I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan sebuah ruang untuk lebih dari satu fungsi akustik sudah menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. A. Bahan dan Materi Penelitian. Dikarenakan objek studi masih dalam rupa desain prarancangan maka bahan

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan Tugas Akhir yang berjudul Penilaian Kualitas Akustik Auditorium

APLIKASI VARIABEL PENYERAP BUNYI SEDERHANA UNTUK WAKTU DENGUNG FREKUENSI MENENGAH ATAS PADA AUDITORIUM FAKULTAS KEDOKTERAN UGM

STUDI APLIKASI VARIABEL FISIK UNTUK DESAIN AKUSTIK STUDENT CENTER UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB

MAKALAH UNTUK MEMENUHI NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TF-3204 AKUSTIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN PARAMETER AKUSTIK DAN ANALISA

TINJAUAN PUSTAKA. frekuensi bunyi maka semakin tinggi pitch-nya (Doelle, 1972).

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : Kelas : 02 Topik : Ruang Konser

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

Perancangan Tata Suara Balairung Utama Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB

RUANG 9231 GKU TIMUR ITB

KESIMPULAN. numerik dapat dilihat pada kesimpulan bab IV.

UTS TF-3204 AKUSTIK ANALISIS KARAKTERISTIK AKUSTIK GEDUNG AULA BARAT ITB. Oleh. Vebi Gustian

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9231 GKU TIMUR

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9311 ditujukan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah TF3204 Akustik. Oleh : Muhammad Andhito Sarianto

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO. Oleh : Firda Awal Gemilang

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi UTS TF 3204 Akustik) Khanestyo

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

Kondisi Akustik TVST B

UTS TF-3204 Akustik / Parulian F

TAKE HOME TEST AKUSTIK TF MASJID dan AKUSTIK RUANG

ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK. Disusun Oleh: Suksmandhira H ( )

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK AKUSTIK RUANG PADA GEDUNG INDOOR DAGO TEA HOUSE BANDUNG OLEH: NAMA : SITI WINNY ADYA M NIM:

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB

Penilaian Akustika Ruang Kuliah TVST B Institut Teknologi Bandung

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar

UTS TF-3204 AKUSTIK PENILAIAN DAN OBSERVASI RUANG TVST C ITB

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

Penilaian Subjektif Kondisi Akustik di Nusa Indah Theatre, Balai Kartini, Jakarta

Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

Perancangan Ulang Akustik pada Auditorium STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI MATERIAL AKUSTIK UNTUK PENINGKATAN KUALITAS BUNYI PADA RUANG AUDITORIUM MULTI-FUNGSI

ABSTRAK. Penghargaan ini berguna untuk memotivasi mereka menampilkan musik yang terbaik. Dan tolak

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

Kondisi akustik ruangan 9231 GKU Timur ITB

Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB

Kekerasan (loudness) yang cukup Kekerasan menjadi masalah karena ukuran ruang yang besar Energi yang hilang saat perambatan bunyi karena penyerapan da

PERANCANGAN ULANG RUANG AULA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO DARI SEGI AKUSTIK

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-144

1.1. Latar Belakang Setiap ruangan harus memiliki 3 aspek yang harus diperhatikan, akustik, thermal dan pencahayaan. Aspek-aspek ini memiliki

DESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DAN DIFFUSOR TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA DINDING AUDITORIUM (KU )

PENILAIAN KUALITATIF KONDISI AKUSTIK RUANG KONFERENSI ASIA AFRIKA

Analisis Akustik Ruangan Aula Barat ITB

PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN AKUSTIKA RUANG DALAM PADA PERANCANGAN AUDITORIUM MONO-FUNGSI, SIDOARJO - JAWA TIMUR

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK...

Evaluasi Kenyamanan Akustik Masjid Salman

LATAR BELAKANG UTS TF AKUSTIK [NARENDRA PRATAKSITA ]

OPTIMALISASI KINERJA PARAMETER AKUSTIK DENGAN MEMODIFIKASI KONFIGURASI DISTRIBUSI SPEAKER PADA MASJID SYAMSUL ULUM

Desain Akustik pada Recording Studio

Penilaian Kondisi Akustik Ruangan TVST B pada Gedung TVST ITB Secara Subjektif

PERANCANGAN SISTEM TATA SUARA MASJID AL AQSHA SUKODONO-SIDOARJO

Laporan Penilaian Subjektif Akustik Ruangan Gedung TVST B ITB

BAB V KAJIAN TEORI. yang dipadukan dengan sentuhan arsitektur modern yang. dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara alam, bangunan, dan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

Evaluasi Kondisi Akustik di Gedung Konferensi Asia Afrika

PENGARUH BENTUK PLAFON TERHADAP WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME)

ANALISIS KINERJA AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM MONO-FUNGSI (STUDI KASUS RUANG JELANTIK JURUSAN ARSITEKTUR ITS)

UJIAN TENGAH SEMESTER TF-3204 AKUSTIK

Take Home Test Akustik TF3204 Laporan Kondisi Ruangan Aula Barat ITB

LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER I TAHUN 2007/2008 JAKARTA MUSIC ARENA. oleh: FAHRY ADHITYA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

PENGARUH PENAMPANG ASIMETRIS TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA RUANG AUDIO VISUAL GEDUNG S2 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TELKOM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Optimalisasi Kenyamanan Akustik Ruang pada JX International Surabaya

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK ANALISIS SUBJEKTIF RUANGAN XXI LOUNGE CIWALK

ANALISIS KINERJA AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI Studi kasus: Auditorium Universitas Kristen Petra, Surabaya

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

OPTIMALISASI PERFORMA AKUSTIK RUANG PADA RUANG IBADAH UTAMA DI GEREJA KATHOLIK PAROKI SANTO THOMAS KELAPA DUA DEPOK JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penilaian Kondisi Akustik Di Dalam Ruang Kelas Melalui Program Simulasi Odeon 5.0 (Studi Kasus: SMP Negeri 4 Banda Aceh)

AUDITORIUM MUSIK KLASIK DI BANDUNG

PENILAIAN KARAKTERISTIK AKUSTIK PADA TEATER TERTUTUP TAMAN BUDAYA (DAGO TEA HOUSE)

DENDY D. PUTRA 1, Drs. SUWANDI, M.Si 2, M. SALADIN P, M.T 3. Abstrak

UJIAN TENGAH SEMESTER TF3204 AKUSTIK

NILAI KUALITAS AKUSTIK RUANG PADA MASJID-MASJID DI DAERAH PERMUKIMAN DENGAN BENTUK PLAFON YANG BERBEDA

UTS AKUSTIK TF 3204 TAKE HOME TEST EVALUASI KONDISI AKUSTIK MASJID SALMAN ITB

STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK

Listener. Source. Space. loudness level pitch frequency time spatial spectral temporal. absorption diffraction reflection diffusion

Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka

TF4041- TOPIK KHUSUS A

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3892

REDESAIN INTERIOR GEDUNG SENI PERTUNJUKAN CAK DURASIM SURABAYA BERDASARKAN AKUSTIK RUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Concert Hall di Jakarta

Resonator Rongga Individual Resonator rongga individual yang dibuat dari tabung tanah liat kosong dengan ukuran-ukuran berbeda digunakan di gereja- ge

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK (TAKE HOME TEST ) Kondisi Akustik Ruang Kuliah ITB Oktagon 9026

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan sebuah ruang untuk lebih dari satu fungsi akustik sudah menjadi kebiasaan dewasa ini seperti Auditorium, Hall, bahkan di Indonesia muncul penamaan ruang serba guna untuk ruang dengan fungsi yang sangat luas. Keanekaragaman fungsi dari suatu ruang menuntut perlakuan akustikal yang berbeda. Ini dikarenakan standar kebutuhan kualitas dan kuantitas bunyi yang berbeda-beda yang sebaiknya diterima oleh pendengar. Standar tersebut tidak terbatas hanya pada kekuatan bunyi tetapi juga, waktu dengung, kejelasan bunyi, kejelasan lafal, perbandingan bunyi frekuensi tinggi dan rendah. Untuk ruang dengan fungsi akustik yang beragam dapat dilakukan penyesuaian pada penggunaan elemen interior yang dapat ditata sesuai kebutuhan dan pemilihan sistem sumber bunyi elektronik, namun aspek desain fisik ruang selalu menjadi pertimbangan pertama (Barron, 2010). Secanggih dan semahal apapun peralatan tata bunyi elektronik yang dipasang di suatu bangunan, bila akustik bangunan tersebut buruk maka hal itu akan menjadikan kualitas bunyi dalam bangunan itu buruk juga (Satwiko, 2009). Variabel sistem akustik dalam bentuk fisik memiliki keunggulan tersendiri karena tidak membutuhkan tenaga ahli untuk mengontrol dan merawat sistem tersebut. Variabel fisik juga menghasilkan bunyi yang lebih natural yang tidak mampu dihasilkan dari sumber bunyi elektronik. Banyak penyaji acara yang masih belum puas dengan penggunaan akustik buatan, sehingga solusi untuk 15

masalah akustik ruang multi fungsi tetap menjadi bahasan yang paling menarik kedepannya (Barron, 2010). Opsi untuk memberikan keragaman dalam kemampuan akustika sebuah ruang dapat dilakukan dengan cara berikut (Orlowski, 2002. Barron, 2010); (1) volume ruang yang dapat berubah-ubah, (2) ruang dengung (reverberant chamber), (3) variabel material penyerap suara, (4) variabel material pemantul suara, (5) variabel material penyebar (scattering) suara, (6) pengaturan jumlah audien, dan (7) sistem akustika buatan. Variabel volume diaplikasikan dengan dua cara yaitu dengan panel bergerak atau panel yang dapat dibuka dan ditutup. Panel-panel ini menutup ruangan yang didalamnya terdapat bidang dengan material akustik tertentu. Ketika panel dibuka atau dipindahkan penambahan volume ruang terjadi. Penerapan model variabel volume telah dilakukan pada beberapa ruang akustik seperti Sala Sao Paolo di Brazil, Milton Keyness Theatre di Inggris, Bruce Mason Theatre di New Zealand, dan menunjukan pengaruhnya terhadap perubahan waktu dengung sebesar 1,0 sampai 1,5 detik. Meski demikian dari pengamatannya Barron menyatakan bahwa sistem variabel volume yang telah coba diterapkan cenderung memberikan hasil yang tidak begitu memuaskan. Dari percobaan Möller menyebutkan bahwa peningkatan nilai RT 60 sebesar 20% membutuhkan penambahan volume sebesar 45-50% sehingga penggunaan variabel ini akan membutuhkan penambahan konstruksi dan biaya yang banyak. Meski demikian dengan perancangan yang teliti teknik ini diharapkan dapat berfungsi pada masa depan (Barron, 2010). Penggunaan variabel reverberant chamber bertujuan agar pendengar mengalami impresi ruang yang lebih besar dari yang dapat diamatinya secara 16

visual. Efek tersebut dapat dirasakan saat terdapat jeda yang cukup panjang antara dua bunyi yang beriringan. Pada teknik ini penurunan dengung bunyi yang linear akan dirusak oleh suara yang masuk ke ruang utama setelah melewati reverberant chamber (Gambar 1). Namun penggunaan teknik ini masih dianggap tidak sebanding dengan biaya yang dibutuhkan untuk menyediakan ruang yang dibutuhkan dan potensinya mungkin hanya terbatas pada beberapa jenis musik (Barron, 2010). Gambar 1: Penurunan dengung bunyi normal dalam ruang (a) dan penurunan yang di pengaruhi oleh reverberant chamber (b) (Barron, 2010). Penggunaan teknik variabel material penyerap adalah teknik yang paling sering digunakan. Namun perlu diperhatikan penggunaan material penyerap yang berlebihan dapat menghilangkan fungsi pemantul pada beberapa elemen ruang (Barron, 2010). Selain itu nilai serap yang berlebihan dapat menyebabkan ruang menjadi mati (Satwiko, 2002). Teknik ini diaplikasikan dengan memanfaatkan partisi atau elemen ruang yang dapat dipindah-pindahkan atau yang dapat dibukatutup. Pemindahan atau membuka elemen ruang akan menghadirkan jenis material yang berbeda dengan material sebelumnya (Gambar 2). Perubahan material inilah 17

yang akan memberikan pengaruh pada kualitas akustik ruang. Sistem bukatutup material disebutkan sulit diterapkan dengan mendapatkan besaran bidang yang besar dan mencukupi, dan hanya dapat diaplikasikan pada dinding samping dan belakang ruang dimana bukan tempat yang efektif (Möller, 2008). Gambar 2: Penerapan variabel material penyerap (Everest, 2001) Variabel Reflektor bunyi umumnya digunakan pada langit-langit ruang untuk mengarahkan bunyi pada pendengar, namun dari sejarah perkembangan ruang konser akustik, penerapan reflektor horisontal selalu tidak menunjukan hasil yang baik. Meskipun demikian tetap terbuka peluang untuk penggunaan reflektor samping (vertikal) yang dapat dipindah-pindahkan. Kedepannya terbuka peluang untuk percobaan penggunaan reflektor yang mampu disesuaikan untuk akustik ruang dengan tuntutan parameter yang beragam (Barron, 2010). 18

B. Latar Belakang Masalah Student Center Universitas Atma Jaya berfungsi untuk mewadahi tiga kelompok kegiatan dengan kebutuhan akustik ruang yang berbeda. Kelompok pertama adalah untuk fungsi olah raga seperti basket dan badminton, kedua untuk mewadahi kegiatan pentas musik elektronik dengan jenis musik progresif dan sejenisnya (tidak untuk musik tanpa penguat bunyi latar), ketiga untuk fungsifungsi pertemuan dan pidato. Masing-masing kelompok fungsi membutuhkan kualitas akustik yang berbeda. Secara umum kualitas akustik ruang pertama-tama ditinjau dari nilai waktu dengung ruang (reverberation time RT 60 ). Standar nilai RT 60 untuk fungsi fungsi akustik ruang dijelaskan kemudian. Untuk fungsi olah raga tinjauan paramater akustik ruang hanya mengacu pada nilai RT 60 maksimum 1.5 detik pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz dan 2000 Hz (Conetta, 2012). Untuk fungsi musikal secara umum, parameter kualitas akustika ruang yang ditekankan adalah; (1) kekuatan volume bunyi (SPL), (2) early decay time (EDT), (3) kejelasan bunyi pada 80ms atau clarity (C80), dan (4) kesan meruang yang dihasilkan oleh penerimaan bunyi yang seimbang oleh sepasang telinga pendengar atau dalam akustik diukur dengan nilai lateral fraction (LF). Cukup berbeda dengan fungsi musikal, kegiatan pidato atau konferensi (speech) yang didominasi bunyi manusia lebih menekankan pada; (1) kejelasan transmisi bunyi (Speech Transmission Indeks - STI), (2) kejelasan bunyi pada waktu 50ms (C50), (3) kejelasan laval atau definition pada 50ms (D50), dan (4) SPL pada rentang frekuensi 500 Hz sampai 19

2kHz. Jika disimpulkan hanya nilai SPL yang menjadi kesamaan perhatian pada fungsi olah raga, pidato dan musikal. Beragamnya tinjauan dan tuntutan kualitas parameter akustik berimbas pada kemampuan ruang untuk melakukan adaptasi. Meskipun dengan menggunakan akustika buatan beberapa kendala dalam ruang multi fungsi dapat diatasi namun keterbatasan pengelolaan dan sumber daya operasional bangunan terhadap sistem yang canggih dapat menjadi kendala di kemudian hari. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Barron bahwa penanganan fisik bangunan selalu menjadi prioritas utama sebelum mengaplikasikan akustika buatan. Dalam desain akustika ruang Student Centre UAJY, usaha untuk menerapkan keragaman dalam kemampuan akustika ruang harus didahulukan. Penerapan variabel fisik dapat dilakukan dengan teknik-teknik yang sudah dijelaskan sebelumnya, untuk mencapai kualitas akustik ruang sesuai kebutuhan keragaman fungsi. C. Perumusan Masalah Bagaimana penerapan variabel fisik [(1) volume ruang yang dapat berubahubah, (2) ruang dengung (reverberant chamber), (3) variabel material penyerap suara, (4) variabel material pemantul suara, dan (5) variabel material penyebar (scattering) suara] dalam ruang interior Student Centre UAJY untuk mendapatkan kualitas akustika ruang sesuai kebutuhan fungsi olah raga, pidato dan musikal. D. Batasan Masalah Pada lingkup spasial, penelitian dibatasi hanya pada desain ruang serba guna Student Centre Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Pada lingkup permasalahan ditekankan pada aplikasi variabel fisik ruang interior yang berpengaruh terhadap 20

perubahan kualitas akustik yaitu; (1) volume ruang, (2) reverberation chamber, dan (3) material akustika ruang. Teknik pengaturan jumlah audience akan diabaikan karena tidak sesuai dengan tujuan perancangan ruang multi fungsi dewasa ini. Teknik pengaturan sistem akustika buatan (loudspeaker) hanya akan ditinjau dari aspek pemilihan jenis speaker yang efektif sesuai dengan layout ruang dan fungsi. Hal ini dikarenakan objek studi berupa desain perancangan sehingga penyelesaian fisik ruang lebih didahulukan sebelum pemilihan sistem akustik buatan. E. Keaslian Penelitian Jika ditinjau dari lingkup variabel yang akan diteliti, bahasan yang ditemukan lebih banyak mengulas mengenai bangunan yang sudah ada dan melihat efektifitas penerapan variabel fisik yang ada. Penelitian (Möller, dkk, 2008) pada Vanaja Hall di Verkatehdas, Finlandia, ditemukan bahwa penerapan variabel material memberikan pengaruh pada perubahan RT 60. Namun penelitian tersebut terbatas pada variabel material serap. Penelitian lain yang dilakukan oleh Orlowski pada bangunan Milton Keynes Theatre dan Concertgebouw di Inggris juga difokuskan pada penerapan variabel material serap dan variabel volume. Keaslian dari penelitian yang akan dilakukan dapat dibuktikan dengan melihat pada lingkup spasial objek studi. Objek studi adalah pra-rancangan bangunan yang dalam proses desainnya masih akan berkembang. Rencana penelitian ini juga dibuat untuk mengakomodasi permintaan perencana dan pemilik bangunan yang membutuhkan ruang serba guna dengan kualitas akustik yang memadai. 21

F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menemukan simpulan dari efektifitas penggunaan variabel-variabel fisik ruang dalam menangani masalah kebutuhan akustik ruang dengan fungsi yang beragam pada objek studi. Simpulan hasil temuan juga diharapkan dapat berguna bagi perencana lain dalam perancangan ruang-ruang dengan kebutuhan akustik beragam. Selain itu dengan menggunakan simulasi diharapkan dapat lebih memperkenalkan metode tersebut pada arsitek khususnya dan masyarakat pada umumnya. G. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yaitu mengkaji efek penerapan variabel fisik secara umum pada sebuah ruang uji. Hasil simpulan dari pengujian variabel fisik akan digunakan untuk mengkaji efek dari penerapan variabel fisik akustik ruang pada desain ruang Student Centre Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Hasil temuan akan digunakan dalam memberikan rekomendasi pada perencana untuk dijadikan pedoman dalam perancangan akustik objek studi. Hasil temuan juga diharapkan dapat berupa perbandingan efektifitas penerapan variabel fisik pada akustik ruang interior. H. Sistematika Penulisan Penulisan dibagi kedalam enam bab dengan konsentrasi bahasan pada masingmasing bab sebagai berikut: BAB I membahas mengenai latar belakang dan masalah yang akan diteliti serta manfaat dan tujuan penelitian dilakukan. 22

BAB II berisi teori-teori yang dibutuhkan oleh peneliti serta yang dibutuhkan oleh pembaca agar dapat memahami proses dan hasil dari penelitian yang akan dilakukan. BAB III menunjukan langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan serta variabel yang dibutuhkan agar penelitian dapat dilakukan dengan baik. Selain itu pada bab ini juga membahas mengenai objektif penelitian dan variabel yang akan diamati dari hasil penelitian untuk penarikan kesimpulan. BAB IV adalah bagian yang menampilkan dan membahas mengenai penelitian numerik terhadap variabel-variabel fisik yang diamati. Bahasan dan hasil kesimpulan yang diperoleh pada bab ini akan diaplikasikan pada objek studi yang diteliti kemudian. BAB V berisi aplikasi dari penelitian numerik pada bab sebelumnya. Aplikasi tersebut kemudian diuji dengan program simulasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas akustika ruang objek studi. BAB VI beisi kesimpulan umum dari penelitian numerik dan kesimpulan hasil penerapan variabel fisik pada objek studi 23