METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDUGAAN TINGKAT BAHAYA EROSI UNTUK OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

Erosi. Rekayasa Hidrologi

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB II LANDASAN TEORI

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

BAB III METODE PENELITIAN. menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam

PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI POLA USAHA TANI DI DESA KABIRAAN KECAMATAN ULUMANDA KABUPATEN MAJENE Oleh Qaizar K

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

MENENTUKAN LAJU EROSI

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup menyediakan sumberdaya alam bagi kelangsungan

%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG

%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

Rd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Teknik Konservasi Waduk

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan

Dwi Priyo Ariyanto i dan Hery Widijanto

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara geografis, lokasi penelitian terletak antara mt dan

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

Lampiran 1 Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air di Sub DAS Melamon

BAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan

ANALISIS EROSI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI

PENDUGAAN KEHILANGAN TANAH DAN SEDIMEN AKIBAT EROSI MENGGUNAKAN MODEL "ANSWERS" DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG HULU, KATULAMPA.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

PREDIKSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN USAHA TANI PEGUNUNGAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA TENGAH

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

ANALISIS SPASIAL BESARAN TINGKAT EROSI PADA TIAP SATUAN LAHAN DI SUB DAS BATANG KANDIS

ABSTRACT PREDICTION EROSION, LAND CAPABILITY CLASSIFICATION AND PROPOSED LAND USE IN BATURITI DISTRICT, TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE.

3. TAHAP ANALISA CONTOH TANAH 4. TAHAP ANALISA DATA

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu

Tipe struktur. Tabel Lampiran 2. Kode permeabilitas profil tanah

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi Sub DAS Petani Sumatera Utara. Mapping Erosion Level in Petani SubWatershed North Sumatera

PENDUGAAN EROSI DENGAN METODE USLE (Universal Soil Loss Equation) DI SITU BOJONGSARI, DEPOK

PREDIKSI EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI POBOYA

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK

Erosi Tanah Akibat Operasi Pemanenan Hutan (Soil Erosion Caused by Forest Harvesting Operations)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011. Analisis, interpretasi, korelasi data, dan penggambaran peta peta : Februari Maret 2011 (Bogor). Penyusunan skripsi, seminar dan ujian sidang : Maret Mei 2011. Tempat penelitian terletak di Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 1473.7 ha dengan batas desa sebelah utara Desa Sukamaju, sebelah selatan Desa Pulosari, sebelah barat Desa Sukamaju, dan sebelah timur Desa Cikalong. Secara geografis Desa Lamajang terletak pada 107 0 31 3 107 0 33 6 BT dan 7 0 5 5 7 0 9 7 LS. Sarana transportasi yang digunakan di daerah ini berupa angkutan kota (angkot) dengan akses jarak dari Ibukota Jawa Barat ±40 Km, jarak dari Ibukota Kabupaten DATI II (Kabupaten Bandung) adalah berkisar 19.5 km, jarak dari Kecamatan Pangalengan berkisar 13 km, dan jarak dari Ibukota Negara (Jakarta) adalah berkisar 200 km. Transportasi dari Kota Bandung dapat menggunakan angkutan umum atau mini bus jurusan Leuwi Panjang menuju Pangalengan. Lokasi penelitian tertera pada Gambar 2.

11 3.2 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan beberapa tahapan diantaranya adalah : pengumpulan data, pengecekan lapang, dan analisis data. 3.2.1 Pengumpulan data Data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan juga data primer. Data sekunder diperoleh dari beberapa penelitian-penelitian sebelumnya dari instansi terkait. dimana data tersebut terdiri dari : 1. Peta Tanah Tinjau Mendalam DAS Citarum Hulu, Bandung, Jawa Barat, Skala 1 : 100.000. 2. Peta Rupa Bumi Indonesia (Digital) Lembar Pangalengan 1208-631 dan Lembar Soreang 1208-633, Skala 1 : 25.000. 3. Peta Penggunaan Lahan DAS Citarum Hulu, Bandung, Jawa Barat, Skala 1 : 100.000. 4. Data Curah Hujan dari Stasiun Pangalengan Tahun 1985-1992. 5. Data nilai Erodibilitas Tanah. Data tersebut selanjutnya diolah sehingga menghasilkan data data yang dibutuhkan untuk menentukan optimalisasi penggunaan lahan. Data primer diperoleh dari pengecekan lapang dengan melakukan klasifikasi pedon pewakil menggunakan seperangkat alat survei. Data tersebut dibutuhkan sebagai penunjang dari data sekunder. 3.2.2 Analisis Data Optimalisasi dilakukan dengan mencari alternatif penggunaan lahan yang menyebabkan erosi lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransikan dan secara ekonomi menguntungkan serta diterima masyarakat setempat. Untuk itu dilakukan beberapa tahapan analisis data, meliputi : pendugaan erosi baik aktual, potensial, dan erosi yang dapat ditoleransikan, penetapan alternatif penggunaan lahan dan tindakan konservasinya, analisis ekonomi, dan analisis prefensi masyarakat. Semua analisis tersebut dilakukan terhadap Satuan Peta Lahan (SPL) yang merupakan unit terkecil yang mempunyai karakteristik sama yang dijadikan sebagai satuan analisis. Secara skematik analisis data disajikan pada Gambar 3.

12 Peta Satuan Lahan Skala 1: 50.000 Intersect Peta Penggunaan Lahan Skala 1: 50.000 Peta Kelas Erosi Aktual Skala 1: 50.000 Erosi Aktual Erosi yang Ditoleransikan Erosi Aktual > Erosi yang Ditoleransikan Sudah Optimum Perlu di Optimalisasikan Penentuan Alternatif Peninjauan Altenatif Secara Ekonomi Peninjauan Alternatif Secara Sosial Peta Alokasi Penggunaan Lahan Skala 1: 50.000 Gambar 3. Skema Analisis Data

13 3.2.2.1 Penetapan Satuan Lahan Satuan Peta Lahan (SPL) ditetapkan dengan mengkombinasikan berbagai komponen lahan yaitu : topografi, tanah, dan iklim. Pengkombinasian tersebut dilakukan melalui overlay peta tersebut di atas dengan menggunakan perangkat lunak ArcView 3.3. 3.2.2.2 Pendugaan Erosi Pendugaan Erosi aktual dan potensial dilakukan dengan menggunakan Metode USLE dengan persamaan sebagai berikut: Aa = R.K.LS.C.P Ap = R.K.LS Keterangan: Aa = Erosi Aktual Ap = Erosi Potensial R = Indeks Erosivitas Hujan K = Erodibilitas Tanah LS = Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng CP = Vegetasi dan Teknik Konservasi Tanah dan Air Indeks erosivitas hujan (R) diperoleh dengan menggunakan Persamaan Lenvian : R= 2.21 P 1.36 R = Indeks erosivitas hujan bulanan P = Curah hujan bulanan (cm) Agar R dapat dihitung sesuai dengan rumus di atas, diperlukan data curah hujan bulanan dari Stasiun Pangalengan Erodibilitas tanah (K) adalah kepekaan tanah terhadap erosi. Menurut Kurnia, Rachman, dan Dariah (2004) adalah untuk mengetahui nilai erodibilitas tanah dengan mengetahui jenis tanahnya terlebih dahulu, seperti yang disajikan pada Tabel 1.

14 Tabel 1. Prakiraan Besarnya Nilai K untuk Beberapa Jenis Tanah (Kurnia, Rachman, dan Dariah, 2004) Golongan Tanah Jenis Tanah Nilai K rataan (Unit) (Order) (Great Group) Hapludand 0,32 Andosol Hydrudand 0,07 Dystrudand 0,21 Aquept 0,31 Inceptisol Dystrudept 0,21 Eutrudept 0,29 Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) adalah rasio antara besarnya erosi dari sebidang lahan dengan panjang lereng dan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari lahan yang indentik, terletak pada lereng panjang 22 meter dan kemiringan 9%. Nilai LS untuk suatu tanah dapat dihitung dengan persamaan berikut : (3.2) Keterangan : LS : Nilai Faktor LS X : Panjang Lereng (meter) S : Kemiringan lereng (persen) Faktor Penutupan Vegetasi (C) dan Indeks Pengolahan Lahan atau Tindakan Konservasi Tanah (P) dapat digabung menjadi faktor CP. Nilai faktor C dipengaruhi oleh banyak peubah yang dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu : peubah alami dan peubah yang dipengaruhi oleh sistem pengelolaan, dengan adanya peubah peubah tersebut dari berbagai hasil penelitian maka ditetapkan nilai C seperti yang tertera pada Tabel 2. Data selengkapnya tertera pada Lampiran 4.

15 Tabel 2. Prakiraan Nilai Faktor C pada Berbagai Jenis Penggunaan Lahan (Arsyad, 2006) No. Macam Penggunaan Lahan Nilai C 1 Tanah terbuka / tanpa tanaman 1 2 Sawah 0,01 3 Tegalan 0,7 4 Kedelai 0,399 5 Kacang tanah 0,2 6 Kebun campuran Kerapatan tinggi 0,1 Kerapatan sedang 0,2 Kerapatan rendah 0,5 7 Perladangan 0,4 8 Hutan alam Serasah banyak 0,001 Serasah kurang 0,005 9 Hutan produksi Tebang habis 0,5 Tebang pilih 0,2 10 Semak belukar/padang rumput 0,3 11 Alang alang murni subur 0,001 Faktor P adalah nisbah besarnya erosi dari tanah dengan suatu tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah menurut arah lereng (Arsyad, 2006). Tabel 3 adalah nilai P untuk konservasi khusus. Tabel 3. Nilai P untuk Konservasi Khusus (Arsyad, 2006) No Tindakan Khusus Konservasi Tanah Nilai P 1 Teras bangku 1) Konstruksi baik 0,04 Konstruksi sedang 0,15 Konstruksi kurang baik 0,35

16 Tabel 3. (Lanjutan) Teras tradisional 0,40 2 Strip tanaman rumput bahia 0,40 3 Pengolahan tanah dengan penanaman menurut garis kontur Kemiringan 0-8% 0,50 Kemiringan 9-20% 0,75 Kemiringan lebih dari 20% 0,90 4 Tanpa tindakan konservasi 1,00 1) Konstruksi teras bangku dinilai dari kerataan dasar teras dan kondisi talud teras 3.2.2.3 Penetapan Erosi yang dapat Ditoleransikan (TSL) dan Indeks Bahaya Erosi (IBE) Penentuan tingkat bahaya erosi yang dapat ditoleransikan mengacu kepada pedoman nilai T yang dikemukakan oleh Thompson (1975 dalam Arsyad, 2006) di daerah Indonesia tertera pada Tabel 5. Penentuan indeks bahaya erosi masing-masing satuan lahan di daerah penelitian ditentukan dengan rumus : IBE = Ap/TSL Keterangan : IBE = Indeks Bahaya Erosi TSL = Tolerable Soil Loss Hasil dari perhitungan persamaan klasifikasi Indeks Bahaya Erosi dimana nilai tersebut didapatkan dengan cara mengacu pada Tabel 4. Tabel 4. Klasifikasi Indeks Bahaya Erosi (Hammer, 1981 dalam Arsyad, 2006) No. Nilai IBE Harkat IBE 1. < 1,00 Rendah 2. 1,01 4,00 Sedang 3. 4,01 10,00 Tinggi 4. > 10,00 Sangat Tinggi

17 Tabel 5. Pedoman Penetapan Nilai T untuk Tanah tanah di Indonesia (Arsyad, 2006) No. Sifat Tanah dan Substratum Nilai TSL (ton/ha/tahun) 1 Tanah sangat dangkal (< 25 cm) di atas batuan. 0 2 Tanah sangat dangkal (< 25 cm) di atas bahan telah Mengalami hancuran iklim (tidak terkonsolidasi). 3 Tanah dangkal (25 50 cm) di atas bahan telah mengalami hancuran iklim. 4 Tanah dengan kedalaman sedang (50 90 cm) di atas bahan telah mengalami hancuran iklim. 5 Tanah yang dalam (> 90 cm) dengan lapisan bawah yang kedap air di atas substrata yang telah mengalami hancuran iklim. 6 Tanah yang dalam (> 90 cm) dengan lapisan bawah berpermeabilitas lambat, di atas substrata telah mengalami hancuran iklim. 7 Tanah yang dalam (> 90 cm) dengan lapisan bawah berpermeabilitas sedang, di atas substrata telah mengalami hancuran iklim. 8 Tanah yang dalam (> 90 cm) dengan lapisan bawah yang permeabel, di atas substrata telah mengalami hancuran iklim. 4.8 9,6 14,4 16,8 19,2 24,0 30,0 3.2.2.4 Penetapan Alternatif Alternatif Penggunaan Lahan Menentukan alternatif alternatif penggunaan lahan pada setiap SPL dengan cara menentukan nilai CPmax dengan menggunakan rumus : CPmax = TSL / Ap Keterangan : CPmax = Nilai Maksimum Penggunaan Lahan dan Teknik Konservasi TSL = Erosi yang dapat ditoleransikan Ap = Erosi Potensial Alternatif penggunaan lahan yang dipilih adalah setiap penggunaan lahan yang mempunyai nilai CP CPmax. Nilai CP dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.

18 3.2.2.5 Penentuan Optimalisasi Penggunaan Lahan Alternatif alternatif terpilih dapat digunakan sebagai penentu optimalisasi penggunaan lahan dengan cara memilih dari alternatif alternatif yang ada berdasarkan aspek sosial dan ekonomi. Aspek ekonomi dinilai dari penggunaan lahan dan teknik konservasi yang memberikan keuntukan terbesar. Aspek sosial dinilai dari tingkat kemudahan diterimanya alternatif tersebut, diutamakan penggunaan lahan yang sudah diterapkan oleh petani di daerah penelitian.