PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM MENUNJANG PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Suatu Studi di Desa Bawoleu Kecamatan Tagulandang Utara)

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN PERANGKAT KECAMATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN CAMAT PADA PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MALALAYANG. Oleh Andika Lontoh

PERANAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN SILIAN RAYA DALAM PELAKSANAAN (GOOD GOVERNANCE) O l e h : DOLFI AKAY

PERANAN BPD DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN DI DESA BARATAKU KECAMATAN LOLODA KABUPATEN HALMAHERA BARAT 1. Oleh : Merson 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010

STUDI TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI KELURAHAN SIMPANG PASIR KOTA SAMARINDA

PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT (Suatu Studi Di Kelurahan Pondang Kecamatan Amurang Timur)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. penulis mengenai distribusi raskin di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku

PELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING)

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. agraris beras menjadi komoditas pangan yang paling pokok bagi sebagian besar

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011

Daftar Kuesioner. : Jln. Yos Sudarso km 11,5 komp. Bea Dan Cukai No.13

EKSEKUTIF ISSN : Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan Volume 2 No. 2 Tahun 2017 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa kebijakan atau program penanggulangan kemiskinan. itu sendiri sebagai manusia yang memiliki hak-hak dasar.

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014

BAB II PENGATURAN TENTANG BERAS BERSUBSIDI. A. Pengertian dan Dasar Hukum Beras Bersubsidi

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

KEPALA DESA JATILOR KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

10. Satuan kerja beras miskin yang selanjutnya disebut Satker Raskin adalah petugas yang melayani dan bertangung jawab atas pengambilan dan

IMPLEMENTASI FUNGSI KOORDINASI PEMERINTAHAN PADA KANTOR DISTRIK ALAMA KABUPATEN MIMIKA. Oleh : Eneas Mulugol 1 Arpi.R.Rondonuwu 2 Ventje Kasenda 3

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan internasional, yaitu : Universal Deklaration Of Human Right. (1948), Rome Deklaration on World Food Summit

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh di

PROFESIONALISME APARAT DESA DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI PEMERINTAH DESA (STUDI DI DESA TARUN SELATAN KECAMATAN MELONGUANE KABUPATEN TALAUD)

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

PERAN CAMAT DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN MADIDIR 1. Oleh : Billdy Sondakh 2

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFARSTRUKTUR DI DESA TALIKURAN KECAMATAN TOMPASO KABUPATEN MINAHASA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula

MADE WIDHITAMA HARIANTO

BAB I PENDAHULUAN. itu sesuai dengan aturan pokok dantata cara yang telah ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

STUDI TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) BAGI KELUARGA MISKIN DI DESA GUNUNG MAKMUR KECAMATAN BABULU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN DIREKTUR UTAMA PERUM BULOG NOMOR : 25 TAHUN 2003 NOMOR : PKK-12/07/2.003

PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KEL. MALALAYANG 1 TIMUR KEC. MALALAYANG KOTA MANADO

SALINAN KEPALA DESA OLEHSARI KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN KEPALA DESA OLEHSARI NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro)

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB VI EFEKTIFITAS KONTROL PROGRAM RASKIN

BAB I PENDAHULUAN. dari perjuangan merebut kemerdekaan menjadi langkah baru bagi generasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM MENJALANKAN FUNGSI PENGAWASAN PEMERINTAHAN DI DESA LOMPAD KECAMATAN RANOIAPO KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

PENGARUH PEMERINTAH KELURAHAN PONDANG UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN. Oleh JEANY KAPARANG

SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA APEL BERSAMA DALAM RANGKA 17-AN TANGGAL 17 PEBRUARI 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu atau keluarga berusaha memenuhi kebutuhannya dengan. menggunakan sumberdaya yang tersedia. Kebutuhan manusia dapat

BAB I P E N D A H U L U A N

BERPENDAPATAN RENDAH (RASKIN) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2007 SERI D ================================================================

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

Efektivitas Peranan Camat dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan e-ktp di Kecamatan Wanea. Oleh : Jons. F. Langi

ANALISIS PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA PENGURUS KUD KARYA BERSAMA DI WATES LAMPUNG TENGAH. Oleh. Yulistina Dosen Tetap STIE Umitra ABSTRAK

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan data-data yang penulis peroleh di lapangan baik melalui

BAB I PENDAHULUAN. dan penyelesaian yang komprehensif. Hipotesis seperti itu secara kualitatif

KINERJA HUKUM TUA DALAM MENJALANKAN FUNGSI DAN PERANNYA DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA. Oleh HASANUDDIN UMACINA.

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu Sumber Daya Manusia(SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan pelimpahan dekonsentrasi dari pemerintah diatasnya. Pemerintah desa

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR : 16 TAHUN 2015 TANGGAL : 3 Maret BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya strategi dalam memasarkan produk. Didalam suatu perekonomian yang sifatnya kompetitif, perusahaan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 5 TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Selama lebih dari 30 tahun Bulog telah melaksanakan penugasan dari

PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

salinan KEPALA DESA JAMBESARI KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN KEPALA DESA JAMBESARI NOMOR 1 TAHUN 2018

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini

BAB V PENUTUP. 1. Pelaksanaan PNPM-MD tahun 2012 terdiri dari dua jenis kegiatan. yaitu pembuatan rabat beton jalan dan kegiatan POSYANDU.

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA APEL BERSAMA DALAM RANGKA 17 AN TANGGAL 17 PEBRUARI 2014

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

DAFTAR PUSTAKA. Bintarto, R Urbanisasi dan Permasalahannya. Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi)

penurunan, jumlah tersebut cukup besar dan masih rentan terhadap gejolak

BAB III METODE PENELITIAN. pemecahan suatu masalah yang digunakan untuk tujuan tertentu. 1 Penelitian ini

BAB IV PENUTUP. Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Kesimpulan yang. dihasilkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 13 (Tiga Belas)

TIM PENELITI DIDI RUKMANA, DKK PRODI AGRIBISNIS, JUR. SOSEK PERTANIAN FAK. PERTANIAN, UNIVERSITAS HASANUDDIN 2014

BAB IV PENUTUP. Dari hasil pembahasan penulis tentang Peranan BUMDes Mandiri. dalam meningkatkan ekonomi masyarakat Desa Joho, Kecamatan Purwantoro,

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana

JURNAL LOGIKA, Volume XI, No 2, Tahun 2014 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera lahir dan

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan

Transkripsi:

PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM MENUNJANG PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Suatu Studi di Desa Bawoleu Kecamatan Tagulandang Utara) Jenifer Lanto 1 Arpi Rondonuwu 2 Josef Kairupan 3 Abstrak Program raskin (program penyaluran beras untuk keluarga miskin) adalah sebuah program dari pemerintah. Penyaluran raskin (beras untuk rumah tangga miskin) sudah dimulai sejak 1998. Krisis moneter tahun 1998 merupakan awal pelaksanaan raskin yang betujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Tujuan Program RASKIN adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang difokuskan pada peran pemerintah desa menunjang Kebijakan Program Raskin di Desa Bawoleu dilihat dari aspek keberhasilan pelaksauaan program Raskin, yang meliputi : tepat sasaran penerima manfaat, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu dan tepat administrasi. Informan dalam penelitian ini adalah Aparat Pemerintah Desa dan pengurus serta anggota BPD dan masyarakat (KK). Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data primer penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan kunci juga dilakukan pengumpulan data-data statistic di kantor desa, dengan mengadakan uraian secara kualitatif dengan cara mendeskripsikan hasil penelitian di Desa Bawoleu Kecamatan Tagulanadang Utara. Secara keseluruhan dalam pelaksanaan program Raskin di Desa Bawoleu dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat menemui kendala pendataan yang tidak terdata dengan baik, lokasi geografis yang letak Desanya berjauhan yang sulit dijangkau, dan keadaan sumber daya aparat pelaksana di tingkat Desa yang perlu lebih diberdayakan serta prilaku dalam penentuan penerima manfaat dari program raskin. Kata Kunci: Peranan, Pemerintah Desa, Kesejahteraan Masyarakat. 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP-Unsrat. 2 Ketua Penguji/Pembimbing Skripsi. 3 Sekretaris Penguji/Pembimbing Skripsi

Pendahuluan Program raskin menjadi salah satu parameter untuk mengetahui tingkat ekonomi suatu Daerah dan kesejahteraan Masyarakat. Program ini dilaksanakan melibatkan Instansi terkait, Pemerintah Daerah dan Masyarakat. Desa Bawuleu yang akan menjadi lokasi penelitian ini merupakan desa yang cukup strategis dimana masyarakatnyapun telah cenderung mengarah pada masyarakat pengembangan di Wilayah Kabupaten SITARO. Namun hal ini tidak menjamin tidak adanya permasalahan mengenai kesejahteraan atau kemiskinan, itulah sebabnya Desa Bawoleu tetap menjadi target peningkatan kesejahteraan antara lain melalui penyaluran beras miskin (raskin) dan juga melalui peningkatan pemberdayaan perekonomian masyarakat, pendidikan, kesehatan. Suatu permasalahan dalam penyaluran program raskin yang dilakukan pemerintah Desa Bawoleu pun tidak luput dari berbagai persoalan yang disebabkan oleh kelalaian para aparat Desa Bawoleu sehingga harapan/tujuan pencapaian program penyaluran beras miskin (raskin) atau belum efektif. Pemerintah Desa Bawoleu merupakan perangkat yang memiliki kedudukan dan peranan yang sangat strategis dalam hal pemberian pelayanan kepada masyarakat, karena berhadapan langsung dengan masyarakat. Untuk aparat pemerintah desa Bawoleu sebagai pemberi pelayanan dituntut untuk mengoptimalisasikan pemberian pelayanan kepada masyarakat, serta memiliki sumber daya aparatur yang memiliki kemampuan teknis dan manajerial, profesionalisme dan komitmen yang tinggi agar dapqat menjamin tercapainya tujuan pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Peranan kinerja aparat pemerintah desa Bawoleu dalam penyaluran Beras Miskin, juga dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pemberdayaan perekonomian masyarakat, pendidikan, kesehatan, inilah yang menjadi fokus penelitian, apakah telah dilaksanakan sesuai prosedur ataukah dilaksanakan secara kondisional di lapangan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti berkeinginan untuk mengadakan penelitian tentang peranan pemerintah desa dalam menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat desa Bawoleu Kecamatan Tagulandang Utara. Tinjauan Pustaka Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1989:667) kata peranan mengandung arti, bagian tugas utama yang harus dilakukan. Kemudian menurut Purwadarminta (1989:735) arti kata peranan adalah suatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang utama (dalam hal terjadinya suatu hal dan peristiwa). Menurut Miftha Thoha (1995:11) peranan sebagai suatu rangkaian prilaku yang teratur yang ditimbulkan karena jabatan tertentu, atau adanya suatu kantor yang dikenal pengertian ini lebih ditentukan dengan jabatan tertentu serta dengan adanya satu kantor. Menurut Soerjono Soekanto (1989:146) peranan adalah aspek dinamis dari status. Peranan ini selanjutnya berwujud kegiatan yang merupakan suatu fungsi kepemimpinan yang berusaha melaksanakan atau menyaksikan sesuatu yang menjadi kepentingan bersama. Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Pasal 1:2 UU No. 6 Tahun 2014). Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. (Pasal 1:3 UU No. 6 Tahun 2014). Tingkat kepuasan dari kesejahteraan adalah dua pegertian yang saling berkaitan. Tingkat kepuasan merujuk kepada keadaan individu atau kelompok, sedangkan tingkat kesejahteraan mengacu kepada keadaan komunitas atau masyarakat luas. Kesejahteraan adalah kondisi agregat dari kepuasan individu-individu. Menurut Undang- Undang No. 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Konsep kesejaktraan menurut Nasikun (1993) dapat di rumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empat indicator yaitu : (1) rasa aman (security), (2) kesejahtraan (welfare), (3) kebebasan (freedom), dan (4) jati diri (identity) Biro Pusat Statistik Indonesia (2000) menerangkan bahwa guna melihat tingkat kesejahtraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indicator yang dapat dijadikan ukuran, antara lain adalah: 1. Tingkat pendapatan keluartga; 2. Kompesisi pengeluaran rumah tangga dengan membantingkan pengeluiaran untuk pangan dengan non-pangan; 3. Tingkat pendidiakan keluarga; 4. Tinkat kesejahtraan keluarga, dan; 5. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga. Kebijakan program raskin untuk masyarakat miskin (dalam hal ini keluarga prasejahtera) untuk meningkatkan kesejahteraan/taraf hidup masyarakat. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang difokuskan pada peran pemerintah desa menunjang Kebijakan Program Raskin di Desa Bawoleu dilihat dari aspek keberhasilan pelaksauaan program Raskin, yang meliputi : tepat sasaran penerima manfaat, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu dan tepat administrasi. Informan dalam penelitian ini adalah Aparat Pemerintah Desa dan pengurus serta anggota BPD dan masyarakat (KK). Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data primer penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan kunci juga dilakukan pengumpulan data-data statistic di kantor desa, dengan mengadakan uraian secara kualitatif dengan cara mendeskripsikan hasil penelitian di Desa Bawoleu Kecamatan Tagulanadang Utara. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Pelaksanaan program Raskin di Desa Bawoleu terlihat bahwa dari informan dari pihak perangkat Desa dan perangkat pemerintah Desa; mengatakan bahwa pelaksanaan program Raskin adalah baik dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat karena dapat memenuhi kebutuhan pangan dari penerima manfaat program raskin, karena tepat waktu penerimaan dan harga yang sesuai dengan rencana waktu dan ketentuan harga, walaupun masyarakat masih menkonsumsi sesuai dengan

kebutuhan makanan pokok masyarakat yaitu sagu, dan umbiumbian sesuai dengan budaya masyarakat. Selain itu secara keseluruhan dalam pelaksanaan program Raskin di Desa Bawoleu dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat menemui kendala pendataan yang tidak terdata dengan baik, lokasi geografis yang letak Desanya berjauhan yang sulit dijangkau, dan keadaan sumber daya aparat pelaksana di tingkat Desa yang perlu lebih diberdayakan serta prilaku dalam penentuan penerima manfaat dari program raskin. Dalam Pengelolaan Raskin di Kepala Desa Bawoleu Kecamatan Tagulanadang Utara, Kepala Desa bertanggungjawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Desa. Tim Koordinasi Raskin Desa adalah pelaksana Program Raskin di Desa, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Tujuan pelaksanaan Program Raskin berdasarkan hasil wanwancara dengan kepala Desa adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Sedangkan sasaran Program RASKIN Tahun 2015 adalah berkurangnya beban pengeluaran rumah tangga sasaran (RTS) dalam mencukupi kebutuhan pangan beras melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 180 Kg/RTS/tahun atau setara dengan 15 kg/rts/bulan dengan harga tebus Rp1.600,00/kg netto di titik distribusi. Kebijakan Program Raskin di Desa Bawoleu dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat di Desa Bawoleu masih menemui berbagai kendala hal ini dapat dilihat dari hasil capaian yang baru mencapai lebih-kurang 48,9 %. Kurangnya capaian hasil pelaksanaanperogram raskin disebabkan karena berbagai hal antara lain budaya yang tetap mempertahankan makanan saku, ubi sebagai makanan pokok warga sehingga kurang menerima beras yang merupakan jatah raskin, pendataan yang tidak terdata dengan baik dimana ada sebagaian masyarakjat sebenarnya tergolong miskin tetapi tidak mengakui untuk dimasukan sebagai penerima program raskin, lokasi geografis yang letak Desanya berjauhan yang sulit dijangkau, dan keadaan sumber daya aparat pelaksana di tingkat Desa yang perlu lebih diberdayakan serta prilaku dalam penentuan penerima manfaat dari program raskin. Pelaksanaan tugas Tim Koordinasi Raskin Kecamatan dalam pelaksanaan Kebijakan Program Raskin di Desa Bawoleu dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat di Desa Bawoleu yaitu merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, sosialisasi, monitoring dan evaluasi Program Raskin di tingkat Desa serta melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten. Dalam pelaksanaan tugas tim Koordinasi Raskin Desa masih menemui kendalakendala hal ini berkaitan dengan keadaan sumber daya aparat yang rendah, keadaan wilayah geografis dan tingkat pemahaman masyarakat yang pendidikannya relatih rendah. Hal ini perlu dipertimbangkan oleh pemerintah dalam pembenahannya. Dalam pelaksanaan Distribusi Raskin di Desa, Kepala Desa yang menjadi penanggung jawab sebagai pelaksana Distribusi Raskin di Desa

adalah Kepala Desa dengan membentuk pelaksana distribusi Raskin tingkat Desa. Hal ini sering menemui berbagai kendala kepada pelaksana distribusi Raskin tingkat Desa yang kurang memahami tujuan pelaksanaan program beras miskin untuk meningkatkan Taraf hidup masyarakat terhadap kondisi kehidupan ekonomi keluarga prasejahtera sebagai penerima manfaat program raskin. Pelaksanaan program raskin di Desa berkaitan dengan ukuran keberhasilan pelaksanaan program Raskin, yang meliputi: tepat sasaran penerima manfaat, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu dan tepat administrasi. Dari hasil penelitian bahwa 11 orang informan yang mengatakan bahwa pelaksanaan program Raskin adalah kurang tepat sasaran bahkan tidak tepat sasaran, karena jatah beras untuk program Raskin diberikan kepada keluarga yang mempunyai kedekatan dengan perangkat pemerintah Desa atau Desa yang ekonominya tidak tergolong orang yang kurang mampu. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa pelaksanaan program Raskin berkaitan tepat jumlah terlihat bahwa umumnya mengatakan tepat jumlah sehingga tidak menemui kendala, hal ini terjadi karena budaya masyarakat yang lebih mengutamakan sagu, dan ubi sebagai makanan pokok warga. Dalam pelaksanaan hasil penelitian mengatakan bahwa pelaksanaan program Raskin berkaitan tepat harga terlihat bahwa 16 orang penerima program Raskin mengatakan tidak tepat harga karena ada biaya penambahan angkutan dari petugas di Desa dalam mendistribusikan beras yang menjadi Jatah pada program beras untuk keluarga penerima manfaat. Dalam pelaksanaan program Raskin berkaitan dengan tepat waktu berdasarkan hasil penelitian bahwa pelaksanaan program Raskin berkaitan tepat waktu terlihat bahwa sering tidak tepat waktu karena lokasi distribusi yang sukar dijangkau oleh tim distribusi. Sedangkan administrasi pelaksanaan program Raskin terlihat bahwa sering tidak tepat administrasi karena keadaan sumber daya manusia pelaksanan di tingkat Desa yang masih rendah. Secara keseluruhan dalam pelaksanaan program Raskin di Desa Bawoleu dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat menemui kendala pendataan yang tidak terdata dengan baik dimana ada sebagaian masyarakjat sebenarnya tergolong miskin tetapi tidak mengakui untuk dimasukan sebagai penerima program raskin, lokasi geografis yang letak Desanya berjauhan yang sulit dijangkau, dan keadaan sumber daya aparat pelaksana di tingkat Desa yang perlu lebih diberdayakan serta prilaku dalam penentuan penerima manfaat dari program raskin. Kesimpulan 1. Sesuai hasil penelitian bahwa dalam pengelolaan Raskin di Desa Bawoleu Kecamatan Tagulanadang Utara dilaksanakan sesuai dengan kebijakan\aturan yang berlaku. Kepala Desa bertanggungjawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Desa. Tim Koordinasi Raskin Desa adalah pelaksana Program Raskin di Desa, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa. 2. Pelaksanaan tugas Tim Koordinasi Raskin Kecamatan dalam pelaksanaan Kebijakan Program

Raskin di Desa Bawoleu dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat di Desa Bawoleu yaitu merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, sosialisasi, monitoring dan evaluasi Program Raskin di tingkat Desa serta melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten. Dalam pelaksanaan tugas tim Koordinasi Raskin Desa masih menemui kendala-kendala hal ini berkaitan dengan keadaan sumber daya aparat yang rendah, keadaan wilayah geografis dan tingkat pemahaman masyarakat yang pendidikannya relatif rendah. 3. Dalam pelaksanaan distribusi Raskin di Desa, Kepala Desa yang menjadi penanggung jawab sebagai pelaksana distribusi Raskin di Desa dengan membentuk pelaksana distribusi Raskin tingkat Desa. Hal ini sering menemui berbagai kendala kepada pelaksana distribusi Raskin tingkat Desa yang kurang memahami tujuan pelaksanaan program beras miskin untuk meningkatkan Taraf hidup masyarakat terhadap kondisi kehidupan ekonomi keluarga prasejahtera sebagai penerima manfaat program raskin. 4. Pelaksanaan program raskin di Desa berkaitan dengan ukuran keberhasilan pelaksanaan program Raskin, yang meliputi : tepat sasaran penerima manfaat, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu dan tepat administrasi. 5. Dari hasil penelitian bahwa 11 orang informan yang mengatakan bahwa pelaksanaan program Raskin adalah kurang tepat sasaran bahkan tidak tepat sasaran tidak tepat sasaran karena jatah beras untuk program Raskin diberikan kepada keluarga yang mempunyai kedekatan dengan perangkat pemerintah Desa atau Desa yang ekonominya tidak tergolong orang yang kurang mampu. 6. Dalam pelaksanaan hasil penelitian mengatakan bahwa pelaksanaan program raskin berkaitan tepat harga terlihat bahwa 16 orang penerima program raskin mengatakan tidak tepat harga karena ada biaya penambahan angkutan dari petugas di Desa dalam mendistribusikan beras yang menjadi jatah pada program beras untuk keluarga penerima manfaat. 7. Dalam pelaksanaan program Raskin berkaitan dengan tepat waktu berdasarkan hasil penelitian bahwa pelaksanaan program Raskin berkaitan tepat waktu terlihat bahwa sering tidak tepat waktu karena lokasi distribusi yang sukar dijangkau oleh tim distribusi. Sedangkan administrasi pelaksanaan program Raskin terlihat bahwa sering tidak tepat administrasi karena keadaan sumber daya manusia pelaksanan di tingkat Desa yang masih rendah. 8. Secara keseluruhan dalam pelaksanaan program Raskin di Desa Bawoleu dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat menemui kendala pendataan yang tidak terdata dengan baik dimana ada sebagaian masyarakjat sebenarnya tergolong miskin tetapi tidak mengakui untuk dimasukan sebagai penerima program raskin, lokasi geografis yang letak Desanya berjauhan yang sulit dijangkau, dan keadaan sumber daya aparat pelaksana di tingkat Desa yang perlu lebih diberdayakan serta prilaku dalam penentuan penerima manfaat dari program raskin.

Saran 1. Diharapkan pemerintah atau institusi yang berkepentingan penanganan program raskin untuk dapat lebih mempersiapkan aparat yang bertugas untuk penanganan program raskin dan lebih mengsosialisasikan kebijakan program raskin kepada masyarakat penerima manfaat program raskin. 2. Dalam pendistribusian raskin diharapkan pemerintah mempertimbangkan dari segi keadaaan letak geografis dari wilayah distribusi raskin. 3. Pemerintah perlu mempertimbangkan bahan makanan yang didistribusikan sesuai dengan budaya lokal masyarakat yang menjadi bahan pangan setempat. 4. Masyarakat harus memberikan partisipasi dalam mengawasi petugas yang menangani pelaksanaan kebijakan program raskin. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., 1997, Prosedur Pengertian, Bandung : Rineka Cipta. Bareint S., 1996. Sosiologi Pedesaan Suatu Pengantar, Jakarta: Grafindo Persada. Bintarto. 1989. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Binarto dan Surastopo Hadisumarno. 1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES. Kairundin M., 1992. Pembangunan Masyarakat, Yokjakarta: Liberty. Koentjaningrat, 1980. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta. Munandar Soelaeman., 1998. Sosiologi Dasar, Bandung: Ratika Aditama. Moleong, L., 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Nasikun, 1996. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. Nawawi, H. 1990. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: UGM Press. Pamudji, S., 1995. Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, Jakarta: Bina Aksara. Purwadarminta, W.J.S. 1989. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Saparin S., 1986. Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa, Jakarta: Ghalia Indonesia. Soekanto Soerjono, 1990 Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers. Thoha Miftha., 1995. Kepemimpinan dalam Manajemen Satu Tindakan Prilaku, Jakarta: P.T. Eraja Grafindo Persada. Verger K. J., 1981. Sosiologi Pengetahuan, Manado: FISIP Unsrat.