BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Idealnya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) mendapatkan opini

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 2016, serta pengamatan langsung kondisi tahun 2017 diperoleh simpulan hasil sebagai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Fenomena hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket. undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan

BAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun demikian, masih banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

LAPORAN KEUANGAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. oleh Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). kewajaran dari laporan keuangan pemerintah yang telah diperiksa.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya. Optimalisasi serta peningkatan efektivitas dan efisiensi di

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Good Governance. Menurut UU No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi daerah ada lah hak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 INTRODUKSI. Pengakuan merupakan proses pemenuhan kriteria pencatatan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Rochmansjah (2010) ditandai dengan adanya penyelenggaraan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam bentuk dana bergulir. Dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. akuntabel, dalam hal ini adalah tata kelola pemerintahan yang baik (good

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN OPINI BPK ATAS LKPD DAERAH ACEH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah. Munculnya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN Keadaan Ekonomi Daerah. Tabel 1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD. Realisasi Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

DAFTAR ISI. HALAMAN DEDIKASI... ii. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. PRAKATA... v. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR LAMPIRAN... x. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB 1 INTRODUKSI. perintah Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945, khususnya pasal 23E yang

BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, dan ruang di angkasa, termasuk kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 dalam Pasal 1 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaran pemerintahan yang baik (good governance), salah. satunya termasuk negara Indonesia. Pemerintahan yang baik adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bentuk pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah berusaha meningkatkan kinerja pengelolaan keuangannya. Maksud dan tujuan dari kebijakan tersebut ialah tertib administrasi pengelolaan keuangan Negara, baik yang mencakup uang maupun barang. Tindakan pemerintah untuk mendukung kebijakan tersebut, yakni dengan menerbitkan aturan turunan, berupa Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden (PP dan Perpres). Tujuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ialah dikelolanya keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Pemerintah daerah setiap tahun menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Laporan keuangan tersebut berisi informasi pengelolaan keuangan daerah selama satu periode anggaran. Pengelolaan keuangan yang baik dapat dilihat dari kualitas laporan keuangan. Pemeriksaan dan penilaian atas LKPD dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan hasil akhir berupa opini. 1

2 Aset tetap pemerintah daerah merupakan bagian penting pada LKPD karena nilainya yang material. Berdasarkan lampiran I.08 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010, aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Klasifikasi aset tetap yaitu, tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, dan konstruksi dalam pengerjaan. Pemerintah daerah memperoleh aset tetap melalui proses pengadaan dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Setiap tahapan dari proses pengadaan aset tetap wajib dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Namun, masih banyak LKPD yang mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP-DPP) dan WDP karena permasalahan aset tetap. Setiap daerah mempunyai strategi dan kebijakan tersendiri untuk menyelesaikan permasalahan aset tetap yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah. Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota yang ada di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Wonogiri menjadi wilayah terluas kedua di Provinsi Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap. Wilayah kabupaten yang luas tersebut, berpengaruh juga terhadap jumlah Unit Pengelola Barang (UPB). Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap LKPD Kabupaten Wonogiri Tahun 2009-2014, mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Opini BPK didasarkan pada hasil pemeriksaan laporan

3 keuangan yang belum menyajikan tata kelola aset daerah dengan baik. Permasalahan aset tetap selama Tahun 2009-2014 menyebabkan opini atas LHP BPK belum sesuai dengan kondisi ideal, yakni opini WTP. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Wonogiri pada rentang waktu tahun 2009-2014, juga bermasalah di penatausahaan aset. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007, penatausahaan aset adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penatausahaan aset merupakan salah satu dari beberapa rangkaian kegiatan dalam pengelolaan aset tetap. Peneliti memilih Kabupaten Wonogiri sebagai objek penelitian karena karakteristik wilayah yang sangat luas dan letak geografis dari sebagian besar UPB yang jauh dari pusat pemerintahan kabupaten. Selain alasan tersebut, temuan pada penatausahaan aset di Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri pada rentang waktu tahun 2009-2014 cenderung turun. Berdasarkan LHP-BPK tahun 2009-2014, masalah penatausahaan aset daerah yang terjadi di Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri, yaitu: a. Pencatatan aset tidak dilakukan secara rutin, lengkap (menyeluruh), dan tertib; b. Penyajian aset tetap tidak didukung dengan rincian jenis aset; c. Nilai aset tetap belum disajikan secara wajar; d. Selisih antara saldo aset tetap di neraca dengan saldo di laporan mutasi barang daerah yang belum seluruhnya dapat dijelaskan;

4 e. Aset yang diserahkan kepada masyarakat belum dilakukan proses hibah dan masih dicatat sebagai aset tetap; f. Selisih penyajian saldo aset tetap antara Bidang Akuntansi dengan Bidang Aset Daerah; g. Kelemahan pengendalian internal dalam penatausahaan aset tetap tanah, yaitu penyajiannya belum lengkap, dan tidak didukung rincian data aset yang memadai. Permasalahan tersebut di atas mencerminkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya temuan di penatausahaan aset. 1.2. Rumusan Masalah Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang, untuk mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), pemerintah daerah harus menyajikan informasi pengelolaan aset secara wajar. Pada LKPD Kabupaten Wonogiri tahun 2009-2014, belum bisa menyajikan informasi pengelolaan aset, khususnya penatausahaan dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah penelitian ini ialah penatausahaan aset daerah di Kabupaten Wonogiri belum terlaksana dengan baik. 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah, maka pertanyaan penelitian ini ialah sebagai berikut. a. Faktor-faktor apa yang memengaruhi penatausahaan aset daerah di Kabupaten Wonogiri? b. Bagaimana upaya yang bisa dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri untuk melakukan perbaikan penatausahaan aset?

5 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut. a. Melakukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi penatausahaan aset daerah di Kabupaten Wonogiri. b. Merumuskan rekomendasi untuk membantu menyelesaikan permasalahan penatausahaan aset daerah di Kabupaten Wonogiri. 1.5. Motivasi Penelitian Penelitian ini dilakukan berlandaskan motivasi peneliti untuk mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan penatausahaan aset daerah. Penelitian ini juga ingin memberikan sumbangan pemikiran dan rekomendasi yang bisa digunakan sebagai rumusan kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan penatausahaan aset daerah di Kabupaten Wonogiri, sehingga cita-cita untuk mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dapat terwujud. 1.6. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihakpihak yang berkepentingan, yaitu: a. bagi kepentingan akademis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan wawasan keilmuan dalam bidang akuntansi pemerintahan, khususnya kebijakan pengelolaan aset daerah; b. bagi kepentingan praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah wawasan dalam hal memahami dan

6 mengelola asset, khususnya pada pengelolaan aset di lingkungan Pemerintahan Daerah; c. bagi kepentingan perbaikan kebijakan atau pengambilan keputusan, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri dalam menetapkan dan melaksanakan atau memperbaiki kebijakan pengelolaan aset daerah sesuai peraturan yang berlaku demi mencapai tujuan dan sasaran organisasi. 1.7. Proses Penelitian Proses yang akan dilakukan pada penelitian ini ialah sebagai berikut. Analisis Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI terhadap LKPD Kabupaten Wonogiri Tahun 2009-2014 Melakukan analisis data melalui dokumen LKPD Kabupaten Wonogiri Tahun 2009-2014 dan memetakan permasalahan pada setiap periode laporan keuangan Wawancara mendalam (indepth interview) dengan pihak SKPD dan Auditor Inspektorat SKPD-SKPD yang ada temuan pada laporan keuangannya: Kendala apa yang dihadapi terkait dengan pengelolaan aset? Mengapa terjadi permasalahan terkait aset pada laporan keuangan? DPPKAD selaku SKPKD: Kendala apa yang dihadapi dalam penyusunan LKPD, utamanya yang berkaitan dengan aset? Bagaimana Bidang Aset Daerah melakukan tindakan untuk memperbaiki pengelolaan barang milik daerah? Inspektorat: Upaya apa yang dilakukan aparat pengawas internal dalam penatausahaan Analisis Data Kualitatif Validasi Hasil Penelitian Gambar 1.1 Proses Penelitian

7 Pada gambar proses penelitian tersebut, partisipan yang akan diwawancarai ialah Pengurus Barang pada beberapa SKPD. Pemilihan SKPD berdasarkan pada LHP BPK tahun 2009-2014, sebagai berikut. a. Pada Laporan Hasil Pemeriksaan BPK-RI Tahun 2009, setidaknya ada 5 temuan. Salah satu temuan ialah saldo persediaan obat pada LKPD belum seluruhnya disajikan. Dinas Kesehatan menjadi SKPD yang mengelola persediaan obat, baik di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Soemarso, gudang obat, dan Puskesmas di seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri. b. Tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Wonogiri belum dapat menyajikan data mutasi investasi gaduhan ternak sapi. Saldo investasi nonpermanen gaduhan ternak kambing dan domba per 31 Desember 2011 tidak konsisten antara data di Tim Teknis Perguliran Ternak, data di Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan dan data di Neraca. c. Pada Tahun 2012, terdapat beberapa kelemahan pengendalian intern dalam pengelolaan aset tetap pada Pemerintah Kabupaten Wonogiri sebagai berikut. a) Terdapat selisih penyajian saldo aset tetap antara Bidang Akuntansi dengan Bidang Aset pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD). b) Aset hasil pengadaan Tahun Anggaran 2012 pada Dinas Pendidikan belum seluruhnya disajikan dalam Neraca.

8 d. Pada LHP BPK Tahun 2014, Pemerintah Kabupaten Wonogiri menyajikan saldo aset jalan, irigasi, dan jaringan dalam Neraca per 31 Desember 2014 dan 2013 masing-masing senilai Rp697.150.688.101,46 dan Rp1.458.422.697.051,60. Dari nilai tersebut, terdapat aset tetap jalan, irigasi, dan jaringan pada Dinas Pengairan, Energi, dan Sumber Daya Mineral sebesar Rp55.020.000.000 tidak memiliki rincian objek, nilai, dan lokasi yang jelas dan nilai sebesar Rp12.650.000.000 pada Dinas Pekerjaan Umum belum tercatat dalam aset tetap jalan irigasi dan jaringan. Berdasarkan uraian di atas, maka SKPD yang dipilih sebagai partisipan ialah Dinas Kesehatan (DKK), Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (NAKPERLA), Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD), Dinas Pendidikan, Dinas Pengairan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (PESDM), serta Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Selain itu, nilai aset yang besar pada SKPD-SKPD tersebut juga menjadi pertimbangan utama dalam menentukan partisipan. Partisipan lain ialah Kepala Bidang Aset Daerah dan Kepala Seksi Penatausahaan Aset pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) sebagai Pembantu Pengelola Barang Milik Daerah. Kepala Bidang Akuntansi pada DPPKAD juga dipilih sebagai partisipan. Penyusunan Neraca pada LKPD merupakan bagian dari tugas Bidang Akuntansi. Auditor Inspektorat khususnya yang melakukan pengawasan terhadap aset, ialah partisipan yang mewakili Aparatur Pengawas Internal Pemerintah (APIP).

9 1.8. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini menggunakan sistematika sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bagian ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, dan proses penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini berisi tentang tinjauan pustaka yang terkait dengan aset daerah, pengelolaan barang milik daerah, penelitian terdahulu, dan latar belakang kontekstual. BAB III DESAIN PENELITIAN Bagian ini menjelaskan tentang jenis penelitian, jenis data dan teknik pengumpulan data, analisis data, dan validitas data. BAB IV TEMUAN DAN DISKUSI Bagian ini membahas tentang analisis data, yaitu analisis faktor-faktor yang memengaruhi penatausahaan aset daerah, upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki masalah penatausahaan aset, dan diskusi tentang akar permasalahan yang menyebabkan penatausahaan aset di Kabupaten Wonogiri belum baik. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bagian ini berisi uraian kesimpulan, saran, dan keterbatasan penelitian.