BABI PENDAHULUAN. Untuk terciptanya kemandirian pemerintah daerah, pemerintah pusat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Mahmudi, 2011). Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi politik di tanah air. Walaupun masih dalam batas-batas tertentu, perubahan ini

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil kegiatan operasional. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

TUGAS MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN PENGELOLAAN KEUANGAN OLEH : SURACHMIN, SH., MH

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan bagi politik dan sistem pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah. Munculnya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perubahan di bidang ekonomi, sosial dan politik dalam era reformasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pergantian pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dibuat untuk memberi informasi kepada pengguna internal dan

BAB II LANDASAN TEORI

Assalamualaikum Wr, Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan otonomi daerah yang telah berjalan sejak tahun 1999-an

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB I PENDAHULUAN. semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

PENDAHULUAN. Laporan Keuangan Kabupaten Sidoarjo. Page 1. D a t a K e u a n g a n K a b u p a t e n S i d o a r j o T a h u n s.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi daerah, sebagaimana halnya di bidang-bidang lainnya. Usaha untuk

Assalamualaikum Wr, Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

ENTRY MEETING PEMERIKSAAN ATAS LKPD TA 2016 PADA PEMKAB KULON PROGO. Wates, 6 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai Sistem Pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal. daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN ANGGOTA V BPK RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah otonomi daerah. pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola

SAMBUTAN BPK PADA PENYERAHAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2011

Peran Audit Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Peningkatan Transparansi Dan Akuntabilitas. 2. Kajian Pustaka dan Hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

MENELUSURI OPNINI AUDITOR INDEPENDEN ATAS LKPD PEMERINTAH PROVINSI BALI. KETUT BUDIARTHA Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana

REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk terciptanya kemandirian pemerintah daerah, pemerintah pusat memberi otonomi kepada pemerintah daerah agar dapat menyelenggarakan pemerintahan sendiri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sehingga pembangunan di daerah diarahkan agar lebih mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, setiap Pemerintah Daerah diberi Kewenangan yang luas dalam menyelenggarakan semua urusan pemerintah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi kecuali kewenangan bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, agama, dan kewenangan lain yang ditetapkan Peraturan pemerintah. Sebagai konsekuensi dari kewenangan otonomi yang luas, setiap pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara demokratis, adil, merata, dan berkesinambungan. Kewajiban itu bisa dipenuhi apabila pemerintah daerah mampu mengelola potensi daerah yaitu potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan potensi sumber daya keuangan secara optimal. Sesuai dengan bunyi pasal 155 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan: 1

2 1. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah. 2. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara. 3. Administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintah sebagaimana maksud pada nomor (1) dilakukan secara terpisah dari administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintah sebagaimana maksud pada nomor (2). Hal ini pun seperti yang dicantumkan Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung jawaban Keuangan Daerah menyebutkan pengelolaan keuangan daerah hams dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang beralaku, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatuhan. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang langsung maupun tidak langsung mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sosial masyarakat. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang mendukung pelaksanaan Undang Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan juga Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, sudahlah disebut lengkap bahwa pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diukur kinerjanya. Dengan kelengkapan Undang-Undang dan

3 Peraturan Pemerintah diperlukan analisis kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan daerahnya dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang telah ditetapkan dan dilaksanankannya. Hasil analisis rasio keuangan ini selanjutnya digunakan untuk tolok ukur dalam : menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah, mengukur efektifitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah (b_ttp:l/www.teuhamka.com/artikel22.htm). Beberapa pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur keberhasilan seorang pemimpin daerah adalah pertumbuhan ekonomi yang positif, tingkat inflasi yang terkendali, kesempatan kerja yang semakin meningkat, pengangguran yang semakin berkurang, keamanan yang kondusif, dan daya beli masyarakat yang semakin meningkat. Pendekatan seperti itu merupakan pendekatan makro dan manfaatnya sangat dirasakan oleh masyarakat secara umum. Wujud dari keberhasilan pemerintah yang menggunakan pendekatan makro adalah pembangunan secara fisik semakin meningkat. Ada satu pendekatan yang jarang diperhatikan oleh masyarakat adalah kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Laporan Arus Kas. LKPD dianggap baik jika dalam Laporan Hasil Pemeriksaan dari BPK mendapat opini wajar tanpa pengecualian. Sejak diberlakukannya otonomi daerah setiap pemerintah daerah, baik pemerintah kabupaten/kota maupun provinsi diwajibkan untuk menerbitkan laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban telah berakhimya tahun anggaran dan wajib diaudit oleh BPK. Untuk meningkatkan kualitas audit, BPK telah menerbitkan Standar

4 Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) sesuai dengan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01, Tahun 2007. Pada penelitian terdahulu Budhiartha (2007) mengenai penelusuran atas opm1 auditor independen atas LKPD Bali menyatakan bahwa penilaian yang dilakukan BPK menunjukkan bahwa kesungguhan pemerintah daerah untuk mengikuti aturan dan perundang-undangan yang berlaku dalam mengelola keuangan negara sangat sedikit. Termasuk yang cara pengelolaannya kurang baik adalah Pemerintah Provinsi Bali yang terbukti dengan diberikannya opini wajar dengan pengecualian atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Bali. Sedangkan penelitian Suprapto (2006) mengemukakan penilaian kinerja PEMDA dapat dilihat berdasarkan analisis Japoran keuangannya, yang dilakukan oleh auditor, dapat dilihat dari opini yang diberikan. Dalam tahun anggaran 2008, BPK telah melakukan audit atas Laporan Keuangan/Perhitungan APBD di Jawa Timur. Wilayah provinsi Jawa Timur meliputi satu pemerintahan provinsi, 29 pemerintahan kabupaten dan 9 pemerintahan kota. Selain dari itu, di wilayah Provinsi Jawa Timur terdapat 31 RSUD dan 92 BUMN terdiri dari satu BPD Jatim, 39 PDAM, lima Perseroan Terbatas, 18 BPR, dan 29 Perusahaan Daerah. Dari Pemda yang diperiksa tersebut, Pemeriksaan LKPD 2008 pada 39 entitas memuat 2 opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion, WOP) dan 37 opini "Tidak Wajar" (adverse opinion, TW). Hal ini berarti 94,8% Pemda belum menyusun Laporan Keuangan/Perhitungan APBD tahun 2008 sesuai prinsip akuntansi dan mematuhi peraturan perundangan.

5 Dari gambaran tersebut terlihat bahwa Pemerintah Pusat/Daerah pada umumnya belum mampu menyusun laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi dan belum mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Masih banyak penyimpangan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negaraldaerah. Oleh karena itu, pendalaman materi hasil audit laporan keuangan perlu ditindaklanjuti dengan audit kinerja dan/atau audit investigasi. Hal ini untuk dapat lebih memaksimalkan peran BPK dalam mewujudkan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara yang tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Dari penelitian terdahulu diatas, maka opini pada LHP atas laporan keuangan daerah pada PEMDA, memiliki andil penilaian kinerjanya, namun terkadang LHP ini diabaikan dalam pelaksanaan publikasinya. Jika dilihat dari apa yang teijadi diprakteknya, pada laporan hasil pemeriksaan (LHP) yang dilakukan di propinsi Jawa Timur, khususnya pada kabupaten Situbondo, yang mendapat penilaian Tidak Wajar (TW). Penilaian tidak wajar ini teijadi secara berulang dalam setiap tahun tanpa adanya perbaikan. Pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah yang dilakukan BPK RI perwakilan Jawa Timur beberapa tahun terakhir ini sesuai LHP BPK RI No.29/LHP/XVIII.5/5/2009 tanggal 28 Juli tahun 2009. Diantaranya masih menemukan beberapa masalah yang menjadi perhatian yang dapat mempengaruhi opini laporan keuangan pada Pemerintah Daerah Situbondo diantaranya adalah: I. Prosedur yang diterapkan dalam menyusun neraca tidak memadai, Maksud dari permasalahan tersebut adalah data sumber yang digunakan untuk menyusun neraca tidak valid dikarenakan setiap Satuan Kerja Pelaksanaan

6 Dinas (SKPD) tidak memberikan data sebagai konfirmasi khususnya mengenai data asset kepada bagian keuangan dan pembukuan tentang berapa anggaran yang dibelanjakan dengan total barang yang bertambah, di samping itu tiap-tiap SKPD tidak menyusun neraca konsolidasi dan mengirimkan data baik piutang,persediaan, investasi,dan penerimaan kas di bendaharawan penerima dengan nilai yang semestinya dan tepat waktu kepada bagian verifikasi dan pembukuan/akuntansi sebagai bahan penyusunan neraca tahunan. 2. Pengendalian terhadap pengamanan asset tidak memadai, Maksud dari permasalahan tersebut adalah Asset yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Situbondo yang masuk dalam neraca adalah bukan seluruhnya milik PEMKAB dikarenakan pada saat penyusunan neraca awal belum memisahkan asset tetap tersebut yang benar-benar menjadi hak PEMKAB selain itu masih banyak yang belum mempunyai bukti kepemilikian yang sah misalnya asset tanah yang masih belum bersertifikat, asset tanah masih atas nama pejabat PEMKAB dan masih terdapat asset tanah dikuasai dan digunakan pihak lain. Hal ini rawan dapat dilakukan penyerobotan oleh pihak lain, sehingga pengendalian asset tanah tidak memadai. 3. Pemerintah Daerah Situbondo belum mempunyai kebijakan akuntansi sesuai standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. Maksud dari permasalahan tersebut adalah semenjak tahun 2002 sampm tahun 2008 sesuai pemeriksaan BPK Jawa Timur tidak mendapatkan kebijakan akuntansi sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan dengan Perda pada PEMKAB Situbondo sebagai dasar bagi pelaksana fungsi akuntansi dalam menjalankan kegiatannya guna

7 menjalankan fungsi akuntansi yang dapat menghasilkan informasi akuntansi yang handal, sebagai proses penyusunan dan pencatatan transaksi keuangan dan pelaporan keuangan. 4. Masih belum terselesaikannya adanya ketekoran kas sebesar Rp 43.628.356.165,00 Maksud dari permasalahan tersebut adalah kasus ketekoran kas yang terjadi pada tahun 2006 yang berindikasi merugikan keuangan daerah belum terselesaikan dan masih ditangani oleh aparat hukum sehingga kekurangan atau ketekoran kas tersebut belum tertutupi. 5. Pembebanan Belanja Modal pada Belanja Barang Jasa sebesar Rp 94.264.500,00 di bagian Pemerintahan sekretariat daerah tidak tepat. Maksud dari permasalahan tersebut adalah anggaran yang digunakan untuk belanja modal yang seharusnya menambah asset pada neraca daerah masih bersumber dari anggaran pos belanja barang dan jasa, yang realisasinya untuk belanja barang pakai habis yang tidak menambah umur ekonomis atau dapat disamakan dengan kesalahan pembebanan. Hal ini merupakan sesuatu yang seharusnya tidaklah terjadi dalam penilaian kinerja suatu daerah, karena dengan adanya LHP, diharapkan adanya perbaikan dan perubahan dalam kinerja keuangan kabupaten yang bersangkutan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

8 1. Bagaimana hasil pemeriksaan BPK Rl atas Laporan Keuangan Daerah (LKD) Kabupaten Situbondo Tahun Anggaran 2008? 2. Bagaimana kinetja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Situbondo Tahun Anggaran 2008? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mendeskripsikan dan menganalisis hasil pemeriksaan BPK Rl atas Laporan Keuangan Daerah (LKD) Kabupaten Situbondo Tahun Anggaran 2008. 2. Mendeskripsikan dan menganalisis kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Situbondo Tahun Anggaran 2008 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Obyek Penelitian Dari hasil penelitian ini, diharapkan akan sangat membantu PEMDA untuk mengevaluasi sistem yang ada berdasarkan laporan keuangan dan laporan hasil pemeriksaan, sehingga pemerintahan dapat berjalan dengan efisien untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan diharapkan, dan dapat memudahkan PEMDA dalam menentukan strategi perencanaan dan penggunaan anggaran berikutnya. 2. Bagi pengembangan ilmu Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam pengembangan dan memperdalam pengetahuan tentang keuangan daerah

9 3. Bagi Penelitian Lanjut Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan maupun wawasan berpikir dan menambah kesadaran pentingnya peranan Laporan Hasil Pemeriksaan dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kinerja keuangan Pemerintah Daerah.