GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TIM SEARCH AND RESCUE TENTANG BASIC LIFE SUPPORT. Naskah Publikasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. banjir, tsunami, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain. Bencana merupakan. lingkungannya (Departemen Kesehatan RI, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi

Oleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN AUDIOVISUAL DAN PRAKTIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA NELAYAN DI PANTAI DEPOK YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Karakteristik Responden. sebanyak 38 responden dan kelompok kontrol 38 responden.

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan..

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

ejournal keperawatan (e-kp) Volume: 1. Nomor: 1. Agustus 2013

BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

The Overview of Motivation to Help Traffict Accident Victims of Yogyakarta Police

PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SISWA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hubungan antara variabel bebas (tingkat stress) dan variabel terikat (mekanisme

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan basic life suport, perilaku perawat, primary survey.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA REMAJA TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut indeks rawan bencana Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, penumpang kapal yang terbalik dan

PELATIHAN MITIGASI BENCANA KEPADA ANAK ANAK USIA DINI

KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv

BAB III METODE PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Perawat dalam Pelayanan Kegawatdaruratan di RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh : DARIEL R SELVARAJAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KOMPARASI PHBS WARGA SEKOLAH DASAR DI KOTA DAN DI DESA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

BAB III METODA PENELITIAN

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR BERDASARKAN AHA TAHUN 2015 DI UPTD PUSKESMAS KOTA BLITAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK DENGAN KECEMASAN IBU PASCA IMUNISASI DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA

REKRUTMEN SUMBER DAYA RESCUER DI KANTOR SAR KELAS A MANADO. Oleh : Steven H. Lumowa

BAB I PENDAHULUAN. negara yang paling rawan bencana alam di dunia, menurut UNISDR (United

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. jiwa sehingga dibutuhkan bantuan penanganan (CRED, 2014 ; WHO, 2013 ;

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang mempengaruhi penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KUNJUNGAN ULANG MASA NIFAS DI PUSKESMAS TEPUS 1 KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

BAB I PENDAHULUAN. kegawatdaruratan semakin meningkat (Sudiharto, 2014). kasus kecelakaan lalu lintas (WHO, 2015). Angka kematian akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT ANGKATAN 2008 TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL

JURNAL KESIAPAN KELOMPOK SIAGA BENCANA SMA DI WILAYAH ZONA MERAH DI KOTA PADANG DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia secara geologis terletak di jalur lingkaran gempa (ring of

PENGETAHUAN SISWA SLTA TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (Students Knowledge of Basic Life Support)

REKOMENDASI RJP AHA 2015

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014).

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Program Studi Keperawatan. Oleh : Nurul Puji Astutik J

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

PENDAHULUAN. SCIENTIA JOURNAL Vol.2 No.1 Mei 2013 STIKes PRIMA JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Cross sectional berarti pengambilan data yang dilakukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan darurat (Emergency) menurut Federal Emergency. Management Agency (FEMA) dalam Emergency Management

2015 D AMPAK PELATIHAN PROGRAM RESCUE TERHAD AP PENINGKATAN TANGGAP BENCANA PARA KAD ER TIM SEARCH AND RESCUE:

SURVEY TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR DI SEBUAH RUMAH SAKIT UMUM TIPE B

KEPUTUSAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2007 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

BAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume12, No. 1Februari2016

Adult Basic Life Support

Bencana dan Permasalahannya

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

Transkripsi:

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TIM SEARCH AND RESCUE TENTANG BASIC LIFE SUPPORT Naskah Publikasi Diajukan Untuk memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun Oleh: ADITYA LAVIYANDI 20110320040 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015

ii

iii

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TIM SEARCH AND RESCUE TENTANG BASIC LIFE SUPPORT Aditya Laviyandi 1, Azizah Khoiriyati S.Kep.,Ns.,M.Kep 2, Nur Chayati S.Kep.,Ns.,M.Kep 3. 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keperawatan, 2 Dosen Pembimbing FK UMY, 3 Dosen Penguji FK UMY. INTISARI Latar belakang: Indonesia merupakan daerah yang rawan dengan berbagai bencana. Kematian korban bencana terjadi karena ketidakmampuan petugas kesehatan dalam menangani penderita pada fase gawat darurat (GoldenPeriod) yang disebabkan oleh tingkat keparahan, serta pengetahuan dalam penanggulangan darurat yang masih kurang. Tujuan Penelitian: Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang Basic Life Support Tim Search And Rescue Motode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Sampel dalam penelitian adalah anggota Tim Search And Rescue (SAR) D.I.Y yang telah mendapatkan pelatihan Basic Life Support (BLS) sebanyak 38 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 22 responden (57,9%) memiliki tingkat pengetahuan pada kategori baik dan 16 responden (42,1%) termasuk pada kategori cukup. Kesimpulan: Gambaran tingkat pengetahuan tim Search And Rescue tentang konsep Basic Life Support sebagian besar dalam kategori baik. Kata Kunci : Basic Life Support, Pengetahuan, Tim Search And Rescue. iv

THE OVERVIEW OF KNOWLEDGE LEVEL OF SEARCH AND RESCUE TEAM ABOUT BASIC LIFE SUPPORT Aditya Laviyandi 1, Azizah Khoiriyati S.Kep.,Ns.,M.Kep 2, Nur Chayati S.Kep.,Ns.,M.Kep 3. 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keperawatan, 2 Dosen Pembimbing FK UMY, 3 Dosen Penguji FK UMY. ABSTRACT Background: Indonesia is a disaster-prone area. The mortality of disaster victims occurred because of the medical staff incapability in handing the sufferer with golden period that is caused by severity level, along with the lack of knowledge in emergency responses. Research objective: to know the overview of knowledge level about basic life support of search and rescue team. Research method: the research was survey descriptive research. Sampling technique was by purposive sampling. Sample in the research was the members of Search and Rescue Team (SAR) D.I.Y that had received training of Basic Life Support (BLS) as many 38 respondents. Data analysis technique used was univariat analysis in a frequency distribution table. Research result: research result showed that as many 22 respondents (57,9%) have knowledge level in category good and 16 respondents (42,1%) included into category adequate. Conclusion: the overview of knowledge level of Search and Rescue Team about conept of Basic Life Support most was with category good. Key of terms: Basic Life Support, knowledge, Search and Rescue Team, v

Pendahuluan Indonesia merupakan negara yang letak geografisnya pada wilayah yang rawan terkena bencana alam baik berupa bencana letusan gunung berapi, banjir, tsunami, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain. Bencana merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba/tidak terencana dan terjadi secara perlahan tetapi berlanjut yang mengakibatkan dampak terhadap pola kehidupan normal serta kerusakan sehingga diperlukan tindakan darurat untuk menolong dan menyelamatkan korban baik manusia maupun lingkungannya 1. Kondisi darurat merupakan kejadian luar biasa yang dapat mendatangkan kerugian serta mengancam keselamatan jiwa manunisa. Kondisi darurat berlangsung ketika suatu bencana terjadi. Indonesia merupakan salah satu daerah yang rawan dengan berbagai bencana, berdasarkan laporan tim Search And Rescue (SAR) pada tanggal 21 November telah terjadi bencana banjir dan tanah longsor di kabupaten Tapanuli Tengah. Kejadian tersebut telah mengakibatkan 5 orang hilang setelah rumah diterjang banjir. Setelah dilakukan pencarian, 4 orang ditemukan dalam keadaan meninggal sedangkan satu korban lagi menghilang 2. Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tanggal 22 November 2014 telah terjadi bencana tanah longsor di Sijunjung. Bencana tersebut mengakibatkan satu rumah yang berpenghuni 4 orang tertimbun akibat longsoran. Setelah dilakukan pencarian, dari 4 orang dua diantaranya ditemukan dalam keadaan selamat dan dua orang lainnya ditemukan dalam keadaan meninggal. Sepanjang tahun 2014, korban akibat bencana tanah longsor telah memakan korban sebanyak 262 orang meninggal dunia dari 332 kasus yang terjadi 3. Berdasarkan fenomena diatas, dengan tingginya korban jiwa yang diakibatkan oleh bencana, sangatlah penting adanya suatu kelompok relawan dalam menangani dan meminimalisir korban bencana. Tim Search And Rescue (SAR) merupakan kelompok awam khusus pada hakekatnya diartikan sebagai usaha dan kegiatan kemanusiaan untuk mencari dan memberikan pertolongan kepada manusia dengan kegiatan yang meliputi : mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang serta menghadapi bahaya dalam bencana atau musibah, mencari kapal dan atau pesawat terbang yang mengalami kecelakaan 4. Adanya tim SAR yang terlibat dalam penanganan serta meminimalisir korban bencana alam wajib memiliki kemampuan dalam menguasai keterampilan untuk memberikan tindakan pertolongan pertama Basic Life Support serta mengenal keadaan gawat darurat akibat trauma maupun non trauma yang sering dijumpai pada korban bencana. Seorang penolong harus memiliki pengetahuan serta pelatihan dalam melakukan tindakan pertolongan pada korban bencana, salah-satunya yaitu Basic Life Support. Basic life support itu sendiri merupakan tindakan atau usaha yang pertama kali dilakukan 1

dalam kondisi kegawatdaruratan untuk mempertahankan kehidupan saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa 5. oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan tim Search And Rescue (SAR) tentang Basic Life Support. Bahan dan Metode Basic Life Support atau Bantuan Hidup Dasar adalah suatu tindakan atau usaha yang dilakukan pertama kali untuk mempertahankan kehidupan penderita dalam kondisi yang mengancam nyawa. Basic Life Support merupakan tindakan utama yang dilakukan dengan segera setelah menemukan seseorang dengan kondisi tidak sadarkan diri atau tidak teraba denyut nadinya dalam kondisi darurat 5. Tujuan dilakukan Basic Life Support adalah mencegah hentinya sirkulasi darah atau hentinya nafas, mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas, dan memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi (tindakan melalui kompresi dada) dan ventilasi (tindakan melalui bantuan nafas penolong) dari korban yang mengalami henti jantung dan henti nafas melalui rangkaian kegiatan resusitasi jantung paru 5. Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan bagian dari tindakan Basic Life Support (BLS) yang harus dilakukan pada korban yang mengalami henti jantung (cardiac arrest). Resusitasi Jantug Paru harus dilakukan pada korban ketika tidak teraba denyut nadinya dan tidak bernafas 5. Berdasarkan permasalahan yang diteliti maka jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan metode penelitian survei deskriptif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 150 anggota Tim Search And Rescue Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah mendapatkan pelatihan Basic Life Support. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 38 orang yang diambil secara non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Sampel pada penelitian ini di ambil dengan menggunakan metode Arikunto (2010), bahwa jumlah sampel adalah 10% - 15% atau 20% - 25% dari total populasi, yang digunakan peneliti adalah 25% dari total populasi sehingga di dapatkan 38 anggota 6. Sebagai kriteria inklusi adalah bersedia menjadi responden dan telah mendapatkan pelatihan Basic Life Support 6. Sebagai variabel bebasnya adalah tingkat pengetahuan tim search and rescue 6. Penelitian telah dilakukan di kantor tim Search And Rescue Daerah Istimewa Yogyakarta dan waktu penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2015. Untuk mengukur pengetahuan Tim Search And Rescue (SAR) mengenai tindakan Basic Life Support (BLS) pada korban bencana dan kegawatdaruratan peniliti menggunakan kuesioner. Kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu bagian A berisi kerakteristik responden yaitu usia, pengalaman menjadi tim SAR, pendidikan, dan informasi tentang BLS / PPGD. Bagian B berisi pertanyaan tentang Basic Life 2

Support yang terdiri dari 24 pertanyaan mengenai BLS meliputi definisi, tujuan, indikasi dan kontra indkasi, langkah Basic Life Support pada dewasa dan anak, dan langkah Basic Life Support pada bayi 7. Sebagian kuesioner ini diambil dan dimodifikasi dari kuesioner. Pengukuran pada instrumen ini menggunakan skala Gutman. Peneliti mengumpulkan data setelah Setelah mendapatkan surat ijin untuk melakukan penelitian dari Fakultas FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, peneliti mendatangi lokasi penelitian di SAR DIY dan memberikan informasi tentang tujuan penelitian dan keikutsertaan dalam penelitian ini kepada sampel penelitian, bagi yang setuju berpartisipasi dalam penelitian ini diminta untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian (informed consent). Peneliti membagikan lembar persetujuan penelitian (informed consent) kepada responden penelitian yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian untuk ditandatangani. Peneliti menyerahkan kuesioner pada responden penelitian yang berisi tentang pengetahuan terhadap Basic Life Support (BLS). Responden dipersilahkan untuk menjawab atau mengisi kuesioner dan kuesioner yang telah diisi dikembalikan kepada peneliti. setelah diberikan kuesioner, peneliti mengecek kembali kelengkapan kuesioner, jika kuesioner belum lengkap maka responden diminta untuk melengkapi jawaban kuesioner kembali. Semua kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan akan dilanjutkan dengan pengolahan data. Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji univariat, untuk data dalam bentuk variable kategorik menggunakan ukuran proporsi, sedangkan untuk variable numerik menggunakan ukuran pemusatan dan penyebaran. Ukuran pemusatan yang digunakan yaitu mean, median, dan modus. Sedangkan ukuran penyebaran yaitu standar deviasi, varians, koefisien varians, dan minimum-maksimum 7. Hasil Penelitian 1. Gambaran karakteristik tim SAR DIY. Gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada tabel dibawah: Tabel 1. Gambaran Karakteritik Responden Tim SAR DIY tahun 2015 (n=38) Karakteristik Jumlah Prosentase Responden (f) (f) Umur 20-25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun Pengalaman menjadi anggota >1 Tahun 1-5 Tahun 6-10 Tahun Pendidikan Terakhir SMA PT Sumber Informasi TV Website Buku Pelatihan 7 22 9 15 18 5 17 21 7 10 8 13 18,4 57,8 23,7 39,5 47,4 13,2 44,7 55,3 18,4 26,3 21,1 34,2 Total 38 100 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 26-30 tahun yaitu sebanyak 22 orang (57,9%). Mayoritas responden sudah mempunyai pengalaman menjadi anggota tim SAR DIY selama 1-5 tahun dan sebagian besar mengikuti pelatihan pada tahun 2013. Pendidikan terakhir responden mayoritas lulusan PT sebanyak 21 3

orang (55,3%). Sebanyak 13 responden (34,2%) mendapat informasi tentang BLS/PPGD dari pelatihan. 2.Tingkat pengetahuan tim Search And Rescue tentang Basic Life Support. Hasil penelitian dideskripsikan berdasarkan skor nilai tertinggi dan nilai terendah, rata-rata, simpangan baku (standard deviation). Tabel 2. Gambaran Skor Tingkat Pengetahuan Tim Research and rescue tentang Basic Life Support Tingkat mean SD Min Maks median Pengetahuan Gambaran tingkat pengetahuan secara keseluruhan 18,92 1,92 16,00 22,00 19,00 Hasil perhitungan skor tingkat pengetahuan responden skor minimal yang diperoleh 16 dan skor maksimal yang diperoleh adalah 22. Mean yang diperoleh sebesar 18,92 dengan standard deviasi sebesar 1,99. Skor pengetahuan selanjutnya dikategori berdasarkan tingkat pengetahuan sebagai berikut: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Tahu pada Tim Research and rescue tentang Basic Life Support tahun 2015 (n=38) kategori frekuensi Prosentase % Baik 38 100,0 cukup 0 0,0 kurang 0 0,0 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki pengetahuan Basic Life Support dalam tingkat tahu yaitu sebanyak 38 responden (100,00%) pada kategori baik. Berdasarkan hasil tersebut memberikan gambaran Tingkat pengetahuan responden tentang Basic Life Support Tim Search and Rescue (SAR) DIY terhadap korban bencana dalam level tahu sudah baik. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Memahami pada Tim Research and rescue tentang Basic Life Support tahun 2015 (n=38) Kategori Frekuensi Prosentase % Baik 3 7,8 Cukup 35 92,1 Kurang 0 0,0 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa 35 responden (92,1%) tingkat memahami pada kategori cukup dan 3 responden (7,9%) termasuk pada kategori baik. Berdasarkan hasil tersebut memberikan gambaran Tingkat memahami responden tentang Basiic Life Support Tim Search and Rescue (SAR) DIY terhadap korban bencana rata-rata cukup baik. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tingkat Aplikasi pada Tim Research and rescue tentang Basic Life Support tahun 2015 (n=38) kategori frekuensi Prosentase % Baik 22 57,9 Cukup 16 42,1 kurang 0 0,0 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa 22 responden (57,9%) tingkat aplikasi pada kategori baik dan 16 responden (42,1%) termasuk pada kategori cukup. Tingkat aplikasi responden tentang Basic Life Support Tim 4

Search and Rescue (SAR) DIY terhadap korban bencana berdasarkan uji trend menunjukkan bahwa tingkat aplikasi pada sebaran jawaban responden tertinggi dari 18 pertanyaan yang mampu dijawab dengan baik sebanyak 13 item. Hasil tersebut memberikan gambaran bahwa sebagian responden sudah dapat mengaplikasikan pengetahuan untuk melakukan Basiic Life Support. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan Tim Search And Rescue Tentang Konsep Basic Life Support tahun 2015 (n=38) kategori frekuensi Prosentase % Baik 22 57,9 Cukup 16 42,1 Kurang 0 0,0 Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa 22 responden (57,9%) tingkat pengetahuan pada kategori baik dan 16 responden (42,1%) termasuk pada kategori cukup. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tim Search And Rescue Tentang Konsep Basic Life Support tim SAR DIY dapat dikategorikan baik, namun jika di teliti dari beberapa soal secara keseluruhan diketahui pada tingkat memahami dan aplikasi ada beberapa soal yang dijawab dari seluruh responden dengan kategori kurang. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tim Search And Rescue tentang konsep Basic Life Support. Pengetahuan setiap anggota tim SAR DIY berbeda-beda. Adapun tingkat pengetahuan dalam penelitian ini meliputi tahu, memahami dan aplikasi 8. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden tim SAR DIY berumur 26-30 tahun yaitu sebanyak 22 orang (57,9%). Hal tersebut memberikan gambaran bahwa mayoritas responden sudah memasuki usia dewasa. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin berkembang daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin baik 6. Mubarak & Chayatin (2009) dalam Kartika (2013) mengemukakan bahwa pada umumnya semakin dewasa seseorang, tingkat pengetahuan BLS akan semakin meningkat 9. Mayoritas responden sudah mempunyai pengalaman menjadi anggota tim SAR DIY selama 1-5 tahun. Mubarak & Chayatin (2009) dalam Kartika (2013) mengemukakan pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan merupakan hasil intraksi dengan lingkungan (kerja) yang dapat meningkatkan pengetahuan terhadap sesuatu. Pengalaman yang banyak tentunya sangat membantu berkembangnya pengetahuan yang dimiliki 9.Pengalaman belajar/pelatihan yang dikembangkan dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan. Pendidikan terakhir responden mayoritas lulusan PT sebanyak 21 responden (55,3%). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap atau memahami atas pengetahuan yang mereka 5

dapatkan dan dapat mempermudah dalam menerima informasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fhatoni (2013), yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden pada kategori baik 10. Sebanyak 13 responden (34,2%) mendapat informasi tentang BLS/PPGD dari pelatihan. Pelatihan yang diikuti akan menambah informasi yang mendalam tentang BLS/PPGD karena tentunya dapat secara langsung mempraktekkan dan bukan hanya sekedar melihat maupun mendengar dari berbagai media massa seperti TV, Internet maupun buku. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sugianti (2013) yang menunjukkan bahwa responden yang pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan memiliki tingkat pengetahuan lebih baik 11. Berdasarkan pengetahuan tim SAR tentang Basic Life Support seluruh responden memiliki pengetahuan pada tingkat tahu yaitu sebanyak 38 (100%) responden pada kategori baik. Hasil tersebut memberikan gambaran tingkat tahu responden tentang Basic Life Support Tim Search and Rescue (SAR) DIY terhadap korban bencana sudah baik. Bloom dalam Potter & Perry (2005) menyatakan tahu dalam tingkat pengetahuan diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari 8. Berdasarkan pengetahuan tim SAR tentang Basic Life Support seluruh responden memiliki pengetahuan pada tingkat memahami yaitu sebanyak 35 responden (92,1%) pada kategori cukup dan 3 responden (7,9%) termasuk pada kategori baik. Hasil tersebut memberikan gambaran tingkat memahami responden tentang Basic Life Support Tim Search and Rescue (SAR) DIY terhadap korban bencana sudah cukup baik. Bloom dalam Potter & Perry (2005) menyatakan memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan suatu materi secara benar. Orang yang sudah memahami harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menguraikan, dan menyimpulkan 8. Tingkat memahami responden dalam penelitian ini meliputi indikasi dan kontra indikasi BLS, serta penghentian BLS. Berdasarkan pengetahuan tim SAR tentang Basic Life Support seluruh responden memiliki pengetahuan pada tingkat aplikasi yaitu sebanyak 22 responden (57,9%) pada kategori baik dan 16 responden (42,1%) termasuk pada kategori cukup. Hasil tersebut memberikan gambaran tingkat aplikasi responden tentang Basic Life Support Tim Search and Rescue (SAR) DIY terhadap korban bencana sudah baik. Bloom dalam Potter & Perry (2005) menyatakan aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya 8. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai penggunakan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6

tidak ada responden yang memiliki pengetahuan pada tingkat aplikasi pada kategori kurang, namun dalam sebaran jawaban pada item pertanyaan menunjukkan bahwa masih ada responden yang belum mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kategori baik yaitu sebanyak 22 orang (57,9%) dan sebanyak 16 orang (42,1%) dalam kategori cukup. Hal tersebut menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki tim Search And Rescue tentang konsep Basic Life Support sebagian besar kategori baik. Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini meliputi tahu, memahami dan aplikasi tim Search And Rescue tentang konsep Basic Life Support. Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bala (2014), tentang pengetahuan dan pelaksanaan bantuan hidup dasar perawat gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian yang dilakukan Bala (2014) menunjukkan bahwa seluruh responden 23 orang (100%) memiliki pengetahuan tentang bantuan hidup dasar baik 12. Hasil tersebut memberikan gambaran bahwa pengetahuan pada tingkat tahu dan memahami memiliki pengetahuan yang baik tentang konsep Basic Life Support. Sedangkan pada tingkat aplikasi tingkat pengetahuan tim SAR masih tergolong kurang. Artinya pengetahuan tim SAR kurang dalam mengaplikasikan langkah BLS dalam kondisi kegawatdaruratan bagi korban bencana baik dewasa, anakanak maupun bayi. Pengetahuan tim SAR yang masih kurang dalam mengaplikasikan BLS dapat disebabkan karena kurangnya pengalaman yang dimiliki dalam menerapkan Basic Life Support. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat responden yang belum lama menjadi anggota tim SAR yakni < 1 tahun. Individu yang memiliki pengetahuan kurang akan berdampak pada kurangnya pemahaman akan apa yang harus dilakukan untuk pertolongan kegawatdaruratan dan apa yang diperlukan untuk mencegah kematian pada korban-korban bencana 13. Kesimpulan Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1.Gambaran karakteritik tim SAR DIY menunjukkan bahwa seluruh responden pernah mengikuti pelatihan berdasarkan pelatihan kegawatdaruratan. Sebagian besar responden berumur 26-30 tahun. Mayoritas responden sudah mempunyai pengalaman menjadi anggota tim SAR DIY selama 1-5 tahun. Pendidikan terakhir responden mayoritas lulusan PT, dan responden mayoritas sudah mendapat informasi tentang BLS/PPGD dari pelatihan 2.Gambaran tingkat pengetahuan tim Search And Rescue tentang konsep Basic Life Support sebagian besar berada pada kategori baik. 7

Saran 1.Bagi Tim SAR DIY Hasil penelitian ini dapat untuk dijadikan bahan identifikasi tingkat pengetahuan Tim SAR DIY dalam penanganan kasus kegawatdaruratan serta sebagai bahan kajian serta masukan terhadap upaya peningkatan mutu pelayanan kepada korban bencana dalam kondisi kegawatdaruratan. 2.Bagi penelitian Penelitian ini dapat dijadikan gambaran bagi peneliti dan untuk penelitian selanjutnya agar mengembangkan tingkat pengetahuan terkait dengan Basic Life Support. 3.Bagi Pendidikan Penelitian ini dapat dijadikan ilmu pengetahuan sebagai dasar keterampilan Basic Life Support dalam kehidupan sehari-hari terutama kepada mahasiswa ilmu kesehatan. Daftar Pustaka 1.Departemen Kesehatan RI (2014). Ringkasan telaahan sistem terpadu penanggulangan bencana di Indonesia. Diakses 5 November 2014, dari: http://bnpbjateng.info/telaah/ringka san.pdf 2.BASARNAS. (2014). Kecamatan sibabangun dilanda banjir dan tanah longsor. Diakses 23 November 2014, dari http://www.basarnas.go.id/index.p hp/baca/berita/4086/ 3.Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB). (2014) Kakak beradik tewas tertimbun longsor di sijunjung. Diakses 23 November 2014, dari: http//www.bnpb.go.id/berita/2277/ 4.BASARNAS. (2014). Tugas dan Fungsi. Website basarnas versi 1. Diakses 13 Desember 2014, dari http://www.basarnas.go.id/index.p hp/halaman/36/tugas-dan-fungsi. 5.Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. 6.Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 7.Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 8.Potter, A.P., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktek, Vol. 1. Edisi 4. Ahli bahas, Yasmin asih.. (et al). Jakarta: EGC. 9.Mubarak, I.W., & Chayati, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba Medika 10. Fathoni, Aziz Nur (2013) Hubungan Tingkat Pengetahuan Perwat Tentang Basic Life Support (BLS) Dengan Perilaku Perawatan Dalam Pelaksanaan Primary Survey di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Jurnal: Stikes Kusuma Husada Surakarta 11. Sugianti, K.M. (2013). Gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang bantuan hidup dasar di RSUD Ciawi Bogor. Diakses 5 januari 2015 Dari: http://lib.ui.ac.id/opac/themes//gree n/detail.jsp?id=20345874&loksi=lo kal 12. Bala, dkk. (2014). Gambaran Pengetahuan dan Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar Perawat Gawat Darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Labuang 8

Baji Makassar. Jurnal Ilmiah Volume 4 No. 4. Makassar. 13. American Hearth Association. (2010). Publication manual of the American psychological association. Edisi 6. Washington, DC: Author. 9