BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN TOPSIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KOMBINASI METODE AHP DAN TOPSIS PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB II LANDASAN TEORI

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) (STUDI KASUS HOME INDUSTRY NEDY)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode dalam SPK (Sistem Pendukung Keputusan) A. AHP

BAB III ANP DAN TOPSIS

BAB I PERSYARATAN PRODUK

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PEMILIHAN LOKASI SUMBER MATA AIR UNTUK PEMBANGUNAN JARINGAN AIR BERSIH PEDESAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JENIS KEGIATAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DI PT. SPIL

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

BAB III METODE PENELITIAN

Sistem Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Mengunakan Metode ANP-TOPSIS

PEMBUATAN APLIKASI PEMILIHAN CALON GURU TELADAN DENGAN MENGUNAKAN MEDIA WEB Bayu Firmanto 4

BAB I PENDAHULUAN. Produksi Minyak Sawit Dunia, Gambar 1.1 Grafik Produksi Minyak Sawit Dunia, (FAO, 2010)

UNIVERSITAS MURIA KUDUS FAKULTAS TEKNIK SISTEM INFORMASI

P11 AHP. A. Sidiq P.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Konsumen tidak lagi hanya menginginkan produk yang berkualitas, tetapi juga

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Abstrak Kata kunci 1. Pendahuluan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan Metode Simple Additive Weighting (SAW) pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Lokasi untuk Cabang Baru Toko Pakan UD.

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

BAB 2 LANDASAN TEORI

Abstrak

PEMILIHAN PEMASOK COOPER ROD MENGGUNAKAN METODE ANP (Studi Kasus : PT. Olex Cables Indonesia (OLEXINDO))

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menanggulangi kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja diperdesaan,

PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBINAAN UMKM DI DINAS KUMKM DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS

PENERAPAN PERBANDINGAN METODE AHP-TOPSIS DAN ANP-TOPSIS MENGUKUR KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI GORONTALO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 data statistik bahan baku aspal

PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN MENGINTEGRASIKAN CLUSTER ANALYSIS, ANP DAN TOPSIS SERTA ALOKASI ORDER DENGAN BEBERAPA FUNGSI TUJUAN

Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Perhitungan Contoh Kasus AHP

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

PENENTUAN PRODUK KERAJINAN UNGGULAN DENGAN MENGGUNAKAN MADM-TOPSIS

APLIKASI MCDM UNTUK PENENTUAN PEMASOK DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK DI PT. KURNIA ANEKA GEMILANG TUGAS SARJANA MARINI C. HUTAGAOL NIM.

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

PENENTUAN PEMINATAN PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN METODE AHP-TOPSIS (STUDI KASUS SMA NEGERI 6 SEMARANG)

Analytic Hierarchy Process

Sistem Pendukung Keputusan Mahasiswa Berprestasi Menggunakan Metode TOPSIS

PENGGUNAAN METODE TOPSIS DALAM RANCANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN LOKASI USAHA BARU (Studi Kasus : ARENA DISC Yogyakarta)

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KELAYAKAN LOKASI CABANG BARU USAHA CLOTHING MENGGUNAKAN METODE AHP-TOPSIS

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Definisi Manajemen Robbins dan Coultier (2012) menyatakan bahwa manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Sedangkan Daft dan Marcic (2011) mendefinisikan manajemen sebagai pencapaian yang efektif dan efisien dalam tujuan organisasional melalui perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengawasan sumber organisasional. Maka berdasarkan kedua definisi di atas dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pelaksanaan, kepemimpinan dan pengawasan atas seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan melalui pengelolaan sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien. 2.1.2 Proses Manajemen Proses manajemen merupakan proses yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam perusahaan, maka manajemen yang dilakukan mempunyai fungsi untuk mencapai tujuan perusahan. Fungsi-fungsi manajemen di dalam proses manajemen secara umum melibatkan 4 aktivitas dasar, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengawasan (actuating), dan pengendalian (controlling). Di dalam perkembangannya fungsi manajemen ini mengalami perusahaan dengan mengacu dari pakar-pakar manajemen. Salah satu pakar manajemen, Robbins dan Coutler (2012) menyatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut: 13

14 1. Perencanaan (Planning) Perencaaan merupakan proses mendefinisikan sasaran-sasaran menetapkan strategi, dan mengembangkan rencana kerja untuk mengelola aktivitas-aktivitas. 2. Penataan (Organizing) Penataan merupakan suatu proses untuk menentukan apa yang harus diselesaikan, bagaimana caranya dan siapa yang akan mengerjakannya. 3. Kepemimpinan (Leading) Kepemimpinan merupakan suatu proses memotivasi, memimpin, dan tindakantindakan lainnya yang melibatkan interaksi dengan orang lain. 4. Pengendalian (Controlling) Pengendalian merupakan suatu proses untuk mengawasi aktivitas-aktivitas yang telah dijalankan demi memastikan segala sesuatunya terselesaikan sesuai rencana. 2.1.3 Manajemen Operasional Heizer and Render (2007) menyatakan bahwa manajemen operasional merupakan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan barang dan jasa melalui proses transformasi masukan menjadi suatu keluaran. Pakar lainnya Tampubolon (2014) menyatakan bahwa manajemen operasional didefinisikan sebagai manajemen proses konversi, dengan bantuan fasilitas seperti: tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen masukan (input) yang diubah menjadi keluaran yang diinginkan berupa barang atau jasa/layanan. Dengan mengacu kepada definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen operasional adalah manajemen proses konversi yang melibatkan aktivitas-aktivitas produksi dengan bantuan fasilitas seperti tanah, tenaga kerja, dan modal (masukan/input) untuk menghasilkan keluaran (output) yang berupa barang maupun jasa. 2.1.4 Ruang Lingkup Manajemen Operasional Jones dan Robinson (2012) menjabarkan ruang lingkup manajemen operasi sebagai berikut: a. Mengembangkan dan memelihara infrastruktur sistem, berupa pemilihan lokasi operasi, mengorganisasi pabrik, menjaga dan memberikan keyakinan keamanan atas peralatan pabrik dan asset lainnya.

15 b. Mengelola sistem input dan mendistribusikan output, dilakukan dengan menentukan apakah perusahaan harus membuat sendiri suatu produk atau membeli dari pemasok, memilih pemasok, mengatur rantai persediaan, mendistribusikan barang dan jasa ke pelanggan. c. Mengontrol sistem bahan baku, berupa penentuan tingkat persediaan dan mengatur arus bahan baku. d. Mengelola sistem pelanggan, dengan mengorganisasi arus pelanggan (antrian) dan memberikan tanggapan atas kerusakan dalam pelayanan. e. Mengelola laju aliran melalui sistem, dengan melakukan peramalan atas permintaan, menjadwalkan pekerjaan dan waktu karyawan, beradaptasi dengan permintaan. f. Memastikan kualitas output, dengan menetapkan standar kualitas, mengelola proses dan memonitor kualitas output. g. Mengembangkan dan meningkatkan sistem proses, dengan memonitor produktivitas dari karyawan dan efisiensi dari teknologi serta mengadaptasi sistem kerja untuk meningkatkan performa. h. Mendesain dan mengembangkan sistem kerja manusia, dengan mengimplementasikan prinsip dari desain kerja dan mengelola budaya organisasi. i. Mengembangkan output baru, dengan mengembangkan konsep baru, menilai kelayakan dari konsep tersebut dan mengubah konsep tersebut menjadi kenyataan. 2.1.5 Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management) Pemilihan pemasok (suppliers) merupakan salah ruang lingkup dari manajemen operasional yaitu dalam hal mengelola sistem input (masukan). Di dalam mengelola sistem input, pemasok (suppliers) merupakan bagian yang penting dalam pengkonversian masukan (input) menjadi keluaran (output) yang berkualitas. Dalam perusahaan perdagangan, pendistribusian barang dagang (Merchandising Inventory) sangat memerlukan pemasok untuk mendistribusikan barang-barang tersebut ke pasar ataupun konsumen, pemasok ini dikenal sebagai distributor. Pemilihan pemasok (suppliers) ini merupakan bagian dari suatu rantai (rangkaian) manajemen dimana posisinya berada di posisi paling awal dari rantai

16 (rangkaian) ini. Rantai atau rangkaian manajajemen ini seringkali dikenal dengan sebutan manajemen pemasok (Supply Chain Management). Manajemen pemasok (Supply Chain Management) didefinsikan sebagai seperangkat pendekatan yang digunakan secara efisien untuk mengintegrasikan pemasok, produsen, serta gudang diintegrasikan dengan toko-toko, sehingga barang yang diproduksi dapat didistribusikan ke lokasi yang tepat, waktu yang tepat, untuk meminimalkan waktu yang tepat, serta jangkauan sistem dengan biaya sesuai dengan biaya sesuai persyaratan tingkat pelayanan (Tampubolon, 2014). Russell dan Taylor (2011) menyatakan bahwa manajemen rantai pasokan berfokus pada mengintegrasikan dan mengelola aliran barang dan jasa dan informasi melalui rantai suplai untuk membuatnya responsif terhadap kebutuhan pelanggan sambil menurunkan total biaya. Maka dapat dikatakan bahwa manajemen rantai pasokan merupakan pendekatan manajemen yang digunakan secara efisien dengan mengintegrasikan aliran barang/jasa dan informasi sehingga barang/jasa dapat didistribusikan dalam jumlah, waktu dan lokasi yang tepat untuk meminimumkan biaya demi memenuhi kebutuhan konsumen. Pemilihan supplier yang berujung kepada keputusan pembelian merupakan keputusan yang penting didalam menjaga keberlangsungan manajemen rantai pasokan, maka diperlukan proses evaluasi pemasok/leveransir (Vendor Evaluation). Tampubolon (2014) menyatakan bahwa evaluasi pemasok perlu dilakukan untuk mengetahui profile perusahaan (company profile) dan pengalaman yang dapat menggambarkan; bagaimana pemasok selama ini melakukan usaha di dalam melayani pelanggan, dan untuk mengetahui produk apa saja yang dihasilkan pemasok termasuk kualitas tiap-tiap produk yang dihasilkannya, serta bagaimana produk tersebut dihasilkan oleh tenaga kerja atau karyawan (segi keterampilan dan manajemen) sehingga dapat menghasilkan produk dengan mutu yang baik. Proses evaluasi pemasok (supplier) ini dapat dilakukan dengan salah satu metode pengambilan keputusan yang dinamakan Analytical Hierarchy Process (AHP).

17 2.2 Analytical Hierarchy Process (AHP) 2.2.1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Pengambilan keputusan dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan terakhir. Keluaran tersebut bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan. Maka dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat. Metode pengambilan keputusan adalah suatu penerapan ilmu dan teknologi untuk mengambil suatu keputusan dari sebuah pilihan atau masalah yang dihadapi. Untuk membuat lebih terstruktur proses-proses pengambilan keputusan, para pakar mengeluarkan metode-metode yang membuat pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sistematis dan terarah agar tujuan yang diinginkan tercapai. Analytical Hierarchy Process (AHP), merupakan alat bagi para pengambil keputusan dan peneliti, dan salah satu metode yang paling banyak digunakan dalam pengambilan keputusan multi kriteria/mcdm (Multiple Criteria Decision-Making) (Omkarprasad & Kumar, 2006). Dalam pengambilan keputusan multi kriteria (MCDM), masalah yang telah ditentukan dipengaruhi oleh beberapa faktor alternatif yang saling bertentangan dalam melakukan penyeleksian kriteria, dimana para pengambil keputusan harus menganalisis di antara beberapa kriteria. Teknik MCDM mendukung pembuat keputusan dalam mengevaluasi satu set alternatif. 2.2.2 Perkembangan Analytical Hierarchy Process (AHP) Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP), pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari Universitas Pitssburg, Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Analytical Hierarchy Process (AHP) pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur

18 yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai set alternative (Taylor, 2014). Konsep metode Analytical Hierarchy Process (AHP) sebenarnya adalah merubah nilai-nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif. Sehingga keputusankeputusan yang diambil bisa lebih obyektif. Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem, dimana pengambil keputusan berusaha memahami suatu kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam mengambil keputusan dalam menyelesaikan persoalan dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan salah satu model pengambilan keputusan multi kriteria/mcdm (Multiple Criteria Decision-Making) dimana Multiple Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria biasanya berupa ukuranukuran, aturan-aturan atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan (Kusumadewi et. al., 2006:69). Menurut Zimmermann dalam Kusumadewi et. al, (2006 : 69) berdasarkan tujuannya MCDM dapat dibagi menjadi 2 model, yaitu: Multi Attribute Decision Making (MADM); dan Multi Objective Decision Making (MODM). Seringkali MADM dan MODM digunakan untuk menerangkan kelas atau kategori yang sama. MADM digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam ruang diskrit. Oleh karena itu, pada MADM biasanya digunakan untuk melakukan penilaian atau seleksi terhadap beberapa alternatif dalam jumlah yang terbatas. Sedangkan MODM digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah pada ruang kontinyu. Secara umum dapat dikatakan bahwa, MADM menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif sedangkan MODM merancang alternatif terbaik. Di dalam perkembangannya model pengambilan keputusan multi kriteria / MCDM (Multiple Criteria Decision-Making) mengalami perkembangan dan terbagi atas beberapa model yang terdiri dari:

Tabel 2.1 Model Pengambilan Keputusan Multi Kriteria / MCDM (Multiple Criteria Decision-Making) No Model MCDM Keterangan 1 2 Analytic Network Process (ANP) Technique For Others Reference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) 19 Metode ANP merupakan pendekatan baru metode kualitatif yang merupakan perkembangan lanjutan dari metode terdahulu yakni Analytic Hierarchy Process (AHP). ANP merupakan pendekatan baru dalam proses pengambilan keputusan yang memberikan kerangka kerja umum dalam memperlakukan keputusankeputusan tanpa membuat asumsi-asumsi tentang independensi elemen-elemen pada level yang lebih tinggi dari elemen-elemen pada level yang lebih rendah dan tentang independensi elemen-elemen dalam suatu level. ANP menggunakan jaringan (supermatriks) tanpa harus menetapkan level seperti pada hierarki yang digunakan dalam Analytic Hierarchy Process (AHP), yang merupakan titik awal ANP. Konsep utama dalam ANP adalah influence pengaruh, sementara konsep utama dalam AHP adalah preferrence preferensi. AHP dengan asumsi-asumsi dependensinya tentang cluster dan elemen merupakan kasus khusus dari ANP. (Tanjung dan Devi, 2013: 214) TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang tahun 1981. TOPSIS didasarkan pada konsep dimana alternatif yang terpilih atau terbaik tidak hanya mempunyai jarak terdekat (terpendek) dari solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak terjauh (terpanjang) dari solusi ideal negatif dari sudut pandang geometris dengan menggunakan jarak euclidean untuk menentukan kedekatan relatif suatu alternatif dengan solusi optimal. Solusi ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut, sedangkan solusi negatif-ideal terdiri dari seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut (Kusumadewi et. al., 2006)

20 3 Promethee adalah salah satu metode penentuan urutan atau prioritas dalam analisis multikriteria atau MCDM (Multi Criterion Decision Making). Dugaan dari dominasi kriteria yang digunakan dalam promethee adalah penggunaan nilai dalam hubungan outrangking. Masalah pokoknya adalah kesederhanaan, kejelasan dan kestabilan. Semua parameter yang dinyatakan Preference Ranking mempunyai pengaruh nyata menurut pandangan Organization Method for Enrichment Evaluation ekonomi. Promethee menyediakan kepada pengambil keputusan untuk rnenggunakan data secara langsung dalam bentuk tabel multikriteria sederhana. Selain (PROMETHEE) itu, PROMETHEE mempunyai kemampuan untuk menangani banyak perbandingan, pengambil keputusan hanya mendefinisikan skala ukurannya sendiri tanpa batasan, untuk mengindikasi prioritasnya dan preferensi untuk setiap kriteria dengan mernusatkan pada nilai (value), tanpa memikirkan tentang metode perhitungannya (Brans, et. al dalam Yuwono et.al, 2011) Sumber: Diolah Oleh Peneliti, 2016 Salah satu keuntungan utama Analytical Hierarchy Process (AHP) yang membedakan dengan model pengambilan keputusan lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan manusia sebagian didasari logika dan sebagian lagi didasarkan pada unsur di luar logika seperti perasaan, pengalaman dan intuisi. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang sangat kompleks dengan menyederhanakan persoalan tersebut ke dalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya setiap variabel dan mensistensis berbagai pertimbangan untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Secara spesifik, Analytical Hierarchy Process (AHP) cocok digunakan untuk permasalahaan pemilihan kandidat ataupun pengurutan prioritas yang memiliki sifatsifat sebagai berikut (Taufik et. al, 2014): 1. Melibatkan kriteria-kriteria kualitatif yang sulit dikuantitatifkan secara eksak. 2. Masing-masing kriteria dapat memiliki sub-sub kriteria yang dapat dibentuk seperti hirarki.

21 3. Penilaian dapat dilakukan oleh satu atau beberapa pengambil keputusan secara sekaligus. 4. Kandidat pilihan sudah tertentu dan terbatas jumlahnya. 2.2.3 Matriks Perbandingan Satu Lawan Satu (Pairwise Comparison Matrix) Taylor (2014) menyatakan bahwa dalam Analytical Hierarchy Process (AHP), pengambilan keputusan menentukan sejauh mana setiap alternatif mendapatkan nilai pada suatu kriteria dengan menggunakan perbandingan satu lawan satu (pairwise comparison). Dalam perbandingan satu lawan satu, pengambil keputusan membandingkan dua alternatif (yaitu sepasang) menurut satu kriteria dan mengindikasikan satu preferensi. Perbandingan ini dibuat dengan menggunakan sebuah skala preferensi (preference scale), yang menetapkan nilai numerik pada tingkat preferensi yang berbeda-beda. Di bawah ini merupakan gambaran atas skala preferensi: Tabel 2.2 Skala Preferensi Intensitas Keterangan Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan nilai yang berdekatan Jika untuk aktivitas x mendapatkan satu angka dibanding dengan Kebalikan aktivitas y, maka y mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan x Sumber: Ngatawi dan Setyaningsih, 2011 Skala preferensi ini telah ditentukan oleh periset yang berpengalaman dalam AHP untuk menjadi dasar yang masuk akal untuk membandingkan dua hal atau alternatif. Setiap peringkat pada skala tersebut didasarkan pada perbandingan atas dua hal. Peringkat perbandingan satu lawan satu ini dirangkum dalam sebuah

22 matriks, suatu susunan angka-angka berbentuk persegi. Matriks perbandingan satu lawan satu (pairwise comparison matrix) ini akan mempunyai jumlah baris dan kolom yang sama dengan alternatif keputusan. Berikut ini merupakan gambaran dari matriks perbandingan satu lawan satu: Tabel 2.2 Matriks Perbandingan Satu Lawan Satu A B C D E F A 1 1 1 3 3 5 B 1 1 3 5 5 5 C 1 0.333 1 3 5 3 D 0.333 0.2 0.333 1 5 3 E 0.333 0.2 0.2 0.2 1 1 F 0.2 0.2 0.333 0.333 1 1 Sumber: Ngatawi dan Setyaningsih, 2011 2.2.4 Pengolahan Data Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Saaty dalam Taufik et. al (2014) menyatakan bahwa di dalam mengolah data dengan mempergunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) langkahlangkah yang harus dijalani adalah sebagai berikut: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan dengan membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria, sub kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang ingin diurutkan. Adapun struktur hirarki dari model Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah:

23 Tujuan (Goal) Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Alternatif Alternatif Alternatif Gambar 2.1 Struktur Hierarki AHP Sumber: Betül Özkan, et. al, 2011 2. Membentuk matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison matrix) yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 3. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom. 4. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimal yang diperoleh dengan menggunakan Expert Choice maupun manual. 5. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 6. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini mensintesis pilihan dan penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. 7. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0,1 maka penilaian harus diulang kembali.

24 2.3 Kerangka Pemikiran Goals Penentuan Kriteria Pemilihan Supplier Penentuan Supplier Terbaik Metode AHP Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran Sumber: Peneliti, 2015