BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk halal khususnya dalam bidang olahan pangan merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sehingga perlu didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah yang baik agar masyarakat dapat merasa lebih aman dan terjamin dalam mengkonsumsi berbagai produk olahan pangan. Yogyakarta juga memiliki berbagai macam daerah wisata, dengan budaya Jawa nya yang sangat kental, kemudian ditunjang dengan bangunan-bangunan tua yang memiliki nilai historis tinggi dan juga keindahan wisata pantai sehingga mampu menarik para wisatawan untuk datang berkunjung ke kota ini. Selain memiliki berbagai macam tempat wisata menarik, Yogyakarta juga memiliki berbagai macam aneka kuliner makanan khas kota Yogya, maka tak heran jika banyak wisatawan yang berdatangan. Yogyakarta tidak hanya mampu menarik para wisatawan untuk datang berkunjung, tetapi juga mampu menarik para akademisi untuk datang dan tinggal sementara waktu guna menuntut ilmu lebih dalam. Hal ini disebabkan karena terdapat banyaknya universitas negeri hingga swasta yang berdiri di Yogyakarta. Tren masyarakat pada saat ini yang sangat menyukai camilan cenderung lebih memilih produk pangan camilan yang bersifat siap konsumsi. Selain lebih praktis, produk pangan yang bersifat siap konsumsi juga cenderung lebih ekonomis. Salah satu produk pangan camilan siap konsumsi yang banyak beredar di pasaran adalah bakpia. Bakpia merupakan salah satu jenis produk olahan pangan camilan 1
2 yang identik dengan makanan khas asal Yogyakarta. Kebutuhan konsumen terkait bakpia terus-menerus bertambah, sehingga produsen dituntut untuk memproduksi dalam jumlah yang semakin banyak pula. Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta dari tahun ke tahun mengakibatkan tingginya permintaan pasar untuk produk bakpia. Label halal merupakan label yang dicantumkan pada kemasan produk pangan yang menunjukan bahwa produk tersebut merupakan produk yang halal dan telah dinyatakan aman oleh pihak yang berwenang. Dalam membuat keputusan pembelian, konsumen memilih suatu produk yang mereka anggap baik dan sesuai dengan keinginan. Kehalalan menjadi salah satu parameter utama dalam proses pemilihan produk. Memastikan makanan yang di konsumsi halal menjadi tanggung jawab bagi setiap muslim. Untuk mempermudah mengetahui makanan yang dikonsumsi halal khususnya makanan dalam kemasan maka dapat dilihat dari label halal yang tercantum pada kemasan makanan tersebut. Label pada produk pangan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Maka dengan adanya label halal, akan memberikan nilai tambah yang dapat berfungsi sebagai pemikat konsumen terutama konsumen muslim sehingga memudahkan mereka untuk menemukan produk yang aman dikonsumsi khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan data sensus penduduk wilayah dan agama yang dianut pada tahun 2010 menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia didapat bahwa dari 3.457.491 jiwa penduduk DIY, 3.179.129 (91.95%) penduduk memeluk Agama Islam. Hal ini, tentu akan mempengaruhi pemerintah DIY untuk terus meningkatkan perhatian terhadap produk yang beredar di masyarakat, terutama
3 makanan. Tabel 1 berikut menjelaskan secara detail komposisi persebaran agama di wilayah DIY. Tabel 1.1 Penduduk menurut wilayah dan agama yang dianut di DIY Nama Kabupaten/Kota Agama Islam Kristen Katolik Hindu Budha Khonghucu Lainnya Tdk Terjawab Tdk ditanyakan Jumlah Kulon Progo 366,747 5,107 16,224 25 599 0 8 49 110 388,869 Bantul 868,326 13,995 26,790 1,125 274 26 50 468 449 911,503 Gunung Kidul 649,209 11,938 11,954 1,171 524 3 324 50 209 675,382 Sleman 971,414 38,910 74,287 2,176 1,000 62 80 2,430 2,751 1,093,110 Kota Yogyakarta 323,433 24,318 36,494 760 1,145 68 44 1,560 805 388,627 Provinsi DIY 3,179,129 94,268 165,749 5,257 3,542 159 506 4,557 4,324 3,457,491 Sumber : Data Sensus Penduduk 2010 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Berdasarkan data pada Tabel 1, maka pemerintah melalui Kementerian Agama dan dibantu oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) berusaha untuk menyaring produk makanan, baik produk makanan jadi, setengah jadi atau bahan mentah mengikuti hukum syariah agama Islam. Hal ini diwujudkan dengan memberikan sertifikat halal kepada perusahaan atau UKM yang telah memenuhi syarat dan lolos seleksi berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak penyedia jasa layanan sertifikasi halal. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh label halal pada kemasan terhadap keputusan pembelian konsumen produk bakpia? 2. Adakah faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen?
4 1.3 Batasan Penelitian Masalah yang diangkat dalam skripsi ini terlalu luas jika diteliti secara meyeluruh. Maka dari itu, agar masalah tidak melebar penulis hanya meniliti: 1. Objek penelitian adalah produk bakpia di Kota Yogyakarta yang telah mencantumkan dan yang belum mencantumkan label halal pada kemasan. Label halal yang dimaksud adalah label halal resmi yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI. 2. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada konsumen bakpia untuk mengetahui pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian produk bakpia. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pengaruh label dan atribut lain pada produk bakpia terhadap keputusan pembelian konsumen. 2. Mengetahui hubungan antara label halal dan volume penjualan produk bakpia. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Membantu pihak produsen mengetahui produk yang diinginkan konsumen. 2. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi produsen bakpia di Kota Yogyakarta mengenai peran dan dampak label halal di tingkat penjualan produk.
5 3. Sebagai informasi serta referensi bagi berbagai pihak yang ingin melakukan penelitian di bidang industri rumah makan ataupun industri jasa lainnya yang berkaitan dengan label halal pada kemasan produk pangan.