PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN

PENGARUH AKTIVITAS PERDAGANGAN DAN JASA TERHADAP VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN HERTASNING KOTA MAKASSAR

ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan yang rendah, terbatasnya sumber daya, khususnya dana, kualitas dan

Efektivitas Penyediaan Celukan Angkutan Kota Di Jalan Margonda Raya (Studi Kasus: Depan Depok Town Square)

PENINGKATAN KAPASITAS DAN KINERJA SIMPANG BERSINYAL DALAM PERENCANAAN FLYOVER SIMPANG TANJUNG API-API PALEMBANG

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS

operasi simpang yang umum diterapkan adalah dengan menggunakan sinyal lalu

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN COKROAMINOTO AKIBAT BANGKITAN PERGERAKAN DI LOKASI SEMENTARA PASAR BADUNG

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK EVALUASI KEPADATAN LALU LINTAS JALAN ARTERI PRIMER DAN ARTERI SEKUNDER DI KOTA SURABAYA

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA JALAN R.E. MARTADINATA BANDUNG

Jurnal. Skripsi S-1 Program Studi Geografi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah kepemilikan kendaraan dewasa ini sangat pesat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

EVALUASI KINERJA JALAN DI BANDA ACEH DAN PENERAPAN MANAJEMEN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kinerja Ruas Jalan HOS Cokroaminoto Akibat Perkembangan Lalu Lintas di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

KINERJA KORIDOR JARINGAN JALAN KALIURANG DAN JALAN PARANGTRITIS, PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Fatwi Cahya Wardani

RINGKASAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN SISINGAMANGARAJA (KOTA PALANGKA RAYA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan lalu lintas yang sering terjadi khususnya daerah simpang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu prasarana yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

EVALUASI KINERJA LALU LINTAS RUAS JALAN PANDAAN-GEMPOL SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA JALAN TOL

ANALISIS KINERJA PARKIR SEPANJANG JALAN WALIKOTA MUSTAJAB SURABAYA

ABSTRAK. : Biaya Perjalanan, Tundaan.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pembangunan suatu daerah maka semakin ramai pula lalu

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat yang mempunyai

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. hal-hal yang mempengaruhi kriteria kinerja lalu lintas pada suatu kondisi jalan

Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya

ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO

E:mail :

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

EVALUASI TINGKAT PELAYANAN RAMP SIMPANG SUSUN BAROS

BAB I PENDAHULUAN. Sleman DIY. Simpang ini menghubungkan kota Jogjakarta dengan kota-kota lain di

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN KINERJA RUAS JALAN PROF. DR. IR HERMAN YOHANES YOGYAKARTA

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

PEMILIHAN MODEL HUBUNGAN ANTARA VOLUME, KECEPATAN, DAN KERAPATAN JALAN DALAM KOTA (Studi kasus: Jalan Ahmad Yani, Denpasar)

ANALISIS FLUKTUASI ARUS LALU LINTAS KOTA PALU (Studi Kasus: Kota Palu Bagian Barat)

III. METODOLOGI PENELITIAN. harus tepat (dapat mengukur variabel yang diinginkan) dan dengan validitas

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN TERHADAP PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus : Pasar Way Kandis-Bandar Lampung)

DAMPAK PENGATURAN JADWAL KEGIATAN AKADEMIK TERHADAP MOBILITAS KENDARAAN MAHASISWA DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

Studi Amdal Lalu Lintas Pada Ruas Jalan dan Persimpangan (Studi Kasus Pembangunan Perumahan Baturaja Permai)

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

BAB III METODE KAJIAN

ANALISIS KINERJA JALAN PADA RUAS JALAN SOLO KM 8,8 SAMPAI KM 10. Oleh : ALLWIN MULATUA SILALAHI No. Mahasiswa : / TS NPM :

PERBANDINGAN PENILAIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN MENURUT PM 96/2015 DAN KM 14/2006

IDENTIFIKASI PENGARUH PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN KI SAMAUN TANGERANG

TUGAS AKHIR. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S - 1) Dikerjakan Oleh :

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. instansi swasta, pemerintahan, pendidikkan, dan perbelanjaan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jakarta sebagai ibukota negara dan sebagai tempat perputaran ekonomi terbesar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan barang dan orang dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik,

STUDY EFFECT OF THE PROPORTION OF MOTORCYCLES ON THE ROAD WITH A MEDIAN PERFORMANCE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK


ANALISIS EFEKTIVITAS ZONA SELAMAT SEKOLAH DAN KINERJA RUAS JALAN

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

BAB 2 TINJAUAN TEORI

KELAYAKAN PENERAPAN LAJUR SEPEDA MOTOR DI JALAN SUNSET ROAD BALI FEASIBILITY OF MOTORCYCLE LANE APPLICATION IN SUNSET ROAD BALI

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

Doddy Cahyadi Saputra D y = 0,4371x + 496, PENDAHULUAN


PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KINERJA RUAS JALAN KORIDOR JALAN TJILIK RIWUT AKIBAT TATA GUNA LAHAN DI SEKITAR KORIDOR BERDASARKAN KONTRIBUSI VOLUME LALU LINTAS

DERAJAT KEJENUHAN JALAN DUA ARAH DENGAN MAUPUN TANPA MEDIAN DI KOTA BOGOR. Syaiful 1, Budiman 2

KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL PADA PERSIMPANGAN JALAN PAKUNEGARA - JALAN UDAN SAID - JALAN AHMAD YANI - JALAN PADAT KARYA GAYA BARU DI PANGKALAN BUN

TINGKAT PELAYANAN PERSIMPANGAN BERSIGNAL JALAN SAM RATULANGI JALAN BABE PALAR MANADO. James A. Timboeleng ABSTRAK

PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP PENGURANGAN KEMACETAN DI JALAN TEUKU UMAR KOTA BANDAR LAMPUNG

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN AKIBAT BANGKITAN PERGERAKAN SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SANUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN

ANALISIS KEBUTUHAN PENANGANAN JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU BERBASIS TINGKAT PELAYANAN. Andytia Pratiwi 1)

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK)

ANALISA KEPADATAN KENDARAAN DI JALAN RAYA KEDUNGTURI HINGGA JALAN RAYA KLETEK SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jalan sebagai salah satu sarana transportasi darat mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

Kata kunci : Kinerja ruas jalan, Derajat kejenuhan, On street parking

Volume 2 Nomor 2, Desember 2013 ISSN KAJIAN BANGKITAN LALU LINTAS DAMPAK PEMBANGUNAN CIREBON SUPER BLOCK

Kata kunci: Bangkitan Pergerakan, Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

PEMETAAN KEPADATAN VOLUME KENDARAAN PADA RUAS JALAN KALIANAK ROMOKALISARI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAST SQUARE TUGAS AKHIR

Transkripsi:

Pemodelan Spasial Tingkat (Muhammad Rizqan Agustiandy Mahardika) 1 PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA SPATIAL MODELING OF TRAFFIC JAM SUSCEPTIBILITY LEVEL ON SECONDARY COLLECTOR ROADS IN TERBAN VILLAGE YOGYAKARTA CITY Oleh: Muhammad Rizqan Agustiandy Mahardika, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. rizqan.mahardika@gmail.com Abstrak Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu permasalahan dalam bidang transportasi yang harus dicari solusinya. Oleh karena itu, diperlukan pemodelan spasial yang menghasilkan informasi mengenai persebaran tingkat kerawanan kemacetan lalu lintas. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menyusun model spasial tingkat kerawanan kemacetan lalu lintas; () Mengetahui agihan spasial tingkat kerawanan kemacetan lalu lintas; () Mengetahui faktor utama penyebab kemacetan lalu lintas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah penggunaan lahan sisi jalan, volume kendaraan, kapasitas jalan, tingkat pelayanan jalan (rasio v/c), dan hambatan samping. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ruas-ruas jalan kolektor sekunder yang sudah dibagi menjadi 11 ruas. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabulasi silang dan analisis SIG yaitu dengan teknik scoring dan overlay. Model yang disusun perlu diuji validasinya dengan perbandingan data dari Dinas Perhubungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Model spasial menunjukkan validasi sebesar 8,71 %. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kesesuaian antara hasil pemodelan dengan data Dinas Perhubungan. () Agihan spasial tingkat kerawanan kemacetan lalu lintas dibagi pada waktu pagi, siang, dan sore hari. Pada saat pagi hari yaitu ruas jalan tingkat kerawanan rendah, ruas jalan tingkat kerawanan sedang, ruas jalan tingkat kerawanan tinggi. Pada saat siang hari yaitu ruas jalan tingkat kerawanan rendah, 7 ruas jalan tingkat kerawanan sedang, ruas jalan tingkat kerawanan tinggi. Pada saat sore hari yaitu ruas jalan tingkat kerawanan rendah, ruas jalan tingkat kerawanan sedang, ruas jalan tingkat kerawanan tinggi. () Faktor utama penyebab kemacetan lalu lintas di ruas jalan kolektor sekunder Kelurahan Terban Kota Yogyakarta adalah tingkat pelayanan jalan (rasio v/c). Kata kunci: pemodelan spasial, kemacetan, Sistem Informasi Geografis (SIG) Abstract Traffic jam is one of the issues in transportation field which need to be solved. Therefore, it needs spatial modeling which carries information on the distribution of the traffic jam susceptibility level. This research aims: (1) Develop the spatial model of traffic jam susceptibility level; () Find out the spatial distribution of traffic jam susceptibility level; () Find out the main factor of traffic jam. This research is a descriptive-quantitative research. The variables for this research are the use of the space on the side of the road, traffic volumes, road capacity, road service (ratio v/c) and side obstacles. The population for this research is the secondary collector roads which are divided into 11 roads. The data collection techniques used for this study are observation and documentation. Furthermore, the data analysis techniques are cross-tabulation analysis and GIS (Geographic Information System) analysis which includes scoring and overlay. The developed model needs to be validated using comparison with the data from Department of Transportation. The results of this research shows that: (1) Spatial model shows 8,71 % of validation number. It is shown by the conformity between the model and the data from the Department of Transportation. () The spatial distribution of traffic jam susceptibility level is divided into some periods which are morning, noon, and afternoon. In the morning, it is explained that roads are in low susceptibility level, roads are in moderate susceptibility level and roads in high susceptibility level. At noon, it shows that roads are in low susceptibility level, 7 roads are in moderate susceptibility level and roads in high susceptibility level. In the afternoon, it is explained that roads are in low susceptibility level, roads are in moderate susceptibility level and roads are in high

susceptibility level. () The main factor of traffic jamson secondary collector roads in Terban village, Yogyakarta city is the level of the road service (ratio v/c). Keywords: spatial modeling, traffic jam, Geographic Information System (GIS) PENDAHULUAN Jalan sebagai prasarana yang penting dalam transportasi idealnya harus sesuai dengan kebutuhan kota. Ofyar Z. Tamin (008) menjelaskan bahwa suatu kota secara ideal harus memiliki jaringan jalan 0%-0% dari luas wilayah (http://www.pikiran-rakyat.com). Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah sebesar 1.06, km dan jumlah jaringan jalan sebesar 66, km sehingga kota ini hanya memiliki luas jaringan jalan sebesar,%. Berdasarkan data diatas, tentu saja kondisi jumlah jaringan jalan di kota tersebut dinilai kurang ideal. Jumlah jaringan jalan yang kurang ideal tersebut bisa mengakibatkan masalah transportasi yaitu kemacetan lalu lintas. Menurut Rahadjo Adisasmita & Sakti Adji Adisasmita, (011: 9), jumlah kendaraan bermotor di perkotaan bertambah setiap tahun dengan laju pertumbuhan yang tinggi yang dapat mencapai 10 persen, sedangkan pembangunan jalan baru sangat lambat hanya 0,0 persen/tahun. Hal tersebut terjadi di Kota Yogyakarta. Pertumbuhan jumlah kendaraan mobil penumpang pada tahun 01 mengalami kenaikan 7,9 persen dari jumlah kendaraan pada tahun sebelumnya. Jumlah kenaikan kendaraan pada tahun sebelumnya hanya 6, persen. Panjang jalan di kota ini tidak ada pertambahan yang berarti. Kemacetan lalu lintas terjadi ketika arus lalu lintas pada suatu ruas jalan mendekati nilai kapasitasnya atau derajat kejenuhan lebih dari 0,8 yang disebabkan oleh banyaknya jumlah lalu lintas kendaraan melebihi kapasitas jalan (Dirjen Bina Marga, 1997: -8). Sistem Informasi Geografis (SIG) diharapkan mampu menentukan lokasi yang rawan terhadap kemacetan lalu lintas khususnya di Kelurahan Terban, Kota Yogyakarta. Lokasi yang rawan terhadap kemacetan lalu lintas dapat dibuat modelnya dengan cepat dan akurat dengan menggunakan SIG yaitu dengan metode tumpang susun peta atau overlay antara variabel-variabel yang digunakan yaitu penggunaan lahan sisi jalan, volume lalu lintas, kapasitas jalan, tingkat pelayanan jalan, dan hambatan samping. Metode tersebut akan menghasilkan output berbentuk peta tingkat kerawanan kemacetan lalu lintas. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif dalam penelitian ini berdasarkan pada pemberian pengharkatan (scoring), tumpang susun (overlay) dan analisa tabulasi silang pada variabel-variabel yang berpengaruh terhadap tingkat kerawanan kemacetan lalu lintas di Kelurahan Terban, Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah ruas jalan kolektor sekunder yang dibagi menjadi 11 ruas jalan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, meliputi metode: 1) Observasi untuk memperoleh data penggunaan lahan sisi jalan, volume lalu lintas dan hambatan samping. ) Dokumentasi untuk memperoleh data kapasitas jalan dan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis tabulasi silang dan analisis SIG. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan sebaran tingkat kerawanan macet lalu lintas. Analisis silang adalah analisis dengan menggunakan tabel silang. Tabel silang ini dapat berbentuk frekuensi atau persentase. Peneliti menggunakan analisis tersebut untuk melihat bagaimana hubungan antara variabelvariabel penentu kemacetan terhadap kemacetan lalu lintas yang terjadi. Analisis SIG berupa teknik pengharkatan (scoring) dan tumpang susun peta (overlay). 1. Analisis pengharkatan (scoring):

a. Penggunaan Lahan Sisi Jalan Pemodelan Spasial Tingkat (Muhammad Rizqan Agustiandy Mahardika) e. Tingkat Pelayanan Jalan (ratio v/c) Tabel 1. Harkat Penggunaan Lahan Sisi Jalan No. Penggunaan Lahan Sisi Jalan Harkat 1 Daerah permukiman 1 Daerah permukiman, di lewati beberapa kendaraan umum, dsb Daerah industri, beberapa toko di sisi jalan Daerah komersial, aktivitas sisi jalan tinggi Daerah komersial dengan aktivitas pasar di samping jalan Sumber: Dirjen Bina Marga, 1997: -10 b. Volume Lalu Lintas Tabel. Harkat Volume Lalu Lintas Kelas Volume Volume Lalu Lintas (smp/jam) Harkat Sangat Rendah 891 1.78 1 Rendah 1.79 1.867 Sedang 1.868. Tinggi.6.8 Sangat Tinggi.8. Sumber: Analisis Data, 01 c. Kapasitas Jalan Tabel. Harkat Kapasitas Jalan Kelas Kapasitas Kapasitas Jalan Harkat (smp/jam) Sangat Rendah 1.67 1.98 Rendah 1.99.1 Sedang..11 Tinggi.11.697 Sangat Tinggi.698.81 1 Sumber: Analisis Data, 01 d. Hambatan Samping Tabel. Harkat Hambatan Samping No. Frekuensi Kejadian Hambatan Samping Harkat 1 < 100 Sangat Rendah 1 100 99 Rendah 00 99 Sedang 00 899 Tinggi > 900 Sangat Tinggi Sumber: Dirjen Bina Marga, 1997: -68 Tabel. Harkat Tingkat Pelayanan Jalan (ratio v/c) No. Nilai V/C Ratio Karakteristik Arus Lalu Lintas Harkat 0.00 - Arus lalu lintas bebas, 0.19 volume lalu lintas (Level A) rendah, kepadatan 1 jalan rendah, pengemudi dapat 1 memilih kecepatan yang dikehendaki tanpa hambatan. 0.0 - Arus lalu lintas stabil, 0. tetapi kecepatan (Level B) operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas akibat peningkatan volume lalu lintas, pengemudi masih memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan. 0. - 0.69 Arus lalu lintas stabil, tetapi kecepatan dan (Level C) gerak kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas, pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan. 0.70 - Arus lalu lintas 0.8 mendekati tidak stabil, (Level D) kecepatan masih dikendalikan, volume lalu lintas masih dapat ditolerir. 0.8 Arus lalu lintas tidak (Level E- stabil, kecepatan F) rendah dan terkadang terhenti, volume lalu lintas berada / di bawah kapasitas, terjadi hambatanhambatan yang besar. Sumber: Aktiva Primananda, 00: 17. Pembuatan Tabel Klasifikasi Pembuatan tabel klasifikasi menggunakan data yang telah diperoleh dari hasil tumpang susun peta (overlay). Data tersebut sebelumnya sudah diberikan pembobotan. Berikut adalah hasil pembobotan yang dilakukan dalam penelitian ini.

Tabel 6. Pembobotan Variabel Penelitian Variabel (Skor * Skor Bobot Bobot) Min Maks Min Maks Penggunaan Lahan 1 1 1 Volume Lalu Lintas 1 1 1 Kapasitas Jalan 1 1 1 Tingkat Pelayanan 1 10 Jalan (v/c ratio) Hambatan Samping 1 1 1 Jumlah 6 0 Sumber: Data Primer, 01 Rumus untuk mendapatkan nilai interval kelas adalah jumlah skor tertinggi dikurangi dengan jumlah skor terendah. Hasil yang didapatkan kemudian dibagi dengan kelas yang diingikan yaitu dalam penelitian adalah kelas. Berdasarkan hasil pembobotan variabel, maka nilai terbesar adalah 0. Nilai terkecil adalah 6. Hasil tersebut menghasilkan nilai interval kelas yaitu. Tingkat klasifikasi yang dihasilkan bisa dilihat dalam tabel di bawah. Tabel 7. Klasifikasi Tingkat Kerawanan Kemacetan Lalu Lintas Kelas Harkat Total Keterangan I 6-10 Kerawanan Kemacetan Sangat Rendah II 11-1 Kerawanan Kemacetan Rendah III 16-0 Kerawanan Kemacetan Sedang IV 1- Kerawanan Kemacetan Tinggi V 6-0 Kerawanan Kemacetan Sangat Tinggi Sumber: Analisis Data, 01 Data panjang jalan di Kelurahan Terban dapat dirinci menurut jenis permukaannya. Panjang jalan pada tahun 01 adalah 9,7 km terdiri dari 9, km sudah diaspal dan 0,9 km sudah diperkeras dengan kerikil. Kondisi jalan secara keseluruhan dalam kondisi yang baik. B. Pembahasan 1. Model Spasial Tingkat Kerawanan Kemacetan Lalu Lintas Pemodelan dimaksudkan untuk penyampaian informasi mengenai keadaan sebenarnya (realita). Ciri khas dari pemodelan ini adalah penggunaan model indeks. Model tersebut melibatkan skor untuk setiap kategori yang berada dalam suatu peta tematik. Hal ini dilakukan dengan cara pengharkatan terhadap setiap variabel yang digunakan. Variabel tersebut berupa penggunaan lahan sisi jalan, volume lalu lintas, kapasitas jalan, tingkat pelayanan jalan (v/c ratio) dan hambatan samping. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian Letak astronomis Kota Yogyakarta berada diantara 110 19 dan 110 8 Bujur Timur dan 7 1 dan 7 9 6 Lintang Selatan. Kota Yogyakarta mempunyai 1 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Gondokusuman. Kelurahan Terban terletak pada bagian utara Kecamatan Gondokusuman ataupun pada bagian selatan Kabupaten Sleman dengan Kota Yogyakarta. Gambar 1. Peta Tingkat Kerawanan Kemacetan Lalu Lintas Pagi Hari di Kelurahan Terban

Ruas jalan yang mempunyai kerawanan macet jam puncak pagi yang tinggi antara lain Jalan Cik Di Tiro, Jalan Prof. DR. Sardjito arah Timur, Jalan Jend. Sudirman () arah Barat dan arah Timur. Ruas jalan yang mempunyai kerawanan macet dengan nilai tertinggi terdapat di ruas Jalan Jend. Sudirman () arah Timur dengan jumlah harkat total sebesar. Ruas jalan dengan kerawanan sedang terdapat di Jalan Cornelis Simanjuntak, Jalan Prof. Herman Yohanes, Jalan Terban arah Barat dan Jalan Jend. Sudirman (1). Ruas jalan dengan kerawanan rendah terdapat di, Jalan Terban arah Timur, Jalan Cik Di Tiro arah Selatan dan. Jalan Prof. DR. Sarjito arah Timur. Pemodelan Spasial Tingkat (Muhammad Rizqan Agustiandy Mahardika) rendah terdapat di Jalan Cornelis Simanjuntak dan Jalan Prof. Herman Yohanes. Sedangkan ruas jalan yang lain hanya menunjukkan kelas kerawanan kemacetan yang rendah. Gambar. Peta Tingkat Kerawanan Kemacetan Lalu Lintas Sore Hari di Kelurahan Terban Gambar. Peta Tingkat Kerawanan Kemacetan Lalu Lintas Siang Hari di Kelurahan Terban Kerawanan macet lalu lintas sedang jam puncak siang terdapat di Jalan Jend. Sudirman () arah Barat dan arah Timur, Jalan Prof. DR. Sardjito arah Barat dan arah Timur, Jalan Terban arah Barat dan arah Timur, Jalan Cik Di Tiro arah Utara, dan Jalan Jend. Sudirman (1) arah Barat. Kerawanan macet lalu lintas jam puncak siang Kerawanan macet lalu lintas jam puncak sore tinggi terdapat di Jalan Cik Di Tiro arah Utara, Jalan Prof. DR. Sardjito, Jalan Jalan Jend. Sudirman () arah Barat dan arah Timur dengan harkat total berjumlah. Kerawanan macet lalu lintas jam puncak sore sedang terdapat di Jalan Prof. DR. Sardjito arah Barat, Jalan Cornelis Simanjuntak, Jalan Terban arah Barat dan Jalan Jend. Sudirman (1). Kerawanan macet lalu lintas jam puncak sore rendah ada di Jalan Terban arah Timur, Jalan Cik Di Tiro arah Selatan dan Jalan Prof. Herman Yohanes. Model yang sudah disusun perlu divalidasi. Hal tersebut dilakukan supaya model tingkat kerawanan kemacetan yang dihasilkan dapat diketahui kesesuaiannya dengan kondisi kemacetan yang didapatkan dari Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta

6 Tabel 8. Validasi Model berdasarkan Klasifikasi Dinas Perhubungan dengan Klasifikasi Pemodelan Kerawanan Kemacetan Lalu Lintas Nama Jalan Klasifikasi Dinas Perhubungan Klasifikasi Pemodelan Validasi Model C. Simanjuntak 0,0 Sedang Sesuai Cik Di Tiro 0,6 Tinggi Tidak Sesuai P. H. Yohanes 0,7 Sedang Sesuai Terban 0, Sedang Sesuai P. DR. Sardjito 0,8 Tinggi Sesuai Jend. Sudirman (1) 0, Sedang Sesuai Jend. Sudirman () 1,09 Tinggi Sesuai Sumber: Data Primer, 01. Faktor Utama Penyebab Kemacetan Lalu Lintas Faktor utama penyebab kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kelurahan Terban adalah tingkat pelayanan jalan (v/c ratio). Hasil tersebut diperoleh dengan melihat besarnya koefisien korelasi atau tingkat keeratan hubungan yang muncul antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini terhadap tingkat kerawanan kemacetan yang sudah dihitung dengan analisis tabel silang (crosstab). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil dari model spasial tingkat kerawanan kemacetan lalu lintas yang disusun berdasarkan variabel-variabel seperti penggunaan lahan, volume lalu lintas, kapasitas jalan, tingkat pelayanan jalan, dan hambatan samping serta memperhitungkan time interval (periode jam sibuk) memberikan hasil yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kesesuaian antara hasil permodelan terhadap data Dinas Perhubungan, dimana jalan-jalan dengan tingkat kerawanan kemacetan tinggi ternyata menggambarkan keadaan kemacetan yang tinggi pula. Tingkat kemacetan disaat jam puncak pagi adalah ruas jalan dengan tingkat kerawanan kemacetan rendah ada ruas jalan; kerawanan kemacetan sedang ada ruas jalan; dan kerawanan kemacetan tinggi ada ruas jalan. Tingkat kemacetan disaat jam puncak siang adalah ruas jalan dengan tingkat kerawanan kemacetan rendah ada ruas jalan; kerawanan kemacetan sedang ada 8 ruas jalan. Tingkat kemacetan disaat jam puncak sore adalah ruas jalan dengan tingkat kerawanan kemacetan rendah ada ruas jalan; kerawanan kemacetan sedang ada ruas jalan; dan kerawanan kemacetan tinggi ada ruas jalan. Faktor yang paling berperan penting dalam kerawanan kemacetan jalan kolektor sekunder Kelurahan Terban adalah tingkat pelayanan jalan. Tingkat pelayanan jalan menunjukkan hubungan yang sangat kuat terhadap tingkat kemacetan yang terjadi. Saran Untuk penelitian yang lain diharapkan menambahkan banyak variabel yang mampu memberikan gambaran secara lebih detail untuk menghitung tingkat kerawanan macet. Dengan ditentukannya ruas-ruas jalan yang rawan terhadap kemacetan maka dapat membantu pemerintah dalam upaya penanggulangan kemacetan yaitu di ruas jalan dengan tingkat kerawanan kemacetan tinggi. Tingkat pelayanan jalan yang rendah terjadi ketika jumlah kendaraan mencapai kapasitas jalan yang tersedia. Pemerintah sebaiknya mulai memperbanyak transportasi umum yang layak dan aman sehingga penggunaan kendaraan pribadi yang membuat padat lalu lintas menjadi berkurang. DAFTAR PUSTAKA Aktiva Primananda. (00). Pemodelan Spasial Tingkat Kerawanan Kecelakaan Lalu Lintas di Surabaya Pusat dengan Memanfaatan Foto Udara. Jurnal MAPIN XIV. Hlm. 1-1. Dirjen Bina Jalan Kota. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina Jalan Kota Direktorat Bina Marga.

Pemodelan Spasial Tingkat (Muhammad Rizqan Agustiandy Mahardika) 7