KAJIAN KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

Renstra BKP5K Tahun

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. Pengembangan Komoditas Unggulan 2. Pengembangan Kawasan dan Sentra Produksi 3. Pengembangan Mutu Produk 4. Pengembangan Perbenihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 PROSPEK KERJASAMA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DAN SELANDIA BARU

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN PPHP TAHUN 2015

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

Good Agricultural Practices

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban. misi tersebut. Simamora (1995) mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian,

Transkripsi:

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2014 KAJIAN KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 Oleh : Sahat M. Pasaribu Budiman Hutabarat Delima Hasri Azahari Saktyanu Kristianto D Arief Iswariyadi Edi Supriyadi Yusuf PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

PENDAHULUAN Latar Belakang RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pada KTT ASEAN ke-12 (Cebu, Filipina, 13 Januari 2007), para pemimpin ASEAN berkeinginan membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Kawasan pasar tunggal dan basis produksi ini memiliki 5 (lima) elemen utama, yaitu pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang bebas dengan 2 (dua) komponen penting, yaitu sektorsektor untuk prioritas integrasi serta komponen pangan, pertanian dan kehutanan. Semua anggota ASEAN semakin menginginkan terwujudnya kelompok masyarakat politik-keamanan, ekonomi dan sosio kultural budaya yang memengaruhi kehidupan seluruh penduduk yang mendiami negaranegara yang terletak di kawasan Asia Tenggara. 2. Bagi Indonesia, pasar tunggal ASEAN 2015 adalah sebuah tantangan dan sekaligus peluang untuk mengembangkan produk dalam negeri bersaing di pasar ASEAN. Sehubungan dengan hal tersebut, daya saing produk Indonesia dituntut dan harus dipacu untuk mampu menghadapi serbuan berbagai produk sejenis di pasar tunggal MEA 2015, termasuk produk-produk pertanian dan industri berbasis pertanian. 3. Salah satu target utama pembangunan sektor pertanian 2010-2014 adalah meningkatkan nilai tambah, daya saing, dan ekspor untuk menghadapi pasar global di kawasan ASEAN pada waktu yang akan datang. Dalam konteks ini, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian mengambil inisiatif mengkaji dan menyusun strategi penyiapan sektor pertanian menghadapi pasar tunggal ASEAN tahun 2015. Tujuan Penelitian 4. Tujuan penelitian adalah untuk: (a) Mengidentifikasi produk pertanian strategis dan menganalisis kekuatan dan kelemahannya dalam menghadapi pasar tunggal ASEAN; (b) Memahami kondisi daya saing produk pertanian strategis dan infrastruktur pertanian dalam persiapan menghadapi pasar tunggal ASEAN; (c) Mengetahui kesiapan negara-negara ASEAN lainnya menyongsong diberlakukannya komunitas ekonomi ASEAN; dan (d) Mengidentifikasi berbagai jenis program dan kegiatan pembinaan dan penguatan kelembagaan untuk menyiapkan produk pertanian strategis menghadapi pasar tunggal ASEAN. Metodologi 5. Kajian ini mencakup komoditas pertanian strategis nasional yang memerhatikan potensi daerah dengan peluang pengembangan. Berdasarkan hasil diskusi dengan pemangku kepentingan terkait, komoditas hortikultura lebih diprioritaskan untuk dijadikan contoh dalam penelitian ini. 6. Lokasi kajian dipilih secara purposif di tingkat provinsi. Provinsi terpilih adalah wilayah yang memiliki potensi produk pertanian strategis (hortikultura) yang berpeluang untuk memberikan nilai tambah, memiliki xv

daya saing, dan dapat bersaing di pasar ekspor. Provinsi-provinsi tersebut Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sumatera Utara. Adapun responden yang dipilih untuk masing-masing provinsi: (a) Dinas terkait pengambil keputusan, (b) eksportir atau pedagang, (c) pengolah, dan (d) produsen/petani. 7. Analisis terhadap data yang dikumpulkan dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Kesiapan sektor pertanian dalam menghadapi pasar tunggal ASEAN 2015 dianalisis dengan menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) pada tiga aspek penting, yaitu budidaya (petani/kelompok tani), pengolahan, dan pemasaran/perdagangan sesuai dengan peran, fungsi dan kebijakannya. Faktor internal produk pertanian strategis merupakan kekuatan (strength) sekaligus kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal adalah kesempatan (opportunity) sekaligus ancaman (threat). HASIL PENELITIAN Produk Pertanian Strategis 8. Dalam kurun 2000-2012, produksi buah-buahan meningkat cukup nyata. Laju pertumbuhan produksi jeruk, nenas, manggis dan melon diatas 10 persen per tahun. Sementara produksi jenis buah lainnya juga meningkat dengan laju pertumbuhan yang bagus, seperti mangga (6,2 persen) dan jamur (21,6 persen) per tahun. Namun, bawang putih dan kentang mengalami penurunan produksi, masing-masing 13 dan 2 persen per tahun. 9. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komoditas hortikultura strategis yang dinilai mampu bersaing di pasar regional/pasar tunggal ASEAN adalah manggis, salak, mangga, melon, dan jeruk (buah-buahan) serta buncis, kubis, dan kentang (sayuran). Kondisi Daya Saing, Kualitas dan Standar Mutu Produk Pertanian Strategis 10. Peningkatan kualitas komoditas pertanian (hortikultura) tidak selalu termonitor ditengah peningkatan produksi dan produktivitasnya. Dalam kaitan kualitas ini, produk pertanian dan hortikultura Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara produsen/eksportir produk hortikultura lainnya. 11. Standar mutu menjadi salah satu ukuran yang semakin penting dalam menghadapi persaingan perdagangan yang semakin ketat. Inilah tantangan paling serius yang dihadapi Indonesia pada saat MEA 2015 diberlakukan (1 Januari 2016). Persiapan penyesuaian dan perubahan harus dilakukan agar dapat memenangkan persaingan dan memperoleh manfaat maksimal dari pasar tunggal ASEAN 2015. 12. Hasil analisis SWOT komoditas hortikultura terpilih yang mencakup aspekaspek budidaya (kelompok petani/petani), (b) pengolahan, dan (c) pemasaran/ perdagangan diperkirakan mampu memberikan berbagai informasi terkait dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). xvi

Budidaya (Petani/Kelompok Tani) 13. Analisis SWOT secara umum menunjukkan bahwa posisi pelaku usaha budidaya Indonesia berada dalam kuadran IV, seperti ditunjukkan oleh posisi Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan Bali dan Sumatera Utara berada dalam kuadran III. Indonesia, Jabar, Jateng dan Jatim menempati kuadran IV yang memperlihatkan bahwa kondisi budidaya pada tingkat kelompok tani masih menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal yang tidak menguntungkan. 14. Strategi perbaikan usaha perlu difokuskan pada bebagai permasalahan yang dihadapi oleh petani, diantaranya terkait dengan (a) ketersediaan benih unggul, (b) pengembangan kelembagaan pertanian, termasuk penyelenggaraannya, sarana dan pembiayaan maupun lembaga penyuluhnya, (c) penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi, (d) fasilitas pengembangan alsintan, (e) gangguan bencana dan adanya organisme pengganggu tumbuhan, dan (f) kurangnya pengembangan pelayanan informasi pasar. 15. Kondisi lain menunjukkan untuk Provinsi Bali dan Sumut, meskipun kedua provinsi ini masuk ke dalam kuadran yang berbeda, yaitu kuadran III. Petani/kelompok tani menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi memiliki beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus strategi petani sebagai pelaku usaha budidaya adalah meminimalkan masalah internal sehingga mampu merebut peluang yang lebih baik. 16. Peluang di Provinsi Sumatera Utara sangat baik karena posisinya sebagai sumber komoditas hortikultura untuk ekspor ke Malaysia dan Singapura. Komoditas kentang Brastagi sangat populer di Singapura sebagai campuran makanan yang khas bagi konsumen Singapura. Selain itu, Provinsi Bali yang dikenal sebagai daerah turis dengan permintaan konsumen yang cukup besar sangat membutuhkan hasil produk pertanian. 17. Prioritas perbaikan untuk meminimalkan masalah internal pada kelima provinsi tersebut adalah dengan melakukan (a) Peningkatan nilai tambah produk dengan cara perbaikan pengelolaan budidaya pertanian; dan (b) Pengembangan sumberdaya manusia dan teknologi serta pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal. Dibutuhkan partisipasi lembaga pemerintah terkait (seperti litbang dan lembaga penelitian di perguruan tinggi) sebagai pendamping dan pengawal dalam pengembangan usaha ini. Pengolahan 18. Secara umum posisi pelaku usaha pengolahan produk pertanian Indonesia berada dalam kuadran I, kecuali Provinsi Jawa Barat yang berada dalam kuadran IV. Indonesia, secara agregat bersama provinsi-provinsi Jateng, Jatim, Bali dan Sumut menempati kuadran I yang memiliki situasi sangat menguntungkan. Pelaku usaha pengolahan memiliki peluang dan kekuatan internal yang mampu memanfaatkan peluang yang tersedia. Namun demikian, strategi operasional perlu dirumuskan untuk mendukung kebijakan pertumbuhan dan perkembangan secara agresif. xvii

19. Pelaku usaha pengolahan di Provinsi Jawa Barat perlu membenahi kelemahan internal yang masih dominan, khususnya terkait dengan (a) kurangnya ketrampilan teknis yang sesuai dalam produksi, pengolahan dan perawatan peralatan; (b) rendahnya produktivitas komoditas; dan (c) masih lemahnya koordinasi kegiatan antar instansi. Juga perlu diperhatikan unsur-unsur yang terkait dengan faktor eksternal, seperti (a) masuknya perusahaan pesaing berskala besar, (b) beban ekonomi biaya tinggi, dan (c) pesatnya perkembangan sistem teknologi informasi pasar. 20. Empat prioritas strategi perbaikan kinerja usaha pengolahan untuk kelima provinsi tersebut adalah: (a) Memelihara keberlanjutan produk dan peluang pasar melalui keunggulan kompetitif dan komparatif; (b) Meningkatkan kerjasama antar pelaku usaha untuk pengembangan usaha pengolahan produk pertanian; (c) Memberikan kesempatan investasi bagi pihak luar negeri untuk bekerjasama dengan pelaku usaha pengolahan di dalam negeri dengan mematuhi peraturan yang berlaku; dan (d) Meningkatkan kapasitas produk dan dapat memanfaatkan peluang pasar yang baru. Pemasaran/Perdagangan 21. Posisi pelaku usaha pemasaran produk pertanian Indonesia bersama provinsiprovinsi Jabar, Jateng, Jatim, dan Bali menempati kuadran I, sementara Provinsi Sumatera Utara berada dalam kuadran III. Pelaku usaha pemasaran memiliki peluang dan kekuatan secara internal untuk memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan kinerja usaha. 22. Strategi pemasaran/perdagangan produk perlu secara terus-menerus disiapkan untuk mendukung kebijakan pertumbuhan dan perkembangan secara agresif. Khusus untuk pemasaran di Provinsi Sumatera Utara, peluang pasar sangat besar, tetapi pelaku usaha menghadapi berbagai kelemahan internal yang memerlukan pembenahan terlebih dahulu. Fokus strategi usaha di sini adalah meminimalkan kendala internal agar mampu merebut pasar dan peluang yang lebih baik. Tiga indikator utama yang cukup memengaruhi masalah internal dan perlu segera diatasi adalah (a) ekonomi biaya tinggi; (b) ketersediaan dan kapasitas produk tidak kontinu; dan (c) ketidakpastian harga ekspor. 23. Strategi usaha pemasaran komoditas strategis Indonesia relatif beragam menurut urutan prioritas tertentu dengan kebijakan pemasaran/perdagangan pertanian yang relatif dinamis. Walaupun demikian, dua prioritas perbaikan strategis yang dapat dilakukan secara nasional adalah (a) memberikan kesempatan bekerjasama antara pelaku usaha pemasaran dalam negeri dan luar negeri; dan (b) melakukan peningkatan kerjasama pemasaran antar pelaku usaha yang saling menguntungkan. Kedua strategi ini juga disarankan sebagai prioritas utama pada provinsi-provinsi Jabar, Jateng dan Jatim. 24. Strategi pengembangan usaha pemasaran/perdagangan di Pulau Jawa relatif berbeda dengan penerapan strategi pengembangan usaha di luar Pulau Jawa. Strategi usaha di Pulau Jawa sudah mengedepankan kerjasama antar pelaku usaha dengan baik serta bersama pelaku usaha dalam atau luar negeri dalam xviii

menyambut peluang pasar dan menghadapi berbagai ancaman yang mengganggu pengembangan pasar produk. 25. Peningkatan kerjasama antar pelaku usaha pemasaran di Provinsi Bali dan Sumatera Utara perlu diprioritaskan. Kerjasama merupakan cara yang efektif untuk menekan kelemahan dalam menghadapi peluang basar yang cukup besar dan dinamis. Dalam konteks ini, peran usaha pemasaran di Pulau Jawa menjadi lokomotif (penghela) usaha pemasaran produk pertanian di luar Pulau Jawa. Kesiapan Negara-negara ASEAN Menghadapi MEA 2015 Thailand 26. Salah satu upaya Thailand yang menonjol adalah mempersiapkan para pelaku usaha dengan memberikan kursus-kursus, pelatihan/training jangka pendek dalam berbagai aspek menyangkut kehidupan manusia dan ekonomi. Pembinaan usaha kecil, khususnya industri berbasis pertanian diprioritaskan supaya dapat berdiri sendiri dan mampu menembus pasar. Produk-produk OTOP (One Tambon, One Product) menjadi andalan usaha kecil Thailand memasuki pasar global dengan kualitas produk yang dapat memenuhi berbagai standar mutu internasional. 27. Pembiayaan pembinaan usaha kecil, termasuk usaha industri pertanian atau berbasis pertanian disediakan dan dialokasikan dalam anggaran pembangunan negara yang memadai setiap tahun. Dana dari pusat dikucurkan ke daerah dan daerah menggunakannya secara terencana dan tepat pada sasaran. Keseriusan pembinaan yang konsisten dan berkesinambungan telah menghasilkan nilai ekonomi yang dinikmati para pelaku usaha dan negara. Filipina 28. Pemerintah Filipina berupaya meningkatkan daya saing produk pada tataran perdagangan internasional (Philippine Development Plan 2011-2016). Upaya yang dilakukan meliputi: (i) perluasan akses pasar produk-produk Filipina melalui kerjasama bilateral, regional, maupun multilateral; (ii) National Single Window dengan fasilitasi perdagangan internasional dan logistik; (iii) pembangunan infrastruktur; (iv) mendorong pertumbuhan sektor usaha kecil, termasuk produk sektor pertanian secara kualitas dan kuantitas; (v) reformasi kebijakan perdagangan internasional dan peninjauan ulang proses-proses negosiasi serta capacity building oleh Komite TRM (Trade Related Matters). 29. Produk-produk pertanian Filipina masih memerlukan banyak perbaikan, termasuk upaya peningkatan kualitas produk. Masalah-masalah utama yang masih harus diselesaikan antara lain permodalan, promosi, bahan baku, dan standardisasi. Laos 30. Sebagai salah satu negara yang belum berkembang, Laos menghadapi berbagai kendala pembangunan ekonomi, khususnya dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Laos masih harus mencari strategi yang efektif untuk meningkatkan kemampuan produk pertanian lokal dapat bersaing di Pasar Tunggal ASEAN. xix

31. Pemerintah berupaya keras melaksanakan pembangunan infrastruktur, pengembangan pariwisata, dan promosi berbasis sumber daya alam agar terhubung dengan negara lain. Diharapkan masa mendatang Laos memiliki akses penuh ke pelabuhan dari negara-negara tetangga dan jaringan regional lainnya untuk pertumbuhan ekonomi. Kamboja 32. Kamboja masih bergulat dengan tantangan pembangunan ekonomi, seperti tingkat tinggi kemiskinan, kesenjangan pendapatan, basis produksi yang rendah, dan kurangnya sumber daya manusia. Sektor utama yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Kamboja adalah industri garmen, pariwisata, konstruksi, dan pertanian. Ekspor produk yang berwujud produk akhir masih berkualitas buruk, sehingga sulit bagi negara ini bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya. 33. Visi Rencana Pembangunan Strategis Nasional Kamboja 2030 meliputi: (a) Pengembangan modal manusia melalui reformasi sektoral; (b) Diversifikasi ekonomi dengan promosi untuk menarik investasi, pembangunan infrastruktur yang mendukung pedesaan, perbaikan akses pasar, dan kebijakan fasilitasi perdagangan lintas batas; (c) Pengurangan kemiskinan dengan berbagai program; (d) Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup; (e) Penguatan tata kelola dan lembaga secara transparan; dan (f) Manajemen makroekonomi untuk pertumbuhan berkelanjutan. Vietnam 34. Kebijakan Vietnam menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015 mencakup kegiatan: (a) promosi keunggulan komparatif melalui rantai nilai dengan diversifikasi produk ekspor dan memperkuat daya saing, menarik investasi asing (FDI) yang efisien, dan meningkatkan kapasitas SDM/keterampilan manajemen; (b) mempercepat reformasi badan usaha milik negara (BUMN); (c) meletakkan prasyarat yang lebih baik untuk pengembangan pasar keuangan dan membangun sistem pengawasan keuangan yang efektif; dan (d) melakukan reformasi pajak. 35. Kerjasama perdagangan tingkat ASEAN dan global telah dan terus dilakukan untuk mendorong perdagangan serta menawarkan pasar ekspor yang lebih besar sambil meningkatkan kualitas produk. Vietnam telah melakukan beberapa upaya liberalisasi di sektor jasa dan distribusi, terkait dengan MEA 2015, Vietnam sudah berkomitmen untuk meliberalisasi empat sub-sektor termasuk agen, grosir, ritel dan waralaba, namun masih berhati-hati dalam distribusi. Myanmar 36. Setelah puluhan tahun terisolasi, Myanmar kini kembali terlibat dengan ekonomi global dengan menerapkan reformasi ekonomi yang komprehensif ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015, Myanmar memiliki potensi besar yang belum dimanfaatkan dalam pembangunan ekonomi, termasuk (a) keterbukaan pasar lokal, (b) sumber daya alam yang melimpah, dan (c) tenaga kerja muda. xx

37. Secara regional, pembangunan ekonomi Myanmar juga akan didorong oleh percepatan ekonomi yang didukung oleh reformasi keuangan, penyelarasan nilai tukar, promosi usaha kecil dan menengah (UKM) dan kawasan ekonomi khusus (KEK); serta mengambil keuntungan dari lokasi geografis Myanmar antara Tiongkok, India, dan ASEAN. Program dan Penyiapan Kelembagaan Pertanian Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015 38. Program pemerintah terkait dengan peningkatan mutu produk didominasi oleh kegiatan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI). Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional disebutkan bahwa SNI merupakan satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI bertujuan untuk: (a) Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; (b) Membantu kelancaran perdagangan; dan (c) Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan. 39. Berdasarkan Permentan 58 Tahun 2007, Sistem Standardisasi Nasional di bidang Pertanian atau Sistem Standardisasi Pertanian (SSP) merupakan tatanan jaringan sarana dan kegiatan standardisasi yang serasi, selaras dan terpadu serta berwawasan nasional di bidang pertanian, yang meliputi penelitian dan pengembangan standardisasi, perumusan standar, penetapan standar, pemberlakuan standar, penerapan standar, persiapan akreditasi, verifikasi, sertifikasi, pembinaan dan pengawasan standardisasi, kerjasama, informasi dan dokumentasi, pemasyarakatan, serta pendidikan dan pelatihan standardisasi. 40. Standardisasi bidang pertanian dimaksudkan sebagai acuan dalam mengukur mutu produk dan/atau jasa didalam perdagangan, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan pada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya saing dan kelancaran perdagangan. 41. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan telah memberi kewenangan kepada Menteri Pertanian untuk mengatur, membina dan/atau mengawasi kegiatan atau proses produksi pangan dan peredaran pangan segar. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut, Ditjen PPHP diberikan tugas sebagai otoritas yang berwenang menangani keamanan pangan produk segar pertanian di Indonesia atau Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKP-P). 42. Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik (Good Agricultural Practices for Fruit and Vegetables) sebagai panduan budidaya dalam proses produksi untuk menghasilkan produk aman konsumsi, bermutu dan diproduksi secara ramah lingkungan dimana GAP ini telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/10/2009. xxi

43. Dalam kerangka Pasar Tunggal ASEAN 2015, penerapan jaminan mutu dalam sistem standarisasi pertanian sangat diperlukan. Pengembangan dan penerapan sistem jaminan mutu terus dilakukan menghadapi persaingan perdagangan domestik maupun global. Beberapa hal pengembangan mutu dan standar yang telah dilakukan adalah SNI bidang pertanian yang hingga tahun 2012 berjumlah 599, yakni: (a) SNI Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura, yaitu (i) benih 25, (ii) pupuk dan pestisida 21, (iii) produk segar 44, (iv) produk olahan 65, (v) alat dan mesin 85, serta (vi) metode uji 12 SNI; (b) SNI Subsektor Perkebunan, mencakup (i) benih 12, (ii) produk 97, (iii) alat dan mesin 36, serta (iv) metode uji 23 SNI; (c) SNI Subsektor Peternakan, yakni (i) bibit 21, (ii) pakan ternak dan bahan baku pakan 48, (iii) produk 55, (iv) alat dan mesin 27, (v) serta metode uji 22 SNI; dan (d) SNI Standar Non Komoditi 6 SNI. 44. Sejalan dengan perkembangan agribisnis dan prospeknya untuk Pasar Tunggal ASEAN 2015, program dan kegiatan pembangunan pertanian bersama petani produsen saat ini sudah berorientasi dan diarahkan pada perencanaan proses produksi yang berdaya saing dan didasarkan atas prospek permintaan pasar/konsumen yang lebih luas. Dengan demikian, penetapan pilihan komoditas, penentuan skala usaha dan jadwal waktu produksi (pola tanam/panen) sangat memengaruhi keberhasilan mata rantai sistem agribisnis yang berorientasi pasar. Untuk mendukung hal tersebut, sistem agribisnis perlu ditata dan dikembangkan baik kualitas maupun penyebarannya sampai di tingkat masyarakat petani/kelompok tani/koperasi tani. 45. Dalam kerangka penyiapan kelembagaan yang kuat di tingkat petani/kelompok tani, pengolah dan pemasaran/perdagangan, pemerintah (pusat dan daerah) perlu melakukan berbagai program dan kegiatan yang mencakup: (a) perbaikan pengelolaan budidaya dan pertanaman, (b) pengembangan SDM dan teknologi dan (c) pemanfaatan SDA. Selain itu, di tingkat pengolah, pemerintah diharapkan dapat memerhatikan: (a) kontinuitas produk olahan yang berdaya saing, (b) optimalisasi kerjasama usaha produk olahan, (c) kerjasama investasi luar negeri dengan pengolah dalam negeri, dan (d) peningkatan produk olahan yang berorientasi pasar. Terkait dengan pemasaran, perhatian pemerintah diarahkan pada (a) penguatan kerjasama pelaku usaha pemasaran dalam dan luar negeri; dan (b) penguatan kerjasama antar pelaku usaha pemasaran dalam negeri. IMPLIKASI KEBIJAKAN Tujuan Kebijakan 46. Produk pertanian harus memiliki daya saing yang tinggi di pasar ASEAN dan global, dan oleh karena itu pemerintah perlu segera membenahi industri berbasis pertanian lokal secara terencana, konsisten, dan berkesinambungan. Kebijakan yang diambil harus mampu meningkatkan daya saing produk-produk pertanian strategis untuk menguasai pasar domestik dan sekaligus mampu menembus pasar ASEAN dan global. xxii

Dasar Pertimbangan 47. Permintaan produk pertanian diperkirakan terus meningkat sejalan dengan peningkatan penduduk dan kemampuan ekonomi masyarakat. Daya saing produk menjadi kata kunci bersama-sama dengan tingkat harga yang ditawarkan. 48. Dengan bebasnya arus barang keluar dan masuk ke pasar di kawasan Asia Tenggara, maka kekuatan daya saing harus cukup lentur untuk bertahan dan atau meningkatkan kekuatan di pasar. Dalam konteks inilah produk strategis sektor pertanian dipersiapkan menghadapi pasar tunggal ASEAN tahun 2015. Isi Kebijakan 49. Persiapan sektor pertanian Indonesia harus dilakukan secara terus-menerus, termasuk setelah MEA 2015 diberlakukan, dengan orientasi yang semakin tinggi terhadap penguasaan pasar komoditas/produk strategis pertanian. Beberapa aspek terkait dengan penyiapan sektor pertanian diantaranya mencakup (a) perbaikan sistem agribisnis dengan kegiatan pengolahan untuk meningkatkan daya saing produk; (b) instrumen kebijakan yang didasarkan atas harmonisasi, sinkronisasi, dan konsistensi kebijakan pembangunan ekonomi antara pemerintah pusat dan daerah; (c) ketersediaan infrastruktur pertanian (produksi, pengolahan, dan pemasaran); dan (d) penguatan kelembagaan ekonomi yang membuka peluang pasar produk pertanian strategis. 50. Hasil-hasil kajian yang diarahkan membantu strategi pengembangan produk berkualitas diantaranya mencakup: (a) Penyediaan inovasi teknologi dan kelembagaan untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian; (b) Pengembangan industri hilir pertanian/agro-industri berbasis kelompok tani untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian (segar dan olahan); (c) Peningkatan jaringan kemitraan ekonomi (publicprivate partnership) produk pertanian; dan (d) Perbaikan data dan informasi (real-time, complete, reliable) atas produk pangan (segar dan olahan). 51. Kegiatan pelatihan/pengawalan kepada produsen/pelaku usaha (penerapan teknologi dan inovasi perlu dirancang dan dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Pelatihan dan pendampingan dalam berbagai uji coba peningkatan mutu produk pertanian (segar dan olahan) oleh Desk Pertanian ASEAN 2015 harus dilakukan secara terkoordinasi melalui kerjasama kegiatan dengan instansi/dinas terkait, khususnya untuk mengembangkan komoditas strategis manggis, salak, mangga, melon, dan jeruk (buah-buahan) serta buncis, kubis, dan kentang (sayuran). 52. Perlu dibentuk Desk Pertanian MEA 2015 di Kementerian Pertanian dengan agenda kegiatan yang relevan dan langsung terkait dengan penyiapan dan pengendalian kinerja sektor pertanian di pasar tunggal ASEAN. Kebijakan dan strategi harus dilengkapi dengan berbagai langkah operasional yang dapat diterapkan, khususnya di berbagai sentra produksi di daerah. xxiii

53. Kebijakan strategis perlu segera disiapkan, mencakup kegiatan budidaya, pengolahan, dan pemasaran/perdagangan dengan implementasi aksi untuk meningkatkan daya saing dan penerapan standar produk, sebagai pedoman membangun instrumen kebijakan dan sekaligus berupaya meningkatkan scorecard value menghadapi pasar tunggal ASEAN 2015. Instrumen kebijakan juga mencakup penyiapan peta jalan (road map) MEA 2015 produk pertanian Indonesia yang didiseminasikan secara terprogram kepada berbagai kalangan (stakeholders) terkait di pusat dan daerah. xxiv