makanan (gizi dan non gizi) yang dibutuhkan oleh tubuh untuk hidup sehat. Makanan yang aman dalam arti bebas dari racun dan segala pencemaran, baik kimiawi maupun biologis yang dapat mengganggu kesehatan. Pangan dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang karena disukai, tersedia dan terjangkau, faktor sosial dan alasan kesehatan. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi adalah rasa lapar dan kenyang, selera atau reaksi cita rasa, motivasi, ketersediaan pangan, agama, status sosial ekonomi dan pendidikan (Riyadi 1996). 3 METODE 9 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada yang terletak di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cirebon. Pengambilan contoh yang dijadikan lokasi penelitian ditentukan melalui metode purposif, yaitu yang pernah menjadi lokasi program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian Kabupaten Bogor, BKP Kabupaten Bandung, dan BKP Kabupaten Cirebon (Tabel 3 dan Gambar 3). Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 30 (10 untuk setiap desa) di setiap kabupaten yang dijadikan lokasi penelitian, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cirebon. Kabupaten Bandung mewakili dataran tinggi, Kabupaten Bogor mewakili dataran sedang, dan Kabupaten Cirebon mewakili dataran rendah. Sampel yang diambil adalah sebanyak 10 yang pemiliknya tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) penerima bantuan P2KP. dilakukan ke ibu rumah tangga yang sekaligus menjadi anggota KWT. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Desember 2013 hingga Juni 2014. Penelitian meliputi kegiatan turun lapang untuk pengumpulan data (survei, wawancara kepada pemilik, pengumpulan data pendukung, serta pengolahan data untuk merumuskan keluaran dari penelitian ini, yaitu strategi pengelolaan lanskap dalam mendukung penganekaragaman konsumsi pangan bagi keluarga. Tabel 3 Rincian lokasi penelitian No. Kabupaten Kecamatan Desa Nama KWT Ketinggian (mdpl) 1 Bandung Arjasari Patrolsari Mawar 835 2 Bandung Cilengkrang Girimekar Sauyunan 750 3 Bandung Solokanjeruk Bojong Emas Melati 2 650 5 Bogor Cibungbulang Situ Udik Teratai 460 4 Bogor Dramaga Cikarawang Mawar 193 6 Bogor Rancabungur Bantarsari Rukun Tani 165 7 Cirebon Jamblang Bakung Lor Jambu Alas 13 8 Cirebon Gunung Jati Grogol Bina Sri Lestari 10 9 Cirebon Kapetakan Pegagan Lor Harum Sari 5
10 Sumber: Bakosurtanal (2003) Gambar 3 Lokasi penelitian 3.2 Alat dan Bahan Penelitian ini menggunakan peralatan dalam bentuk perangkat keras maupun lunak (Tabel 4). Perangkat keras digunakan pada saat melakukan survei lapang, sedangkan perangkat lunak digunakan pada saat pengolahan data hasil survei lapang. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk data yang diperlukan untuk analisis (Tabel 5). Tabel 4 Alat penelitian Alat Perangkat keras (hardware) Lembar survei Kamera digital Meteran Abney level GPS Perangkat lunak (software) Auto CAD Google Sketchup Pro Adobe Photoshop Arc GIS Expert Choice v.11 NutriSurvey Pro Kegunaan Penyimpan data sementara dari hasil survei di lapang Pengambilan data visual kondisi wilayah setempat Pengukuran luas dan tanaman Pengukuran ketinggian tanaman Pengecekan lapang dan delineasi Pembuatan data spasial dan ilustrasi Pembuatan ilustrasi Pembuatan ilustrasi Pengolahan data citra Pengolahan data untuk metode Analytical Hierarchy Process Pengolahan angka perolehan gizi dari pangan
11 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, wawancara, serta studi pustaka (Gambar 4). Metode survei dilakukan dengan pengamatan langsung ke - yang terletak di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cirebon yang pernah menjadi lokasi program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian. Adapun aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan survei ke lokasi penelitian dapat diacu pada Tabel 6. dilakukan terhadap pemilik terkait aspek ekologi (aksesibilitas, ukuran, zonasi, keragaman tanaman, ternak dan ikan ), aspek pemanfaatan pangan, aspek pengelolaan, serta aspek gizi terutama terkait pola konsumsi pangan dan juga aplikasi pemanfaatan bantuan P2KP (Tabel 5). Studi pustaka dibutuhkan untuk memperkuat data dan dibutuhkan dalam melakukan analisis kesesuaian tanaman dan juga analisis perolehan gizi dari produk Tabel 5 Data yang diperlukan Jenis Data Bentuk Data Sumber Aspek Ekologi Peta rupa bumi Indonesia Lembaran Bakosurtanal Data ikilm Statistik BMKG, Agroklimat Kalender pemanfaatan pangan Kondisi fisik Data keanekaragaman hayati pertanian di lokasi penelitian Data pemanfaatan 1. Waktu tanam, waktu panen, dan umur tanaman dalam setahun 2. Siklus pemanfaatan ternak dan ikan untuk pangan Lokasi dan aksesibilitas Ukuran Zonasi Data keragaman jenis dan jumlah tanaman, ternak serta ikan Data pemanfaatan hasil untuk konsumsi, dibagikan ke kerabat, dan pangan dijual Data terkait tenaga kerja, waktu, biaya dan cara pemeliharaan dan Tinjauan Pustaka Survei lapang Survei lapang Data pengelolaan Evaluasi program P2KP Karakteristik P2KP dan KWT Survei dan Aspek Gizi Data demografi Data jumlah orang, jenis kelamin, dan usia setiap anggota keluarga Data aktual PPH Data tingkat keragaman konsumsi pangan setiap kabupaten Data AKG ideal Data pemenuhan konsumsi ideal menurut AKG Daftar Komposisi Bahan Daftar pangan yang dikonsumsi rumah Makanan tangga beserta kandungan gizinya Pola konsumsi pangan rumah tangga Data pola konsumsi pangan rumah tangga per hari meliputi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka
12 Tabel 6 Sasaran dan aspek yang diperhatikan di tahap survei dan wawancara Aspek Penelitian Aspek Ekologi Ukuran Zonasi Keragaman vertikal tanaman (strata) Keragaman horizontal tanaman (fungsi) Keragaman ternak dan ikan Aspek Gizi Demografi rumah tangga Konsumsi pangan Manfaat untuk kualitas gizi Standar Metode Alat yang dibutuhkan Klasifikasi menurut Arifin (1998): 1. sempit (120 m 2 ) 2. sedang (120-400 m 2 ) 3. besar (400-1000 m 2 ) 4. sangat besar (>1000 m 2 ) Klasifikasi menurut Arifin (1998): zonasi depan, samping kanan, samping kiri, dan belakang Klasifikasi Arifin (1998): 1. Strata V (>10 m) 2. Strata IV (5-10 m) 3. Strata III (2-5 m) 4. Strata II (1-2 m) 5. Strata I (<1 m) Klasifikasi tanaman pangan Arifin (1998): tanaman obat, tanaman sayur, tanaman buah, tanaman bumbu, dan tanaman pati Jenis dan jumlah ternak serta ikan dalam Klasifikasi data terkait jenis kelamin, usia dan pekerjaan setiap anggota keluarga di seluruh rumah tangga sampel teknik survei konsumsi rumah tangga konsumsi pangan terhadap makanan yang disajikan di rumah Total pangan yang dapat terpenuhi dari hasil setelah program P2KP Survei Survei Survei Survei dan wawancara Survei dan wawancara Analisis Meteran, GPS, dan lembar survei Kamera digital, dan lembar survei Abney level, lembar survei, dan kamera digital Lembar survei, dan kamera digital Lembar survei, dan kamera Lembar survei Lembar survei Software Nutrisurvey dan Daftar Komposisi Bahan Makanan 3.4 Metode Pengolahan Data Analisis Identifikasi nilai maksimum, rataan, dan minimum ukuran serta juga klasifikasinya intensitas ditemuinya zonasi di setiap ukuran keragaman jenis dan jumlah spesies tanaman berdasarkan strata keragaman jenis dan jumlah spesies berdasarkan fungsi tanaman pangan keragaman spesies ternak dan ikan Menghitung data kebutuhan gizi ideal untuk setiap klasifikasi umur dan jenis kelamin pola konsumsi pangan antar tiga kabupaten lokasi penelitian Menghitung besarnya pangan yang dapat terpenuhi dari selama setahun Pada tahap ini dilakukan analisis terkait aspek ekologi, analisis pemanfaatan, analisis pengelolaan, analisis perolehan gizi dan pemenuhan pangan dari tanaman, serta penyusunan strategi konservasi keanekaragaman hayati lanskap yang mendukung penganekaragaman konsumsi pangan keluarga (Gambar 4).
Gambar 4 Alur penelitian 13
14 3.4.1 Klasifikasi Karakteristik Ekologi Pekarangan Setiap sampel diidentifikasi karakter ekologisnya berdasarkan sebelas aspek dalam Arifin et. al. (2013) dengan penyesuaian, yaitu ukuran dan luas, zonasi, orientasi dan aksesibilitas, pola penggunaan lahan, elemen tanaman (terkait jenis, fungsi, jumlah, strata/tinggi, pola tanam tanaman), elemen hewan ternak dan ikan (terkait jenis, jumlah, serta asal ternak dan ikan), faktor pendukung kesuburan tanaman, sumber air, aspek pemanfaatan, aspek pengelolaan terkait intensitas, tenaga kerja, waktu, serta biaya. Dalam mengidentifikasi karakter ekologi, dibutuhkan juga opini terkait kondisi secara umum serta persepsi terkait program P2KP dari stakeholder. Selain itu, dilakukan pula perbandingan karakteristik ekologi untuk setiap kabupaten lokasi penelitian, yaitu perbedaan keanekaragaman hayati pertanian (agrobiodiversity) di Kabupaten Bandung (dataran tinggi), Kabupaten Bogor (dataran sedang), Kabupaten Cirebon (dataran rendah). Tanaman yang berpotensi sebagai bahan pangan yang menunjang kualitas gizi diklasifikasikan berdasarkan fungsi tanaman oleh Arifin (1998) yang disesuaikan dengan sembilan klasifikasi pangan pada Pola Pangan Harapan (Kementan 2009). 3.4.1.1 Analisis Keragaman Shannon-Wiener Produk yang dianalisis meliputi tanaman, ternak dan ikan yang ditemukan di dalam setiap dengan mengambil rataan untuk setiap kabupaten. Tanaman yang dianalisis dibatasi pada tanaman yang memiliki fungsi sebagai tanaman pangan, yaitu tanaman obat, tanaman sayur, tanaman buah, tanaman penghasil pati, dan tanaman bumbu. Analisis keragaman tanaman dianalisis dengan metode Shannon-Wiener dengan menggunakan formula perhitungan sebagai berikut: Keterangan: H = Indeks keanekaragaman Shannon Wiener Pi = ni/n Ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah individu dari semua spesies ln = Logaritme natural (bilangan alami) s = Jumlah jenis yang ada Nilai perhitungan indeks keragaman (H ) tersebut menunjukkan keragaman spesies tinggi (H > 3), keragaman spesies sedang (1 < H < 3) atau keragaman spesies rendah (H < 1), pada tanaman pangan pada setiap kabupaten penelitian. 3.4.1.2 Analisis Dominansi Tanaman Pekarangan Analisis dominansi tanaman dimaksudkan untuk mengetahui komposisi tanaman dengan menggunakan rumus Summed Dominance Ratio (SDR). Sebelum mengetahui angka SDR, harus diketahui terlebih dahulu terkait nilai kerapatan relatif spesies (RDa) dan frekuensi relatif spesies (RFa). Adapun rumus yang dapat digunakan untuk kedua nilai ini berdasarkan Kehlenbeck (2007) adalah sebagai berikut: Jumlah individu spesies a RDa (%) = x 100 Total jumlah individu
15 RFa (%) = Jumlah plot dengan spesies a Total jumlah plot SDRa (%) = RDa+RFa 2 x 100 Nilai kerapatan dan frekuensi tersebut dihitung pada per spesies pada setiap. Setelah mengetahui angka SDR setiap spesies di setiap, lalu lalu dibandingkan dengan spesies lainnya di dalam satu desa. Untuk mengetahui angka SDR per spesies tanaman pangan rataan di dalam suatu kabupaten, diambil rataan nilai SDR per spesies tanaman untuk mengetahui spesies yang paling dominan dalam suatu kabupaten. Nilai SDR tertinggi pada suatu spesies menunjukkan spesies tersebut dominan di suatu lokasi penelitian. 3.4.1.3 Analisis Pemanfaatan Pangan dari Pekarangan Analisis pemanfaatan pangan dari dimaksudkan untuk mengetahui alokasi pemanfaatan pangan dari. Analisis ini menggunakan metode statistik sederhana untuk mengetahui banyaknya pangan yang dikonsumsi rumah tangga, pangan yang dibagikan ke tetangga (untuk dikonsumsi juga), dan pangan yang dijual. 3.4.1.4 Analisis Pemeliharaan Pekarangan Analisis pemeliharaan dilakukan dengan cara wawancara dengan pemilik terkait aspek tenaga pemelihara, waktu pemeliharaan, dan juga teknik pemeliharaan. Analisis ini juga membahas terkait pemeliharaan yang sejauh ini diterapkan oleh pemelihara, termasuk preferensi penggunaan untuk mendukung penganekaragaman konsumsi pangan keluarga. 3.4.1.5 Analisis Pengaruh Program P2KP Terhadap Pemanfaatan Pekarangan Analisis pengaruh Program P2KP terhadap pemanfaatan dijabarkan dalam bentuk analisis kondisi kelompok wanita tani (KWT), pemanfaatan kebun bibit, penggunaan bibit dan pemanfaatan bantuan P2KP untuk keberlanjutan fungsi penyedia aneka ragam pangan di. 3.4.2 Analisis Perolehan Gizi dan Pemenuhan Pangan dari Tanaman Pekarangan Perolehan gizi dari produk hasil dapat diidentifikasi dari seberapa besar pemilik memanfaatkan nya untuk mencukupi kebutuhan pangan dalam suatu rumah tangga. Analisis ini terdiri dari tahapan analisis sebagai berikut. 3.4.2.1 Analisis Aspek Demografi Rumah Tangga Analisis aspek demografi rumah tangga diklasifikasikan berdasarkan jumlah anggota keluarga, jenis kelamin dan usia dari setiap anggota rumah tangga. Hasil yang didapat membantu dalam menghitung gizi ideal rata-rata dalam suatu rumah tangga berdasarkan jenis kelamin dan usia. Perhitungan gizi ideal didapat
16 melalui tinjauan pustaka terkait standar Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari Kementrian Kesehatan (2004). 3.4.2.2 Analisis Pola Konsumsi Pangan Menurut Pola Pangan Harapan Analisis pola konsumsi pangan dilakukan setelah melakukan teknik wawancara survei konsumsi rumah tangga, yaitu terkait makanan yang disajikan ibu rumah tangga dalam sehari, serta wawancara terkait pemanfaatan produk terhadap pola konsumsi pangan di setiap rumah tangga. Analisis dilakukan dengan cara mengkalsifikasikan pola konsumsi pangan masing-masing rumah tangga dalam waktu 24 jam dengan metode survei konsumsi rumah tangga. Untuk memperoleh kepraktisan dan kevalidan data konsumsi pangan dari metode wawancara konsumsi rumah tangga, maka sebaiknya dilakukan minimal dua kali dengan jarak waktu minimal satu minggu untuk setiap perlakuan (Supariasa et al. 2001). Survei ini terbatas hanya pada menu makan yang disajikan di rumah saja, tanpa memperhitungkan makanan yang di konsumsi setiap anggota keluarga saat di rumah. Hasil survei ini membantu dalam pencatatan pola konsumsi pangan suatu rumah tangga yang diklasifikasi lanjut ke dalam sembilan klasifikasi pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH) dari Kementerian Pertanian (2009). Hasil klasifikasi akan menginformasikan terkait pemenuhan pangan per aspek dari tanaman, ternak serta ikan dari hasil. 3.4.2.3 Analisis Perolehan Gizi dan Pemenuhan Pangan dari Tanaman Pekarangan Hasil analisis pola konsumsi pangan disesuaikan dengan kondisi eksisting untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dalam mendukung penganekaragaman pangan. Analisis ini juga dapat menginformasikan terkait komposisi gizi dari pola konsumsi rumah tangga, serta zat gizi apa yang masih kurang dan berpeluang untuk dapat ditunjang dengan pangan dari. Untuk mendapatkan nilai gizi yang dikandung pada setiap pangan, akan dilakukan analisis berdasarkan data Tabel Komposisi Pangan Indonesia (Persagi 2009) terkait kandungan energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, vitamin C dan zat besi dari setiap pangan yang dimanfaatkan dari. Hasil dari analisis perolehan gizi dengan Tabel Komposisi Pangan Indonesia dapat dijadikan evaluasi terkait pemanfaatan hasil program P2KP yang seharusnya dapat mendukung penganekaragaman pangan. 3.4.3 Penyusunan Strategi Konservasi Keanekaragaman Hayati Pertanian pada Lanskap Pekarangan Penyusunan rekomendasi yang dibuat berupa teknik pengelolaan untuk konservasi agrobiodiversity, terutama untuk mendukung penganekaragaman pangan bagi keluarga. Strategi konservasi lanskap didahului dengan evaluasi pencapaian P2KP di setiap kabupaten lokasi penelitian, dan diikuti pembuatan rekomendasi terkait pemanfaatan untuk penganekaragaman konsumsi pangan. Strategi konservasi dapat berjalan efektif melalui kebijakan dan program yang berdasarkan pada hasil analisis terkait aspek ekologi, aspek pemanfaatan pangan, aspek pemeliharaan dan juga aspek perolehan gizi dan pemenuhan pangan dari tanaman.