BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Thompson dan Vaz (1990) melakukan penelitian terhadap 426 obligasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Thompson dan Vaz (1990) melakukan penelitian terhadap 426 obligasi"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Penelitian Terdahulu Thompson dan Vaz (1990) melakukan penelitian terhadap 426 obligasi perusahaan industri dengan periode waktu antara Januari 1977 sampai dengan Desember Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi, sedangkan peringkat obligasi, sinking fund dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield obligasi. Selanjutnya Sengupta (1998) melakukan penelitian terhadap 114 obligasi perusahaan industri dengan periode waktu antara tahun 1987 sampai dengan tahun Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield obligasi, sedangkan total asset tidak berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi. Lebih lanjut Bhojraj dan Sengupta (2003) melakukan penelitian mengenai Pengaruh corporate governance terhadap bond rating dan yield bond. Sampel yang digunakan adalah 1005 obligasi perusahaan industri yang diterbitkan dalam kurun waktu tahun 1991 sampai dengan tahun Dengan menggunakan analisis regresi berganda, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peringkat obligasi berpengaruh

2 negatif dan signifikan terhadap yield obligasi. Selanjutnya total asset berpengaruh negatif terhadap yield obligasi dan DER berpengaruh positif terhadap yield obligasi. Nurfauziah dan Setyarini (2004) melakukan penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi yield obligasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 19 perusahaan yang terdiri dari 12 perusahaan perbankan dengan 17 emisi dan 7 perusahaan finansial dengan 24 emisi dari rentang waktu tahun yang tercatat di Bursa Efek Surabaya dan diperingkat oleh Pefindo. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, inflasi, likuiditas, peringkat, sinking fund, secure, tingkat suku bunga, durasi dan buyback berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi. Secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel likuiditas saja yang berpengaruh terhadap yield obligasi, sedangkan inflasi, peringkat, sinking fund, secure, tingkat suku bunga, durasi dan buyback tidak berpengaruh terhadap yield obligasi. Setyapurnama (2005) melakukan penelitian terhadap 26 perusahaan dengan periode waktu antara 1 Januari 2001 sampai dengan 31 Desember. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa total asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield obligasi, sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi.

3 Selanjutnya Immacullata dan Restuti (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh pertumbuhan perusahaan terdahap peringkat dan yield obligasi. Penelitian ini menggunakan variabel kontrol yang terdiri dari: rasio leverage, rasio profitabilitas, ukuran perusahaan dan peringkat obligasi. Dengan mengambil sampel sebanyak 115 obligasi korporasi yang tercatat di Bursa Efek Surabaya. Dalam penelitian ini digunakan dua metode analisis, yaitu analisis regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap peringkat obligasi dan analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap yield obligasi. Hasil penelitiannya menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap yield obligasi dan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Ibrahim (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat suku bunga, peringkat obligasi, ukuran perusahaan dan debt to equity ratio terhadap yield to maturiry. Sampel yang digunakan dalam penelitiannya berjumlah 22 obligasi korporasi dengan periode Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menemukan bahwa tingkat suku bunga dan debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield obligasi, sedangkan ukuran perusahaan dan peringkat obligasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield to maturity.

4 2.2. Landasan Teori Pengertian Obligasi Obligasi adalah surat hutang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (Bursa Efek Indonesia). Obligasi menjadi salah satu sumber pendanaan (financing) bagi pemerintah dan perusahaan, yang dapat diperoleh dari pasar modal. Secara sederhana, obligasi merupakan suatu surat berharga yang dikeluarkan oleh penerbit (issuer) kepada investor (bondholder), dimana penerbit akan memberikan suatu imbal hasil (return) berupa kupon yang dibayarkan secara berkala dan nilai pokok (principal) ketika obligasi tersebut mengalami jatuh tempo (Manurung et.al, 2009). Fabozzi (2000) mendefinisikan obligasi sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan oleh penerbit (issuer) yang juga disebut debitur atau peminjam (borrower) untuk membayar kembali kepada investor (lender) sejumlah yang dipinjam ditambah bunga selama tahun yang ditentukan. Obligasi berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan yang diberi pinjaman (issuer) atau pihak yang disebut emiten.

5 Yield Obligasi Yield obligasi merupakan faktor terpenting sebagai pertimbangan investor dalam melakukan pembelian obligasi sebagai instrumen investasinya. Yield obligasi merupakan ukuran pendapatan obligasi yang akan diterima oleh investor, yang cenderung bersifat tidak tetap (Tandelilin, 2007). Selanjutnya, Samsul (2006) menyatakan bahwa yield adalah keuntungan atas investasi obligasi yang dinyatakan dalam persentase. Menurut Tandelilin (2007) ada 5 (lima) ukuran yield obligasi yang dapat digunakan oleh investor, yaitu: 1. Nominal Yield Nominal yield adalah tingkat kupon yang diberikan oleh obligasi. Misalnya ada obligasi yang memberikan kupon 18% per tahun, maka obligasi tersebut dikatakan mempunyai yield nominal sebesar 18%. Yield nominal adalah cara mudah untuk menunjukkan karakteristik kupon dari suatu obligasi. 2. Current Yield Current yield adalah rasio tingkat bunga obligasi terhadap harga pasar dari obligasi tersebut. Informasi current yield akan lebih berguna bagi investor dibanding informasi yang hanya berupa kupon obligasi biasa, karena current yield sudah memberikan gambaran perbandingan kupon obligasi terhadap harga pasar obligasi. Meskipun demikian, current yield tidak bisa dianggap sebagai return yang sesungguhnya dari obligasi karena tidak bisa menggambarkan perbedaan antara harga obligasi pada saat dibeli dengan harga obligasi pada saat dijual (capital gain/loss).

6 3. Yield to Call (YTC) YTC adalah yield yang diperoleh pada obligasi yang bisa dibeli kembali (callable). Obligasi yang callable berarti bahwa emiten bisa melunasi atau membeli kembali obligasi yang telah diterbitkannya dari tangan investor yang memegang obligasi tersebut sebelum jatuh tempo. 4. Realized (horizon) yield Realized (horizon) yield adalah tingkat return yang diharapkan investor dari sebuah obligasi, jika obligasi tersebut dijual kembali oleh investor sebelum jatuh temponya. Di samping itu, realized (horizon) yield dapat juga digunakan untuk mengestimasi tingkat return yang diperoleh investor dengan menggunakan strategi perdagangan tertentu. 5. Yield to Maturity Yield to maturity (YTM) bisa diartikan sebagai tingkat return majemuk yang akan diterima investor jika membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga jatuh tempo. YTM merupakan ukuran yield yang banyak digunakan karena yield tersebut mencerminkan return dengan tingkat bunga majemuk (compound rate of return) yang diharapkan investor, jika dua asumsi yang disyaratkan bisa terpenuhi. Jika kedua asumsi tersebut terpenuhi maka yield to maturity yang diharapkan akan sama dengan realized yield. Asumsi pertama adalah bahwa investor akan mempertahankan obligasi tersebut sampai dengan waktu jatuh tempo. Nilai yang didapat jika asumsi pertama terpenuhi sering disebut dengan yield

7 to maturity (YTM). Asumsi kedua adalah investor menginvestasikan kembali pendapatan yang diperoleh dari obligasi pada tingkat YTM yang dihasilkan. Secara khusus semakin tinggi tingkat hasil hingga jatuh tempo (yield to maturity), semakin rendah tingkat perubahan harga. Untuk besar perubahan yield yang sama, pada tingkat hasil yang rendah menyebabkan perubahan harga yang lebih besar dibandingkan pada tingkat hasil yang tinggi. Dengan kata lain untuk perubahan hasil tertentu, perubahan tingkat harga akan lebih besar pada yield yang rendah dibanding pada yield yang tinggi (Kusuma dan Asrori, 2005). Jika yield to maturity-nya lebih tinggi dari yield to maturity yang dianggap tepat maka obligasi dikatakan underpriced (undervalued) dan merupakan satu kandidat untuk dibeli. Sebaliknya, jika yield to maturity lebih rendah dari yang dianggap tepat, maka obligasi dikatakan overpriced (overvalued) dan merupakan kandidat untuk dijual (Sharpe et al., 2005) Risiko Obligasi Berikut ini beberapa risiko yang dihadapi oleh investor dalam investasi obligasi (Brigham dan Houston, 2006): 1. Risiko Tingkat Suku Bunga (Interest Rates Risk) Tingkat suku bunga akan naik dan turun seiring dengan berjalannya waktu, dan adanya peningkatan pada tingkat suku bunga akan menyebabkan terjadinya penurunan pada nilai obligasi yang beredar. Risiko penurunan nilai obligasi akibat kenaikan suku bunga ini disebut risiko tingkat suku bunga (interest rates risk).

8 2. Risiko Tingkat Investasi Kembali (Reinvestment Rate Risk) Risiko tingkat investasi kembali adalah risiko terjadinya penurunan pendapatan akibat turunnya tingkat suku bunga. Risiko tingkat investasi kembali sudah dapat dipastikan akan lebih tinggi pada obligasi yang dapat ditebus. Risiko ini juga akan lebih tinggi pada obligasi dengan masa jatuh tempo yang singkat, karena semakin singkat jatuh tempo suatu obligasi, maka akan semakin sedikit jumlah tahun ketika tingkat suku bunga lama yang relatif tinggi akan diterima, dan semakin cepat dana tersebut harus diinvestasikan kembali pada tingkat suku bunga baru yang lebih rendah. 3. Risiko Gagal Bayar (Default Risk) Satu risiko penting lainnya yang dihubungkan dengan obligasi adalah risiko gagal bayar. Risiko gagal bayar biasanya diukur dengan peringkat obligasi. Jika obligasi tersebut memiliki risiko gagal bayar yang tinggi, maka peringkat obligasinya rendah dan sebaliknya. Jika emiten mengalami gagal bayar, investor akan menerima jumlah yang lebih kecil daripada pengembalian obligasi yang sebelumnya dijanjikan. Oleh karena itu investor perlu menilai risiko gagal bayar terlebih dahulu sebelum melakukan pembelian. Semakin besar risiko gagal bayar maka akan semakin tinggi nilai imbal hasil obligasi pada saat jatuh tempo (yield to maturity). Seandainya dua obligasi memiliki arus kas yang dijanjikan, suku bunga kupon, waktu jatuh tempo, likuiditas dan eksposur inflasi yang sama, tetapi satu obligasi memiliki risiko gagal bayar yang lebih tinggi daripada obligasi yang lain, investor tentu akan membayar lebih murah untuk obligasi yang memiliki

9 kemungkinan gagal bayar lebih besar. Sebagai akibatnya, obligasi dengan risiko gagal bayar yang lebih tinggi akan memiliki tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Jika risiko gagal bayar berubah, hal ini akan mempengaruhi harga dari suatu obligasi dimana jika risiko gagal bayar dari suatu obligasi meningkat, harga obligasi akan turun dan yield to maturity akan naik Tingkat Suku Bunga (Interest Rates) Suku bunga adalah harga yang dibayar peminjam (debitur) kepada pihak yang meminjamkan (kreditur) untuk pemakaian sumber daya selama interval waktu tertentu. Suku bunga terbagi atas dua jenis yaitu suku bunga rill dan suku bunga nominal. Suku bunga rill adalah pertumbuhan daya konsumsi selama usia pinjaman. Suku bunga nominal adalah sebaliknya, merupakan jumlah unit moneter yang harus dibayar per unit yang dipinjam, dan sebenarnya suku buga pasar dari pinjaman. Jika tidak ada inflasi, suku bunga nominal sama dengan suku bunga rill (Fabozzi, Modigliani, dan Ferri, 1999). Investor dapat menentukan suku bunga yang dapat dijadikan patokan sebelum membeli obligasi. Suku bunga yang dapat dijadikan benchmark terdiri atas berbagai jenis, salah satunya adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pergerakan tingkat suku bunga SBI sangat berpengaruh terhadap efek pendapatan tetap. Investasi dalam deposito atau SBI, akan menghasilkan bunga bebas risiko tanpa memikirkan pengelolaannya. Sementara investasi dalam obligasi mengandung risiko seperti kegagalan penerimaan kupon atau gagal pelunasan dan kerugian karena

10 kehilangan kesempatan untuk melakukan investasi di tempat lain (opportunity cost). Oleh karena itu, yield obligasi yang diperoleh harus lebih tinggi daripada tingkat deposito atau SBI (Samsul, 2006). Menurut Van Horne dan Wachowicz (2000) bahwa jika tingkat bunga meningkat sehingga tingkat pengembalian yang diharapkan pasar juga meningkat, maka harga obligasi akan menurun. Jika tingkat bunga menurun, harga obligasi meningkat. Sehingga tingkat bunga dan harga obligasi bergerak dalam arah yang berlawanan. Dari pernyataan diatas, tampak jelas bahwa keberagaman tingkat bunga dapat menyebabkan keberagaman harga obligasi.variasi ini pada harga sekuritas yang disebabkan oleh perubahan pada tingkat bunga disebut dengan risiko tingkat bunga Ukuran Perusahaan (Firm Size) Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994). Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka

11 waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Daniati dan Suhairi, 2006). Aktiva merupakan tolok ukur besaran atau skala suatu perusahaan. Biasanya perusahaan besar mempunyai aktiva yang besar pula nilainya. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada perusahaan itu (Yolana dan Martani, 2005) Pertumbuhan Perusahaan (Growth) Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size (Kallapur dan Trombley, 1999). Berdasarkan teori siklus hidup perusahaan bahwa perusahaan akan mengalami evolusi. Evolusi ini melalui beberapa tahap. Tahapan tersebut terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu growth, mature dan stagnant (Anthony dan Ramesh, 1992 dalam Immacullata dan Restuti, 2005). Dalam setiap tahap hidup perusahaan ada aktivitas yang berbeda yang berpengaruh pada kegiatan pendanaan aktivitas perusahaan. Risiko obligasi pada tahap growth memperhatikan aliran kas yang terjadi di dalam perusahaan. Perusahaan banyak menggunakan dananya untuk investasi dalam mengembangkan dan mempertahankan pangsa pasar serta menguasai teknologi. Risiko default pada fase ini menjadi tinggi karena

12 dikawatirkan perusahaan tidak bisa membayar pokok dan bunganya dengan tepat waktu karena aliran kas yang ada digunakan untuk investasi. Risiko default ini tercermin dalam peringkat obligasi. Risiko yang tinggi menyebabkan peringkat obligasi menjadi rendah sehingga perusahaan yang menerbitkan obligasi ketika perusahaan berada pada tahap growth akan memberikan yield yang tinggi. Risiko obligasi perusahaan yang berada pada tahap mature lebih rendah dibandingkan pada tahap growth karena perusahaan sudah bisa menghasilkan laba, investasi sudah mulai turun sehingga perusahaan mempunyai aliran kas yang digunakan untuk membayar pokok dan bunga obligasi dengan lancar. Risiko default ditunjukkan dengan peringkat obligasi. Pada tahap ini peringkat obligasi lebih tinggi dibandingkan pada tahap growth sehingga perusahaan yang menerbitkan obligasi ketika perusahaan berada pada tahap mature akan memberikan yield yang lebih rendah dibandingkan tahap growth. Risiko obligasi perusahaan yang berada pada tahap stagnant adalah rendah karena perusahaan ada dalam kondisi memanen hasil usahanya. Investasi yang dilakukan tidak sebesar di tahap growth dan mature sehingga perusahaan mempunyai aliran kas yang digunakan untuk membayar pokok dan bunga obligasi dengan lancar. Risiko default yang rendah memberikan peringkat yang tinggi pada obligasi yang diterbitkan perusahaan sehingga perusahaan yang menerbitkan obligasi ketika perusahaan berada pada tahap stagnant akan memberikan yield rendah.

13 Rasio Hutang (Debt Ratio) Rasio hutang atau leverage atau solvabilitas merupakan istilah yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2000) rasio hutang menunujukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio hutang terdiri atas dua jenis, yaitu : 1. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang (Suharli, 2005). Bertambah besarnya debt to equity ratio suatu perusahaan menunjukkan risiko distribusi laba usaha perusahaan akan semakin besar terserap untuk melunasi kewajiban perusahaan (Purwanto dan Haryanto, 2004). 2. Rasio Hutang terhadap Total Aktiva (Debt to Total Asset Ratio) Rasio total hutang terhadap total aktiva didapat dengan membagi total hutang perusahaan dengan total aktivanya. Rasio ini berfungsi dengan tujuan yang hampir sama dengan debt to equity ratio. Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan hutang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung dengan pendaaan hutang (Van Horne dan Wachowicz, 2000).

14 Para kreditor lebih menyukai rasio hutang yang moderat, oleh karena semakin rendah rasio ini, akan ada semacam perisai sehingga kerugian yang diderita kreditor semakin kecil jika terjadi likuidasi. Sebaliknya, pemilik lebih menyukai rasio hutang yang tinggi, oleh karena leverage yang tinggi akan memperbesar laba bagi pemegang saham atau oleh karena menerbitkan saham baru berarti melepaskan sejumlah kendali perusahaan (Weston dan Copeland, 1999) Kerangka Konseptual Pada saat tingkat bunga umum turun, kurs obligasi naik dan begitu sebaliknya. Besar kecilnya perubahan kurs obligasi tergantung pada besar kecilnya perubahan bunga. Semakin besar penurunan bunga, semakin tinggi kurs obligasi. Semakin besar kenaikan bunga, semakin rendah kurs obligasi. Hubungan antara tingkat bunga umum dan kurs obligasi bersifat negatif (Samsul, 2006). Ciri dasar obligasi adalah bahwa perubahan harga terjadi dengan arah yang berlawanan dari perubahan hasil yang diinginkan. Penyebabnya adalah karena harga obligasi merupakan nilai sekarang dari arus kas. Seiring dengan meningkatnya hasil yang diinginkan, nilai sekarang dari arus kas akan menurun, sehingga harga juga turun, demikian juga sebaliknya (Fabozzi, 2000). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka harga obligasi di pasar akan mengalami penurunan, dan apabila harga obligasi mengalami penurunan maka akan mengakibatkan yield mengalami kenaikan, atau dengan kata lain apabila tingkat suku bunga mengalami

15 kenaikan maka tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor atau yield obligasi juga akan mengalami kenaikan (Ibrahim, 2008). Hasil Penelitian Thompson dan Vaz (1990) serta Nurfauziah dan Setyarini (2004) menunujukkan bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity obligasi. Selanjutnya, Setyapurnama (2005) dan Ibrahim (2008) yang menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tingkat suku bunga terhadap yield to maturity. Miswanto dan Husnan (1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis menemukan bahwa besar kecilnya perusahaan mempengaruhi risiko bisnis. Dari penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi dibanding perusahaan besar. Bhojraj dan Sengupta (2003) menyatakan bahwa semakin besar perusahaan akan mempunyai peringkat obligasi yang lebih tinggi karena risiko gagal bayarnya rendah sehingga akan menurunkan yield. Penelitian yang dilakukan oleh Thompson dan Vaz (1990), Bhojraj dan Sengupta (2003), serta Ibrahim (2008) menunjukkan hasil bahwa total asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield to maturity obligasi. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sengupta (1998) menunjukkan bahwa total asset tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity obligasi dan hasil penelitian Setyapurnama (2005) yang menemukan bahwa total asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield to maturity.

16 Pertumbuhan diduga mempunyai pengaruh terhadap yield obligasi karena berdasarkan teori siklus hidup perusahaan, aktivitas pendanaan akan berbeda dalam setiap tahapan hidup perusahaan. Perbedaan aktivitas pendanaan dalam siklus hidup perusahaan ini akan mempengaruhi risiko perusahaan yang akan mempengaruhi peringkat dan yield obligasi. Perusahaan yang bertumbuh akan menggunakan aliran kasnya untuk investasi, penguasaan teknologi dan mengembangkan produk sehingga ada kemungkinan perusahaan tidak bisa membayar bunga dan pokok obligasi sehingga risikonya tinggi yang berakibat pada rendahnya peringkat obligasi sehingga perusahaan akan membayarkan yield yang tinggi. Sedangkan perusahaan pada tahap mature investasi sudah berkurang dan mempunyai aliran kas yang lancar sehingga bisa membayar bunga dan pokok dengan lancar sehingga risikonya rendah yang menyebabkan peringkat obligasi menjadi tinggi dan obligasi ditawarkan dengan yield yang rendah (Immacullata dan Restuti, 2005). Rasio hutang yang terlalu tinggi menunjukkan hutang yang berlebihan, dan menandakan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tidak akan mampu menciptakan laba yang cukup untuk membayar kewajiban obligasinya (Bodie, et.al., 2006). Debt to equity ratio yang semakin besar akan mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar hutang (Indra, 2006). Semakin besar tingkat risiko maka semakin besar keuntungan yang diisyaratkan (Sartono, 2001). Dengan demikian semakin besar hutang (DER), maka yield yang diisyaratkan juga semakin besar. Penelitian yang dilakukan oleh Bhojraj dan Sengupta (2003) serta Ibrahim (2008) menemukan hal yang sama bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan

17 DER terhadap yield to maturity obligasi. Selanjutnya, Setyapurnama (2005) menemukan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity obligasi. Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Tingkat suku bunga Ukuran Perusahaan Yield to maturity Pertumbuhan Perusahaan Rasio hutang Gambar 2.1. Kerangka Konseptual 2.4. Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: Tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan rasio hutang berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity obligasi korporasi konvensional di Bursa Efek Indonesia periode tahun

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya membutuhkan dana atau modal yang bisa diperoleh melalui pasar uang maupun pasar modal. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return)

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran besar bagi suatu Negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor dan perusahaan untuk mencari sumber dana maupun untuk

BAB I PENDAHULUAN. investor dan perusahaan untuk mencari sumber dana maupun untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal merupakan wadah yang dapat digunakan untuk para investor dan perusahaan untuk mencari sumber dana maupun untuk menginvestasikan dana.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. instrumen keuangan adalah memperoleh return (imbal hasil).

BAB I PENDAHULUAN. membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. instrumen keuangan adalah memperoleh return (imbal hasil). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obligasi merupakan salah satu komponen investasi dengan manfaat dan tingkat pengembalian yang relatif lebih pasti, karena pada hakekatnya obligasi merupakan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, PERINGKAT OBLIGASI, UKURAN PERUSAHAAN DAN DER TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI KORPORASI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2004-2006 TESIS Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa bersifat tarif tetap (fixed rate), tarif mengambang (floating rate) maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa bersifat tarif tetap (fixed rate), tarif mengambang (floating rate) maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1. Investasi Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori II.1.1 Obligasi Korporasi (Corporate Bond) II.1.1.1 Definisi Obligasi Korporasi Menurut Harmono, obligasi merupakan surat tanda utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh melalui pasar uang dan pasar modal. Pasar modal memiliki peran besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh melalui pasar uang dan pasar modal. Pasar modal memiliki peran besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya membutuhkan dana atau modal yang bisa diperoleh melalui pasar uang dan pasar modal. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebijakan perusahaan agar bisa mendapatkan dana tanpa harus berutang ke perbankan dan menerbitkan saham baru adalah menerbitkan obligasi. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam yield to maturity adalah teori sinyal (Theory

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Obligasi Menurut Keown et al. (2005), obligasi adalah suatu jenis hutang atau surat kesanggupan bayar jangka panjang yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Agus Harjito dan Martono (2010:4) mengemukakan bahwa Manajemen Keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat jatuh tempo. Bagi para emiten, obligasi merupakan sekuritas yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. pada saat jatuh tempo. Bagi para emiten, obligasi merupakan sekuritas yang relatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber pembiayaan merupakan salah satu faktor terpenting dalam menjalankan suatu usaha. Salah satu bentuk pendanaan yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk dapat mengembangkan bisnisnya. Sumber pendanaan dapat berasal dari pihak eksternal maupun pihak internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh investor. Pasar modal juga termasuk dalam salah satu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh investor. Pasar modal juga termasuk dalam salah satu kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah penanaman modal yang ditanamkan dalam suatu aset yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa datang dan biasanya berjangka panjang dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal dapat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahan membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatannya, dana tersebut dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu berasal dari intern perusahaan dan dari ekstern

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendelegasikan pekerjaan dan agent sebagai pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendelegasikan pekerjaan dan agent sebagai pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Dalam teori keagenan, hubungan yang timbul dari adanya kontrak yang ditetapkan antara dua pihak, yaitu pihak principal sebagai pihak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau menerbitkan surat utang (obligasi). Obligasi (bond) dapat didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. atau menerbitkan surat utang (obligasi). Obligasi (bond) dapat didefinisikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alternatif investasi dalam surat berharga saat ini banyak disukai para investor untuk mendapatkan sumber pendanaan bagi perusahaan. Pasar modal dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perkembangan ekonomi. suatu negara khususnya secara makro. Kehadiran pasar modal dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perkembangan ekonomi. suatu negara khususnya secara makro. Kehadiran pasar modal dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perkembangan ekonomi suatu negara khususnya secara makro. Kehadiran pasar modal dapat mempermudah suatu perusahaan atau individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obligasi merupakan salah satu sumber pendanaan bagi perusahaan selain saham. Obligasi adalah suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Kabar Indonesia pada tanggal 13 Januari 2008, di era globalisasi, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Kabar Indonesia pada tanggal 13 Januari 2008, di era globalisasi, pasar modal Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kabar Indonesia pada tanggal 13 Januari 2008, di era globalisasi, pasar modal atau bursa merupakan pendanaan yang cukup penting. Pasar modal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kondisi perekonomian, berbagai keputusan yang berkenaan dengan konsumsi, tabungan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kondisi perekonomian, berbagai keputusan yang berkenaan dengan konsumsi, tabungan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga merupakan salah satu variable ekonomi yang sering dipantau oleh para pelaku ekonomi. Tingkat suku bunga dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah saham dan obligasi (Manurung, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah saham dan obligasi (Manurung, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada dewasa ini tidak terbatas pada investasi dalam bentuk fisik seperti properti dan emas, tetapi investasi dalam surat berharga saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat terus mengembangkan usahanya. Perusahaan untuk mengembangkan usahanya memerlukan

Lebih terperinci

ARTIKEL ANDRE SURYANINGPRANG NPM : PROGRAM DOKTOR ILMU MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2016

ARTIKEL ANDRE SURYANINGPRANG NPM : PROGRAM DOKTOR ILMU MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2016 ARTIKEL ANALISIS SUKU BUNGA DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP PENGEMBALIAN TINGKAT BUNGA DAN IMPLIKASINYA PADA NILAI PERUSAHAAN (Suatu Survei Pada Perusahaan Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas melalui pasar modal. dua kelompok yakni aset finansial yang marketable dan yang non

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas melalui pasar modal. dua kelompok yakni aset finansial yang marketable dan yang non BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan investasi pada aset keuangan semakin menarik minat masyarakat pada akhir-akhir ini. Hal ini terjadi karena dengan semakin meningkatnya kegiatan investasi dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Obligasi Korporasi Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik bagi kalangan investor di pasar modal ataupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasarkan penelitian yang mengambil topik mengenai pengaruh likuiditas, maturitas, dan peringkat pada yield obligasi 1. Penelitian Nanik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Signaling Theory Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen perusahaan dan berbagai pihak yang berkepentingan, berkaitan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Pustaka 3.1.1. Obligasi Obligasi (bond) merupakan surat berharga yang dijual kepada publik, dimana dicantumkan berbagai ketentuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar

BAB I PENDAHULUAN. dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kondisi perekonomian baik global maupun regional dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami pasang surut, contohnya krisis ekonomi yang terjadi di Eropa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) dan sarana untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) dan sarana untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) dan sarana untuk memobilitasi dana yang bersumber dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lurus dengan risiko yang diperoleh. Return setiap jenis asset akan dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. lurus dengan risiko yang diperoleh. Return setiap jenis asset akan dijadikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal (Capital Market) adalah pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), ekuitas (saham),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama bulan Januari hingga Agustus 2008, bursa saham dunia mengalami penurunan yang berdampak pada pelaku lantai bursa, dunia usaha, dan perekonomian di berbagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Sedangkan tempat di mana terjadinya jual-beli sekuritas disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Sedangkan tempat di mana terjadinya jual-beli sekuritas disebut dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar modal memberi kemudahan bagi para pelaku binis dalam menjalankan usahanya terutama terkait dengan pendanaan melalui penjualan sekuritas di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Modal dan Struktur Modal a. Pengertian Struktur Modal Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang sangat penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha. Dengan adanya penghapusan batasan ini, persaingan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang dalam memperoleh benefitnya. Investasi di Indonesia dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. panjang dalam memperoleh benefitnya. Investasi di Indonesia dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah penanaman modal yang ditanamkan dalam suatu aset yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa datang dan biasanya berjangka panjang dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peringkat obligasi juga berfungsi membantu kebijakan publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peringkat obligasi juga berfungsi membantu kebijakan publik untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang investor yang berminat membeli obligasi, sudah seharusnya memperhatikan peringkat obligasi karena peringkat tersebut dapat memberikan informasi tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi. ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi. ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal pada dasarnya berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber dana internal berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. risk 3 Investor yang mempunyai sifat konservatif cenderung melakukan

BAB I PENDAHULUAN. risk 3 Investor yang mempunyai sifat konservatif cenderung melakukan risk 3 Investor yang mempunyai sifat konservatif cenderung melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Investasi merupakan suatu komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tabel 1 Perkembangan obligasi korporasi

1 PENDAHULUAN. Tabel 1 Perkembangan obligasi korporasi 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu sarana bagi pelaku bisnis untuk mendapatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan cara memperjualbelikan instrumen keuangan. Salah satu instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara (Samsul, 2006:43).

BAB I PENDAHULUAN. negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara (Samsul, 2006:43). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas istrumen keuangan jangka panjang yang umumnya lebih dari satu tahun. Pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional termasuk ekspansi usaha selain kredit perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional termasuk ekspansi usaha selain kredit perbankan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal sebagai pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas)

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan, menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pasar modal merupakan sarana diperjualbelikannya berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pasar modal merupakan sarana diperjualbelikannya berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana diperjualbelikannya berbagai macam instrumen keuangan yang berjangka panjang seperti instrumen derivatif, saham, utang dan instrumen-instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual-beli dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual-beli dan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuitas (saham),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat pada sektor pasar modal syariah. Semakin banyaknya nilai

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat pada sektor pasar modal syariah. Semakin banyaknya nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian yang berbasis syariah salah satunya dapat dilihat pada sektor pasar modal syariah. Semakin banyaknya nilai sekuritas yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dividen Dividen menurut Riyanto (2008:265) adalah aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Obligasi Obligasi merupakan surat pengakuan utang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta kepada investor, di mana utang ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang (obligasi),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia investasi di Indonesia saat ini berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia investasi di Indonesia saat ini berkembang dengan 8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia investasi di Indonesia saat ini berkembang dengan cukup baik. Minat masyarakat dalam melakukan investasi di berbagai sektor mulai terlihat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori trade-off (trade-off theory) Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan sangat penting, karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al, 1996). Semakin

Lebih terperinci

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai A. Tinjauan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Investasi obligasi

BAB I PENDAHULUAN. saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Investasi obligasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obligasi adalah utang jangka panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Investasi obligasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Kebijakan Dividen Dividen merupakan pembagian pendapatan kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah

Lebih terperinci

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi 17 II. TIN JAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan manufaktur pastinya ingin menjadi lebih unggul daripada pesaingnya, terutama dalam menghadapi persaingan pasar global. Hal ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, banyak perusahaan yang menerbitkan obligasi sebagai sumber pendanaan untuk melakukan ekspansi dan mengembangkan perusahaan sesuai peluang bisnis yang ada.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi banyak perusahaan-perusahaan industri, dagang maupun jasa yang ada bersaing dalam mendapatkan konsumen maupun investor dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Darmadji dan Fakhruddin (2011) (ekbis.sindonews.com) Harsono (2010)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Darmadji dan Fakhruddin (2011) (ekbis.sindonews.com) Harsono (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya membutuhkan dana atau modal yang biasa diperoleh melalui pasar uang maupun pasar modal. Pasar modal merupakan pasar

Lebih terperinci

PENGARUH SOLVABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP YIELD TO MATURITY

PENGARUH SOLVABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP YIELD TO MATURITY PENGARUH SOLVABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI (Survei pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 ) RIKA ST KHADIJAH ROSDIANI

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obligasi merupakan salah satu sumber pendanaan bagi pemerintah dan perusahaan, yang dapat diperoleh dari pasar modal. Secara sederhana, obligasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik peringkat obligasi yang diperdagangkan maka return yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. baik peringkat obligasi yang diperdagangkan maka return yang diberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan (Magreta dan Poppy, 2009). Peringkat obligasi juga menunjukkan seberapa aman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hal ini mendukung berkembangnya pasar modal di Indonesia, pasar modal

I. PENDAHULUAN. Hal ini mendukung berkembangnya pasar modal di Indonesia, pasar modal 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan pasar modal dalam perekonomian modern sudah tidak dapat terelakkan lagi bagi seluruh negara di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana untuk melakukan ekspansi, memperbaiki struktur modal, meluncurkan produk baru atau untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal di suatu negara seringkali dijadikan tolak ukur kemajuan perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital market) merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian ini tidak mengabaikan adanya penelitian terdahulu yang sangat bermanfaat sebagai acuan penulis, dalam penelitian ini menggunakan dua peneliti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Calon investor yang akan berinvestasi pada obligasi suatu perusahaan,

TINJAUAN PUSTAKA. Calon investor yang akan berinvestasi pada obligasi suatu perusahaan, 12 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory Calon investor yang akan berinvestasi pada suatu perusahaan, membutuhkan informasi tentang kondisi. Manajemen perusahaan diharapkan dapat memberikan sinyal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini atau dimasa yang akan datang. Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana ( issuer). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana ( issuer). Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal berperan besar dalam perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi sekaligus: fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saham merupakan bukti kepemilikan sebagian perusahaan. Obligasi (bond)

BAB I PENDAHULUAN. Saham merupakan bukti kepemilikan sebagian perusahaan. Obligasi (bond) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akhir-akhir ini kegiatan investasi yang dilakukan semakin beragam. Salah satunya adalah investasi dalam bentuk saham. Investasi dalam bentuk saham dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obligasi adalah sebuah instrumen pasar modal yang berbetuk hutang (debt

BAB I PENDAHULUAN. Obligasi adalah sebuah instrumen pasar modal yang berbetuk hutang (debt BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obligasi adalah sebuah instrumen pasar modal yang berbetuk hutang (debt instrument). Obligasi dikeluarkan oleh pihak yang membutuhkan dana untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen Menurut Eugene F. Brigham (2001; 66), ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen, diantaranya: 1. Teori Ketidakrelevanan Dividen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Instrumen pasar modal yang utama yaitu saham dan obligasi.

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Instrumen pasar modal yang utama yaitu saham dan obligasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya membutuhkan dana atau modal yang biasa diperoleh melalui pasar uang maupun pasar modal. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena modal merupakan salah satu dari faktor penggerak dalam perusahaan untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Hutang Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif pendanaan yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal yang dalam hal ini kebijakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian pasar modal Pengertian pasar modal menurut Riyanto (2001:219) adalah pasar dalam pengertian abstrak yang mempertemukan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri dan pinjaman. Untuk memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri dan pinjaman. Untuk memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era dunia usaha yang semakin kompetitif, perkembangan dan kelangsungan operasi perusahaan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana atau modal yang cukup besar.

Lebih terperinci