BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER

1. Mengenal ER Mapper 5.5

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile

Panduan Cara Menghitung Volume Laut Indonesia Menggunakan Data General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO) 30 arc second

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dewa Putu Adikarma Mandala G Tutorial ERMapper

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

2. GEO REFERENCING. A. Georeferencing menggunakan koordinat yang tertcantum dalam peta analog.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT

BAB IV. Ringkasan Modul:

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN IDENTIFIKASI MANGROVE

3 MEMBUAT DATA SPASIAL

MAP VISION citrasatelit.wordpress.com MEI

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)

BAB III PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

Instruksi Kerja Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan INSTRUKSI KERJA. PROGRAM ArcGIS 9.3

PANDUAN CARA MENGHITUNG LUAS INDONESIA DALAM SISTEM PROYEKSI UTM MENGGUNAKAN SOFTWARE ARCGIS 9.3

BAB VI. Ringkasan Modul. Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut

Laporan Praktikum III KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN ERDAS IMAGINE

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

LATIHAN : DIJITASI PETA

DIGITASI PETA RASTER. 3. Klik Close, hingga muncul screen windows berikut:

MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0

1. Buka ArcCatalog dengan mengklik button pada main menu, maka akan tampil tayangan sebagai berikut:

No Titik JL (m) Azimuth (o) Slope(%) dst

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH REGISTRASI DAN REKTIFIKASI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ENVI. Oleh:

III. BAHAN DAN METODE

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA IV DIGITASI POLYGON

SCREEN DIGITIZING. A. Digitasi Point (Titik)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

16) Setelah layer contour masuk pilihan, pada kolom height_field pilih Elevation, dan pada kolom tag_field pilih <None>. Klik tombol OK.

Hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR filterisasi Kuan. dengan ukuran kernel size 9x dengan ukuran kernel size 3x

Bab III Pelaksanaan Penelitian

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

BAB III METODE PENELITIAN

Digitasi Peta. Practical Module Geographic Information System STMIK-STIKOM Balikpapan Firmansyah, S.Kom. Page 1

ARCVIEW GIS 3.3. Gambar 1. Tampilan awal Arcview 3.3

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

Registrasi Peta. Practical Module Geographic Information System STMIK-STIKOM Balikpapan Firmansyah, S.Kom. Page 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Latihan 2 : Displaying data

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI GEOMETRIK CITRA

Sistem Basis data Spasial dengan Software GIS Nafizah PRAKTIKUM

Pengantar Saat ini terdapat beberapa aplikasi pemetaan yang digunakan di dunia baik yang berbayar maupun yang sifatnya gratis. Beberapa nama besar apl

Identifikasi Mangrove dan Kerapatan Mangrove. Tutorial Ringkas Identifikasi Ekosistem Mangrove dan Pemetaan Kerapatan Mangrove

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA III DIGITASI GARIS ATAU LINE

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Aninda Nurry M.F ( ) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D

Bab VI. Analisis Spatial dengan ArcGIS

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN ENVI 4.1.

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

C. Prosedur Pelaksanaan


BAB III METODE PENELITIAN

Bab VI Digitasi. Tujuan pembelajaran dari bab ini adalah:

III. BAHAN DAN METODE

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ILWIS JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

Lampiran 1. Perbandingan Guna Lahan Eksiting Kota Palembang tahun 2004 Terhadap Rencana Guna Lahan tahun

3. Pilih A new existing map, klik ceckbox Do not show this dialog again dan akhiri dengan klik Button OK. Maka layar ArcMap akan terbuka.

PENGANTAR : GEODATABASE 2. Personal Geodatabase 3 Komponen Geodatabase 3 Feature Class 4 ShapeFile 5 Tabel 6 LATIHAN : MEMBANGUN GEODATABASE 7

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

Membuat File Database & Tabel

Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki enam kemampuan berikut dalam mengangani data yang bereferensi geografis :

LAMPIRAN Menggabungkan Citra dari Wikimapia dengan metode Panavue; Metode Panavue. 2. Kemudian pilih File, lalu New Project

Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop

BAB II. Ringkasan Modul:

Membuat File Database & Tabel

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

Masukkan CD Program ke CDROM Buka CD Program melalui My Computer Double click file installer EpiInfo343.exe

MODUL DASAR ArcGIS ver Pelatihan Software Himpunan Mahasiswa Sipil UNS

Transkripsi:

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kota Pekalongan, adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. o k lon n m m n n n n 1 9 37 1 9 19 BT. o ini l k i j lu Pantura yang menghubungkan Jakarta- Semarang-Surabaya. Kota Pekalongan berjarak 101 km sebelah barat Semarang, atau 384 sebelah timur Jakarta. Batas wilayah admini i o k lon n yaitu: sebelau utara laut jawa, sebelah selatan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang, sebelah barat Kabupaten Pemalang, dan sebelah timur Kabupaten Batang. Kota Pekalongan terbagi atas 4 (empat) Kecamatan n i l i m nj i 47 kelurahan dengan luas keseluruhan mencapai m u ki 1 i luas wilayah Jawa Tengah. Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Pekalongan dan akan membahas tentang analisis luas area tanaman padi dengan penginderaan jauh dan SIG di Kota Pekalongan. Kota Pekalongan Kota Pekalongan Kabupaten Batang Kabupaten Pekalongan Gambar 3.1 Batas area penelitian III - 1

3.2. Pelaksanaan Penelitian 3.2.1 Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum memulai kegiatan penelitian.tahap ini terdiri dari penentuan data yang akan digunakan serta pendataan instansi terkait yang akan menjadi sumber perolehan data,dan studi pustaka.studi pustaka dilakukan untuk memperdalam dan memperluas wawasan serta menambah informasi yang berkaitan dengan ruang lingkup topik penelitian yang akan dilakukan. 3.2.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan dengan mengumpulkan data-data dari instansi yang bersangkutan atau memiliki data tersebut. Berikut jenis data dan sumber data dimana data tersebut diperoleh. Tabel 3.1 Data dan sumber data penelitian No Jenis Data Sumber Data 1 Citra Landsat 8 bulan Maret tahun 2014 Http://glovis.usgs.gov 2 Peta RBI tahun 2009 skala 1:25000 Badan Informasi Geospasial 3 Peta administrasi Kota Pekalongan Badan Informasi Geospasial Teknik pengumpulan data lain yang dilakukan adalah observasi lapangan. Observasi data lapangan dilakukan dengan maksud untuk: a. Melakukan pengecekan terhadap data citra dengan data di lapangan. b. Mengumpulkan data ubinan tanaman padi untuk perhitungan produksi padi. 3.2.3 Perangkat Penelitiaan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Perangkat keras Perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini adalah laptop, dengan spesifikasi yang digunakanadalah sebagai berikut: Laptop : Dell Inspirion N4050 III - 2

Processor : Intel Core i3 RAM : 4 GB Memory : 500 GB VGA : AMD Radeon 1 GB Sistem : Microsoft Windows 7 Ultimate Selain laptop, perangkat lain yang digunakan adalah GPS Handheld, kamera digital, timbangan gantung, dan mistar ubinan. b. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Er-Mapper 7.0, digunakan untuk pengolahan citra satelit Landsat 8. Pengolahan yang dilakukan dengan program ini adalah klasifikasi terbimbing dan membuat peta pertanian tanaman padi berdasarkan transformasi indeks vegetasi NDVI. 2. ArcView 9.3, digunakan untuk mengetahui persebaran titik sampel hasil survey di lapangan, serta membuat layout peta hasil pengolahan dengan Er-Mapper. 3. AutoCad Map, digunakan untuk menampilkan peta rupa bumi guna untuk keperluan penentuan titik koordinat pada koreksi geometrik citra. 4. Microsoft Office Excell 2007, digunakan untuk memasukkan data koordinat sample hasil survey lapangan. 5. Microsoft Office Word 2007, digunakan untuk penyusunan laporan tugas akhir. 3.2.4 Pengolahan Data Dalam analisis perhitungan produksi padi perlu diketahui luasan area tanaman padi yang diperoleh dari peta penggunaan lahan dan indeks vegetasi yang digabungkan kemudian dilakukan digitasi. Setelah didapatkan luasan area tanaman padinya kemudian dilakukan perhitungan produksinya dengan metode ubinan. III - 3

3.2.4.1 Komposit Citra Komposit citra merupakan proses awal dalam pengolahan data citra satelit. Dalam hal ini citra yang masih terpisah masing-masing bandnya akan digabungkan menjadi satu. Proses yang dilakukan untuk dapat menggabungkan band ini adalahsebagai berikut. Buka citra satelit band 1 dengan ERMapper melalui Load Dataset. Pada jendela Algoritmh, copy Pseudo Layer sebanyak 8 kali dang anti namanya menjadi b1-7 dan b9. Kemudian masukkan masing-masing band mulai dari band 1 ke b1 melalui Lad Dataset sampai band 7 ke b7 dan band 9 ke b9. Untuk band 8,10, dan band 11 tidak dilakukan penggabungan karena memiliki resolusi yang berbeda. Kemudian save as file dalam format.ers. Gambar 3.2 Citra hasil komposit kombinasi RGB 764 III - 4

3.2.4.2 Koreksi Geometrik Koreksi geometrik dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan citra yang sesuai dengan proyeksi peta dengan cara membuat titik-titik GCP pada citra. Koreksi geometrik beracuan pada peta rupa bumi kabupaten dan kota Pekalongan tahun 2002. Koreksi geometrik ini diperlukan juga untuk ketersediaan peta teliti yang sesuai dengan daerah liputan citra, dan titik-titik ikat yang dapat dikenali dalam citra, seperti perpotongan jalan, jembatan dan ujung bangunan. Proses koreksi geometrik dilakukan dengan memanfaatkan pilihan menu Goecoding Wizard. Dalam penelitian ini, Geocoding Type yang dipilih adalah Polynomial. Setelah ini, atur GCP Setupnya dengan datum yang digunakan adalah WGS 84, proyeksi petanya adalah SUTM 49 dan koordinat tipenya Easting/Northing. Setelah pengaturan ini, tahapan yang dilakukan adalah meletakkan sejumlah titik koordinat pada citra sesuai dengan koordinat peta rupa bumi. Penempatan titik-titik GCP pada citra diletakkan pada daerah yang terlihat menonjol pada citra, selanjutnya titik yang telah dipilih dicari posisi koordinatnya pada peta RBI. Setelah didapatkan titik koordinatnya pada peta RBI, koordinatnya X dan Y di copy paste pada kolom Easting Northing pada GCP Edit. Gambar 3.3 Pengambilan titik GCP di Kelurahan Landungsari pada RBI III - 5

Gambar 3.4 Pengambilan titik GCP di Kelurahan Landungsari pada citra Akurasi koreksi geometrik biasanya disajikan oleh nilai Rate Mean Square (RMS) per unit piksel pada citra. Akurasi tersebut sebaiknya bernilai kurang dari satu piksel. Jika kesalahan bernilai lebih besar dari persyaratan, koordinat pada citra dan peta acuan perlu di recek, atau kalau tidak pemilihan titik perlu di ulangi. Pada penelitian ini, titik GCP yang dibuat sebanyak 10 titik dengan posisi yang tersebar dan dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut. Gambar 3.5 Penyebaran titik GCP III - 6

Setelah ditentukan penyebaran titiknya, lakukan koreksi RMS tiap titik dengan cara mengaktifkan tombol edit pada jendela Geocoding Wizard, kemudian geser titik yang dianggap menjadi penyebab nilai RMS menjadi besar sehingga didapat nilai RMS tiap titik dibawah satu piksel. Setelah didapatkan RMS yang diinginkan, tahapan terakhir adalah melakukan rektifikasi. Tahapan ini dilakukan dengan cara mengklik Rectify pada jendela Geocoding Wizard. Tentikan tujuan file pada output info, kemudian klik Save File and Start Rectificaation. Tunggu hingga proses ini selesai hingga muncul kotak dialog yang menandakan proses rektifikasi telah selesai. 3.2.4.3 Cropping Area Cropping area dimaksudkan untuk momotong batasan citra yang digunakan, dan menghilangkan wilayah yang tidak diperlukan sehingga didapat area batasan penelitian. Penelitian ini dilakukan di kota Pekalongan. Proses pemotongan area penelitian ini dilakukan dengan mengkonversi terlebih dahulu batas administrasi kota Pekalongan dari format shp menjadi format erv agar bias diproses menggunakan program Er-Mapper. Pemotongan batas citra dilakukan dengan memanfaatkan pilihan Edit/Create Region dari menu Edit, kemudian akan muncul jendela New Map Composite. Dari jendela ini, pilih Vector File dan masukkan data vector batas area yang telah dikonversi sebelumnya. Pemotongan citra harus dilakukan tiap band pada citra satelit. Rubah band pada citra menjadi 8 Pseudo dan masukkan tiap band mulai band 1 hingga 9 kecuali band 8. Setelah itu klik Edit Formula pada jendela Algoritma, kemudian lakukan pemotongan citra dari band 1 sampai band 9 dengan memilih menu Standart > inside region polygon test. Hasil cropping area penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.6 berikut ini. III - 7

Gambar 3.6 Hasil cropping area dengan RGB 764 3.2.4.4 Penajaman Citra Penajaman citra dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah dalam menginterpretasi obyek-obyek yang ada pada tampilan citra. Dari hasil penajaman citra ini akan terlihat kenampakan objek lebih kontras sehingga lebih mudah dalam membedakan dengan kenampakan objek-objek lain. Dalam proses penajaman citra ini dilakukan dengan kombinasi RGB pada band 764. Kombinasi RGB ini dipilih karena hasilnya memiliki kenampakan yang hamper sama dengan keadaan di lapangan. Proses penajaman citra diawali dengan menampilkan citra hasil cropping area terlebih dahulu melalui ikon Load Dataset pada menu utama ERMapper. Klik ikon Creat RGB Algoritmh sehingga pada jendela Algoritm layernya berubah dari Psedeocolor menjadi Red Green Blue. Masukkan band 7 pada Layer Red, band 6 pada Layer Green, dan band 4 Layer Blue. Kemudian klik pada ikon Refresh Image with 99% Clip on Limits sehingga akan tampak citra dengan kombinasi RGB 764. III - 8

Proses selanjutnya adalah melakukan penajaman citra dengan transformline dengan cara klik ikon Edit Transform Limits, maka akan muncul jendela Transform. Gambar 3.7 Histogram citra Kemudian klik ikon huruf R pada kotak yang berwarna merah untuk melakukan penajaman pada layer merah atau red terlebih dahulu dengan mengklik Limits Limist to Actual, selanjutnya klik ikon Create Autoclip transform pada jendelatransform. Geser garis Transform sehingga didapatkan warna kecerahan yang diinginkan. Lakukan hal yang sama pada layer hijau atau green dan layer biru atau bluesehingga didapatkan tampilan citra dengan kontras yang diinginkan. III - 9

Gambar 3.8 Citra hasil penajaman 3.2.4.5 Klasifikasi Citra Klasifikasi citra dalam penelitian ini berdasarkan pada klasifikasi penutupan lahan oleh Badan Standar Nasional Indonesia. Penetapan klasifikasi penutup lahan dalam standar ini bertujuan untuk mengakomodasi kelas penutup lahan yang pendetailan kelasnya bervariasi antara pihak-pihak yang berkepentingan. Kelas penutup lahan dalam penelitian ini merupakan kelas-kelas umum yang melibatkan berbagai sektor. Standar penutup lahan mengacu pada Land Cover Classification System United Nation Food and Agriculture Organitation (LCCS-UNFAO) dan ISO 191441-1 Geographic Information Classification System Part 1 : Classification System Information Structure, dan dikembangkan sesuai dengan keadaan tutupan lahan di Indonesia. Klasifikasi citra tutupan lahan pada penelitian ini disesuaikan dengan kenampakan pada citra hasil penajaman dengan 6 kelas tutupan lahan dan menggunakan data validasi lapangan. Dalam klasifikasi ini, metode yang digunakan adalah metode klasifikasi supervised. Klasifikasi supervised dilakukan dengan membuat training area terlebih dahulu pada tiap sampel tutupan lahan III - 10

yang akan dilakukan klasifikasi. Training area dibuat dalam 6 kelas tutupan lahan, yaitu pemukiman, air, sawah, kebun, tanaman air dan semak. 3.2.4.5.1 Pembuatan Training Area Proses pembuatan training area diawali dengan membuka citra hasil penajaman terlebih dahulu dengan mengklik ikon Load Dataset. Kemudian klik Edit Edit/Creat Region, maka akan muncul jendela New Map Composit. Pilih Raster Region pada pilihan Mode dan masukkan citra hasil penajamannya pada Load from File. Kemudian akan muncul toolbar tool yang akan digunakan untuk membuat training area. Training area dapat dibuat dengan bentuk polygon atau rectangle pada toolbox tool. Buat training area untuk kelas tutupan lahan dengan melakukan digitasi pada citra untuk masing-masing tutupan lahan. Kemudian save as dan akan muncul jendela message window kelas tutupan lahan yang menandakan pembuatan training area telah tersimpan. Gambar 3.9 Jendela message window III - 11

Gambar 3.10 Pembuatan training area 3.2.4.5.2 Proses Klasifikasi Supervised Setelah pembuatan training area selesai, tahapan selanjutnya adalah proses klasifikasi supervised. Langkah dalam melakukan klasifikasi supervised adalah sebagai berikut. Pada jendela utama ERMapper pilih menu process classification supervised classification. Kemudian akan muncul kotak dialog supervised classifiication. Masukkan citra hasil yang akan diklasifikasi pada kolom Input Dataset. Beri nama citra hasil klasifikasi dan penempatannya pada kolom Output Dataset. Pilih Maximum Likehood Enhanced untuk Classification typenya. Gambar 3.11 Kotak dialog supervised classification III - 12

3.2.4.5.3 Membuat Kelas Tutupan Lahan Setelah citra selesai diklasifikasi, tahapan selanjutnya adalah membuat kelas berdasarkan warna pada citra yang telah terklasifikasi. Tahapan untuk memberikan warna pada kelas hasil klasifikasi adalah sebagai berikut. Klik ikon Load Dataset untuk membuka citra hasil klasifikasi. Pada jendela Algoritmh, ganti psedeo layer menjadi class display. Kemudian klik Edit Edit Class/Region Color and Name sehingga akan muncul kotak dialog Edit Class/Region Details. Atur warna tiap kelas tutupan lahan, yaitu kelas air berwarna biru, vigetasi non sawah berwarna hijau tua, pemukiman berwarna coklat, dan sawah berwarna hijau. Selanjutnya klik save dan klik ikon Refresh Image with 99% clip on limits. Gambar 3.12 Kotak dialog Edit Class/Region Details III - 13

berikut. Tampilan citra hasil klasifikasi sepervised dapat dilihat pada gambar Gambar 3.13 Citra hasil klasifikasi supervised 3.2.4.6 Matrik Konfusi Matrik konfusi merupakan suatu matrik yang mengidentifikasikan tingkat akurasi suatu citra yang telah terklasifikasi terhadap data referensi. Proses pembuatan matrik konfusi diawali dengan membuat training area untuk tiap kelas tutupan lahan. Pembuatan training area sudah dibahas dalam pembahasan sebelumnya. Kemudian hasil training area dipotong 6 potongan citra tiap sampel tutupan lahan.pemotongan citra untuk membuat matrik konfusi adalah sebagai berikut. Buka citra hasil pembuatan training area tadi melalui Load Dataset. Pada jendela Algiritmh, klik ikon Edit Formula sehingga muncul kotak dialog Formula Editor lalu pilih Standard Inside region polygon test. Ketik formula IF (INREGION(r1)) or (INREGION(r2)) or (INREGION(r3)) or (INREGION(r4)) or (INREGION(r5)) or (INREGION(r6)) THEN Input1 ELSE NULLkemudian klik Apply change. Pilih Regions dan masukkan data tiap kelas tutupan lahannya pada tiap Region (Nurul Huda, 2014). III - 14

Gambar 3.14 Kotak dialog Formula Editor Kemudian tutup kotak dialog Edit Formulanya dan simpan citra. Pada jendela Algoritmh, pilih Edit Add Vector Layer Region Layer. Pada kotak dialog Algoritmh yang masih terbuka, pilih Edit > Add Vektor Layer> Region Layer. Pada layer tersebut pilih Annotate vektor layer untuk membuka kotak dialog Tools. Pada kotak dialog Tools klik Save As dan simpan dalam file virtualdataset yang telah dibuat, lalu klik OK. Setelah proses pemotongan citra selesai, proses selanjutnya adalah klasifikasi supervised, proses dalam pembuatan klasifikasi sepervised telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. III - 15

Gambar 3.15 Citra data referensi terklasifikasi Langkah terakhir adalah menghitung matrik konfusinya. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut. Pada menu utama ERMapper, pilih View Statistics Confusion Matrix. Kemudian akan muncul kotak dialog matrik konfusi. Masukkan citra referensi yang telah terklasifikasi pada kolom Reference Dataset dan citra Kota Pekalongan yang terklasifikasi supervised pada kolom Classified Dataset. Kemudian klik OK. Gambar 3.16 Kotak dialog matrik konfusi III - 16

3.2.4.7 Indeks Vegetasi NDVI Citra Landsat 8 Nilai indeks vegetasi NDVI dihitung sebagai rasio antara pantulan yang teratur dari band merah (R) dan band infra-merah (NIR) pada spektrum gelombang elektromahnetk. Kedua band ini dipilih sebagai parameter indeks vegetasi karena hasil ukurannya paling dipengaruhi oleh penyerapan klorofil daun, band merah (R) sangat sedikit dipantulkan sementara band infra merah (NIR) dipantulkan dengan kuat. Langkah dalam membuat NDVI adalah sebagai berikut. Klik Load Dataset pada menu utama ERMapper untuk menampilkan citra yang akan dilakukan NDVI. Ubah Color Table pada tab Surface dari pseudocolor menjadi greyscale yang terdapat pada jendela Algoritmh. Setelah itu kembali ke tab Layer. Klik edit formula pada jendela Algoritmh sehingga muncul kotak dialog Formula Editor. Dari kotak dialog tersebut pilih Ratios Landsat TM NDVI sehingga muncul rumus formula (I1 - I2) / (i1 + i2). Masukkan band 5 (band infra merah) sebagai input 1 dan band 4 (band merah) sebagai band merah dan klik Apply change. Gambar 3.17 Membuat formua NDVI Setelah itu klik ikon Edit Transform Limits sehingga muncul kotak dialog Transform. Kemudian pilih Limits Limits to Actual dan klik ikon Create Autoclip Transform. Simpan file tersebut dalam bentu.alg untuk memudahkan III - 17

membuka file algoritm dan dalam bentuk.ers sebagai file datasetnya. Citra hasil NDVI dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3.18 Citra hasil NDVI 3.2.4.8 Overlay Citra Overlay citra dilakukan dengan menggabungkan citra hasil klasifikasi supervised dengan citra hasil NDVI. Adapun langkah untuk membuat overlay citra adalah sebagai berikut.langkah pertama adalah membuka citra hasil klasifikasi supervised. Pada jendela Algoritm, ubah layer psedeo menjadi Class Display. Kemudian pada Tab Surface, geser Transparency hingga 57% dan kembali ke Tab Layer. Setelah itu klik ikon duflicate sehingga Default Surface menjadi dua. Pada Default Surface yang kedua ganti layer dari class display menjadi pseudo dan beri nama NDVI. Klik ikon Load Dataset pada jendela Algoritm untuk memasukkan citra NDVInya. Kemudian simpan dengan format.ers. III - 18

Gambar 3.19Hasil overlaycitra terklasifikasi dengan indeks vegetasi NDVI 3.2.4.9 Klasifikasi Tanaman Padi Klasifikasi tanaman padi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh hasil citra dengan tutupan lahan area tanaman padi saja sehingga bisa didapatkan peta pertanian tanaman padi. Proses membuat klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut. Tahapan pertama adalah membuka citra hasil overlay antara citra terklasifikasi dengan citra NDVI. Klik ikon Edit Formula pada jendela Algoritm. Ketik formula if i1=6 then i2 else null dan klik Apply Change pada kotak dialog Formula Editor. Formula i1=6 menunjukkan bahwa kelas sawah berada pada urutan keempat. Kemudian simpan citra dengan format.ers. Setelah itu, tahapan selanjutnya adalah melakukan klasifikasi menjadi kelas pertanian dan non pertanian. Proses klasifikasi yang dipilih adalah klasifikasi unsupervised. Pada menu utama ERMapperpilih Process Classification ISOCLASS Unsupervised Classification. Pada kotak dialoh unsepervised classification masukkan citra kelas pertanian pada Input Dataset dan buat nama hasil klasifikasinya pada Output Dataset. Ganti Maximum iterationsnya menjadi 15 dan Maximum number of classesnya menjadi 5. Klik OK III - 19

dantunggu hingga proses klasifikasi selesai. Setelah selesai, klik Edit Edit Class/Region Color and Name. Atur warna dan namanya, untuk kelas sawah diberi warna hijau dan untuk kelas non sawah diberi nama putih. Berikut merupakan gambar hasil klasifikasi tanaman padi. Gambar 3.20 Hasil klasifikasi tanaman padi dan non padi 3.2.4.10 Perhitungan Luas Padi Perhitungan luas tanaman padi dilakukan dengan menggunakan software arcgis 9.3. Sebelum dilakukan perhitungan luas menggunakan arcgis, terlebih dahulu peta hasil klasifikasi tanaman padi di konversi terlehih dahulu dari format.ers menjadi.tiff. Konversi dapat dilakukan dengan memilih ikon save as pada jendela utama ermapper. Kemudian pilih outputnya dengan format.tiff. Setelah dikonversi, citra baru bisa di buka dengan software arcgis agar dapat dihitung luasnya. Setelah dikonversi, buka peta tadi dengan arcgis dengan memilih ikon Add Data. Pilih citra hasil konversi tadi yang formatnya tiff. Kemudian pilih Conversion Tools pada Arc Toolbox. Pilih From Raster Raster to Polygon sehingga muncul jendela seperti gambar berikut. III - 20

Gambar 3.21 Jendela Konversi Raster to Polygon Masukkan citra yang akan dikonversi pada Input raster dan tentukan lokasi penyimpanannya pada Output polygon feature. Kemudian klik OK. Dan berikut gambar peta hasil konversinya. Gambar 3.22 Hasil konversi raster ke polygon Kemudian klik kanan pada layernya, pilih Open attribute table. Setelah itu Option dan pilih Add field sehingga muncul jendela Add field. Pada kolom name masukkan namanya dan pada kolom type pilih double kemudian OK sehingga pada tabel atributnya muncul kolom tambahan luasnya. Untuk memasukkan nilai luasnya klik kanan pada kolom luasnya dan pilih Calculate Geometry dan klik OK maka akan muncul nilai luasnya. Untuk mengetahui luas semuanya dapat melalui klik kanan pada tulisan luasnya, kemudian pilih Statistics. III - 21