BAB 6 Kesimpulan dan Saran

dokumen-dokumen yang mirip
Hazardouz Medical Waste Management of Speciality Hospital in Central and South Surabaya

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

MERAH KUNING KUNING UNGU COKLAT

PENGELOLAAN LIMBAH B3 MEDIS RUMAH SAKIT KHUSUS DI SURABAYA TIMUR. Oleh: Idkha Anggraini Pramesti

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

POLA PENYEBARAN LIMBAH PADAT DAN B3 DARI FASILITAS KESEHATAN DI SURABAYA SELATAN. Rizka Firdausi Pertiwi L/O/G/O

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

kantong plastik berbeda warna dan diberi label, kemudian safety box, troli.

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

Aryadita Minanda Budi Wiratmaka Eppy Nurul C Handini Citraswari Harini Merdekawati Neo Husien N Rahmawati Tri Rohani

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

AUDIT SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT Pradnya Paramita Adji Boesono Universitas Negeri Surabaya, Indonesia

PENGANGKUTAN LIMBAH B3 MEDIS

Epifani Ardysta Paraningrum, IDAA Warmadewanthi *

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT JENIS DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Deputi IV Bidang Pengelolaan B3, LB3 dan Sampah Asdep PLB3 dan Pemulihan Lahan Terkontaminasi LB3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

2016, No Nomor 333, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617); 3. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lin

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%)

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG

DAFTAR ISI v. HALAMAN JUDUL ii HALAMAN PENGESAHAN DARI FAKULTAS.. iii. KATA PENGANTAR.. iv. DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL xi ABSTRAK xii

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 12 TAHUN 2009

POLA PENYEBARAN LIMBAH PADAT B3 DARI FASILITAS KESEHATAN DI SURABAYA SELATAN HAZARDOUS WASTE DISTRIBUTION FROM MEDICAL FACILITIES IN SOUTH SURABAYA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Pedoman Wawancara. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Lhokseumawe Tahun 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT AT WONOKROMO DISTRICT SURABAYA

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

Pengelolaan dan Pengendalian Limbah B3

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika 2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 106 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat B3 Hasil Insinerasi di RSUD Dr Soetomo Surabaya

IDENTIFIKASI POLA PENYEBARAN LIMBAH PADAT B3 DARI FASILITAS KESEHATAN DI SURABAYA TIMUR

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 300 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT B3 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3)

Disampaikan Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B September 2016

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah Medis Padat

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

IDENTIFIKASI PENYEBARAN LIMBAH PADAT B3 DARI FASILITAS KESEHATAN DI SURABAYA TIMUR

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tangga). Definisi dari Environmental Protection Agancy mengenai limbah medis

TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PEMANTAUAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PROVINSI BANTEN

PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 6 Ha areal, persawahan dan 2 Ha bangunan gedung. Bolango dengan batas-batas sebagai berikut :

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1995 Tentang : Dokumen Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan di sembilan puskesmas se-kota Gorontalo

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 27 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 673 TAHUN 2011 TENTANG

PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

Pengelolaan Limbah B3 Medis Rumah Sakit Khusus di Surabaya Timur

ContohPenilaianPROPER: PengelolaanLimbahB3Kegiatan Pertambangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

AUDIT LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 13 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

STANDAR PPI 1 PPI 1.1 PPI 2 PPI 3 PPI 4 PPI 5 PPI 6 PPI 6.1

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 09 TH. 2010

TUGAS AKHIR PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL RESMI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI SURABAYA PUSAT IA NATUL MUKHLISHOH

Transkripsi:

207 BAB 6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Timbulan dan komposisi limbah B3 medis rumah sakit khusus di Surabaya Pusat dan Selatan adalah sebagai berikut: A. Timbulan limbah B3 medis rumah sakit khusus di Surabaya Pusat dan Selatan adalah: RS Mata Undaan= 0,0178 Kg/pasien.hari Rumah Sakit Ibu dan Anak = 0,1022 Kg/pasien.hari Rumah Sakit Bersalin= 0,4056 Kg/pasien.hari Rumah Bersalin = 0,155 Kg/pasien.hari B. Komposisi terbesar limbah B3 medis RS Mata Undaan adalah limbah toksik farmasi botol infus. Sedangkan untuk Rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit bersalin, dan rumah bersalin adalah limbah infeksius non benda tajam. Komposisi masing-masing rumah sakit khusus adalah sebagai berikut: RS Mata Undaan Limbah infeksius benda tajam= 7,17% Limbah infeksius non benda tajam= 24,25% Limbah toksik farmasi botol infus= 65,40% Limbah toksik farmasi vial dan botol obat= 3,17% Rumah Sakit Ibu dan Anak Limbah infeksius benda tajam= 2,03% Limbah infeksius non benda tajam= 86,34%

208 Limbah toksik farmasi botol infus= 7,33% Limbah toksik farmasi vial dan botol obat= 4,29% Rumah Sakit Bersalin Limbah infeksius benda tajam= 2,10% Limbah infeksius non benda tajam= 80,51% Limbah toksik farmasi botol infus= 13,05% Limbah toksik farmasi vial dan botol obat= 3,89% Rumah Bersalin Limbah infeksius benda tajam= 6,29% Limbah infeksius non benda tajam= 80,43% Limbah toksik farmasi botol infus= 6,71% Limbah toksik farmasi vial dan botol obat= 5,93% 2. Hasil evaluasi dan rekomendasi pengelolaan limbah B3 medis rumah sakit khusus di Surabaya Pusat dan Selatan adalah sebagai berikut: A. Evaluasi pengelolaan limbah B3 medis rumah sakit khusus di Surabaya Pusat dan Selatan: Reduksi : kegiatan reduksi limbah B3 medis telah dilakukan oleh 5 rumah sakit khusus di Surabaya Pusat dan Selatan namun belum dilakukan upaya secara menyeluruh dalam kegiatan mereduksi limbah. Pewadahan dan pelabelan : pewadahan dan pelabelan limbah B3 medis yang telah dilakukan oleh rumah sakit khusus di Surabaya Pusat dan Selatan belum memenuhi syarat peraturan perundangan yang berlaku. Pengumpulan dan penyimpanan : pengumpulan dan penyimpanan limbah B3 medis yang telah dilakukan oleh rumah sakit khusus di Surabaya Pusat dan Selatan belum memenuhi syarat peraturan perundangan yang berlaku.

209 Pengolahan : pengolahan limbah B3 medis yang telah dilakukan oleh rumah sakit khusus di Surabaya Pusat dan Selatan belum memenuhi syarat peraturan perundangan yang berlaku kecuali RS Mata Undaan dan RSB Lombok Dua Dua. Pengangkutan : pengangkutan limbah B3 medis yang telah dilakukan oleh rumah sakit khusus di Surabaya Pusat dan Selatan belum memenuhi syarat peraturan perundangan yang berlaku. B. Rekomendasi pengelolaan limbah B3 medis rumah sakit khusus di Surabaya Pusat dan Selatan: Reduksi : Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah, menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia, mengutamakan metode, mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah, memonitor alur penggunaan bahan kimia, memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan, menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluarsa, menghabiskan bahan dari setiap kemasan, mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan. Pewadahan dan Pelabelan meliputi: a. Pemilahan limbah B3 medis berdasarkan karakteristiknya yaitu limbah infeksius benda tajam, infeksius non benda tajam, dan toksik farmasi b. Wadah bersimbol sesuai dengan karakteristiknya yaitu infeksius dan toksik serta diberi label PERINGATAN. Dengan ketentuan ukuran minimum yang dipasang adalah 10 cm x 10 cm atau lebih besar, sesuai dengan ukuran wadah yang digunakan. Label berukuran minimal 15 cm x 20 cm atau lebih

210 c. Wadah mempunyai penutup yang kuat d. Warna wadah untuk infeksius dalah kuning dan untuk toksik farmasi adalah coklat. Pengumpulan dan Penyimpanan meliputi: pengumpulan dilakukan dengan menggunakan troli tertutup, penyimpanan Limbah B3 medis maksimum 24 jam saat musim kemarau dan 48 jam saat musim hujan, TPS diletakkan minimal 50 m dari fasilitas umum terdekat. Pengangkutan meliputi : a. Kendaraan khusus untuk mengangkut limbah B3 b. Kendaraan pengangkut harus tertutup c. Kendaraan pengangkut harus memiliki sistem pencegahan dan penanggulangan serta pemulihan kualitas lingkungan d. Pada kendaraan pengangkut limbah B3 harus memenuhi ketentuan: - Termasuk limbah toksik diberi simbol limbah toksik. - Ukuran yang dipasang minimum 25 cm x 25 cm atau lebih besar, sebanding dengan boks pengangkutnya. - Terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan, air hujan atau bahan kimia dan menggunakan bahan simbol yang dapat berpendar. - Dipasang di setiap sisi boks pengangkut dan dapat terlihat dari jarak 30 m. - Simbol tidak boleh dilepas atau diganti sebelum muatan limbah B3 dikeluarkan serta dilakukan pembersihan terhadap kendaraan. - Label berukuran minimal 15 cm x 20 cm atau lebih besar, dengan warna dasar kuning dengan tulisan hitam dan tulisan

211 PERINGATAN! dengan huruf berwarna merah. e. Dilakukan pengawasan secara berkala terhadap sarana dan kegiatan pengangkutan, mencatat neraca limbah, serta memiliki dokumen manifestasi seperti tercantum pada Keputusan Kepala Bapedal Nomor 02/BAPEDAL/09/1995 yang dapat dilihat pada Lampiran D. Pengolahan meliputi : Limbah diinsenerasi dengan suhu > 1000⁰C, abu insenerasi diuji TCLP, abu ditimbun di landfill 6.2 Saran Saran yang dapat diberikan untuk penelitian berikutnya adalah: 1. Penelitian pengelolaan limbah B3 medis rumah sakit khusus di Surabaya Barat dan Utara sebaiknya dilakukan. 2. Penelitian pengelolaan limbah B3 medis di luar Kota Surabaya juga sebaiknya dilakukan.