PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN KONDISI OSTEOARTHRITIS GENUE SINISTRA DI RSU AISYIYAH PONOROGO

dokumen-dokumen yang mirip
KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU SINISTRA. DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSO PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA. Naskah Publikasi

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD SUKOHARJO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J

Oleh: ANANG RAFIK SETIYANTO J

BAB ² PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT BILATERAL DI RSUD SUKOHARJO

KARYA TULIS ILMIAH. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS. KNEE SINISTRA DI RSUD Dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

Hasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VDS

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITIS LUTUT DEKSTRA. DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI ISCHIALGIA SINISTRA et causa HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP) DI RUMKITAL DR.

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS (OA) GENU BILATERAL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITIS GENU BILLATERAL DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA DROP HAND DEXTRA DI RSUD SALATIGA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DROP HAND DEXTRA e.c LESI SARAF RADIALIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS GENU SINISTRA DI RSO Prof. Dr SOEHARSO SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST FRAKTUR 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSUD SUKOHARJO

PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangMasalah. bagian bawah adalah tungkai. Dan lutut merupakan salah satu sendi utama

BAB I PENDAHULUAN. secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPERASI FRAKTUR CAPUT RADIUS SINISTRA DENGAN PEMASANGAN SCREW

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSUD HARDJONO PONOROGO

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PASKA. OPERASI MEDIAL COLLATERAL LIGAMENT KNEE DEXTRA di RS AL. Dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS FRAKTUR COLUMN FEMUR DEXTRA DI RUMAH SAKIT ORTOPEDHI Dr. SOEHARSO SURAKARTA TAHUN 2015

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST ORIF FRAKTUR OLECRANON SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RS. PROF.DR.SOEHARSO SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR CRURIS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD SALATIGA

: ELVIRA LUCKINDA KRISNIAJATI J100

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD SUKOHARJO

LAPORAN STATUS KLINIK Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi D III Fisioterapi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN OSTHEOARTHRITIS GENUE BILATERAL DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW JOINT DEXTRA DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS LOW BACK PAIN MYOGENIC E.C. LUMBAR STRAIN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR FEMUR 1/3 PROXIMAL DEXTRA DI PUSKESMAS KARTASURA

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah

POST CLOSE SURABAYA. dan. Oleh : J FAKULTAS

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur.

Disusun oleh: LINA IRENA J KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASCA OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS SINISTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTIN MOORE PROTHESE DI RS. ORTHOPEDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang. dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan.

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DENGAN MODALITAS MICROWAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

LAPORAN STATUS KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit pada anggota gerak yang disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN POST

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA TENDINITIS PATELLARIS DEKSTRA DI RST DR SOEDJONO MAGELANG

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST FRAKTUR 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSUD SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DEXTRA 1/3 TENGAH DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREWS

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR INTERTROCHANTOR FEMUR SINISTRA DI RS ORTOPEDI PROF. Dr. R. SOEHARSO SURAKARTA

LAPORAN STATUS KLINIK D III FISIOTERAPI FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL. Program Studi Fisioterapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usia 56 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER FINGER SINISTRA DI RSUD SUKOHARJO

BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI. dilakukan pada tanggal 5 Februari 2016 secara auto anamnesis yaitu

OSTEOARTHRITIS GENU (

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER SINISTRA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran sehingga dapat memperbaiki kualitas kesehatan para penduduk

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR 1/3 PROXIMAL RADIUS ULNA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Oleh : KURNIA WIDYA UTAMI J

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA OPERASI FRAKTUR 1/3 PROKSIMAL ANTEBRACHII DEXTRA DI. RSUD. Dr. HARDJONO S. PONOROGO

Transkripsi:

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN KONDISI OSTEOARTHRITIS GENUE SINISTRA DI RSU AISYIYAH PONOROGO Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugasdan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi Oleh : FAUZIYAH RAHMAWATI J100 130064 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

i

ii

iii

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU SINISTRA DI RSU AISYIYAH PONOROGO (Fauziyah Rahmawati, 2016, halaman) Abstrak Latar Belakang: Osteoarthritis lutut adalah kelainan pada sendi lutut yang bersifat non inflamasi, tidak simetris dan tidak sistemik dengan perubahan patologi pada tulang rawan sendi dan tulang subkondral berupa kerusakan fokal tulang rawan sendi yang progresif dan merangsang pembentukan tulang baru (osteofit) pada dasar lesi tulang rawan sendi dan tepi sendi yang dapat menyebabkan ketidakstabilan sendi sehingga fungsi sendi berkurang atau sampai hilang.kelainan yang terjadi tersebut akan menimbulkan gejala klinik berupa nyeri, kekakuan sendi, kelemahan otot dan gangguan stabilitas sendi. Tujuan: Untuk mengetahui pelaksanaan Fisioterapi dalam mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan aktivitas fungsional pada kasus Osteoarthritis genu sinistra dengan menggunakan modalitas Infrared (IR) dan Terapi Latihan (TL). Hasil: Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapat hasil penilaian nyeri pada lutut kiri nyeri gerak T1: 5 cm menjadi T6: 2 cm, peningkatan kekuatan otot fleksor knee lutut kiri T1: 4 menjadi T6: 4+ peningkatan kekuatan otot ekstensor knee lutut kiri T1: 4 menjadi T6: 4+, peningkatan lingkup gerak sendi aktif lutut kiri S : T1: 0-0-120, menjadi T6: 0-0-130, lutut peningkatan lingkup gerak sendi pasif lutut kiri S : T1 : 0-0-130, menjadi T6 : 0-0-135, kemampuan aktivitas fungsional naik turun tangga pada lutut kiri nyeri tidak berkurang berkurang dari T1: 3 tetap menjadi T6: 3, dan aktivitas fungsional posisi duduk ke berdiri pada lutut kiri mengalami penurunan nyeri dari T1: 3 menjadi T6: 2, dan jalan 15 meter mengalami penurunan nyeri dari T1:3 menjadi T4:2 Kesimpulan: Dari penelitian yang telah dilakukan maka terbukti dengan penggunaan modalitas Infrared dan terapi latihan selama 6 kali terapi didapatkan peningkatan impairment, fungsional limitation dan disability. Kata kunci: Osteoarthritis (OA), Infrared (IR) dan Terapi Latihan (TL). Abstract Background : Osteoarthritis of the knee is abnormalities the knee joint which is non-inflammatory, non-symmertrical and not systemic pathological changes in the joint cartilage and subchondral bone in th form of focal damage to the basis of bone lesions edges of the joint cartilage and joint instability that can lead to reduced joint function or until lose. Abnormality that occurs will cause clinical symptoms such as pain, joint stiffness, muscle weakness and impaired joint stability. Objective : To investigate the implementation of physiotherapy in reducing pain, increasing range of motion, increase muscle strength and improve functional activity in the case of Osteoarthritis genu of the left using the modality Infrared (IR) and Exercise Therapy (TL). 1

Results : After treatment for 6 times the results obtained ratings of pain in the left knee pain motion, T1: 5 cm to T6: 2 cm, incrase muscle strength knee lft knee flexors T1: 4 to T6 : 4+ increase in knee extensor muscle strength left knee became T6: 0-0-130, increase range of motion knee left knee passive S: T1: 0-0- 130, became T6: 0-0-135, the ability of functional activity up and down the stairs on the left knee pain does not decrease less than T1: 3 remains a T6: 3 and functional activity of a sitting to standing on the left knee pain decreased from T1: 3 to T6: 2 and a 15 meter experienced a decrease in pain of T1: 3 to T4: 2. Conclusion : From the research that has been done it has been proven with the use of Infrared and exercise therapy modality for 6 therapies associated with an increase impairment, functional limitation and disability. Keywords : Osteoarthritis (OA), Infrared (IR) and Exercise Therapy (TL). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Osteoarthritis pada sendi lutut merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif yang dapat menganggu gerak dan fungs dari sendi lutut sehingga dapat mengubah gaya hidup dan interaksi penderita terhadap lingkunganya serta mempengaruhi produktifitas dan aktifitas keseharianya (Soeparman dkk, 2000). Penderita Osteoarthritis sering mengalami kesulitan dalam melaksanakan aktivitas fungsional dasar seperti bangkit yang membebani lutut, Osteoarthritis lutut berhubungan dengan berbagai defisit patofisiologi seperti sendi lutut, menurutnya lingkup gerak sendi, disuse atrofi dari otot-otot quadriceps yang merupakan stabilisator utaa sendi lutut dan sekaligus berfungsi melindungi strukutur sendi lutut (Parjoto, 2000). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang timbul maka penulis ingin mengetahui: Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Osteoarthritis Genue Sinistra, 1. Apakah ada pengaruh Infrared dan Terapi Latihan tehadap penurunan nyeri? 2. Apakah ada pengaruh Infrared dan Terapi latihan terhadap peningkatan kekuatan otot? 3. Apakah ada pengaruh Infrared dan Terapi latihan terhadap peningkatan LGS? 2

4. Apakah ada pengaruh Infrared dan Terapi latihan terhadap peningkatan aktifitas fungsional? 1.3 Tujuan Mengetahui hasil dan manfaat dari penatalaksanaan fisioterapi pada Osteoarthritis (OA) lutut dalam mengurangi nyeri, meningkatakan aktifitas fungsional dengan modalitas Infra red, dan Terapi Latihan, sehingga dapat dijadikan informasi tambahan dan penambah wawasan tambahan tentang peran fisioterapi pada kasus Osteoarthritis pada kalangan fisioterapis, medis maupun masyarakat luas. 1.4 Manfaat Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Bagi Institusi Rumah Sakit Dapat bertukar mengenai informasi dengan pihak rumah sakit mengenai penatalaksanaan fisioterapi pada kasu Osteoarthritis dengan modalitas Infra red, dan Terapi latihan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Dapat mengembangkan pengetahuan mengenai Penatalaksanaan Fisioterapi Osteoarthritis dengan modalitas infra red, dan terapi latihan. 3. Bagi Penulis Dapat memperdalam pengetahuan tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Osteoarthritis dengan modalitas Infra red, dan Terapi latihan. 4. Bagi Masyarakat Umum Dapat memberikan informasi tentang latihan yang tepat pada pasien dengan kasus osteoarthritis dengan modalitas Infra red, tens, dan terapi latihan. Dapat memperluas informasi tentang latihan yang tepat baik kepada orang yang potensial mengalami osteoarthritis maupun kepada masyarakat luas. 3

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis lutut adalah kelainan pada sendi lutut yang bersifat non inflamasi, tidak simetris dan tidak sistemik dengan perubahan patologi pada tulang rawan sendi dan tulang subkondral berupa kerusakan fokal tulang rawan sendi yang progresif dan merangsang pembentukan tulang baru (osteofit) pada dasar lesi tulang rawan sendi dan tepi sendi (Kalim, 1996) yang dapat menyebabkan ketidakstabilan sendi sehingga fungsi sendi berkurang atau sampai hilang (Rini, 2000). 2.2 Etiologi Osteoarthritis dapat terjadi oleh beberapa hal, tetapi pada sebagian besar penderita etiologinya tidak diketahui. Akan tetapi ada beberapa faktor etiologi yang berhubungan dengan penyakit ini yaitu : (1) Usia, Osteoarthritis cenderung menyerang pada lansia, hal ini terlihat dengan bertambahnya usia maka bertambah pula prevalensi penderita Osteoarthritis. (2) Obesitas, pada keadaan normal berat badan akan melalui medial sendi lutut yang diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral sehingga resultan gaya akan melewati bagian tengah sendi lutut. Pada obesitas resultan gaya akan bergeser ke medial sehingga beban gaya oyang diterima sendi lutut tidak seimbang. (3) aktifitas, semua aktifitas yang membebani sendi lutut berlebih (4) trauma, trauma yang menyerang persendian seperti fraktur dekat sendi lutut. (5) faktor hormonal, perubahan degeneratif pada lutut lebih banyak ditemui pada penderita diabetes melitus (Agustina, 2013). 2.3 Patologi Pada permukaan sendi terjadi fibrilasi dan pengikisan rawan sendi sehingga jaringan tulang menjadi terbuka, pada tempat-tempat ini akan mudah terangsang terbentuknya osteofit yang akan mengganggu gerakan sendi. Rasa nyeri disebabkan karena terbentuknya atau berkembangnya osteofit-osteofit yang baru sehingga menjepit maupun merusak jaringan sekitar yang terdapat syaraf sensoris nyeri (nociceptif), selain itu juga dapat menyebabkan pembengkakan dan penebalan jaringan lunak di 4

sekitar sendi sehingga bila ada suatu gerakan akan timbul rasa nyeri. Sebenarnya secara fisiologis di dalam tubuh terdapat system perbaikan sendiri apabila terjadi kerusakan. Penebalan tulang dan kapsul maupun cartilagonya sendiri merupakan respon dari penyembuhan. Kadang-kadang sendi tersebut benar-benar sembuh dan stabil kembali setelah terjadi suatu tingkat kerusakan tertentu, tetapi tidak sedikit pula yang berlanjut kearah perubahan-perubahan yang lebih berat (Dippe, 1995). 2.4 Tanda dan Gejala Pada penderita OA biasanya biasanya ditemukan tanda dan gejala khas yaitu nyeri yang bertambah berat pada waktu menopang berat badan atau waktu aktivitas, yang membaik bila diistirahatkan, selain itu penderita mengeluh rasa kaku pada pagi hari serta rasa pegal bila sendi lama diistirahatkan (Dieppe, 1995). Pada pemeriksaan fisis akan selalu di temukan nyeri tekan, pembengkakan tulang, krepitasi dengan atau tanpa keterbatasan gerak sendi (Isbagio, 2001). Mereka yang terserang OA akan merasakan nyeri sendi terutama ketika berjalan naik dan turun tangga, atau serangan pada malam hari sehingga penderita sulit tidur (Koesworo, 2003). 3. PROSES FISIOTERAPI 3.1 Anamnesis Ny. SA, (2) jenis kelamin: Perempuan, (3) umur: 58 tahun, (4) pekerjaan: Ibu Rumah Tangga, (5) alamat: jalan Jendral A.Yani lll no 16 Ponorogo. 3.2 Keluhan Utama Pada kasus ini, keluhan utama pasien yaitu mengeluh nyeri saat beraktifitas pada lutut kirinya, dan pasien mengeluh tidak dapat menekuk lutut kirinya misalnya saat aktifitas sholat dan toileting. 3.3 Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit sekarang 6 bulan yang lalu pasien mengeluh nyeri lutut kiri, dan mengeluh adanya keterbatasan menekuk lutut kiri saat aktifitas sholat, toileting dan berjalan, kemudian sakitnya dibiarkan begitu saja hingga sakitnya bertambah parah dan berobat ke dokter 5

bedah di RSU Aisyiyah Ponorogo dan kemudian mendapat rujukan terapi ke Fisioterapi. 3.4 Pemeiksaan Fisioterapi Pemeriksaan Fisioterapi terdiri dar Vital Sign, Inspeksi, Palpasi, Pemeriksaan Gerak Dasar (aktif dan pasif), Gerak Isometrik, Pemeriksaan Kognitif, Intrapersonal, Interpersonal, Pemeriksaan Fungsional Aktivitas Fungsional dan Pemeriksaan Spesifik. 3.5 Diagnosa Fisioterapi Impaiment :Adanya nyeri lutut kiri pada bagian medial, Adanya keterbatasan gerak saat menekuk lutut kiri gerakan fleksi, Adanya nyeri tekan pada bagian medial, dan nyeri gerak pada gerakan fleksi. Fungsional Limitation : Pasien mengalami gangguan saat aktifitas berjongkok, sholat saat posisi duduk diantara dua sujud, berdiri berjalan, dan menaiki tangga. Disability : Pasien seorang Ibu rumah tangga karena adanya nyeri pada lutut kiri pasien tidak dapat mengerjakan pekerjaan rumah semaksimal mungkin. Penatalaksanaan Fisioterapi Pelaksanaan fisioterapi dilakukan 6 kali terapi mulai dari tanggal 07 Januari 2016 sampai 28 Januari 2016, pelaksanaan tersebut dilakukan dengan memberikan : a. Infrared. Persiapan pasien pada posisi yang nyaman yaitu dengan posisi terlentang, pada bangin lutut kiri yang akan di terapi di ganjal oleh bantal atau guling. Test sensibiltas bada bagian kulit sekitar lutut test panas dan dengin. Kemudian jelaskan tujuan terapi untuk relaksasi otot dan memperlancar peredaran darah. Pelaksanaan terapi Pastikan tombol infrared dalam keadaan on dan lampu menyala, atur waktu 15 menit, jarak 30 cm, dan tanyakan kepada pasien seberapakah intensitas panas dari infrared tersebut. 6

b. Terapi latihan a). Free active movement : Kontraksi otot yang melawan gaya greavitasi tanpa adanya bantuan. Pasien diminta duduk ongkangongkang ditepi bed, pasien di instruksikan untuk meluruskan lutut dan kemudian menekuknya kembali dengan hitungan 1-8 kali dengan frekuensi 5-10 pengulangan. b). Hold relax : Pasien diminta untuk tidur tengkurap diatas bed, tangan terapis memfiksasi pergelangan kaki dan tangan satu lagi memfiksasi pada distal femur. Kemudian terapi menginstruksikan untuk menekuk lututnya ke arah pantat, terapis memberikan tahan yang berlawanan dengan gerakan pasien, dan pasien menggerakan lututnya hinga batas nyeri, dan kemudian rileks. Gerakan dilakukan 10 kali pengulangan. c). Resisted active exercise dengan quadriceps bench : Posisi paseien duduk bersandar dengan rileks, dalam posisi yang tepat dalam ayunan quadriceps bench, atur beban letakan pada ankle, lakukan test sumaksimal 1 RM dan gerakan fleksi ektensi. Perkiraan beban 2 kg dan pasien mampu mrngulangi sebanyak 10 kali, maka 1 RM: 1 RM : 2 kg x 100%/80% : 2.5 kg Intensitas : 30-60% dari 1 RM : 50% x 2.5 kg : 1,15 kg Repitisi : > 20 kali Istirahat : 0-30 detik Seri : 1-3 kali 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pada pasien perempuan yang bernama Ny. S.A usia 58 tahun dengan diagnosis medis Osteoarthritis Genue Sinistra, pada awal 7

pemeriksaan diperoleh berupa nyeri pada lutut kiri sehingga menyebabkan keterbatasan pada lingkup gerak sendi (LGS), penurunan kekuatan otot penggerak knee sehingga akan terjadi penurunan kemampuan aktivitas fungsional. Setelah mendapatkan penanganan fisioterapi berupa infrared dan terapi latihan dengan menggunakan free active movement, hold relax, dan resisted active exercise dengan menggunakan quadricep bench selama 6 kali terapi dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu diperoleh adanya peningkatan kemampuan aktivitas fungsional karena adanya penurunan nyeri, peningkatan LGS dan peningkatan kekuatan otot. Setelah pemberian modalitas-modalitas fisioterapi yang digunakan oleh penulis tersebut dapat dilihat sebagai berikut: 1. Hasil evaluasi terapi terhadap penurunan derajat nyeri Pengukuran derajat nyeri menggunakan Verbal anologe Scale (VAS), hasil dari evaluasi dari terapi pertama hingga terapi ke-6 dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil evaluasi nyeri sendi knee sinistra Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6 Nyeri gerak 5 cm 5 cm 4.2 cm 4 cm 3.7 cm 2 cm Nyeri tekan 1 cm 1 cm 1 cm 0 cm 0 cm 0 cm Nyeri diam 1 cm 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm 0 Tabel 4.1 menjelaskan terdapat penurunan nyeri diam yaitu T1: 1 menjadi T6: 0, nyeri gerak yaitu T1: 5 menjadi T6: 2. Nyeri tekan yaitu T1: 1 menjadi T6: 0. 2. Hasil terapi terhadap peningkatan kekuatan otot Evaluasi kekuatan otot penggerak sendi knee dengan menggunakan manual muscle testing (MMT), yang dilakukan dari terapi pertama sampai terapi ke-6 didapatkan hasil adanya peningkatan kekuatan otot, hasil terapi dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil evaluasi kekuatan otot sendi knee sinistra Gerakan T1 T2 T3 T4 T5 T6 Fleksor 4 4 4 4+ 4+ 4+ Ekstensor 4 4 4 4 4+ 4+ 8

Tabel 4.2 menjelaskan tentang hasil evaluasi kekuatan otot, nilai kekuatan otot pada fleksi knee, ekstensi knee. Terdapat perubahan kekuatan otot fleksor dari T1:4 menjadi T6 4+, kekuatan otot ekstensor T1:4 menjadi T6:4+. 3. Hasil terapi terhadap peningkatan LGS. Dari terapi pertama hingga terapi ke-6 didapat peningkatan LGS baik aktif maupun pasif, yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 hasil evaluasi LGS sendi knee sinistra aktif Bidang T1 T2 T3 T4 T5 T6 S 0-0-120 0-0-125 0-0-125 0-0-125 0-0-125 0-0-130 Tabel 4.4 Hasil evaluasi LGS sendi knee sinistra pasif Bidang T1 T2 T3 T4 T5 T6 S 0-0-130 0-0-130 0-0-135 0-0-135 0-0-135 0-0-135 Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menjelaskan tentang evaluasi lingkup gerak sendi knee sinistra secara aktif maupun pasif, terdapat peningkatan LGS pada sendi kneet sinistra aktif bidang sagital yaitu T1: m0-0-120 menjadi T6: 0-0-130, dan pasif bidang sagital yaitu T1: 0-0-130 menjadi T6: 0-0-135. 4. Hasil terapi pada peningkatan aktivitas fungsional Evaluasi dari peningkatan aktivitas fungsional dasar penderita dapat diukur dengan Skala Jette. Peningkatan aktivitas fungsional timbul karena adanya penurunan nyeri, peningkatan LGS dan peningkatan kekuatan otot. Berkurangnya nyeri dapat menimbulkan peningkatan kemampuan fungsional. Hasil dari evaluasi peningkatan aktivitas fungsional pada sendi knee sinistra dapat dilihat pada Tabel 4.5 Tabel 4.5 Hasil evaluasi aktivitas fungsional knee dengan skala jette T0 Aktivitas Nyeri Kesulitan Ketergantungan Jongkok ke berdiri 3 3 1 Naik turun tangga 3 4 2 Jalan 15 meter 3 2 1 Jumlah 22 9

T1 Aktivitas Nyeri Kesulitan Ketergantungan Jongkok ke berdiri 3 3 1 Naik turun tangga 3 4 2 Jalan 15 meter Jumlah 3 22 2 1 T2 Aktivitas Nyeri Kesulitan Ketergantungan Jongkok ke berdiri 3 3 1 Naik turun tangga 3 4 2 Jalan 5 meter Jumlah 3 22 2 1 T3 Aktivitas Nyeri Kesulitan Ketergantungan Jongkok ke berdiri 2 3 1 Naik turun tangga 3 4 2 Jalan 15 meter Jumlah 2 19 1 1 T4 Aktivitas Nyeri Kesulitan Ketergantungan Jongkok ke berdiri 2 3 1 Naik turun tangga 3 4 2 Jalan 15 meter Jumlah 2 19 1 1 T5 Aktivitas Nyeri Kesulitan Ketergantungan Jongkok ke berdiri 2 3 1 Naik turun tangga 3 4 2 Jalan 15 meter Jumlah 2 19 1 1 T6 Aktivitas Nyeri Kesulitan Ketergantungan Jongkok ke berdiri 2 3 1 Naik turun tangga 3 4 2 Jalan 15 meter Jumlah 2 19 1 1 Tabel 4.5 menjelaskan tentang evaluasi aktivitas fungsional knee dengan Skala, terdapat peningkatan pada knee sinistra dari terapi pertama sampai terapi ke-6 yaitu knee sinistra T1: jumlah skor 22 ketergantungan sedang menjadi T6: jumlah skor 19 ketergantungan ringan. 10

4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengaruh Infrared dan terapi latihan terhadap Penurunan Nyeri Pengurangan tingkat nyeri dapat dilihat dengan menggunakan VAS. Perubahan nyeri dari evaluasi awal (T1) sampai evaluasi akhir (T4) dapat dilihat bahwa setelah 4x terapi ada pengurangan nyeri. Nyeri pada osteoarthritis terjadi oleh karena terjepitnya ujung-ujung saraf sensorik oleh terbentuknya osteofit yang baru di permukaan tulang femur, tulang tibia, dan proksimal tulang patella (Parjoto, 2000). Aplikasi pada modalitas panas berupa IR dapat mengakibatkan peningkatan temperatur pada area yang diterapi akan mengakibatkan vasodilatasi yang diikuti peningkatan aliran darah kapiler sehingga akan dapat memperlancar pembuangan sisasisa metabolisme yaitu prostaglandin (zat p ) yang menumpuk. Dengan lancarnya sirkulasi darah maka zat p juga ikut terbuang. Sehingga terjadi rileksasi pada otot, nyeri akan turun selama pemanasan berlangsung (Miclovitz, 2000). Hasil evaluasi pemirksaan nyeri dapat dilihat dari Gambar 4.1: 6 5 4 3 2 1 Gerak Tekan Diam 0 Terapi 1 Terapi 2 Terapi 3 Terapi 4 Terapi 5 Terapi 6 Grafik 4.1 hasil evaluasi derajat nyeri sendi knee sinistra Pada Grafik 4.1 menjelaskan terdapat penurunan nyeri diam yaitu T1: 1 menjadi T6: 0, nyeri gerak yaitu T1: 5 menjadi T6: 2. Nyeri tekan yaitu T1:1 menjadi T6: 0. 11

4.2.2 Pengaruh terapi latihan dan Infrared terhadap peningkatan kekuatan otot. Peningkatan kekuatan otot dipengaruhi oleh terapi latihan berupa resisted active exercise dengan adanya mekanisme kontraksi dan rileksasi mampu menurunkan ketegangan otot sehingga otot menjadi kendor dan lentur. Hal tersebut memudahkan adanya pergerakan sendi (Kisner and Colby, 2007). Jika suatu tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi, maka otot tersebut akan beradaptasi dengan meningkatnya kekuatan otot akibat adanya adaptasi saraf dan peningkatan serat otot (Kisner and Colby, 2007). Adaptasi latihan tahanan yang diberikan pada suatu otot merangsang kemampuan maksimal otot untuk berkontraksi yang mana akan meningkatkan muscle fibers (Kisner and Colby, 2007). Peningkatan muscle fibers disebabkan karena peningkatan volume protein kontraktil myofibrillaraktin dan myosin (Schoenfeld, 2010). Saat otot mendapat ransangan yang melebihi rangsang yang diterima menyebabkan kerja myofibril dan ekstra seluler matriks menjadi kacau. Akibatnya rantai myogenik ikut berubah yang kemudian terjadi peningkatan jumlah dan ukuran protein myofibril kontraktil aktin dan myosin serta jumlah dari sarkomer yang selanjutnya kekuatan otot meningkat. Hasil dari evaluasi kekuatan otot dapat dilihat dari Gambar 4.2 : 4,6 4,5 4,4 4,3 4,2 4,1 4 3,9 3,8 3,7 Terapi 1 Terapi 2 Terapi 3 Terapi 4 Terapi 5 Terapi 6 Grafik 4.2 hasil evaluasi kekuatan otot sendi knee sinistra Fleksor Ekstensor Pada Grafik 4.2 menjelaskan tentang hasil evaluasi kekuatan otot dari terapi pertama sampai terapi ke-6, nilai kekuatan otot pada 12

fleksi knee, ekstensi knee. Terdapat perubahan kekuatan otot fleksor dari T1:4 menjadi T6 4+, kekuatan otot ekstensor T1:4 menjadi T6 4.2.3 Pengaruh terapi latihan dan Infrared terhadap peningkatan lingkup gerak sendi (LGS). Prinsip umum latihan LGS adalah bahwa sendi terutama sendi lutut digerakkan pada luas gerak sendi penuh untuk mencegah motion loss yang sering terjadi pada sendi OA (Moskowitz, 2007). Penambahan LGS dapat diketahui dengan menggunakan goniometer. Dari pemeriksaan awal sampai akhir diperoleh data tentang LGS sebagai berikut: Peningkatan LGS pada pasien ini dipengaruhi oleh latihan yang diberikan yaitu RE (Resisted Exercise):active resisted movement, hold relax, dan resisted active exercise menggunakan quadriceps bench. Selain itu peningkatan LGS dipengaruhi juga oleh penurunan nyeri dan rileksasi dari otot-otot di sekitar sendi lutut. 4.2.4 Pengaruh terapi latihan dan Infrared terhadap peningkatan kemampuan aktivitas fungsional (Skala Jette). Kemampuan fungsional adalah suatu proses untuk mengetahui kemampuan pasien melakukan aktivitas spesifik dalam hubungan dengan rutinitas kehidupan sehari-hari. OA dapat menyebabkan impairment berupa penurunan kekuatan otot, khususnya otot quadriceps femuris yang mengakibatkan menurunya stabilitas sendi lutut. (Rice et al, 2011). Resistance exercise (RE) merupakan metode untuk meningkatkan kekuatan otot. RE ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan kekuatan otot, yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara optimal. Pada penderita osteoarthritis kemampuan fungsional dapat diukur dengan skala jette. Dari hasil pemeriksaan di awal sampai hasil evaluasi terakhir didapatkan adanya peningkatan kemampuan fungsional oleh pasien 13

tersebut. Hal ini dikarenakan telah terjadi penurunan nyeri, peningkatan LGS sendi lutut dan peningkatan kekuatan otot yang akan mempengaruhi tingkat kemampuan fungsional pasien. 5. PENUTUP Berdasarkan rumusan masalah yang yang dibahas oleh penulis, maka dapat dibuat kesimpulan dan penulisan ini yaitu sebagai berikut : 1. Infrared (IR) dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri diam, nyeri tekan, dan nyeri gerak, pada pasien dengan kondisi osteoarthritis (OA) genue. 2. Terapi Latihan dapat menambah lingkup gerak sendi lutut, yaitu fleksi ekstensi pada pasien dengan kondisi osteoarthritis (OA) genue. 3. Infrared (IR) dan terapi latihan dapat menambah kemampuan fungsional pada pasien dengan kondisi osteoarthritis (OA) genue. PERSANTUNAN Segala puji dan syukur kepada Allat SWT, atas doa dan dukungan dari orang-orang tercinta sehingga penyusunan Publikasi Ilmiah ini bisa terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena dengan rasa bahagia saya ucapkan rasa syukur dan terimkasihkepada : 1. Allah SWT. 2. Ayah, Ibu dan kedua adik saya 3. Dosen pembimbing, penguji dan pengajar. 4. Rekan-rekan tersayang. Terimakasih untuk semua, akhirnya saya persembahkan Publikasi Ilmiah ini untuk kalianorang-orant yang saya sayangi,. Semoga Publikasi Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmupengetahuan di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Agustina, Tri. 2013. Osteoarthritis. Diakses tanggal 2/02/2015, dari http://agstinat.blogspot.com. 14

Dieppe, A. 1995. Horison Prinsip-Prinsip Penyakit Dalam. Editor Asdie Buku Kedokteran EGS. Jakarta. Kalim, Handoko. 1996. Ilmu Penyakit Dalam edisi ke 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Isbagio,2001;Panduan Penatalaksanaan Osteoartritis Lutut dan Panggul, Current Diagnosis and Treatment. Soeparman, 2003. Ilmu Pemyakit Dalam. Jakarta. FKUI Parjoto, Slamet, 2000; Assesment Fisioterapi Pada Osteoartritis Sendi Lutut, TITAFI XV, Semarang 2 4 Oktober. Rice, David, Peter J McNair and Gawyn N Lewis, 2011; Mechanism of quadriceps muscle weakness in knee joint osteoarthritis; the effect of prolonged vibration on torque and muscle activation in osteoatrhritic and healthy control subjects; Retrieved November, 13, 2015, from http://arthritis-research/content/13/5/r151. Rini E, 2000; US pada OA Sendi Lutut, TITAFI XV, Semarang 2 4. 15