainnya seperti petani gula merah dan tukang ojeg dalam waktu senggangnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Seluruh masyarakat Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut bekerja disektor informal, hal ini dikarenakan pendidikan dari peternak yang menjadi alasan peternak bekerja disektor informal. Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan, pendidikan merupakan salah satu pengeluaran terbesar setelah kebutuhan dasar yaitu kebutuhan pangan, ini dikarenakan masyarakat peternak di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut berkeinginan supaya anak-anaknya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari orang tuanya. Letak desa yang sangat jauh dan tidak adanya transportasi umum menuju tempat sekolah, menyebabkan peternak rela membeli motor untuk anaknya bersekolah. Anggota keluarga peternak kerbau juga ikut andil terhadap total penerimaan keluarga, hal ini bisa dilihat dari pekerjaan yang dilakukan oleh istri petani yaitu sebagai buruh cuci, wiraswasta dan pembantu rumah tangga. Bagi anak yang sudah tidak melanjutkan lagi sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi mereka ikut membantu perekonomian keluarga dengan cara bekerja sebagai kuli bangunan, buruh pabrik, dan karyawan minimarket. 4.4. Kontribusi Usahaternak Kerbau terhadap Penerimaan Keluarga Kontribusi usahaternak kerbau terhadap penerimaan keluarga peternak dihitung dalam persentase penerimaan usahaternak kerbau terhadap total penerimaan keluarga yang diterima selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Penerimaan Usahaternak Kerbau dan Penerimaan Non Usahaternak Kerbau No Uraian Nilai Rp/Tahun Kontribusi (%) 1 Penerimaan Usahaternak Kerbau 13.490.741 28,00 2 Penerimaan Non Usahaternak Kerbau 33.938.889 72,00 Jumlah 47.429.630 100,00 Penerimaan usahaternak kerbau dilihat berdasarkan nilai riil yang diterima peternak, untuk mengetahui besar persentase penerimaan dari usahaternak kerbau terhadap penerimaan total keluarga adalah dengan cara membagi hasil dari penerimaan usahaternak kerbau dengan total penerimaan keluarga dikalikan 100%, maka akan didapat hasil sebesar 28%. Usahaternak kerbau yang terdapat di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut memiliki kontribusi lebih sedikit dibandingkan dengan usaha di luar usahaternak kerbau. Kecilnya penerimaan dari usahaternak kerbau yang terdapat di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut karena jenis usaha ini merupakan usaha sampingan yang dijalankan oleh para responden. Para responden memilih melakukan non usahaternak kerbau karena penerimaan yang dihasilkan dari non usahaternak kerbau dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari para responden yang bersifat wajib. Penerimaan yang dihasilkan dari non usahaternak kerbau terdiri dari buruh tani, tukang ojeg, petani gula merah, pembantu rumah tangga dan lain-lain. Jika usahaternak kerbau di Desa Mekarjaya diklasifikasikan berdasarkan besar persentase penerimaan, maka usahaternak kerbau di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut termasuk kedalam usaha sambilan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sodiq dan Abidin (2008), suatu usaha bisa termasuk kedalam usaha sambilan jika persentase penerimaan usaha tersebut dibawah 30%, berdasarkan besar persentase tersebut maka dapat dikatakan bahwa usahaternak
kerbau yang terdapat di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut termasuk kedalam usaha sambilan. 4.5. Kontribusi Karakteristik Peternak Kerbau terhadap Penerimaan Keluarga Kontribusi karakteristik peternak kerbau terhadap penerimaan keluarga dihitung dalam persentase per poin yang terdapat didalam karakteristik peternak kerbau terhadap penerimaan keluarga peternak dari usahaternak kerbau dan non usahaternak kerbau yang diterima selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kontribusi Karakteristik Peternak terhadap Penerimaan Keluarga No Karakteristik Peternak Usahaternak Kerbau Penerimaan Per Bulan % Non Usahaternak Kerbau 1 Umur 25-40 Rp1.097.222 32,86 Rp3.033.278 36,09 41-50 Rp1.196.970 35,85 Rp2.864.591 34,08 51 Rp1.044.643 31,29 Rp2.507.500 29,83 2 Pendidikan SD Rp1.137.731 34,14 Rp2.718.889 29,25 SMP Rp1.097.222 32,93 Rp2.926.533 31,49 SMA Rp1.097.222 32,93 Rp3.649.000 39,26 3 Pengalaman Beternak < 10 tahun Rp1.026.042 31,53 Rp2.664.625 32,57 11-20 tahun Rp1.183.594 36,37 Rp3.009.469 36,78 > 21 tahun Rp1.044.643 32,1 Rp2.507.500 30,65 4 Kepemilikan Kerbau 1-2 ekor Rp1.029.321 28,48 Rp1.859.926 17,49 3-4 ekor Rp1.188.406 32,89 Rp3.548.217 33,37 5 ekor Rp1.395.833 38,63 Rp5.224.500 49,14 Poin satu menunjukan bahwa usia responden yang berkisar antara 41-50 tahun memiliki penerimaan dari usahaternak kerbau paling besar diantara usia 25-40 tahun dan 51 tahun, dengan kata lain kategori usia 41-50 tahun memberikan kontribusi paling besar terhadap penerimaan usahaternak kerbau yang terdapat di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut mempunyai persentase %
35, 85%. Umur 41-50 tahun termasuk kedalam kategori usia produktif, dimana pada usia ini merupakan usia puncak yang paling matang dalam menjalankan suatu usaha karena pada usia ini para responden bisa dengan baik dan hati-hati dalam menerima setiap inovasi yang diberikan pada saat penyuluhan, ditambah dengan pengalaman yang cukup banyak sehingga para responden bisa mengetahui hal-hal apa saja yang menurutnya bisa menjadi penunjang sebagai keberlangsungan dan keberhasilan usaha yang sedang ditekuninya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers (1983) bahwa kategori pada usia ini merupakan Mayoritas awal atau (Early Majority) adalah orang-rang pengadopsi yang berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Untuk sumbangsih dari penerimaan non usahaternak kerbau terhadap total penerimaan keluarga responden terbanyak ada pada kategori usia 25-40 tahun yaitu dengan rata-rata sebesar Rp 3.033.278 (36,09%) per bulan. Hal ini disebabkan pada kategori usia ini responden masih termasuk kedalam usia produktif dan masih memiliki tenaga dan semangat yang besar untuk mengembangkan suatu usaha yang dijalankannya untuk mencapai penerimaan yang maksimal, selain itu pada usia ini juga pemikiran para responden lebih terbuka sehingga mereka mau mencoba inovasi-inovasi baru yang bisa memaksimalkan waktu yang mereka miliki untuk melakukan suatu pekerjaan yang bisa menghasilkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya. Poin dua tentang pendidikan formal yang ditempuh oleh para responden menunjukan bahwa responden yang terdapat di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut mayoritas hanya menyelesaikan sekolah sampai jenjang sekolah dasar (SD), namun untuk menjalankan usahaternak kerbau para
responden ini tidak perlu melaksanakan sekolah sampai ke jenjang SMA sebab mereka telah terbiasa melakukan usahaternak kerbau ini sejak kecil seperti membantu orangtuanya untuk mengurus dan memberi pakan kerbau diwaktu senggang mereka sepulang dari sekolah. Hal ini terlihat dimana persentasi penerimaan usahaternak kerbau dari Tabel 9 yang berdasarkan dari pendidikan formal mempunyai nilai persentase paling tinggi yaitu sebesar 34,14% atau memberikan sumbangsih terhadap total penerimaan keluarga peternak dengan ratarata Rp 1.137.731 per bulan. Menurut para responden pendidikan formal tidak terlalu berpengaruh terhadap usahaternak kerbau yang mereka jalani, karena mereka lebih banyak mendapatkan pelajaran tentang melaksanakan usahaternak kerbau dari mengikuti kegiatan penyuluhan dan kebiasan yang telah mereka lakukan sejak kecil, karena didaerah ini usahaternak kerbau merupakan usaha yang telah dilakukan secara turun temurun. Untuk sumbangsih dari penerimaan non usahaternak kerbau terhadap total penerimaan keluarga responden terbanyak ada pada kategori pendidikan SMA yaitu dengan rata-rata penerimaan adalah Rp 3.649.000 per bulan atau sebanyak 39,26%. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan bisa membuka wawasan responden lebih luas sehingga mereka mempunyai dan bisa membayangkan keinginan yang akan mereka lakukan agar mereka bisa mendapatkan penghasilan yang lebih banyak dibandingkan dengan responden yang hanya menempuh pendidikan sampai tamat sekolah dasar (SD). Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Risqina (2011) bahwa pendidikan sangat mempengaruhi pola pikir seseorang, terutama dalam pengambilan keputusan dan pengaturan manajemen dalam mengelola atau menjalankan suatu usaha.
Poin tiga yang terdapat pada Tabel 9 adalah pengalaman beternak para responden, disini sangat terlihat jelas bahwa semakin lama responden tersebut menjalankan usahanya maka penerimaan yang dihasilkan dari usahaternak kerbau tersebut akan semakin besar. Hal ini bisa dilihat dari pengalaman beternak responden antara 11-20 tahun mereka memberikan sumbangsih penerimaan usahaternak kerbau terhadap penerimaan keluarga peternak sebanyak Rp 1.183.594 atau 36,37%. Pengalaman beternak seseorang akan sangat berpengaruh dengan penerimaan dari usahaternak kerbau yang dijalaninya, sebagaimana seperti yang di kemukakan oleh Sulistyati, dkk (2014) bahwa aspek yang mempengaruhi keberhasilan usaha ternak adalah pengalaman beternak, karena berdasarkan pengalaman maka seseorang dapat mempelajari kemungkinan dan masalah yang akan terjadi berdasarkan pengalaman yang dialami sehingga akan membantu dalam pengambilan keputusan. Untuk sumbangsih dari penerimaan non usahaternak kerbau terhadap total penerimaan keluarga responden terbanyak ada pada kategori pengalaman beternak 11-20 tahun yaitu dengan rata-rata penerimaan sebanyak Rp 3.009.469 per bulan (36,78%). Lama beternak akan mempengaruhi peternak dalam mengambil setiap keputusan yang berhubungan langsung dengan usaha ternaknya dan pada kategori pengalaman beternak 11-20 tahun ini responden memiliki pola pikir dan pengalaman yang cukup banyak sehingga mereka bisa mengembang biakan usaha ternaknya dan memperluas jenis usaha di luar non usahaternak. Poin empat yang terdapat pada Tabel 9 tentang jumlah kepemilikan kerbau memiliki sumbangsih penerimaan usahaternak kerbau terbanyak pada kategori jumlah kepemilikan kerbau lebih besar sama dengan 5 ekor kerbau yaitu dengan penerimaan per bulan sebanyak Rp 1.395.833 (38,63%) dari total tiga kategori kepemilikan kerbau yang telah dikelompokan oleh peneliti. Hal ini disebabkan
karena responden yang memiliki kerbau lebih dari sama dengan 5 ekor per keluarga peternak merupakan keluarga yang sejahtera dan bisa dikatakan telah mapan dari segi keuangan. Responden yang memiliki kerbau lebih dari sama dengan 5 ekor per keluarga peternak ini menjadikan usahaternak kerbau sebagai usaha sampingan atau hanya sekedar hobi dalam memelihara kerbau karena sebagaimana yang telah penulis sampaikan bahwa usahaternak kerbau ini merupakan usaha turun temurun dari nenek moyangnya, hal ini terlihat jelas karena penerimaan dari non usahaternak kerbau yang mencapai Rp 5.224.500 per bulan. Hal ini disebabkan karena responden yang memiliki kerbau lebih dari sama dengan 5 ekor per kepala keluarga memiliki sawah yang cukup luas dibandingkan dengan responden yang memiliki kerbau kurang dari lima ekor per keluarga peternak, sehingga mereka biasanya mengupah para buruh tani untuk mengelola sawahnya dan responden ini memiliki usaha utama yang bergerak di bidang wiraswasta seperti membuka toko grosir di tempat mereka tinggal. Tanggungan Keluarga Peternak Kerbau yang terdapat di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut bervariasi, mulai dari 2 sampai 5 orang di setiap kepala keluarga. Sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat (2011) bahwa banyaknya tanggungan dari setiap keluarga, akan berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga tersebut. Semakin kecil jumlah anggota keluarga diasumsikan akan semaking tinggi tingkat kesejahteraannya. Selanjutnya diungkapkan oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat (2011) suatu keluarga dapat dikatakan sejahtera jika jumlah tanggungan keluarga yaitu 3 orang. Jumlah peternak di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut dengan jumlah tanggungan keluarga lebih dari 3 orang yaitu sekitar 41% dari total 54 Responden, maka dapat dikatakan keluarga tersebut tidak sejahtera.
Pada umumnya pengeluaran untuk keluarga peternak dapat dikategorikan menjadi 4 macam yaitu pangan, sandang, papan dan pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian kategori jenis pengeluaran terbesar yang dikeluarkan oleh keluarga peternak di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut yaitu pangan dan pendidikan. Kebutuhan pangan sehari-hari dapat dipenuhi dengan kegiatan non usahaternak kerbau, kebutuhan pangan dengan jumlah pengeluaran yang lebih besar terjadi ketika Hari Raya Idul Fitri sehingga masyarakat peternak memenuhi kebutuhan pangan di hari raya idul fitri dengan cara menjual ternak. Bidang pendidikan menjadi sumber pengeluaran terbesar setelah kebutuhan pangan, ini disebabkan karena adanya suatu keinginan dari masyarakat Desa Mekarjaya supaya anak-anak di Desa Mekarjaya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari orang tuanya. Masyarakat Desa Mekarjaya memenuhi kebutuhan di pendidikan dengan usahaternak. Keluarga peternak di Desa Mekarjaya dalam memenuhi semua kebutuhan rumah tangga yaitu dengan cara bekerja dibidang usaha ternak, usaha tani dan usaha di luar usaha ternak dan usaha tani. Letak Desa yang sangat jauh dari perkotaan mebuat masyarakat bekerja dibidang peternakan dan peternakan. Sebanyak 65% atau 35 orang peternak dari total 54 peternak di Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD), hal ini menyebabkan potensi masyarakat untuk bekerja selain dibidang usaha ternak dan usaha tani sangat kecil.