BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Pustaka 3.1.1. Obligasi Obligasi (bond) merupakan surat berharga yang dijual kepada publik, dimana dicantumkan berbagai ketentuan yang menjelaskan berbagai hal seperti nilai nominal, tingkat suku bunga, jangka waktu, nama penerbit dan beberapa ketentuan lainnya yang terjelaskan dalam undang-undang yang disahkan oleh lembaga terkait (Fahmi: 2014:169). Menurut Moechdie dan Ramelan (2012:299), obligasi adalah salah satu jenis utang. Secara umum obligasi merupakan surat tanda utang jangka panjang. Menurut konvensi yang berlaku di Indonesia, surat utang dengan tenor di atas lima tahun disebut obligasi, meskipun beberapa surat utang bertenor tiga tahun yang diterbitkan perusahaan pembiayaan dipasarkan dan dicatat sebagai Rata-rata obligasi di Indonesia bertenor lima tahun dan paling panjang adalah 30 tahun. Obligasi merupakan alternatif pendanaan melalui utang yang menarik bagi perusahaan atau pemerintah karena pada umumnya utang yang secara langsung kepada masyarakat (supplier modal). Perubahan harga obligasi di pasar sangat dipengaruhi oleh perubahan suku bunga dan persepsi terhadap resiko. Harga obligasi di pasar modal dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai parinya. Berinvestasi pada obligasi tidak hanya memberikan keuntungan dari pembayaran 9
10 bunga tetap (kupon), dan memiliki peluang untuk medapatkan keuntungan dari capital gain (selisih harga beli dan jual). Suatu obligasi dapat diperjualbelikan setiap saat (sebelum jatuh tempo) dengan harga yang lebih atau kurang dari nilai parinya, tergantung kondisi pasar. Siapa yang memiliki obligasi pada saat jatuh tempo akan mendapatkan pembayaran kembali sejumlah nilai pari tersebut. Obligasi yang dijual dibawah nilai nominalnya disebut obligasi diskon (discount bond) dan obligasi yang dijual di atas nilai nominalnya disebut obligasi premi (premium bond) (Sjahrial, 2009:238). 3.1.2. Karakter Obligasi Menurut Keown et al. (2011:236) Obligasi merupakan produk pengembangan dari surat utang jangka panjang. Prinsip utang jangka panjang dapat dicerminkan dari karakteristik atau struktur yang melekat pada sebuah Ada beberapa karakteristik dari obligasi sebagai berikut: A. Nilai Penerbitan Obligasi Saat penerbitan obligasi, pihak emitan atau penerbit akan menyatakan dengan jelas jumlah dana yang dibutuhkan melalui penjualan Apabila emiten membutuhkan dana sebanyak Rp 500 miliar maka akan diterbitkan obligasi senilai dana tersebut. Nilai ini juga sering disebut nilai pari atau face value. Besar kecilnya jumlah penerbitan obligasi didasarkan pada kemampuan aliran kas serta kinerja emiten.
11 B. Batas Waktu (Maturity) Setiap obligasi mempunyai jangka waktu jatuh tempo. Batas waktu obligasi menunjukkan lamanya waktu sampai penerbit obligasi mengembalikan nilai obligasi kepada pemegang obligasi dan berakhirnya atau ditebusnya obligasi tersebut. C. Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga merupakan nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala. Tingkat suku bunga biasanya ditentukan dengan membandingkan tingkat suku bunga perbankan pada umumnya. Pada obligasi tingkat suku bunga ini bisa disebut kupon. Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase. Jenis kupon dalam bentuk fixed rate atau variable rate (bunga yang dibayarkan akan disesuaikan secara periodik). D. Jadwal Pembayaran Suku Bunga Kewajiban pembayaran kupon dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan sebelumnya, triwulan atau semesteran. Untuk menjaga reputasi penerbit obligasi, ketetapan waktu pembayaran kupon menjadi faktor penting. E. Penerbit/Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor yang sangat penting dalam melakukan investasi Untuk mengukur risiko/kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan lembaga pemeringkat PEFINDO atau Kasnic Indonesia.
12 F. Jaminan Ada obligsi yang memberikan jaminan berbentuk asset. Hal ini menyebabkan obligasi lebih mempunyai daya tarik bagi investor. Namun demikian, didalam penerbitan obligasi kewajiban penyediaan jaminan bukanlah mutlak sebuah keseharusan. 3.1.3. Imbal Hasil Obligasi (Yield) Yield merupakan imbal hasil (pendapatan investasi) yang diharapkan oleh investor atas investasi yang dilakukan. Yield obligasi adalah faktor penting sebagai pertimbangan investor dalam melakukan pembelian obligasi sebagai instrumen Investor yang bersifat konservatif pada umumnya melakukan penghitungan yield obligasi dengan metode yield to maturity (Tandelilin, 2010:257). A. Nominal Yield (Coupon Yield) Nominal yield merupakan pendapatan kupon yang didasarkan pada nilai nominal Dalam jumlah nilai obligasi tertentu maka diberikan pendapatan tingkat suku bunga yang hasilnya telah ditentukan sebelumnya. Besaran tingkat nominal yield tidak berubah sampai akhir jatuh tempo obligasi tersebut, dapat diformulasikan sebagai berikut:
13 B. Current Yield Current yield adalah pendapatan kupon yang didasarkan pada harga pasar obligasi tersebut. Current yield dapat diformulasikan sebagai berikut: C. Yield to Call (YTC) Beberapa obligasi mencantumkan klausul bahwa pada waktu yang telah ditentukan, emiten memiliki hak untuk dapat membeli kembali semua atau sebagian obligasi yang telah diterbitkan dengan harga yang sudah ditentukan. YTC dirumuskan sebagai berikut: Dimana: P0 = Harga Obligasi saat akan dibeli Ct = Kupon Obligasi M = Harga Obligasi n = Jangka Waktu D. Yield to Maturity (YTM) YTM digunakan untuk mengetahui nilai imbal hasil yang diterima oleh investor hingga periode jatuh tempo. Jenis yield inilah yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian. Metode perhitungan yield menggunakan yield to maturity pada umumnya digunakan oleh investor yang berinvestasi dalam jangka panjang. Investor obligasi biasanya memilih menyimpan obligasinya sampai jatuh tempo dengan alasan efektifitas strategi investasi. Namun demikian, ada pula
14 investor yang memperdagangkan obligasinya bila dirasakan sudah mendapatkan keuntungan yang dinginkan. Banyak investor jangka panjang melakukan metode perhitungan pendapatan obligasi berdasarkan YTM agar bisa melakukan perbandingan tingkat pendapatan obligasi yang satu dengan yang lain (Rahardjo: 2006:47). YTM diformulasikan sebagai berikut: Dimana: C = Coupon / Bunga Kupon F = Face Value / Nilai Nominal P = Harga Obligasi n = Sisa Waktu Jatuh Tempo / Tenor 3.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Yield Obligasi 3.1.4.1. Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga (interest rate) dalam investasi obligasi, investor harus mempertimbangkan besar kecilnya tingkat suku bunga pasar. Karena tingkat suku bunga sangat berpengaruh terhadap imbal hasil (yield) yang akan diterima. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah SBI, dikarenakan setiap ada isu (rencana) perubahan akan direspon oleh perubahan harga sekuritas, walaupun suku bunga pasar relatif tetap. Ketika suku bunga diskonto SBI menurun, banyak perusahaan lebih memilih untuk menerbitkan obligasi dibandingkan menjual saham kepada publik (Krisnilasari, 2007:3).
15 Menurut Manurung dan Tobing, (2010:2) naiknya suku bunga SBI mengakibatkan investor meminta imbal hasil yang lebih tinggi atas risiko di masa depan. Sehingga yield obligasi yang ditawarkan akan meningkat dan diikuti dengan menurunnya Seorang investor yang akan membeli obligasi hendaknya memperhatikan adanya default risk, kemungkinan tidak dapat membayar obligasi pada saat jatuh tempo. 3.1.4.2. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total asset, penjualan dan ekuitas. Perusahaan yang besar memiliki total asset, penjualan dan ekuitas yang besar pula. Sehingga perusahaan yang besar memiliki risiko kebangkrutan atau kegagalan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Ukuran perusahaan adalah skala dimana besar kecilnya perusahaan dapat diklasifikasikan menurut berbagai cara antara lain total asset, nilai pasar saham dan lain-lain (Irma et. all, 2012:3). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan menyebabkan potensi mendiversifikasikan risiko non-sistematiknya semakin besar, sehingga membuat risiko obligasi perusahaan tersebut menurun. Dengan menurunnya risiko obligasi maka imbal hasil yang diharapkan investor atas dana yang ditanamkan pada obligasi akan meningkat (Ibrahim, 2008:68).
16 3.1.4.3. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan (growth) sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda bahwa perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik. Safrida (2008:33) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan nilai pertumbuhan aktiva. Aktiva perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan dana atau keputusan investasi pada masa lalu. Sumber daya yang mampu menghasilkan aliran kas masuk atau mengurangi kas keluar. 3.1.4.4. Rasio Utang Dalam menilai suatu perusahaan, investor perlu mengetahui tingkat kesehatan perusahaan melalui rasio utangnya. Rasio utang yang digunakan adalah debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang mencerminkan faktor risiko yang dihadapi oleh investor. Rasio ini dapat juga digunakan untuk melihat sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utangnya kepada pihak luar. Semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Rasio utang akan mencapai puncaknya pada saat perusahaan berada pada tahap kedewasaan. Hal ini terkait dengan manfaat dari penggunaan dana utang untuk pemenuhan kegiatan perusahaan (Gumanti, 2011:9).
17 3.2. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indarsih (2013) terhadap 30 obligasi dari 19 perusahaan dalam periode 2007 sampai dengan 2010 dan hasil yang didapatkan bahwa tingkat suku bunga SBI memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap yield to maturity Hasil penelitian yang serupa didapatkan oleh Firmanto (2014), Chee dan Fah (2013), Hapsari (2013), Purnawati (2013), Fitriana dan Rohayati (2012), Handayani dan Artini (2012), Bradley dan Chen (2011), Surya dan Nasher (2011), Huboyojati dan Widyarti (2011) bahwa tingkat suku bunga SBI berhubungan positif dan signifikan terhadap yield Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Artini (2012) terhadap 44 obligasi selama periode 2010 sampai dengan 2011 dan hasilnya adalah DER berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap yield Penelitian yang dilakukan oleh Surya dan Nasher (2011) terhadap 27 obligasi selama periode 2006 sampai dengan 2008 menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan terdapat pengaruh yang tidak signifikan terhadap yield Hasil yang serupa didapatkan oleh Aman dan Nguyen (2013), Hapsari (2013), Purnawati (2013), Handayani dan Artini (2012), Bradley dan Chen (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan terdapat pengaruh positif terhadap yield Penelitian yang dilakukan Handayani dan Artini (2012) terhadap 44 Hasil penelitian yang didapatkan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap yield
18 berikut : Adapun rangkuman hasil penelitian terdahulu telah disajikan pada tabel Table 3.1. Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti (Tahun) 1. Firmanto (2014) 2. Indarsih (2013) 3. Aman & Nguuyen (2013) 4. Hapsari (2013) 5. Chee & Fah (2013) 6. Purnawati (2013) Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian Pengaruh tingkat suku bunga SBI, peringkat obligasi, size dan debt to equity ratio terhadap yield to maturity obligasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh tingkat suku bunga sbi, rating, likuiditas dan maturitas terhadap yield to maturity (YTM) Does goof governance metter to deptholders? Evidence from the credit rating of japanese firm. Kajian yield to maturity obligasi pada perusahaan korporasi. Macro economic determinants of UK treasury bonds spread. Pengaruh peringkat obligasi, tingkat suku bunga SBI, rasio leverage, ukuran perusahaan & umur obligasi pada imbal hasil obligasi korporasi di Bursa Efek Indonesia SBI, inflasi, rating, size, DER & yield to maturity. SBI, Rating, Likuiditas, Maturitas. Profitability, size, bond rating, bond yields. Good corporate governance, size, debt to equity ratio & yield to maturity. GD, GDP, IR, M2, interest rate, NT, UKI & yield to maturity. Rating, SBI, DER, size, age & YTM. Inflasi, size berpengaruh positif. Rating berpengaruh negatif. SBI & DER tidak memiliki pengaruh terhadap yield to maturity. SBI dan Maturitas berpengaruh positif signifikan terhadap yield. Rating, Likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap yield. Profitability & size berpengaruh positif terhadap bond rating. Size berpengaruh negatif terhadap bond yields. Size & DER berpengaruh positif. GCG tidak memiliki pengaruh terhadap yield Interest rate memiliki pengaruh negatif signifikan sedangkan makro ekonomi mempunyai pengaruh positif. Rating & size berpengaruh negatif. SBI, DER, age berpengaruh positif terhadap imbal hasil
19 7. Rahman & Sam ani (2013) 8. Handayani & Artini (2012) 9. Oktavian & Sjahruddin (2012) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi yield obligasi tahun 2010-2012. Pengaruh faktor ekonomi makro, keputusan investasi dan keputusan pendanaan terhadap yield obligasi korporasi di BEI. Pengaruh tingkat inflasi, debt to equity ratio, likuiditas & rating terhadap yield obligasi korporasi yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012. BI rate, jatuh tempo, kurs, inflasi & yield Keputusan pendanaan (DER), ekonomi makro (suku bunga SBI) & keputusan investasi (growth). Inflasi, DER, likuiditas, rating & yield Jatuh tempo berpengaruh positif. BI rate, kurs & inflasi tidak berpengaruh terhadap yield DER & SBI berpengaruh positif. Keputusan investasi (growth) berpengaruh positif terhadap yield Inflasi & likuiditas berpengaruh positif. DER & rating berpengaruh negatif terhadap yield 10. Fitriana & Rohayati (2012) 11. Anggraini (2012) 12. Bradley & Chen (2011) 13. Surya dan Nasher (2011) 14. Huboyojati & Widyarti (2011) Pengaruh suku bunga terhadap harga obligasi melalui yield Pengaruh tingkat inflasim tingkat suku bunga, peringkat obligasi & DER terhadap yield to maturity. Corporate governance anda the cost of debt: evidence from director limited liability and indemnification provisions. Analisis pengaruh tingkat suku bunga sbi, exchange rate, ukuran perusahaan, debt to equity ratio dan bond terhadap yield obligasi korporasi di Indonesia. Analisis pengaruh tingkat suku bunga, likuiditas, rating & ROE terhadap yield spread SBI, harga obligasi & yield Inflasi, suku bunga, peringkat, DER & yield to maturity. Size, bond rating corporate governance. SBI, Exchange rate, DER, Ukuran perusahaan, Bond. SBI, likuiditas, rating, ROE & yield spread Suku bunga berpengaruh positif terhadap yield. Suku bunga berpengaruh negatif terhadaap harga Suku bunga berpengaruh positif. Peringkat & DER tidak memiliki pengaruh terhadap YTM. Size berpengaruh positif terhadap bond rating. Size berpengaruh negatif terhadap corporate governance. SBI, Exchange rate, Ukuran perusahaan dan DER terdapat pengaruh searah signifikan terhadap yield. Bond tidak terdapat pengaruh terhadap yield. SBI & berpengaruh positif. Likuiditas & ROE bepengaruh negatif terhadap yield spread
20 15. Cavallo & Valenzuela (2011) The determinants of corporate risk in emerging markets: an option-adjusted spread analysis (corporate global bond). CR, DER, NPM, ROE, INF & bonds yield. Sumber : Penelitian terdahulu yang telah ditelaah (2011-2014). DER, ROE memiliki pengaruh negatif. CR, NPM & INF berpengaruh positif terhadap yield 3.3. Kerangka Pemikiran 3.3.1. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Yield Obligasi Tingkat suku bunga merupakan daya tarik bagi investor menanamkan investasinya dalam bentuk SBI atau deposito sehingga investasi dalam saham akan tersaingi (Mansur: 2009:2). Kenaikan suku bunga SBI akan berdampak pada kenaikan tingkat bunga komersial. Disaat tingkat bunga komersial tinggi merupakan momen yang tidak tepat untuk merealisasikan capital gain, karena harga obligasi berhubungan terbalik dengan tingkat bunga pasar. Penelitian yang dilakukan Firmanto (2014), Chee dan Fah (2013), Hapsari (2013), Purnawati (2013), Fitriana dan Rohayati (2012), Handayani dan Artini (2012), Bradley dan Chen (2011), Surya dan Nasher (2011), Huboyojati dan Widyarti (2011) terdapat pengaruh positif yang signifikan terhadap yield Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1: Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh pada imbal hasil (yield)
21 3.3.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Yield Obligasi Ukuran (size) perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan, dimana dalam tahap ini mencerminkan bahwa perusahaan relatif stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Susilatri dan Indriani: 2011:422). Adapun penelitian terdahulu mengenai faktor eksternal maupun internal yang dapat mempengaruhi yield Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Handayani dan Artini (2013), Bradley dan Chen (2011) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap yield Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah: H2: Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap yield 3.3.3. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Yield Obligasi Pertumbuhan perusahaan menggambarkan tolak ukur keberhasilan perusahaan. Keberhasilan tersebut juga menjadi tanda perusahaan mempunyai aspek yang menguntungkan, dan para investor pun mengharapkan tingkat imbal hasil (yield) dari investasi yang menunjukkan perkembangan yang baik. Menurut penlitian yang dilakukan oleh Cavallo dan Valenzuela (2011) membuktikan
22 bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap yield Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka hipotesi ketiga yang diajukan adalah: H3: Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap imbal hasil 3.3.4. Pengaruh Rasio Utang Terhadap Yield Obligasi Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut (Fahmi, 2014:75). Maka penggunaan utang yang besar akan mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar utang (Sitanggang, 2013:73). Dengan semakin tingginya tingkat risiko maka keuntungan yang diisyarakatkan juga semakin besar. Sehingga, dengan semakin besarnya DER maka imbal hasil (yield) yang ditawarkan kepada investor semakin besar. Penelitian yang telah dilakukan oleh Hapsari (2013), Handayani dan Artini (2012) dan Surya dan Nasher (2011) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel DER dengan yield Hasil penelitian yang berbeda didapatkan oleh Cavalla dan Valenzuela (2011) bahwa DER memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap yield Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah: H4: Debt to equity ratio (DER) mempunyai pengaruh terhadap yield
23 Berdasarkan teori dan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, maka hubungan anatara variabel penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Tingkat Suku Bunga (X1) Ukuran Perusahaan X2) Yield To Maturity (Y) Pertumbuhan Perusahaan (X3) Rasio Utang (X4) Gambar 3.4. Hubungan antara variabel penelitian Sumber : Penelitian terdahulu yang telah ditelaah (2011-2014). 3.4. Hipotesis Berdasarkan kerangka hubungan antara variabel penelitian, maka dapat dibuat beberapa hipotesis terhadap permasalahan sebagai berikut: H1: Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh terhadap yield H2 : Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap yield H3 : Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap yield H4 : Rasio utang mempunyai pengaruh terhadap yield