BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari kanker kulit yang sering dijumpai setelah basalioma. Insidensi diperkirakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker kulit non melanoma merupakan salah satu jenis kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. kejadian kanker kulit sekitar 3,5 juta kasus pertahun, dimana basal cell carcinoma merupakan

BAB I PENDAHULUAN. melanoma) meliputi separuh dari kasus kanker. Kanker kulit non melanoma

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis yang banyak juga mempunyai sifat-sifat dari berbagai penyakit lainnya yang sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tahun didiagnosa sekitar kasus kanker payudara baru dan

BAB I PENDAHULUAN. Keganasan payudara merupakan keganasan yang sering ditemukan di

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi

BAB 6 PEMBAHASAN. lengkap baik dari segi farmakologi maupun fitokimia. Pemanfaatan Phaleria macrocarpa ini

BAB VI PEMBAHASAN. Pemeriksaan tumor pada kolon secara makroskopis, berhasil tumbuh 100%

BAB 6 PEMBAHASAN. ekstrak Phaleria macrocarpa terhadap penurunan indek mitosis dan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. induksi selama 9 bulan didapatkan 18 ekor mencit berhasil tumbuh tumor pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sampel 24 ekor mencit jantan strain Swiss, setelah

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan

I. PENDAHULUAN. dan fakta menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker terus meningkat. etnik, paling sering menyebabkan kematian pada wanita Hispanik dan

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang memalui serangkaian fase yang disebut siklus sel. 1

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kranial klavikula, kecuali kanker otak dan sumsum tulang belakang. KKL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. tumor dengan bentuk dan susunan serabut-serabut yang bervariasi, dan oleh Mallory

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker paru merupakan keganasan penyebab kematian. nomer satu di dunia (Cancer Research UK, 2012).

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker merupakan salah satu penyakit dengan kasus tertinggi di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma payudara merupakan karsinoma terbanyak. pada wanita di dunia. Menurut World Health Organization

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk. dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Paru, prostat, kolorektal, lambung, dan hati merupakan 5 organ

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia. mencapai 18 % dari total kanker (World Health

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

PENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB I PENDAHULUAN. di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sering terjadi pada wanita dan menjadi penyebab kematian utama. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kulit merupakan organ tubuh tunggal yang terbesar, yaitu persen dari total

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PHALERIA MACROCARPA TERHADAP INDEKS APOPTOSIS SEL ADENOKARSINOMA MAMMA DAN PERKEMBANGAN MASSA TUMOR PAYUDARA MENCIT C3H

BAB I PENDAHULUAN. jika dihitung tanpa lemak, maka beratnya berkisar 16% dari berat badan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling. sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

BAB 1 PENDAHULUAN. menginduksi pertumbuhan dan pembelahan sel. tubuh tidak membutuhkan sel untuk membelah.

Gambar / foto sel mitosis pada jaringan karsinoma epidermoid (anak panah merah. Kelompok kontrol Kelompok P1

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia, termasuk di Indonesia (Dinas Kesehatan Propinsi. Nanggroe Aceh Darussalam, 2012). Berdasarkan Riskesdas 2007,

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu tumor ganas penyebab

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kanker diseluruh dunia diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2030 dan

I. PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah utama bagi masyarakat karena menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2000, kematian akibat kanker. diperkirakan mencapai 7 juta kematian (12% dari semua

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dimana kanker tersebut tumbuh dan tipe dari sel kanker tersebut.

menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang. Karsinoma nasofarings (KNF) merupakan keganasan. yang jarang ditemukan di sebagian besar negara, namun

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia tahun 2010 menunjukan, kasus rawat

PROSIDING SEMNAS HERBS FOR CANCER FK UNISSULA ISBN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

Kanker Kulit. Skin Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia karena

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma epidermoid (squamous cell carcinoma) adalah suatu proliferasi ganas dari keratinosit epidermis yang merupakan tipe sel epidermis yang paling banyak dan merupakan salah satu dari kanker kulit yang sering dijumpai setelah basalioma. Insidensi diperkirakan 25% dari seluruh keganasan kulit. Faktor predisposisi karsinoma epidermoid antaralain radiasi sinar ultraviolet, arsenik, hidrokarbon, suhu, radiasi kronis, parut, virus. 1,2 Karsinoma epidermoid lebih banyak dijumpai pada orang kulit putih dari pada kulit berwarna dan lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibanding wanita, terutama pada usia diatas 40 tahun. Insiden karsinoma epidermoid meninggi dengan bertambahnya usia. 2 Karsinoma epidermoid memperlihatkan karakter keganasan termasuk anaplasia, pertumbuhan cepat, invasi lokal dan potensial metastasis. Insiden metastasis secara keseluruhan 2% - 3%. Lesi kanker ini umumnya berlokasi di wajah, lengan, punggung dan dorsum manus. 2, 3 Menurut penelitian National Cancer Institute, angka kekambuhan lokal setelah terapi primer dari karsinoma epidermoid mencapai 3 % - 23 % tergantung dari letak anatominya. Sekitar 58 % kekambuhan lokal bermanifestasi dalam 1 tahun, 83 % dalam 3 tahun, dan 95 % dalam 5 tahun. Frekuensi metastasis tumor primer pada kulit yang terekspose sinar matahari berkisar 5 % pada auricula eksterna, 9 % pada tumor di bibir, dan frekuensi lebih tinggi pada tumor primer karsinoma epidermoid kulit yang mengalami scar kronik berkisar antara 38 %. Tumor dengan diameter 2 cm atau lebih besar, dan kedalaman 4 mm atau lebih, berdifferensiasi jelek memiliki prognosis yang lebih buruk dan angka kekambuhan lokal atau metastasis yang tinggi. 4 Menurut American Cancer of Society angka kekambuhan karsinoma 1

epidermoid kulit masih tinggi yaitu 2 % dan 8,9 % paska eksisi luas dengan batas eksisi pada jarak 2 cm dari tepi tumor, paska radioterapi 7 % - 50 % dan 20 % paska kuretase dan elektrodeseksi. 5 Modalitas terapi karsinoma epidermoid adalah pembedahan dengan eksisi luas dan jika ditemukan KGB (+), dilakukan diseksi KGB. Radiasi primer diindikasikan pada kasus inoperable, kasus dengan toleransi operasi yang buruk dan penderita menolak operasi. Radiasi adjuvant diberikan pada kondisi : batas sayatan tidak bebas tumor, batas sayatan dekat tumor, terdapat kontaminasi lapangan operasi oleh sel tumor, dan KGB yang mengandung metastasis lebih dari satu, diameter KGB > 3cm, ada pertumbuhan ekstra kapsul atau high grade malignancy. 2, 3 Kemoterapi primer diindikasikan pada kasus dengan metastasis jauh, inoperable atau penderita yang gagal diterapi dengan pembedahan dan radioterapi. Saat ini terdapat kecendrungan untuk menggunakan neoadjuvant kemoterapi sebelum pembedahan ataupun radioterapi untuk mengurangi volume tumor dan optimalisasi penyembuhan. Kemoterapi yang sering digunakan adalah cisplatin, 5-fluorouracil, bleomicin, doxorubicin dan paclitaxel. Respon rate untuk parsial adalah 40% - 50% dan untuk respon komplet 28% - 31% tergantung regimen yang diberikan. Remisi jangka panjang dapat dicapai terutama bila neoadjuvant dikombinasikan dengan pembedahan dan radioterapi. 2,3 Paclitaxel menunjukkan aktivitas yang impresif pada advance kanker ovarium, payudara, paru, esophagus, kandung kemih dan kanker kepala leher. Paclitaxel dikembangkan sebagai terapi lini pertama pada kanker. Paclitaxel berkerja dengan menghambat proliferasi sel dengan menginduksi blok mitosis pada metafase / anafase, sehingga membentuk lempeng metafase yang inkomplit pada kromosom dan pengaturan spindel microtubule menjadi abnormal. Paclitaxel umumnya diberikan dengan dosis 135-175 mg/m2 lebih dari 24 jam setiap tiga minggu. 6,7 2

Penatalaksanaan karsinoma epidermoid kulit yang berlaku selama ini (dengan pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan biologi targeting terapi) relatif mahal dan seringkali terdapat efek toksis yang dapat merusak fungsi dari beberapa organ vital manusia. 6 Saat ini banyak dikembangkan terapi alternatif pada kanker berupa imunoterapi, yaitu dengan memodulasi sistem kekebalan tubuh terhadap tumor yang diharapkan dapat membunuh sel-sel kanker yang tersebar secara sistemik setelah dilakukan terapi definitif lokal. Zat-zat imunomodulator yang diteliti banyak terdapat pada tanaman obat. Zat imunomodulator yang terdapat dalam tanaman obat dapat menjadi alternatif untuk kemoterapi konvensional terhadap bermacam penyakit terutama ketika mekanisme pertahanan host harus diaktivasi dalam kondisi respon imun yang menurun. Zat imunokorektif dari imunomodulator juga berhasil digunakan untuk pengobatan penyakitpenyakit di bidang onkologi. 7 Sejumlah zat untuk terapi kanker yang sedang diuji mempengaruhi faktor ekspresi dan atau aktifitas yang mengatur apoptosis. Pada proses apoptosis sel, caspase 3 merupakan pelaksana utama yang dapat diaktivasi melalui pintasan sinyal ekstrinsik dan intrinsik. Targeting caspase dan apoptotic machinery akan berperan penting dalam terapi kanker di masa mendatang. Pendekatan ini diharapkan akan menggantikan kemoterapi dan terapi radiasi dengan lebih efisien tanpa efek samping. 8,9,10 Salah satu tanaman obat Indonesia, phaleria macrocarpa (mahkota dewa) merupakan tanaman yang sudah banyak digunakan sebagai tanaman obat anti kanker. Phaleria macrocarpa telah banyak dijual di pasaran bebas sebagai pengobatan anti kanker dengan dosis 5 gram perhari. Phaleria macrocarpa mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol, resin, tanin, dan lain-lain yang berkhasiat sebagai antihistamin, antioksidan, obat rematik, kencing manis, darah tinggi, hingga kanker (sitotoksik). 11 3

Berdasarkan uji penapisan farmakologik, phaleria macrocarpa merupakan salah satu tanaman obat tradisional Indonesia yang mempunyai efek anti kanker, namun masih belum memiliki acuan ilmiah yang cukup lengkap baik dari segi farmakologi maupun fitokimia. Pemanfaatan Phaleria macrocarpa ini antara lain adalah sebagai tanaman obat anti kanker atau sitostatika dan anti mikroba. Bukti bukti empiris tentang khasiatnya sudah banyak ditemukan di kalangan masyarakat, namun pembuktian ilmiahnya masih sangat terbatas, sehingga masih memerlukan suatu penelitian. 11,12 Penelitian yang dilakukan oleh Hartati dkk. terhadap sel Hela, memberikan hasil bahwa phaleria macrocarpa mempunyai efek sitotoksik yang cukup kuat. Efek sitotoksik phaleria macrocarpa mendekati efek sitotoksik doxorubicin sebagai kontrol positifnya. 11,12 Penelitian yang dilakukan oleh Selamat B dkk pada mencit C3H yang menderita adenokarsinoma mamma, dan diberikan ekstrak phaleria macrocarpa dengan pelarut ethanol melalui cara sokletasi, pada perlakuan selama 3 minggu dengan dosis 0,0715 mg / hari atau setara 5 gram crude / hari yang sudah diberikan pada manusia, mendapatkan hasil bahwa ekspresi perforin CTL dan sel-nk serta indeks apoptosis sel tumor (dengan pengecatan HE) mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kontrol, dan terjadi hambatan pertumbuhan diameter tumor yang signifikan. 12 Sebagai salah satu usaha mencari alternatif pengobatan kanker dengan efek samping minimal dan murah selain modalitas yang sudah ada sekarang ini, akan diuji pengaruh ekstrak phaleria macrocarpa terhadap ekspresi enzim caspase 3 dan indeks apoptosis sel karsinoma epidermoid kulit pada mencit Swiss. 4

1.2. Rumusan Masalah : Masalah penelitian yang dirumuskan adalah : 1.2.1 Apakah terdapat peningkatan ekspresi enzim caspase 3 yang diberikan ekstrak phaleria macrocarpa, kemoterapi paclitaxel-cisplatin, dan kombinasi keduanya, serta yang tidak diberikan neoadjuvant pada mencit Swiss yang diinduksi karsinoma epidermoid? 1.2.2 Apakah terdapat peningkatan indeks apoptosis yang diberikan ekstrak phaleria macrocarpa, kemoterapi paclitaxel-cisplatin, dan kombinasi keduanya, serta yang tidak diberikan neoadjuvant pada mencit Swiss yang diinduksi karsinoma epidermoid? 1.2.3 Berapa besar korelasi antara perubahan ekspresi caspase 3 dan indeks apoptosis yang terjadi pada mencit Swiss yang diinduksi karsinoma epidermoid dan diberikan ekstrak phaleria macrocarpa, kemoterapi paclitaxel-cisplatin atau kombinasi keduanya, serta yang tidak diberikan neoadjuvant. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Membuktikan efektifitas ekstrak phaleria marcocarpa, kemoterapi paclitaxelcisplatin dan kombinasi keduanya sebagai neoadjuvant dalam meningkatkan ekspresi caspase 3 dan indeks apoptosis pada karsinoma epidermoid kulit pada mencit Swiss. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Membuktikan ekspresi caspase 3 yang diberikan ekstrak phaleria macrocarpa, kemoterapi paclitaxel-cisplatin, dan kombinasi keduanya, lebih tinggi 5

dibandingkan kontrol ( tidak diberikan neoadjuvant ) pada mencit Swiss yang diinduksi karsinoma epidermoid. 2. Membuktikan indeks apoptosis yang diberikan ekstrak phaleria macrocarpa, kemoterapi paclitaxel-cisplatin, dan kombinasi keduanya, lebih tinggi dibandingkan kontrol ( tidak diberikan neoadjuvant ) pada mencit Swiss yang diinduksi karsinoma epidermoid. 3. Menganalisis besarnya korelasi perubahan ekspresi caspase 3 dan indeks apoptosis yang terjadi pada mencit Swiss yang diinduksi karsinoma epidermoid dan diberikan ekstrak phaleria macrocarpa, kemoterapi paclitaxel-cisplatin atau kombinasi keduanya, serta yang tidak diberikan neoadjuvant. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Dapat menjadi informasi potensi ekstrak phaleria macrocarpa sebagai adjuvant anti kanker pada pengobatan penyakit karsinoma epidermoid kulit. 2. Memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu di bidang imunologi, onkologi dan herbal medicine. 3. Dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengelolaan penderita karsinoma epidermoid kulit. 1.5. Orisinalitas Penelitian Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian yang sudah ada dan belum pernah dilakukan sebelumnya. Pada penelitian ini akan dilihat dan dianalisa efek dan hubungan pemberian ekstrak phaleria macrocarpa terhadap ekspresi enzim caspase 3 dan indeks apoptosis karsinoma epidermoid kulit pada mencit Swiss yang 6

diinduksi karsinoma epidermoid kulit serta mendapatkan phaleria macrocarpa, sitostatika, kombinasi sitostatika dan phaleria macrocarpa. Tabel 1. Penelitian tentang Phaleria macrocarpa Penulis Judul / Penerbit Hasil Selamat B, Benny I, Djoko H, Dwi P, Riwanto I. Suryanto T. Selamat B, Benny I, Dwi P, Djoko H, Riwanto I. Selamat B, Benny I, Dwi P, Riwanto I, Djoko H. Pengaruh ekstrak mahkota dewa (phaleria macrocarpa) terhadap skor ekspresi perforin CTL dan sel-nk serta indeks apoptosis pada adenokarsinoma mamma mencit C3H. M Med Indones J 2007;42(1): 13-20. Pengaruh Pemberian Ekstrak Phaleria Macrocarpa terhadap indeks apoptosis sel adenocarcinoma mamma dan Perkembangan Massa Tumor Payudara Mencit C3H. Undip.ac.id 2007 Pengaruh ekstrak mahkota dewa (phaleria macrocarpa) terhadap perkembangan massa tumor adenokarsinoma mamma mencit C3H. M Med Indones J 2007;42(3): 37-40. Pengaruh kombinasi ekstrak mahkota dewa (phaleria macrocarpa) doxorubicin cyclophosphamide ekspressi dengan dan terhadap VEGF adenokarsinoma mamma mencit C3H. Terjadi peningkatan ekspresi perforin CTL dan sel-nk serta peningkatan indeks apoptosis sel tumor yang signifikan pada pemberian secara tunggal dosis bertingkat Phaleria macrocarpa Pemberian Phaleria macrocarpa menyebabkan hambatan perkembangan massa tumor adenokarsinoma mamma pada mencit C3H dengan dosis 0,035 mg/hari Terjadi hambatan pertumbuhan diameter tumor yang signifikan, pada kelompok yang diberikan secara tunggal dosis bertingkat Phaleria macrocarpa. Tidak ada kerusakan organ secara histologis yang ditimbulkan di hepar, jantung, lien dan ginjal pada kelompok yang diberikan secara tunggal dosis bertingkat Phaleria macrocarpa Terjadi penurunan ekspressi Vascular Endithelial GrowthFactor (VEGF) yang signifikan, pada kelompok yang diberikan Phaleria macrocarpa dengan kombinasi Adriamycin serta Cyclophosphamide. 7

8