BAB II: STUDI PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV: KONSEP Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD)

BAB 3 ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III: DATA DAN ANALISA

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kemacetan jalan-jalan di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Dukuh Atas Interchange Station BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019

BAB 1 PENDAHULUAN. Relokasi Stasiun Merak 1

BAB III KAJIAN LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB III ANALISA. Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II FIRST LINE. ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri. pada tahun yang berisi pengembangan Transit Oriented Development

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN CONTEXTUAL ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan I.1. Pergub DI Yogyakarta No. 62 Tahun 2013 Tentang Pelestarian Cagar Budaya 2. Kamus Besar Bahasa Indonesia

TERMINAL ANTARMODA MONOREL BUSWAY DI JAKARTA

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta


ARSITEKTUR KONTEKSTUAL SEBAGAI SOLUSI PERANCANGAN KAWASAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN

STASIUN DAN BALAI YASA MANGGARAI

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

Pelabuhan Teluk Bayur

TERMINAL ANTARMODA MONOREL BUSWAY DI JAKARATA


BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

Kriteria Green Infrastructure dalam Penentuan Luas Stasiun Kereta Api

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang.

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB III : DATA DAN ANALISA

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR DUKUH ATAS INTERCHANGE STATION

BAB V KESIMPULAN. BAB V Kesimpulan dan Saran 126

BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial,

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGEMBANGAN KAWASAN STASIUN TERPADU PASAR SENEN

Bab VI Simulasi Rancangan Kawasan TOD Dukuh Atas

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Peran Transportasi. (Studi Kasus: Stasiun KA Patukan, Gamping, Yogyakarta)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Surat Pernyataan... Lembar Pengesahan Tugas Akhir... Tanda Lulus Mempertahankan Tugas Akhir...

REDESAIN TERMINAL TERPADU KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR 138 TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

Transkripsi:

BAB II: STUDI PUSTAKA 2.1. Stasiun Kereta Api Terpadu dengan Prinsip TOD 2.1.1. Perancangan Stasiun Kereta Api Terpadu a Definisi Stasiun Kereta Api Terpadu Stasiun kereta api adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan keperluan operasi kereta api dimana kereta api memerlukan tempat untuk bersilang, bersusulan, berhenti, dan menyusun rangkaian kereta api, Dirgantoro (2012). Dalam merancang stasiun terpadu harus memperhatikan kegiatan yang terjadi di stasiun kereta api, tidak hanya untuk kereta saja tapi juga mencakup adanya comuter line yang sebelumnya disebut dengan istilah KRL Jabodetabek. Sebagai upaya modernisasi angkutan KRL yang dilakukan PT KAI dengan menyederhanakan KRL yang ada menjadi 6 rute utama yaitu Rute Tangerang- Duri, Rute Rangkasbitung- Tanah Abang, Rute Depok/Bogor- Kota, Rute Depok/Bogor- Jatinegara, Rute Tanjung Priok- Kota dan Rute Bekasi- Kota. Upaya modernisasi lainnya yaitu mengubah nama KRL Ekonomi AC menjadi kereta Commuter, pemisahan gerbong khusus wanita, renovasi dan sterilisasi sarana dan pra sarana maupun jalur kereta, penempatan petugas keamanan di setip gerbong kereta, dan terutama penerapan sistem tiket elektronik yang diikuti dengan perubahan pada tarif kereta, yang dijelaskan pada gambar dibawah ini : Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 13

Gambar 2. 1 Peta Rute KRL Jabodetabek Sumber :www.krl.co.id b Jenis Jenis dan Fungsi Stasiun Kereta Api Menurut Dirgantoro (2012) ada beberapa jenis stasiun kereta api yaitu: Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 14

Stasiun Penumpang. Stasiun penumpang adalah stasiun kereta api untuk keperluannaik turun penumpang. Stasiun Barang. Stasiun barang adalahstasiun kereta api untuk keperluanbongkar muat barang. Stasiun Operasi. Stasiun Operasimerupakan stasiun kereta api untukmenunjang pengoperasian kereta api Selanjutnya menurut Dirgantoro (2012) fungsi dari bangunan di stasiun kereta api yaitu merupakan bagian dari stasiun kereta api yang digunakan untuk melayani pengaturan perjalanan kereta api dan pengguna jasa kereta api. Terdapat dua jenis kegiatan di stasiun kereta api yaitu: a. Gedung untuk kegiatan pokok, yang terdiri atas: 1. hall 2. perkantoran kegiatan stasiun 3. loket karcis 4. ruang tunggu 5. ruang informasi 6. ruang fasilitas umum 7. ruang fasilitas keselamatan 8. ruang fasilitas keamanan 9. ruang fasilitas penyandang cacat dan lansia 10. ruang fasilitas kesehatan b. Gedung untuk kegiatan penunjang stasiun kereta api, yang terdiri atas: 1. pertokoan 2. restoran Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 15

3. perkantoran 4. perparkiran 5. perhotelan 6. ruang lain yang menunjang langsung kegiatan stasiun kereta api c. Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus di stasiun kereta api, yang terdiri atas: 1. ruang tunggu penumpang 2. bongkar muat barang 3. pergudangan 4. parkir kendaraan 5. penitipan barang 6. ruang atm 7. ruang lain yang menunjang baik secara langsung maupun tidak langsung kegiatan stasiun kereta api. Pendekatan Pelaku Pendekatan pelaku kegiatan menurut Dirgantoro (2012) yang didasari oleh data yang ada pada Stasiun Sudirman (Dukuh Atas). Klasifikasinya adalah sebagai berikut : 1. Penumpang Kereta Komuter (KA Jabotabek) Pelaku aktivitas kegiatan utama adalah penumpang kereta komuter yang naik atau turun dari kereta. Merupakan pelaku yang kegiatannya cenderung sibuk dan menginginkan kepraktisan dan keefisiensian dalam segala hal, termasuk pelayanan perjalanan. Pada kasus Stasiun Manggarai, penumpang kereta komuter sebagian besar adalah para pegawai perkantoran di daerah Jabodetabek. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 16

Aktivitas Calon Penumpang Waktu (menit) Masuk Stasiun 0 Belanja/ Makan Minum 15 Informasi 2 Beli Tiket dan Antri 2 Checking Tiket dan Antri 1 Menunggu Kereta 5 Antri Naik Kereta 1 Total 26 Tabel 2. 1 Perkiraan Aktivitas Penumpang Kereta Api Sumber :Dirgantoro (2012) 2. Pengunjung dan Penumpang non KA Jabotabek Pengunjung stasiun terdiri dari ; a. Pengunjung umum adalah pengunjung yang hanya ingin menikmati fasilitas fasilitas di stasiun seperti restoran, kios oleh oleh atau datang untuk melihat jadwal kereta, memesan / mengembalikan tiket kereta. Biasanya mereka hanya sampai pada hall stasiun. b. Tamu pengelola adalah tamu yang ingin bertemu dengan pengelola stasiun karena ada kepentingan dalam urusan pengelolaan stasiun dan kereta api, atau keperluan lainnya. c. Penumpang KA adalah pengunjung yang masuk ke dalam stasiun hanya untuk mencapai stasiun moda dan menikmati fasilitas yang ada. 3. Pengelola Pengelola berfungsi untuk mengendalikan kegiatan yang ada di dalam stasiun dan memberikan pelayanan terhadap para pemakai jasa kereta api di stasiun kereta api. Kegiatannya mengawasi dan mengatur kegiatan operasional di dalam stasiun serta melakukan koordinasi antar bidang kegiatan (ekstern-intern). Pengelola saling berhubungan dengan berbagai bidang kerja yang lain dan membutuhkan privasi saat bekerja. 4. Penyewa Retail / Kios Adalah orang yang menyewa kios kios yang terdapat di dalam stasiun dengan tujuan komersil. Kegiatannya berupa mendisplay Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 17

barang / jasa yang ditawarkan, melakukan transaksi jual beli barang / jasa yang diperdagangkan kepada para penumpang kereta api dan para pengunjung, dan melayani konsumen. Dimungkinkan bahwa kios-kios yang ada merupakan kios-kios dengan transaksi cepat. 5. Kegiatan Kereta Api Untuk menampung kegiatan kereta api dibtuhkan emplasemen dan peron. Selain itu juga memperhatikan sestem double-double track diterapkan ke depan sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap penumpang di masa yang akan datang. Pendekatan aktivitas dan kebutuhan ruang, Aktivitas dan kebutuhan ruang dalam Stasiun Kereta Api berdasarkan kelompok kegiatannya, dapat dikelompokkan menjadi : a. Kelompok kegiatan utama (Penumpang KA Jabotabek) b. Kelompok Kegiatan Pengelola (Pengelola Stasiun dan Commercial Area) c. Kelompok Kegiatan Penunjang d. Kelompok kegiatan Servis e. Kelompok Kegiatan Kereta Api 2.1.2. Konsep TOD dalam Perancangan Stasiun a Definisi TOD dalam Perancangan TOD Stasiun Senen Menurut Peter Calthrope konsep dari Transit-Oriented Developmentadalah sebagai berikut : The Transit-Oriented Development (TOD) concept is simple: moderate and highly density housing along with complementing public uses, job, Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 18

retail and services, are concentrated in mixed-use developments located ata these TODs in, Secondary Areas. The location, design, configuration, and mix of uses in TOD provides an alternative to traditional development by emphasizing a pedestrian-oriented environment and reinforcing the use of public transportasion. The linkage beetwen land use and transit is designed to result in an efficient pattern of development that supports the transit system and make significant progress in reducing sprawl, traffic congestion and air pollution. The TOD s mixed-use clustering of land uses within a pedestrian-friendly area connected to transit, provides for growth with minimum environmental and social costs. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep TOD pada dasarnya adalah mengintegrasikan berbagai fasilitas umum sekaligus mengupayakan kelancaran mobilitas penduduk. Pusat kegiatan lingkungan terhubung dengan pusat kegiatan wilayah serta pusat kegiatan kota dengan fasilitas transportasi yang memadai, aman dan nyaman. Pada setiap pusat kegiatan tersebut terdapat berbagai jenis fasilitas umum dan fasilitas komersial sesuai dengan kebutuhan masyarakat berdasarkan skala pelayanannya. Dengan pengembangan TOD tingkat kepadatan, sebaran penduduk dan fasilitasnya dapat terjaga secara proporsional. Dengan terhubungnya antara daerah pemukiman dan daerah transit memungkinkan berkurangnya masalah perkembangan pemukiman yang tidak terkontrol, kemacetan lalu-lintas, dan dengan konsep bangunan mix use pada kawasan TOD yang nyaman untuk pejalan kaki, dapat sehingga dapat meminimumkan biaya karena perjalanan dapat dilakukan denga berjalan kaki. Menurut Askaria (2013)TOD dibagi menjadi 2 jenis yaitu: Urban TOD adalahpengem bangan yang berlokasi pada jalur lintas transportasi umum kota seperti terminal bus kota, stasiun kereta, maupun halte bus kota yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dan bisa berpotensi menjadi daerah komersil. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 19

Neighborhood TOD adalah pengembangan transit yang terbatas berlokasi pada rute feeder bus dalam sebuah wilayah perumahan yang bisa di akses sekitar 10 menit dari titik transportasi kota. Neighborhood TOD mempunyai lingkup yang lebih kecil dari Urban TOD, biasa akan melayani kebutuhan sehari hari dari sebuah perumahan b Variabel dalam Pengembangan Kawasan TOD Menurut Widayanti (2013) dalam satu pengembangan kawasan TOD terdapat beberapa variabel yang harus ada dalam kawasan, yaitu : Kawasan Pusat Komersial Fungsi komersial pada konsep TOD merupakan bagian inti dari kawasan yang diintegrasikan dengan fungsi transit. Terintegrasinya fungsi transit dan core comercial di kawasan akan dapat menarik orang-orang untuk datang ke kawasan dan menggunakan jasa transit menuju kawasan. Perletakan core comercial yang akan diciptakan harus tetap memperhatikan keseimbangan akan kenyamanan, visibilitas dan aksesibilitas dari pejalan kaki dan kendaraan. Area Hunian Kawasan TOD juga harus dapat memfasilitasi fungsi hunian di sekitarnya. Bangunan yang cocok untuk satu kawasan TOD yang berada di kawasan perkotaan adalah bangunan apartemen mengingat tingginya intensitas di satu kawasan perkotaan. Taman, Plasa dan Bangunan publik Pola pembangunan dari TOD adalah dengan penempatannya yang mudah diakses oleh berbagai fasilitas dan ruang publik. Fungsi ruang publik disini adalah agar dapat memenuhi tuntutan agar ruang publik sebagai tempat bagi masyarakat melakukan interaksi sosial. Selain itu ruang terbuka yang berupa taman dan plasa adalah sebagai pengikat antar massa bangunan. Sistem Transit Lokasi tempat perhentian transit diletakan di bagian pusat dari area TOD yang berdekatan dengan core comercial area. Fungsi komersial tersebut harus dapat dilihat dan diakses dengan mudah dari tempat perhentian transit. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 20

Mixed Use Fungsi-fungsi baru yang akan dimasukkan ke dalam kawasan perencanaan adalah fungsi mixed use berupa fungsi komersial (mall, toserba, retail, pkl), fungsi hunian, perkantoran, fasilitas publik dan sosial (stasiun kereta api beserta fasilitasnya, kantor keamanan, mesjid, dan gedung parkir), dll. Tujuan dari penggabungan berbagai fungsi yang ada ke dalam kawasan adalah untuk menciptakan suatu kawasan yang hidup selama 24 jam. Pengawasan dilakukan secara menerus dan bersama oleh aparat keamanan serta para penghuni kawasan, sehingga kemudian keamanan lingkungan dapat tetap terjaga dengan baik. Sistem Jalan dan Sirkulasi. Jaringan jalan harus dapat menciptakan keselamatan serta menyediakan jalur pejalan yang nyaman yang terpisah antara jalur kendaraan dan pejalan. Kebutuhan Parkir Fasilitas parkir dalam kawasan TOD harus memperhatikan : Sesuai dengan kebutuhan kawasan untuk kebutuhan minimum dan maksimum. Perletakan tempat parkir harus terintegrasi dengan jalur pejalan kaki dan jarak tempuh ke bangunan tidak terlalu jauh. Fungsi parkir dapat dilakukan dengan pembagian waktu, dimana waktu siang digunakan untuk parkir fungsi perkantoran dan pada malam hari digunakan sebagai tempat parkir untuk fungsi hunian. Jalur Pejalan Kaki Jalur pejalan kaki dibuat untuk menghubungkan fungsi-fungsi yang berada di kawasan sehingga pencapaian dari satu fungsi ke fungsi lain dapat diakses dengan mudah oleh pengguna jalan. Jalur-jalur pejalan kaki dibuat dengan nyaman dan memiliki akses langsung ke area-area komersial dan transit. Jalur pejalan kaki juga harus teritegrasi dengan fungsi ruang terbuka dan plasa-plasa. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 21

2.2. Ekspresi Struktur dan Material Hemat Energi dalam Penerapan Arsitektur Kontekstual 2.2.1. Konsep Arsitektur Kontekstual dalam Perancangan Stasiun a Definisi Arsitektur Kontekstual dalam Perancangan Arsitektur kontekstual adalah kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan mengaitkan bangunan baru dengan lingkungan sekitarnya Aliya dalam Brolin (2010). Selanjutnya menurut Aliya (2010), Arsitektur kontekstual dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: 1. Contras (kontras / berbeda) Kontras dapat menciptakan lingkungan urban yang hidup dan menarik, namun dalam pengaplikasiannya diperlukan kehati hatian hal ini agar tidak menimbulkan kekacaun. Hal ini sesuai dengan pendapat Brent C. Brolin, bahwasannya kontras bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmosi, namun ia mengatakan bila terlalau banyak akan mengakibatkan shock effect yang timbul sebagai akibat kontras. Maka efektifitas yang dikehendaki akan menurun sehingga yang muncul adalah chaos. 2. Harmony (harmoni / selaras) Ada kalanya suatu lingkungan menuntut keserasian / keselarasan, hal tersebut dilakukan dalam rangka menjaga keselarasan dengan lingkungan yang sudah ada. Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan konteks / lingkungan dimana bangunan itu berada. Sehingga kehadiran satu atau sekelompok banguanan baru lebih menunjang daripada menyaingi karakter bangunan yang sudah ada walupun terlihat dominan (secara Kuantitatif). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 22

b Unsur-Unsur dalamarsitektur Kontekstual Menurut Aliya (2010), unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam Arsitektur kontekstual adalah: 1. Irama adalah sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud, atau warna secara teratur dan harmonis. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan mengelompokkan unsur unsur di dalam suatu komposisi acak menurut a. Kedekatan atau keterhubungan satu sama lain, dan b. Karakteristik visual yang dimiliki bersama 2. Sifat fisik dari bentuk dan ruang arsitektur yang dapat diorganisir secara berulang adalah: a. Ukuran b. Bentuk wujud c. Karakteristik detail 3. Datum Suatu datum diartikan sebagai suatu garis, bidang atau ruang acuan untuk menghubungkan unsur - unsur lain di dalam suatu komposisi.datum mengorganisir suatu pola acak unsur unsur melalui keteraturan kontinuitas dan kehadirannya yang konstan. Sebagi contoh, garis garis lagu berfungsi sebagai suatu datum yang memberi dasar visual untuk membaca not dan irama secara relatif nada nada yang ada. Selanjutnya menurut Aliya (2010), ciri ciri dari Arsitektur kontekstual adalah: 1. Adanya pengulangan motif dari desain bangunan sekitar. 2. Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornament, dan lain - lain terhadap bangunan sekitar lingkungan, hal ini untuk menjaga karakter suatu tempat. 3. Meningkatkan kualitas lingkungan yang ada. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 23

2.2.2. Ekspresi Struktur dan Material Hemat Energi a Definisi Ekspresi Struktur dan Material Hemat Energi Pengertian ekspresi Struktur bangunan, menurut Hendri (2013) ekspresi struktur berarti ungkapan secara visual tentang suatu alat yang berfungsi sebagai media untuk menyalurkan beban akibat kehadiran bangunan yang kemudian disaluran ke tanah dan berfungsi untuk memperkuat konsep arsitektural pada bangunan.sedangkan menurut Sutrisno (1983) Struktur bangunan sebagai penjelmaan dari ekspresi sistem konstruksi yang memenuhi fungsinya secara tepat, sehingga menghasilkan keindahan yang logis. Sedangkan pengertian material Hemat Energi menurut Sukendar (2012) Selain memilih material yang harganya kompetitif, saat ini kesadaran untuk memilih materi berkualitas, efisien, dan ramah lingkungan menjadi pilihan masyarakat modern karena dengan munculnya fenomena pemanasan global beberapa tahun belakangan ini, isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan banyak diangkat sebagai topik yang hangat di berbagai bidang kehidupan salah satunya di bidang konstruksi. Dimana pemilihan material atau bahan bangunan adalah salah satu langkah yang dilakukan dalam upaya menciptakan bangunan hijau atau disebut juga bangunan yang ramah lingkunganl b Kriteria Pemilihan Sistem Struktur dan Kriteria Material Ramah Lingkungan Sistem struktur yang digunakan harus memiliki kriteria yang diperlukan dan penting, meskipun tidak semua bangunan memerlukannya. Menurut Hendri (2013) Kriteria dalam Pemilihan Sistem Struktur yaitu sebagai berikut : a) Daya tahan struktur : tahan dari cuaca & alam memberikan rasa nyaman. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 24

b) Kokoh : dapat menahan beban dan kokoh terhadap gaya horizontal c) Aman terhadap api : penghuni didalamnya ada kesempatan untuk evakuasi. d) Ekonomis : Pembiayaan dapat seimbang dengan biaya bangunan. e) Visual : Sebagai pendukung dan meningkatkan fungsi arsitektural. Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut: a) Tidak beracun, sebelum maupun sesudah digunakan. b) Dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi lingkungan. c) Dapat menghubungkan kita dengan alam, dalam arti kita makin dekat dengan alam karena kesan alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita pada tanah, kayu pada pepohonan). d) Bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk memindahkan material tersebut ke lokasi pembangunan). e) Bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami. 2.3. Studi Banding Stasiun dalam dan Luar Negeri 2.3.1. Studi Banding Stasiun Gambir, a Sejarah Stasiun Gambir Stasiun Gambir adalah stasiun kereta api terbesar di Daerah Khusus Ibukota, berlokasi di Gambir, Pusatdan berada di Daerah Operasi I. Stasiun Gambir dibangun sekitar tahun 1930-an dengan nama Stasiun Koningsplein setelah itumengalami renovasi secara besar-besaran pada 1990-an. Stasiun Gambir memiliki 4 jalur yang melayani transportasi kereta api di Kota Tujuan utama di pulau Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 25

Jawa, selain kereta api, di stasiun Gambir juga terdapat Bus DAMRI untuk menuju Bandara Soekarno Hatta. Gambar 2. 2 Jalur Kereta Gambir Sumber : Wikipedia Dahulu kala di wilayah Weltevreden yang terletak di sebelah kanan Gereja Willem di Koningsplein Oost, yang kini bernama Jalan Medan Merdeka Timur, pada tahun 1871 merupakan halte Koningsplein (halte Lapangan Raja). halte Koningspleinmemiliki jarak beberapa ratus meter dari Stasiun Gambir sekarang. Dahulu halte Koningsplein dikelola oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij(NIS) hingga tahun 1884 yang pada zaman dahulu masih berbentuk bangunan kecil dan sangat sederhana.pada tanggal 4 Oktober 1884halte Koningspleinkemudian digantikan oleh Stasiun Weltevredendi tempat Stasiun Gambir kini berada Hingga tahun 1906, Stasiun Weltevredenmerupakan stasiun pemberangkatan untuk tujuan Bandung dan Surabaya.Hingga pada tahun 1928, setelah pengambilalihan Staats spoorwegen (SS) di tahun 1913, menyebabkan Stasiun Weltevredendiperbesar dan mengalarni perubahan besar-besaran berupa tampak luar bangunan dengan gaya art-deco, atap penutup diperpanjang pada tahun 1928 hingga ke sisi utara sepanjang 55 meter. Dan kemudian pada tahun 1937 stasiun itu Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26

diresmikan sebagai Stasiun Batavia Koningsplein dan kemudian menjadi Stasiun Gambir. Pada tahun 1990-an setelah terjadi renovasi stasiun di ruas Manggarai- Kota, stasiun Gambir berubah menjadi rel layang. b Analisis Stasiun Gambir Stasiun Gambir terdiri dari tiga lantai, dengan peron kereta api yang berada di lantai tiga.pada lantai dasar stasiun terdapat Aula utama, loket, Atm Center, dan Area Komersil berupa restoran dan toko. Seperti yang dijelaskan pada gambar di bawah ini : Gambar 2. 3 Denah Lantai Dasar Stasiun Gambir Sumber : Data KAI Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa pintu masuk utama di stasiun manggarai dibagi menjadi dua, yaitu Pintu Masuk Utara yang berada di sisi timur stasiundan Pintu Masuk Selatan yang berada di sisi barat stasiun, di sisi utara Stasiun Gambir terdapat pangkalan taxi stasiun dan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 27

di sisi selatan stasiun terdapat parkir kendaraan. Untuk interior stasiun di lantai dasar terdapat beberapa kios komersil di sisi sebelah utara. Analisis berikutanya adalah analisis lantai 2 dari stasiun Gambir yang dijelaskan oleh gambar berikut : Gambar 2. 4 Denah Lantai 1 Stasiun Gambir Sumber :Data KAI Dari gambar diatas dapat diketahui bahwalantai 1 stasiun Gambir ( tingkat 2 stasiun) terdapat Ruang Tunggu yang digunakan untuk ruang tunggu penumpangdari luar kota dan terdapat beberapa kios komersil (restoran sepat saji dan kafetaria), yang berada di sisi utara yang memiliki lokasi yang sama seperti di lantai dasar.selain itu untuk menghubungkan sirkulasi ke peron di lantai 2 yang dihubungkan oleh dua tangga utama yang masing masing berupa tanggauntuk kedatangan penumpang kereta dan tangga untuk keberangkatan penumpang, sehingga dapat mempermudah penumpag kereta api. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 28

Selanjutnya karena menggunakan rel layang, maka peron di stasiun Gambir ini ditempatkan di lantai 2 stasiun Gambir ( tingkat 3 stasiun), dan karena stasiun Gambir merupakan Stasiun Besar, maka pengumuman yang digunakan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. 2.3.2. Studi Banding Stasiun Tianjin Barat, Beijing a Sejarah Stasiun Tianjin Barat, Beijing Studi Banding selanjutnya merupakan studi banding stasiun kereta api di luar negeri yaitu stasiun tianjin yang terletak sekitar 130 kilometer sebelah Barat Laut Kota Beijing, stasiun ini berfungsi sebagai jalur pemberhentian dari kereta berkecepatan tinggi yang menghubungkan antara ibukota Cina dan kota Shanghai, serta menghubungkan berbagai lini regional di daerhak China dan menghubungkan kereta-kereta di jalur bawah tanah. Seperti dalam gambar berikut ini : Gambar 2. 5 Stasiun Tianjin Sumber :Arch daily b Analisis Stasiun Tianjin Barat, Beijing Selama dua setengah tahun, von Gerkan, Marg dan Rekan Arsitek (GMP), telah menyelesaikan pembangunan Stasiun Kereta Api Tianjin Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 29

Barat ini, dimana fungsi dari stasiun kereta api ini adalah untuk menghubungkan daerah komersial daerah utara dengan pusat kota tua di daerah selatan, dengan melalui trek layang, sungai dan jalan-jalan di kota dengan penduduk berjumlah sekitar 12 juta jiwa ini. Para arsitek telah menyoroti fungsi jembataan penghubung antara bagian kota dengan atap kubah sepanjang 57 meter, dengan panjang hampir 400 meter di atas concourse terminal Gambar 2. 6Kubah Stasiun Tianjin Sumber :Arch daily Stasiun tianjin memiliki tiga yang terdiri dari dua lantai bangunan dan satu basement, untuk denah bangunan dijelaskan pada gambar berikut : Gambar 2. 7Denah Stasiun Tianjin Sumber :Arch daily Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 30

Setiap penumpang memasuki Stasiun barat Tianjin melewati pintu utama yang berada di utara dan selatan bangunan, atap lengkung diatas pintu masuk dan jendela kaca yang tinggi menjadi penanda bahwa itu adalah pintu masuk utama dari stasiun, setelah itu penumpang memasuki antrian tiket, yang pada hari biasa selalu penuh oleh penumpang lainnya. Untuk menuju peron penumpang dapat menggunakan eskalator dan lift yang terhubung di tiap-tiap peron yang akan dituju. Bila dilihat dari potongan stasiun Tianjin memiliki bentuk yang menarik dan futuristik, dengan struktur lengkung dan material yang hemat energi membuat stasiun ini dapat dijadikan referensi dalam merancang stasiun kereta api di Indonesia. Yang ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 2. 8 Potongan Stasiun Tianjin Sumber :Arch daily Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 31