ANALISIS INTRODUKSI TEKNOLOGI SAPI POTONG TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI Nur Rizqi Bariroh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimatan Timur Jl. Pangeran M. Noor, Sempaja Samarinda, Kalimantan Timur ABSTRACT The increasing of Agricultural commodity in accordance with the increasing of human population, educational level and society awareness of nutrition. Problems found in the field showed that beef production was low because good farming practise had not been implemented. The aim of the study was to investigated wether the influence of introduction technology of food crop and beef cattle could increase rural income or not.this assesment was conducted in Kerayaan village, East Kutai district- East Kalimantan regency from 2006-2007. Economic analysis before and after introduction of technology. Technology application consisted fattening technology for beef cattle at intensive and semi-intensive management system by using rice bran as feed supplement. The result showed that introduction of spesific location technologies could increase R/C of 1,84. Key word : Economic analysis, cattle, fattening PENDAHULUAN Sejak tahun 1997 awal terjadinya krisis moneter perkembangan populasi sapi potong di Provinsi Kalimantan Timur mengalami kemerosotan. Akibat langsung adalah meningkatnya laju pemotongan sapi betina produktif dan apabila tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas dari ternak sapi tersebut, maka akan terjadi pengurasan populasi dan akibat-akibat lain yang tidak menguntungkan bagi pembangunan peternakan di Kalimantan Timur. Pemenuhan kebutuhan daging di propinsi Kaltim dilakukan dengan cara memasukkan sapi potong dari luar Propinsi Kalimantan Timur. Hal ini terbukti dari peningkatan pemasukan ternak setiap tahun cenderung semakin tinggi, dari 28.310 ekor tahun 1997 menjadi 40.312 ekor pada tahun 2010 (Disnak Kaltim, 2010). 1
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dedak padi sebagai pakan tambahan dapat meningkatkan kembali estrus 17,7% lebih tinggi dibandingkan tanpa suplemen dedak (Godberry et al., 2007). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh introduksi teknologi pemanfaatan dedak pada usahatani sapi potong terhadap peningkatan pendapatan masyarakat desa. METODOLOGI Pengkajian ini dilaksanakan pada tahun 2006-2007, pada agroekosistem wilayah lahan kering dataran rendah beriklim basah di Desa Kerayaan, Kecamatan Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur. Metode pengkajian yaitu membandingkan capaian hasil dari sisi ekonomi, pada saat dilaksanakan introduksi teknologi dan keadaan sebelum dilaksanakan introduksi teknologi. Untuk sapi potong, terdapat dua sistem yang diterapkan di lokasi Prima tani yaitu sistem intensif dan semi intensif. Perbedaan dengan teknologi petani tercantum pada Tabel 1. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder dan data primer. Data dan informasi kualitatif disajikan secara deskriptif informatif dalam bentuk tabel dan gambar, sedangkan untuk data finansial dianalisis dengan menggunakan analisis budget parsial. Untuk mengetahui dampak introduksi teknologi, maka analisis dilakukan dengan membandingkan data sebelum dan sesudah diterapkannya teknologi intoduksi untuk komoditas terpilih dan tingkat pendapatan petani. 2
Tabel 1. Introduksi Teknologi Fattening Pada Sapi Donggala di Desa Kerayaan, Kecamatan Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur (2006-2007) No. Uraian Sistem intensif Sistem semi-intensif Teknologi existing 1. Pakan Dedak diberikan 2 kg/ekor/hari Rumput raja diberikan 3% (BK) dari BB badan sapi Tidak ada pemberian rumput alam Garam diberikan dicampur dedak Air minum diberikan ad libitum 2. Manajemen Dikandangkan terus menerus Keterangan : n sistemintensif = 10 n sistem semi intensif = 10 n teknologi existing = 30 Dedak diberikan 2 kg/ekor/hari Rumput raja diberikan lebih kurang 15 kg/ekor/hari Dikonsumsi ternak waktu dilepas Garam dicampur dedak Air minum diberikan waktu diikat Tidak ada Tidak diberikan Dikonsumsi sepanjang hari Tidak ada Mengkonsumsi pada sumber mata air Pada sore hari diikat Dilepas pada padang penggembalaan alam HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha penggemukan dengan menggunakan sistem semi-intensif memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem intensif maupun teknologi existing (Tabel 6). Hal ini dimungkinkan karena penggemukan yang dilakukan petani tidak dalam jumlah besar rata-rata hanya berkisar 2-3 ekor. Pemeliharaan semi intensif memungkinkan ternak dapat beradaptasi jauh lebih cepat dibandingkan dengan sistem intensif. Pada sistem semi intensif tingkat stres pada ternak dapat diminimalkan. Stress yang rendah pada ternak akan lebih dapat memacu pertumbuhan ternak. Teknologi existing memberikan keuntungan yang paling rendah karena besarnya biaya tenaga untuk penangkapan ternak. 3
Tabel 2. Analisa Ekonomi Usaha Penggemukan Sapi di Desa Kerayaan, Kecamatan Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur Pengeluaran Teknologi existing Intensif* Semi intensif 2006 2007 Biaya tetap Penyusutan kandang + peralatan 8.333 3.000 Bibit Rumput 16.800 16.800 Biaya tidak tetap a. Sapronak Bibit sapi 2.000.000 2.000.000 2.000.000 Obat-obatan 2.500 2.500 Dedak 78.750 63.000 Garam b. Tenaga kerja 500.000** 180.000 90.000 TOTAL 2.500.000 2.286.383 2.175.300 Penerimaan Sapi 2.500.000 4.000.000 4.000.000 Pupuk kandang 60.000 TOTAL 2.500.000 4.060.000 4.000.000 Pendapatan 0 1.773.617 1.824.700 R/C 1,00 1,78 1,84 B/C 0,00 0,78 0,84 * = data th 2006 ** = merupakan biaya penjinakan sapi yang masih liar Performans sapi di Bual bual Kutai Timur KESIMPULAN Teknologi introduksi penggunaan dedak padi pada penggenukan sapi potong semi intensif memberikan R/C tertinggi yaitu sebesar 1,84 dibandingkan dengan pola penggemukan yang lain 4
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Satistik Kalimantan Timur. 2007. Kalimantan Timur Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Samarinda. Dinas Peternakan Kaltim. 2010. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Kaltim. Samarinda Godberry, MS., PA Beck., SA Gunter. 2007. Rice Milling Coproducts as Feedstuffs for Beef Cattle. Professional animal Scientist. Champaign. Vol. 23. (4). p 309. 7 pgs Iowa State University. 2009. Science ; Data from Iowa State University Provide New Insights into Science. Journal of Farming. Atlanta. Jan 1, 2009. p 12. Mugwe, J., D. Mugendi, J Kungu, and MM Muna. 2009. Maize Yield Response to Application of Organic and Inorganic Input Under On-Station and On-Farm Experiments in Central Kenya. Expl Agric. Vol. 45; p 47-59. Tripathy, T., S Harison, BK Mohanty. 2006. Trend of production, Adoption, Utilization of HighQuality paddy Seed : A study in Orissa. Indian Journal of Agricultural Economics. Bombay. Vol. 61 (1), p 90. 18 pgs www.metrobalikpapan.co.id/index.php. 2009 Daging. Diakses tanggal 10 Juni 2010. Kaltim Targetkan Swasembada 5