PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Salah satu proses

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB II LANDASAN TEORI. emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Syah (2006), belajar adalah tahapan perubahan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Zimmerman & Martinez Pons, (1990) menyatakan bahwa self regulated

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

Hubungan antara Self Regulated Learning Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Pembelajaran Matematika Pada Siswa SMUN 53 Di Jakarta Timur.

BAB 2 Kajian Teori A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Self Regulated Learning

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Santrock (Komalasari, 2005) mengatakan self regulatory learning

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. banyak perusahaan yang menuntut pegawainya berpendidikan minimal sarjana,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY PESERTA D IDIK D ALAM MENGHAFAL AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Azwar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut pendapat Ryff (Widyati Ama & Utami, 2012) psychological well

BAB III METODE PENELITIAN

kebutuhan khusus seperti itu saja, bisa terjadi juga pada anak yang sulit bersosialisasi dengan banyak orang. Anak dengan kesulitan sosialisasi sepert

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Teori dan penelitian mengenai self regulated learning mulai muncul

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia.

Educational Psychology Journal

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. mengontrol diri sendiri. Self regulation merupakan penggunaan suatu proses yang

REGULASI BELAJAR PADA MAHASISWA PSIKOLOGI. Ermida Simanjuntak Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang penting dalam kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki banyak manfaat. Ilmu matematika

mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia

belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diajarkan di sekolah menengah atas (SMA). Mata pelajaran ekonomi juga diujikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja. Jurnal Al-Qalamvol 15.no Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Islam (Jakarta: Raja Grafindo, 1966), hal.

Pengaruh Penerapan Metode Cooperative Learning Model Jigsaw Pada Layanan Bimbingan Klasikal...

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. B. Desain Penelitian Desain penelitian dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini

DAMPAK MODEL PEMBELAJARAN AGT Re-Con TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SELF REGULATED LEARNING SISWA MTs

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keahlian dalam kerja akademis yang dinilai oleh para pengajar melalui tes, ujian,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

SELF REGULATED LEARNING DITINJAU DARI GOAL ORIENTATION. (Studi Komparasi Pada Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang)

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Belajar dengan Regulasi Diri. mengelola diri dalam kegiatan belajar yang mereka jalani (Omrod, 2009).

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE KEEP ON LEARNING SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan sumber daya, termasuk sumber daya manusia Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. yang paling sulit (Mulyono, 1999:25). Meskipun demikian, semua orang

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). SBMPTN 2013 merupakan satu-satunya pola seleksi nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Tuntutan itu sangat wajar dan masuk akal serta bukan termasuk isu

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktivitas siswa dan memperoleh prestasi yang lebih baik bila

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen yang saling terkait

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, serta metode analisis data. Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang

MODEL PEMBELAJARAN WEB ENHANCE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperlukan adanya pembinaan dan bimbingan yang dapat dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi. Manusia terkadang merasa semangat untuk melakukan sesuatu dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan nasional maupun internasional. Terbukti dengan

Transkripsi:

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar sudah sejak lama menjadi kajian yang menarik dalam berbagai penelitian. Prestasi belajar, baik pada tingkat dasar maupun lanjutan merupakan masalah yang selalu dianggap penting karena prestasi belajar merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan seseorang dalam belajarnya. Prestasi belajar terbukti memberikan pengaruh terhadap beberapa aspek kehidupan seperti dengan kecemasan, self esteem, dan optimisme (vs pesimisme). Peserta didik yang berprestasi belajar tinggi cenderung memiliki motivasi daya saing yang kuat dibanding dengan peserta didik yang berprestasi rendah (Lens, dkk. 2005. 275). Diantara prestasi belajar yang cukup mendapat perhatian penting dalam dunia pendidikan adalah prestasi belajar dalam bidang matematika. Matematika yang didalamnya terdapat belajar berhitung, merupakan materi dasar untuk melakukan perhitungan dalam bidang lainnya. Karena merupakan dasar itulah maka belajar berhitung (matematika) ditetapkan UNESCO (Syah 2001. 98). sebagai salah satu kemampuan dasar yang wajib dikuasai peserta didik dalam pembelajaran (selain membaca dan menulis). Bahkan di Indonesia, matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh peserta didik agar dapat lulus dari sekolah dengan batas nilai yang sudah ditentukan. Namun demikian, matematika masih dianggap momok yang menakutkan bagi kebanyakan peserta didik, termasuk di kalangan peserta didik. Hasil survey penulis terhadap peserta didik MTs Negeri 2 Kudus,menunjukkan bahwa mereka menganggap sulit Mapel matematika. Menurut mereka kesulitan terjadi karena Mapel tersebut memang pada dasarnya sudah sulit. Ada juga yang mengatakan, matematika tidak sulit, namun karena mereka tidak

memahami trik-trik atau strategi pemecahannya, sehingga banyak peserta didik yang menganggap bahwa matematika sulit. Kesulitan tersebut akhirnya dapat dilihat pada nilai ujian baik dalam ujian mid ataupun ujian akhir semester yang mereka peroleh. Beberapa kompetensi yang harus dikuasai peserta didik dalam belajar matematika adalah memahami angka dan operasi hitung-hitungan, memahami cara mengukur atribut dari objek dan unit pengukuran, memecahkan masalah, menggunakan penalaran sistematik di banyak area matematika yang berbeda, dan mengorganisasi pemikiran matematika melalui komunikasi termasuk mengerjakan soal bersama teman sekelas (Muijs & Reynolds 2008. 221). Kemampuan memecahkan masalah dalam pelajaran matematika melibatkan aktifitas kognitif yang kompleks. Pemecahan masalah pelajaran matematika adalah proses yang melibatkan beberapa aktivitas seperti: pemahaman masalah, integrasi data, perencanaan, dan pengambilan keputusan. Pemecahan masalah matematika juga melibatkan proses penggunaan strategi. Pemecahan masalah dalam pelajaran matematika tidak hanya melibatkan kemampuan kognitif dalam memahami dan menyajikan permasalahan tetapi juga diperlukan identifikasi, pengaturan, dan pemilihan strategi yang tepat (Zhu,2007 187). Kemampuan kognitif yang amat penting kaitannya dengan proses pembelajaran adalah strategi belajar memahami isi materi pelajaran, strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran, dan aplikasinya serta menyerap nilai-nilai yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut (Love & Kruger 2005. 87).. Dengan kata lain, strategi pembelajaran yang digunakan merupakan hal yang sangat penting agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Strategi belajar yang digunakan tidak sekedar strategi belajar aktif (Casem 2006. 23-35)., tetapi harus strategi yang betul-betul dapat membawa peserta didik pada pencapaian indikator yang telah ditetapkan, strategi yang membawa peserta didik pada pemahaman materi secara internal (internalisasi nilai materi pelajaran). (. Boston: Little Brown, hal.178 dan Merdinger, Joan, dkk., 2005. 867)., bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi proses pembelajaran agar menjadi efektif adalah strategi dalam menentukan tujuan belajar, mengetahui kapan strategi yang digunakan dan memonitor keefektifan strategi belajar tersebut. Dalam proses pembelajaran baik di tingkat dasar maupun lanjutan, regulasi diri dalam belajar (self regulated learning) merupakan sebuah pendekatan yang penting. Strategi regulasi diri dalam belajar cocok untuk semua jenjang

pendidikan, kecuali untuk kelas tiga SD ke bawah, strategi belajar dengan regulasi diri sangat tidak dianjurkan(www.childtrends.com/meeting schedule/pdf/woltersfinal.pdf.). Terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara prestasi belajar dengan penggunaan strategi regulasi diri dalam belajar (Zimmerman 1986. 194.). Fakta empiris menunjukkan bahwa sekalipun kemampuan peserta didik tinggi tetapi ia tidak dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, karena kegagalannya dalam meregulasi diri dalam belajar (Sunawan 2002).. Beberapa hasil penelitian menunjukkan juga bahwa regulasi diri dalam belajar telah digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar Selain itu, self regulated learning memiliki peranan yang sangat signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan seperti terhadap medis (Kuiper 2005.351). dan teknologi informasi (Kramarski & Mizrachi 2006. 218).. B. Rumusan Masalah Permasalahan yang dirumuskan berdasarkan latar belakang masalah di atas adalah: 1. Apakah prestasi belajar matematika pada peserta didik dapat diprediksi dengan belajar berdasar regulasi diri (self regulated learning)? 2. Faktor mana (dari komponen belajar berdasar regulasi diri) yang paling besar sumbangannya terhadap prestasi belajar matematika pada peserta didik? C. Tujuan dan Kegunaan Berdasarkan perumusan masalah di atas maka terdapat tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui bahwa prestasi belajar matematika pada peserta didik dapat diprediksi dengan belajar berdasar regulasi diri. 2. Untuk mengetahui faktor terbesar dari (belajar berdasar regulasi diri) terhadap prestasi belajar matematika. Apabila tujuan penelitian di atas tercapai, maka terdapat kegunaan secara teoritis dan secara praktis dari penelitian ini. Kegunaan secara teoritisnya adalah dapat memperkaya khasanah keilmuan psikologi pada umumnya dan psikologi pendidikan pada khususnya. Adapun kegunaan praktisnya yaitu bilamana terdapat korelasi antara self regulated learning dengan

prestasi belajar matematika pada peserta didik prodi PGMI, maka peserta didik hendaknya menggunakan self regulated learning sebagai sebuah strategi dalam pembelajarannya, khususnya dalam belajar matematika. D. Tinjauan Pustaka Kajian tentang self regulated learning telah dilakukan Zimmerman (sebagai pelopornya) mulai tahun 1989. Sejak saat itu, kajian tentang self regulated learning gencar dilakukan hingga saat ini. Bahkan di Indonesia, kajian tentang self regulated learning merupakan kajian yang sedang in dewasa ini. Beberapa kajian yang dilakukan di Barat tentang peran self regulated learning terhadap prestasi belajar misalnya dilakukan oleh: Zimmerman (1990), Camahalan, dkk (2000), Baumert, dkk (2002). Hasil kajian Zimmerman menunjukkan bahwa peserta didik yang menggunakan strategi self regulated learning cenderung memiliki tingkat prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding dengan yang tidak menggunakan strategi self regulated learning. Dalam penelitian Camahalan terbukti juga bahwa peserta didik yang menggunakan strategi self regulated learning memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak menggunakan strategi self regulated learning.terakhir dalam penelitian Baumert menunjukkan bahwa budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhi pada bagaimana subjek penelitian mempersepsi self regulated learning. Oleh karenanya nilai-nilai budaya hendaknya menjadi pertimbangan dalam menerapkan strategi self regulated learning. Sementara itu di Indonesia kajian tentang self regulated learning telah dilakukan oleh Purwanto (2000), Sunawan (2001), Alsa (2005), dan Munandar (2009).Semua peneliti ini telah menjadikan self regulated learning sebagai variabel independennya. Purwanto, Sunawan, Alsa, dan Munandar telah mengkaji pengaruh self regulated learning terhadap prestasi belajar. Purwanto, Alsa, dan Munandar melakukannya dengan studi survey, sementara Sunawan melakukannya dengan studi eksperimen. Hasilnya semuanya menunjukkan bahwa self regulated learning terbukti berpengaruh positif sangat signifikan terhadap prestasi belajar. Terakhir, self regulated learning dengan prestasi belajar dikaji dengan menggunakan meta analisa sebagai teknik analisanya yang telah dilakukan oleh Ali (2009). Hasilnya menunjukkan bahwa dari empat belas penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa antara Terakhir, self regulated learning dengan prestasi belajar dikaji dengan menggunakan meta analisa sebagai teknik

analisanya yang telah dilakukan oleh Ali (2009). Hasilnya menunjukkan bahwa dari empat belas penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa antara Terakhir, self regulated learning dengan prestasi belajar dikaji dengan menggunakan meta analisa sebagai teknik analisanya yang telah dilakukan oleh Ali (2009). Hasilnya menunjukkan bahwa dari empat belas penelitian tentang self regulated learning dengan prestasi belajar menunjukkan korelasi yang sangat signifikan, dan kemungkinan kesalahan, baik karena kesalahan pengambilan sampel maupun kesalahan pengukuran, relatif kecil. Dengan demikian hipotesis tentang adanya pengaruh positif dari self regulated learning terhadap prestasi belajar dapat diterima. Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas terbukti bahwa penelitian tentang prestasi belajar matematika dengan subjek peserta didik belum ada yang melakukan. E. Landasan Teori Belajar merupakan sebuah proses yang terdiri atas masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik, maka proses belajar penting diperhatikan. Dikatakan Zimmerman dan Martinez-Pons bahwa dalam proses belajar, seorang peserta didik akan memperoleh prestasi belajar yang baik bila ia menyadari, bertanggungjawab, dan mengetahui cara belajar yang efisien(zimmerman& Martinez-Pons 2001. 51-59).. Peserta didik demikian selanjutnya diistilahkan Zimmerman sebagai seorang peserta didik yang belajar dengan regulasi diri (self regulated learner). Seorang self regulated learner mengambil tanggung jawab terhadap kegiatan belajar mereka. Mereka mengambil alih otonomi untuk mengatur dirinya. Mereka mendefinisikan tujuan dan masalah-masalah yang mungkin akan dihadapinya dalam mencapai tujuan-tujuannya, mengembangkan standar tingkat kesempurnaan dalam pencapaian tujuan; dan mengaliluasi cara yang paling baik untuk mencapai tujuannya. Mereka memiliki strategi untuk mencapai tujuan dan beberapa strategi untuk mengoreksi kesalahannya serta mengarahkan kembali dirinya ketika perencanaan yang dibuatnya tidak berjalan. Mereka mengetahui kelebihan-kelebihan dan kekurangannya dan mengetahui bagaimana cara memanfaatkannya secara produktif dan konstruktif. Seorang self regulated learner juga mampu untuk membentuk dan mengelola perubahan. Zimmerman mengidentifikasi beberapa strategi belajar yang umumnya digunakan oleh seorang self regulated learner yaitu: aliluasi diri (self aliluation); perngorganisasian (organizing)

dan pentransformasian (transforming); menetapkan tujuan dan perencanaan (goal setting and planning); mencari informasi (seeking information); membuat dan memeriksa catatan (keeping records and monitoring); mengatur lingkungan (environmental structuring); konsekuensi diri (self concequences); mengulang-ulang dan mengingat (rehearsing and memorizing); mencari bantuan (seeking social assistance) kepada teman sebaya, guru, atau orang dewasa lainnya; serta mereview catatan dan buku teks (review records) ( Zimmerman 1990. 3-17). Beberapa strategi self regulated learning tersebut terbukti sangat efisien untuk meningkatkan prestasi belajar matematika, kemampuan menulis cerita, kemampuan berbahasa Inggris, medis, dan teknologi informasi(kramarski & Mizrachi,2006); Hsiung Lee, dkk,2007), bahkan beberapa strategi self regulated learning tersebut sangat efisien digunakan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar sekalipun (Graham & Harris,1999) Dengan adanya tuntutan untuk meningkatkan standar belajar bagi peserta didik dan pendidik khususnya dalam bidang matematika, maka penggunaan strategi self regulated learning diharapkan dapat memfasilitasi prestasi belajar ( Schunk & Zimmerman, 1994.) Hasil-hasil penelitian tentang self regulated learning pada umumnya menunjukkan bahwa self regulated learning memberikan kontribusi positif terhadap prestasi belajar. Zimmerman & Martinez-Pons mengatakan bahwa perilaku aktif dalam proses self regulated learning menghasilkan peningkatan kinerja belajar. Oleh karena itu peserta didik yang melakukan self regulated learning memiliki prestasi belajar yang tinggi. Dalam penelitiannya, para peserta didik yang mendapat skor tes prestasi satu persen paling tinggi dalam populasi, merupakan para peserta didik yang sering menggunakan strategi self regulated learning, yaitu dengan cara mengorganisasi dan mentransformasikan informasi; menyediakan hadiah dan hukuman berdasar kinerjanya; serta meriviu catatan, minta bantuan teman, guru, atau orang tua. Selain itu, mereka juga cenderung menstruktur kembali lingkungan fisiknya agar dapat memenuhi kebutuhannya dalam belajar. Peserta didik yang melaksanakan self regulated learning memungkinkan untuk memiliki kognisi, motivasi, dan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak melakukan self regulated learning. Hasil penelitian Pintrich & De Groot terhadap peserta didik kelas 1 SMP di kota kecil Michigan bagian tenggara menemukan bahwa self regulated learning merupakan prediktor terbaik untuk prestasi. Nilai intrinsik tidak mempunyai pengaruh langsung

terhadap prestasi, tetapi secara kuat berkorelasi positif dengan self regulated learning dan strategi kognitif yang digunakan, tanpa memperhatikan tingkat prestasi sebelumnya. Penelitian lain yang menunjukkan penggunaan self regulated learning dalam belajar dan terbukti memiliki pengaruh kuat terhadap prestasi belajar adalah dilakukan oleh Cekolin. Dalam penelitiannya dia membandingkan dua kelompok yang berbeda. Kelompok pertama pengetahuannya tinggi tetapi memiliki self regulated learning yang rendah, dan kelompok kedua sebaliknya yaitu pengetahuan rendah tetapi memiliki self regulated learning yang tinggi. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok kedua lebih sukses dalam melaksanakan tugas yang disajikan (yang menuntut pengetahuan) dibandingkan kelompok pertama. Dalam konteks self regulated learning, motivasi hanya menyangkut proses yang terlibat dalam pemunculan awal satu intensi atau tujuan, sedangkan volisi menyangkut proses yang terlibat dalam mempertahankan intensi atau tujuan sampai peserta didik berhasil mencapai tujuan (Woters, 1998). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motvasi dapat dipandang sebagai pendorong dalam belajar dan belum sampai pada volisi atau regulasi usaha, yaitu sebuah energi yang membuat peserta didik berusaha secara persisten dengan menggunakan berbagai strategi belajar untuk meregulasi dirinya mencapai tujuan atau prestasi belajar yang ditetapkan. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi (efikasi diri, nilai tugas, harapan tinggi) belum tentu dia bisa mencapai prestasi belajar yang tinggi apabila dia tidak menggunakan strategi kognitif dan strategi pengelolaan sumber daya secara baik.