BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

Penyumbatan Pembuluh Darah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

CEGAH STROKE DENGAN HERBA ALAMI

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.


BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem tingkat resiko penyakit jantung koroner.

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan atau kecerdasan merupakan determinan perilaku internal. Pengetahuan merupakan akar dari terbentuknya sikap dan tindakan atau perilaku. Pengetahuan seseorang yang rendah tentang hipertensi terkait dengan gejala, penyebab, dan pencegahan. Seseorang atau masyarakat yang memiliki pengetahuan lebih baik tentang hipertensi akan menghindari faktor yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi dan juga akan bertindak dalam rangka mencegah terjadinya hipertensi. Seseorang akan menjaga pola hidup dan kebiasaannya untuk menghindari hipertensi, misalnya dengan tidak merokok, minumminuman beralkohol dan berolahraga secara teratur. Selain itu seseorang juga menjaga pola makan dan pola hidupnya sehingga tidak akan terjadi obesitas dan juga tidak mengkonsumsi garam berlebih, di mana obesitas dan konsumsi garam berlebih merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Dengan pengetahuan yang rendah maka perilaku tersebut tidak dilakukan sehingga ada kemungkinan seseorang menderita hipertensi. Hipertensi yang terjadi pada seseorang dapat disebabkan oleh pengetahuan yang rendah tentang hipertensi. Sarana dan prasaran pendidikan yang tidak mendukung akan menghasilkan kualitas yang rendah. Salah satu permasalahan yang ada ialah filterasi yang masih rendah atau belum cukup kuat terhadap budaya asing yang masuk. Hipertensi bisa terjadi karena gaya hidup yang berubah akibat arus informasi dari media massa yang semakin mudah diakses. Dengan tidak kuatnya daya filterasi seseorang maka gaya hidup sekarang sudah tercampur dengan gaya hidup yang moderen, misalnya lebih memilih makanan siap saji yang dapat meningkatkan risiko hipertensi. Selain itu media masa juga memiliki manfaat untuk mencegah terjadinya hipertensi, informasi tentang 5

6 hipertensi yang disalurkan melalui media massa sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang hipertensi. Pengetahuan dan pendidikan juga berperan dalam hal perekonomian. Pekerjaan juga bisa ditentukan oleh tingkat pendidikan, seseorang cenderung tidak memeriksakan kesehatannya sejak dini, mereka menganggap bahwa mereka sehat karena masih bisa melakukan pekerjaan sehari-hari. Setelah dilakukan pemeriksaan jika telah terasa gejala yang berat penyakit hipertensi baru diketahui (Fitria, 2013). 2. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Notoadmojo (2007) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut: a. Pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.

7 Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut. b. Mass media / informasi. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. c. Sosial budaya dan ekonomi. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. d. Lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

8 lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. e. Pengalaman. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. f. Usia. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Ada dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup : Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.

9 Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia. 3. Tingkat pengetahuan Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu diantaranya: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari dari yang sebelumnya. Pengetahuan pada tingkat ini adalah mengingat kembali, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang sangat rendah. Kata kerja untuk mengukur seseorang dengan yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mengartikan, menyatakan dan mendefinisikan. b. Memahami (comprehension) Kata memahami memiliki arti bahwa sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar. Seseorang yang sudah memahami objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan. c. Aplikasi (Application) Aplikasi adalah sebagai kemampuan untuk mempergunakan objek pada situasi atau kondisi sebanarnya (real) aplikasi yang dimaksud adalah aplikasi sebagai hukum-hukum, rumus, metode, prinsip atau situasi yang lainnya. d. Analisis(Analysis) Menganalisis adalah salah satu kemampuan yang untuk menjabarkan objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, kemampuan anaisis ini dapat dilihat dengan pengunaan kata kerja seperti dapat mengambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

10 e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat menyesuaikan dan sebagainya. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 4. Indikator pengetahuan Menurut Notoadmojo (2010) ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dan dapat dikelompokan menjadi : a. Pengetahuan tentang sakitnya dan penyakit yang dialami meliputi: penyebab penyakitnya, tanda dan gejala dari penyakit, bagaimana cara pengobatannya dan bagaimana cara pencegahannya. b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup yang sehat meliputi: jenis makanan yang dikonsumsi, manfaat dari makanan bagi kesehatannya, pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahayanya merokok dan minum alkohol. B. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagan atas) dan diastolik (angka bawah). Penyakit darah tinggi

11 juga merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkannya (Ratna, 2013). Stroke menurut WorldHealth Organization (WHO) adalah gejala- gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu. Stroke juga merupakan penyakit serebrovaskular (pembuluh darah otak) karena kematian jaringan otak (infark serebral) peyebabnya adalah berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak dikarenakan adanya penyempitan, sumbatan dan pecahnya pembuluh darah. 2. Etiologi Mengingat bahwa lebih dari 90% pasien hipertensi termasuk golongan hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi adalah hipertensi primer. Meskipun hipertensi golongan primer belum diketahui secara pasti penyebabnya tetapi ada beberapa faktor yang sering berperan dalam kasus hipertensi yaitu: a. Faktor Keturunan Tidak setiap pasien hipertensi didapat dari garis keturunan, tetapi seseorang memiliki potensi untuk mendapat hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. b. Karakteristik Seseorang Karakteristik seseorang yang mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah usia, jenis kelamin, serta ras. Semakin bertambah usia, kemungkinan terjadi hipertensi semakin besar. Hipertensi pada laki-laki umumnya lebih tinggi dibanding perempuan karna pada umumnya pria lebih mudah terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita. Faktor yang sangat berperan dalam hal ini kemungkinan besar adalah gaya hidup pria yang rata-rata lebih tidak terkontrol ketimbang wanita misalnya kebiasaan merokok, bergadang, stress kerja, hingga pola makan tidak teratur.

12 c. Gaya Hidup Gaya hidup sering merupakan faktor resiko penting bagi timbulnya hipertensi pada seseorang. Gaya hidup moderen dengan pola makan dan pola hidup tertentu, cenderung mengakibatkan terjadinya hipertensi. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: Konsumsi lemak dan garam tinggi, kegemukan dan makan secara berlebihan, merokok, minum-minuman yang mengandung alkohol, stres emosional (Ratna, 2013). 3. Tanda dan Gejala dari Hipertensi Tanda dan gejala dari hipertensi antara lain : Penglihatan kabur karena kerusakan retina, mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial, sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernapas setelah berkerja keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, wajah memerah, telinga berdening (tinnitus), dunia terasa berputar (vertigo) dan nyeri pada kepala (Ratna, 2013). 4. Komplikasi Hipertensi Hipertensi dapat berakibat fatal jika tidak dikontrol dengan baik atau biasa disebut komplikasi pada hipertensi terjadi karena kerusakan organ yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi dalam waktu lama dan organ-organ yang paling sering rusak antara lain : otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri serta ginjal (Marliani, 2007). a. Stroke dapat mengakibatkan perdarahan diotak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh darah non-otak yang terpajan tekanan yang tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila ateri-ateri yang membuat otak berdarah sehingga mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga menghilangnya elastisitas sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya anuerisma.

13 b. Kerusakan pada otak hipertensi akan menimbulkan kematian, sebagian besar kasus stroke disebabkan oleh hipertensi. Apabila hipertensi dapat dikendalikan makan resiko terhadap stroke pun menurun. c. Kerusakan pada mata hipertensi menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah halus mata. Hipertensi menyebabkan pembuluh darah halus pada retina (bagian belakang mata) robek, maka darah merembes ke jaringan sekitarnya sehingga dapat mengakibatkan kebutaan. Pada kejadian ini dapat dihindari dengan pengendalian hipertensi secara benar. d. Padajantung dan pembuluh darah lainnya yaitu terjadinya pengerasan pada dinding arteri yang terjadi karena terlalu besarnya tekanan aterosklerosis yaitu pergeseran pada dinding arteri yang terjadi karena terlalu besarnya tekanan arterosklerosis yaitu penumpukan lemak pada pembuluh darah akibat melemahnya atau tidak elatisnya pembuluh darah, penyakit seperti ini terjadi karena adanya plak, hipertropi bilik kiri jantung akibat ototnya yang bekerja terlalu berat ketika memompakan darah ke aorta, gagal jantung yaitu suatu keadaan ketika jantung tidak kuat memompa darah keseluruh tubuh. e. Kerusakan pada ginjal terjadi akibat komplikasi hipertensi yang timbul karena pembuluh darah dalam ginjal mengalami aterosklerosis akibat dari tekanan darah yang terlalu tinggi sehingga aliran darah keginjal akan menurun dan ginjal pun tidak dapat melakukan fungsinya lagi. 5. Upaya mencegah stroke Tujuan umum pencegahan stroke adalah untuk menurunkan kecacatan dini, kematian,serta memperpanjang hidup dengan kualitas yang baik. Dari sekian banyak faktor risiko stroke hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama penyebab terjadinya. Akan tetapipencegahan stroke tidak hanya fokus pada penurunan tekanan darah untuk mengontrol kejadian hipertensi. Mencegah lebih baik dari pada mengobati, karena seringkali justru sudah terlambat karena telah sempat menimbulkan komplikasi atau bahkan berakibat fatal.

14 Hampir 85% dari semua stroke dapat dicegah karena ancaman stroke hingga merenggut nyawa. Hidup bebas tanpa stroke merupakan dambaan bagi semua orang. tidak heran semua orang selalu berupaya untuk mencegah stroke atau mengurangi faktor risiko dengan menerapkan pola hidup sehat seperti : a. Mengurangi Konsumsi Merokok Merokok dapat meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat, hal ini berlaku bagi semua jenis rokok dan untuk semua tipe stroke. Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh (termaksud yang ada di otak), sehingga merokok mendorong terjadinya pengurangan aliran darah dan menyebabkan darah mudah menggumpal dalam pembuluh darah dan kecenderungan ini melekat pada lapisan dalam pembuluh darah dan merokok menurunkan jumlah HDL (High Density Lipoprotein) atau kolestrol baik. Berbagai penelitian modern memperlihatkan bahwa risiko terkena stroke adalah sekitar 20% lebih tinggi bagi wanita perokok daripada bagi pria perokok, bahkan merokok pasif meningkatkan kemungkinan terkena stroke hampir sebesar 80%. Semakin lama pasien hipertensi merokok maka semakin besar risiko untuk mengalami stroke. Hasil penelitian pada framingham study, insiden stroke 40% lebih tinggi pada perokok laki-laki dan 60% lebih tinggi pada perokok perempuan dibandingkan dengan yang bukan perokok. Sebesar 35% penduduk Indonesia yang berumur 15 tahun ke atas adalah perokok baik tiap hari maupun kadang-kadang(dian, 2011). b. Mengurangi Konsumsi Alkohol Alkohol telah diidentifikasi sebagai faktor risiko stroke, Mengonsumsi minuman beralkohol bisa meningkatkan sintetis katekholamin dalam tubuh,

15 kadar katekholamin dalam jumlah besar bisa memicu kenaikan tekanan darah. Namun mengkonsumsi alkohol ternyata mempunyai efek merugikan dan menguntungkan terhadap risiko stroke. Alkohol masuk dalam zat terlarang penyebab stroke, alkohol dapat merusak jaringan tubuh terutama hati, menyebabkan trombosis, memicu stress, menyebabkan arteri menjadi tidak lentur, menganggu ritme sirkadian tubuh terutama menyebabkan gangguan tidur, meningkatkan kadar gula dan lemak darah. Konsumsi alkohol sebaiknya cukup dua gelas standar atau kurang per hari, untuk pria tidak boleh lebih dari 14 gelas per minggu, sedangkan untuk perempuan kurang dari 9 gelas per minggu. c. Mengurangi Konsumsi Lemak Menjaga kadar kolesterol berarti menghambat aterosklerosis dan stroke. makanlah lemak tidak lebih dari 25 persen kebutuhan kalori. Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolestrol darah tidak tinggi. Kadar kolestrol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolestrol dalam dinding pembuluh darah, apabila endapan ini semakin banyak dapat menyumbat pembuluh darah dan menganggu peredaran darah. Diet rendah kolestrol maksudnya juga sebagai satu unsur yang penting dibutuhkan oleh tubuh, kolestrol HDL dan LDL harus dalam keadaan seimbang saat terjadi ketidak seimbangan dapat terjadi pengendapan kolesterol dalam arteri sehingga membuat pembuluh darah menyempit dan menghalangi aliran darah dan terjadilah peningkatan tekanan darah semakin lama terjadinya peningkatan tekanan darah tersebut maka dapat meningkatkan terjadinya stroke d. Diet Rendah Garam Dimana maksudnya adalah garam natrium memiliki kandungan mineral antrium (sodium). Bukan hanya garam dapur yang harus dibatasi tetapi semua bahan makanan yang bersumber natrium. Natrium bersifat mengikat air sehingga garam tersebut akan mengikat air sehingga air akan terserap

16 masuk ke dalam intravaskuler yang menyebabkan meningkatnya volume darah. e. Olahraga Secara Teratur Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolestrol pada pembuluh darah nadi. Namun bukan sembarangan olahraga melainkan olahraga aerobik, berupa latihan yang mengerakan semua sendi dan otot, misalnya jalan, jongging, bersepeda, berenang. Dan tidak dianjurkan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, dan lain-lain. Kurang berolahraga mengakibatkan asupan kalori yang masuk ke dalam tubuh jauh lebih besar ketimbang yang digunakan untuk beraktifitas sehingga bisa mengakibatkan kegemukan, padahal seperti hal yang telah disebutkan diatas, kegemukan bisa menaikkan tekanan darah yang berarti memperbesar resiko tekanan darah tinggi. f. Mengontrol Tekanan Darah Dengan melakukan pengontrolan tekanan darah dapat mengurangi 38% kejadian stroke,penurunan tekanan darah sistolik sebanyak satu hingga tiga point saja akan menurunkan risiko stroke sebanyak 20% hingga 30%. Menurut pedoman manajeman hipertensi terbaru, penurunan 5 poin tekanan darah sistolik berangsur-angsur dapat menurunkan risiko stroke sebesar 14%. Bagi indivudu yang berusia 40-70 tahun, peningkatan 20 mmhg tekanan darah sistolik atau 10 mmhg tekanan diastolik akan melipat ganda risiko penyakit kardiovaskuler (Yenni, 2011). g. Minum Air putih Mulailah hari anda dengan meminum air putih di pagi hari, karena air putih dapat menjaga peredaran darah anda tetap lancar. Air membantu mengencerkan darah yang pada gilirannya memperkecil kemungkinan untuk

17 membentuk bekuan darah, telah diketahui bahwa orang yang meminum 5 gelas air atau lebih setiap hari dapat mengurangi risiko stroke sebesar 53 % jika dibandingkan dengan orang yg minum kurang dari 3 gelas (Dedi, 2012). h. Mengurangi Stress dan Depresi Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya system biologis, psikologis dan social dari seseorang. Dimana stress sangat berhubungan dengan hipertensi, hal ini diduga melalui saraf simpatis yang meningkatkan tekanan darah intermintent. Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan tingginya tekanan darah yang menetap. Stress mungkin bukan sebagai faktor risiko langsung pada serangan stroke, akan tetapi stress dapat mengakibatkan hati memproduksi lebih banyak radikal bebas, menurunkan imunitas tubuh dan menganggu fungsi hormonal. Stres dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu: stress biologis (berupa infeksi oleh bakteri dan virus pada sel-sel tubuh), stress psikis (mental atau emosional) dan stress fisik (aktivitas yang berlebihan). Dari ketiga bentuk stress tadi, stres psikis merupakan stres yang paling banyak dialami oleh manusia baik disadari maupun tidak. Dalam hubungannya dengan stroke, keadaan stress dapat memproduksi hormon kortisol dan adrenalin yang berkontribusi pada proses aterosklerosis. Hal ini disebabkan oleh kedua hormon tadi meningkatkan jumlah trombosit dan produksi kolestrol. Kortisol dan adrenalin juga dapat merusak sel yang melapisi arteri, sehingga lebih muda bagi jaringan lemak untuk tertimbun didalam dinding arteri (Dian,2011).

18 Sedangkan menurut (Ratna, 2013) mengatakan bahwa langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita: 1) Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai diatas ideal. 2) Merubah pola makan pada penderita hipertensi, mengurangi pemakaiaan garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) mengurangi makan durian dan mengurangi alkohol. 3) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali. C. Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi dengan Upaya Mencegah Stroke pada Penderita Stroke merupakan kehilangan fungsi otak karena terhentinya suplay darah ke otak. Stroke juga merupakan peringkat ke 2 penyebab kematian dengan laju mortalitas 18% - 37%, serangan otak ini merupakan kegawat daruratan medis yang harus ditangani secara cepat,tepat dan cermat. Serangan stroke dapat menyerang siapa saja tetapi pada umumnya stroke rentan terjadi pada penderita tekanan darah tinggi. Stroke merupakan salah satu penyakit Cardiovascular disease (CVD) utama yang berhubungan erat dengan hipertensi dan hipertensi merupakan faktor yang penting dapat dikendalikan untuk penyakit stroke karena prevalensi yang tinggi dikalangan masyarakat dan resiko relatif kuat untuk timbulnya stroke. Hipertensi diperkirakan berpengaruh pada sekitar 25% hingga 50% kasus stroke. Stroke berkaitan erat dengan tekanan darah tinggi yang mempengaruhi munculnya kerusakan dinding pembuluh sehingga dinding pembuluh darah tidak merata. Akibat zat-zat yang terlarut seperti kolesterol, kalsium dan lain sebagainya akan mengendap pada dinding pembuluh darah yang dikenal dengan istilah penyempitan

19 pembuluh darah. Bila pembuluh darah mengalami penyempitan yang terlalu lama, maka akan mengakibatkan suplay darah ke otak berkurang, bahkan terhenti yang selanjutnya akan menimbulkan stroke. Berdasarkan Penelitian Berlinda 2012 yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan hipertensi dengan perilaku pencegahan stroke pada penderita hipertensi mengatakan bahwa sebagian besar pasien hipertensi mempunyai tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 40 %, pengetahuan cukup sebanyak 40%, pengetahuan kurang sebanyak 17%. Sedangkan pada pencegahan stroke bahwa yang mempengaruhi pencegahan stroke pada pasien hipertensi adalah pengetahuan baik maka semakin baik pula pengetahuan tingkat pencegahannya. Tetapi hasil dari penelitiannya menunjukan bahwa 43% pencegahan stroke yang pengetahuannya cukup dan 35% yang memiliki pengetahuan kurang tentang pencegahan stroke pada pasien hipertensi di Panti Werdha Pangesti Lawang Malang. Penelitian Rasmaliah (2004) yang mayoritas berpengetahuan buruk tentang hipertensi, hasil penelitiannya menunjukan bahwa 93 orang (91% mempunyai pengetahuan dalam kategori buruk dan 9 orang (9%) mempunyai pengetahuan dalam kategori baik Menurut penelitian Samuel dkk (2012) bahwa hasil yang didapat kategori tingkat pengetahuan responden tentang hipertensi yaitu cukup sebanyak 34 responden( 46,6%). Rogers dalam Notoadmojo (2007) menyatakan pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dimana seseorang yang mendapat pendidikan kesehatan maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuaannya. Hasil penelitian ini didukung oleh teori Indarti (2011) dan Wahyu (2007), tentang hipertensi, harus didasari dengan pengetahuan yang baik sehingga baik dalam upaya mencegah stroke. Asmilawati (2007) mengatakan bahwa terjadinya stroke

20 cenderung dipengaruhi oleh gaya hidup yang diperoleh akibat arus informasi memalui media masa yang secara mudah dapat diakses. Berdasarkan penelitian Rosjidi 2009 yang berjudul Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hipertensi di Indonesia, tingginya penyakit hipertensi pada masyarakat dengan pendapatan rendah adalah tingginya kejadian hipertensi dan rendahnya pengetahuan tentang pola makan dan aktivitas. Penelitian yang dilakukan pada penduduk miskin di daerah Koja, Jakarta Utara. Penelitian Putri 2013 yang berjudul Hubungan Karakteristik Penduduk dan Tingkat Pengetahuan terhadap status Hipertensi Warga Kelurahan Penanggungan Malang, mengatakan bahwahasil status hipertensi ditemukan beda nilai rata-rata skore pengetahuan yang signifikan yakni p=0.014. Penelitian yang dilakukan oleh Kristiyawati 2008 yang menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke dimana hasilnya menunjukan bahwa adanya hubungan antara kejadian stroke dengan hipertensi (p= 0,007) dan hipertensi merupakan faktor risiko dominan yang berhubungan dengan kejadian stroke. Hasil Penelitian Taukhit (2009) tentang tingkat pengatahuan dengan perilaku pencegahan diperoleh nilai significancy 0,000 yang menunjukan bahwa hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan komplikasi hipertensi adalah bermakna. Mencegah agar tidak terjadi stroke sebenarnya sangat sederhana tetapi sering terabaikan. Yang paling penting adalah upaya untuk mencegah stroke pada penderita hipertensi dengan cara memantau tekanan darah secara rutin kepusat kesehatan, olahraga ringan secara teratur, menghindari pikiran dari stres dan menghindari makanan yang mengandung lemak dan garam-garaman. Pengetahuan seseorang berkaitan dengan upaya yang akan diambil karena dengan pengetahuan

21 tersebut penderita hipertensi dapat memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan (Notoadmojo, 2010). Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan upaya mencegah stroke. Karena jika kurangnya pengetahuan tentang hipertensi maka akan semakin tinggi angka stroke, tetapi jika pengetahuannya baik maka untuk terjadinya stroke rendah. D. Kerangka Konsep Berdasarkan Latar belakang dan studi pendahuluan maka kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut: Skema 2.1 Kerangka Konsep Variabel Independent Variabel Dependent Pengetahuan tentang Hipertensi Upaya mencegah Stroke E. Hipotesa Ha : Ada hubungan pengetahuan tetang hipertensi dengan upaya mencegah Stroke pada penderita di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014.