,/ \, ;:/ r - I' J RESPON FISIOLOGIS DOMBA GARUT BETINA YANG DIBERl RANSUM IWMPLIT DENGAN NILAX RA.SIO ANION KATION DAN I(ROM1UM YANG BERBEDA - SI<RIPSI MAMAN SUHERMAN DEPARTEMEN ILMU PRODUI<SI DAN TEICNOLOGI PETERNASCAN FAImLTAS PETERNAIM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
MAMAN SUHERMAN. 2009. Respon Fisiologis Domba Garut Betina yang diberi Ransum ICon~plit dengall Nilai Rasio Kation Anion dark ICromiuni yang Berbeda. Skripsi. Mayor Ilrnu Produlcsi dan Telmologi Peternaltan. Institut Pertanian Bogor Pembiinbing utanla : Ir. Sri Rahayu M.Si Pembimbing Anggota : Prof.Dr.Ir. Toto Toharmat M.Agr.Sc Respon fisiologis domba sangat dipengaruhi oleh perulrahan lingkungan sekitar, baik perubahan iklim maupun perubahan pakan. Faktor iklim yang terpenting adalah suhu dan kelembaban. Suhu lingkungan yang lebih tinggi dari daerah termonetral mengakibatkan domba mengalami cekaman panas. Adanya rangsangan lux dari tubuh domba dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme dalam tubuh domba. Perubahan metabolisme terlihat dari perubahan laju respirasi, suhu tubuh dan profil darah. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk rnengetahui profil darah, suhu rektal, dan respirasi domba Garut betina yang diberi ransum komplit dengan nilai rasio kation anion dan kroiniurn yang berbeda. Penelitian ini telah dilaksanakan inulai bulan November 2008 sampai bulan Februari 2009, yang bertempat di Laboratorium Lapang Nutrisi Temak Daging dan Keja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Petenlakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan 24 ekor doinba Garut betina dengan rata-rata bobot badan 27,7*1,39 kg. Domba dikelompokkan menjadi empat kelompok berdasarkan bobot badan dan dialokasikan pada enam perlakuan yaitu: RO= Ransum Basal (RB), R1= RB + 3 ppm Cr-anorganik, R2= RB + 3 ppm Crorganik jerami, R3= RB + 3 ppm Cr-organik sawit, R4= R PKAR -10 + 3 ppm organik jerami, R5= R PKAR -10 + 3 ppm organik sawit. Pengamatan laju respirasi dan suhu rektal dilakukan setiap minggu sekali pada pukul 06:OO WLB dan pukul 14:OO WIB. Profil darah diamati pada minggu ketujuh dengan melakukan pengambilan sarnpel darah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola searah dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Data diolah dengan sidik ragam menggunakan paket program komputer SPSS 14. Apabila pengaruh perlakuan nyata, dilanjutkan dengar1 uji BNT untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap respon fisiologis &an profil darah domba Garut betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ransum komplit dengan nilai rasio kation anion dan kromium tidak meinpengaruhi respon fisiologis dan profil darah domba Garut betina. Rataan laju respirasi domba Gaxt betina pada pagi hari 31,31&2,64 kalilmenit dan pada siang hari 69,46*4,29 kalilmenit. Rataan laju respirasi baik pada pagi hari maupun siang hari melebihi laju respirasi normal domba yang berkisar antara 15-25 kalilmenit. Perlakuan ransum basal dengan suplementasi kromium organik dan anorganik serta pengaturan nilai rasio kation anion yang diberikan pada domba Garut betina tidak mempen aruhi suhu rektal. Rataan suhu +I rektal domba Garut betina pada pagi hari 38,50*0,02 C dan siang haxi 38,90*0,03~~. Profil darah (nilai hematokrit, sel darah merah, hemoglobin, sel darah putih dan diferensiasi leukosit) domba Garut betina selama penelitian tidak dipengaruhi oleh perlakuan ransum. Berikut ini adalah nilai rataan profil darah yarlg diperoleh i
dari penelitian. Rataan nilai hematokrit; 31,79*3,26%, sel darah merah 7,78*1,85 juta sel/mn3; hemoglobin 13,29&0,58 g/100ml; sel darah putih 9,39*0,69 sel ribu/mm3; neutrofil 43,96*2,65%; eosinofil 6,88*1,28%; limfosit 47,75*2,51%; msoiiosit 1,63&0,3 1 %. Respon fisiologis (suhu rektal dan laju respirasi) pada dornba Garut betina tidak dipengaruhi oleh suplementasi kromium dan perbandingan anion kation dalam ransum. Suhu rektal dan laju respirasi baik yang diberi ransum basal, ransum basal dengan suplementasi kromium baik organik inaupun anorganik dan ransurn PKAR yang disuplementasi kromium organik adalah sama besar. Demikian juga dengan hasil yang diperoleh pada profil darah. Kata-kata kunci : domba, kromium, darah, respirasi, anion-kation
ABSTRACT Physiological Response of Garut Ewe on Different Value of Dietary Anion Cation Balance and Chromium Content Suherman, M., S. Rahayu, and T. Toharmat Physiological status and nutrient metabolism of sheep body are influenced by environmental conditions, such as change of climate and feed. Changes in nutrient metabolism influence the frequency of respiration, body tempaeratur and blood profile. The present experimental was designed to evaluate the temperature of body, frequency of respiration and blood profile of Garut breed ewes offered ration with different dietary anion cation balance (DCAB) and chromium (Cr) content. The experiment was conducted in the field laboratory from November 2008 until February 2009. Twenty four Garut breed ewes aged two years old with initial body weight of 27.70h1.39 kg were alocated into a randomized block design. The sheep were grouped accoding to their initial weight and alocated into six experimental rations. The experimental ration were: RO = basal diet, R1 = basal diet + 3 ppm inorganilc Cr, R2= basal diet + 3 ppm organic Cr from rice straw, R3 =basal diet 4-3 ppm organic Cr from palm oil by product, R4 = basal diet with -10 of DACB + 3 ppm organic Cr from rice straw and R5 = basal diet -10 of DCAB t 3 ppm organic Cr from palm oil fiber. The result showed that there were no significant (P>0,05) effect of Cr suplementation and DCAB value on body temperature, frequency of respiration and blood profile. Keywords : sheep, chromium, blood, respiration, anion, cation. iii
RESPON FISIOLOGIS DOMBA GARUT BETINA YANG DIBERI RANSUM KOMPLIT DENGAN NILAI RASXO ANION KATION DAN KROIMIUM YANG BERBEDA MAMAN SUHERMAN Dl4052651 Skripsi ini merupakau salah satu syarat untuk rnemperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU PRODUICSI DAN TEIOIOLOGI PETERT'JAIW FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009