PROPORSI DAN STATUS GIZI PADA ANAK PRASEKOLAH DENGAN KESULITAN MAKAN DI SEMARANG (Studi Kasus di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada bayi dan anak, makan merupakan kegiatan natural yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mandibula baik kanan maupun kiri, pada anak umur 6-16 bulan adalah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan kembang anak. (Lubis, 2004). tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

PENGARUH KONSELING DENGAN FEEDING RULES TERHADAP STATUS GIZI ANAK DENGAN KESULITAN MAKAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ASUPAN SUGAR-SWEETENED BEVERAGES DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. saat pemberian makan. Sensory food aversion atau picky eater adalah suatu

PENGARUH KONSELING DENGAN FEEDING RULES TERHADAP STATUS GIZI ANAK DENGAN KESULITAN MAKAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR, RIWAYAT PEMBERIAN AIR SUSU IBU DAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 3-5 TAHUN

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

PROPORSI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENGALAMI KESULITAN MAKAN DI SEMARANG (Studi Kasus di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo)

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

Kenaikan Berat Badan Balita Usia 6-12 Bulan Berdasarkan Jenis Makanan Pendamping Air Susu Ibu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, spiritual, dan sosial yang begitu signifikan. Pertumbuhan dan

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

PROPORSI DAN STATUS GIZI PADA ANAK PRASEKOLAH DENGAN KESULITAN MAKAN DI SEMARANG (Studi Kasus di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

BAB 4 METODE PENELITIAN. status gizi antropometri. Pengumpulan data dilakukan di TK-PAUD Alhidayah dan Pos PAUD

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung 2

PENINGKATAN PERILAKU IBU DALAM PENGATURAN POLA MAKAN BALITA DI POSYANDU MELATI DESA BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER Susi Wahyuning Asih*

Daniel 1, Murniati Manik 2. Pengetahuan Wanita tentang ASI Eksklusif

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS, KECAMATAN SAPE, KABUPATEN BIMA

GAMBARAN PENYEBAB KESULITAN MAKAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 3-5 TAHUN DI PERUMAHAN TOP AMIN MULYA JAKABARING PALEMBANG TAHUN 2009

BAB I : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencapaian MDGs yaitu status gizi balita. Masalah gizi utama di Indonesia saat ini

SAMPUL LUAR... i SAMPUL DALAM...ii. PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri.

PERKEMBANGAN BALITA USIA 6-60 BULAN BERDASARKAN KEJADIAN ANEMIA DAN PEMBERIAN STIMULASI MELALUI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

ABSTRAK. Diella Natasha Wijaya, 2016, Pembimbing I: Grace Puspasari,dr.,M.Gizi Pembimbing II: Penny Setyawati M,dr.,SpPK.MKes

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention

PERBANDINGAN TINGGI BADAN DAN RENTANG TANGAN PADA ANAK BALITA USIA 1-5 TAHUN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK HUBUNGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Catur Saptaning Wilujeng*, Yuseva Sariati**, Ranthy Pratiwi** Abstrak

PERBEDAAN STATUS GIZI ANTARA BAYI YANG DIBERI ASI DENGAN BAYI YANG DIBERI PASI PADA BAYI KURANG DARI 6 BULAN DI DESA KATEGUHAN KECAMATAN SAWIT

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

HUBUNGAN JUMLAH GIGI SUSU DENGAN POLA MAKAN ANAK USIA 9-24 BULAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2

BONA F. P. BANJARNAHOR

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperlukan anak dalam siklus kehidupannya untuk perkembangan dan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam tumbuh kembang, karena terbukti memiliki manfaat

ABSTRAK. Annisa Denada Rochman, Pembimbing I : Dani dr., M.Kes. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr., MH.

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DAN POLA MAKAN TERHADAP STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 KINTAMANI Remaja merupakan sebuah transisi

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

HUBUNGAN PERAN ORANGTUA DENGAN PERILAKU PICKY EATER PADA BALITA DI POSYANDU RW 1 NOTOPRAJAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAMPILAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

ANALISIS PILIH PILIH MAKAN PADA ANAK USIA 1 SAMPAI 3 TAHUN DI DESA SUCI KABUPATEN JEMBER

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDAPATAN KELUARGA IBU NIFAS DAN STATUS GIZI BAYI DI WILAYAH SUDIANG RAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Maria Kareri Hara. Abstract

PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN DAN STATUS GIZI ANAK USIA PRASEKOLAH

PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI USIA 6 BULAN ANTARA BAYI YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development

ENERGI DARI SUSU BERDASARKAN STATUS KEGEMUKAN PADA BALITA USIA BULAN

KNOWLEDGE RELATIONSHIP WITH MOTHER OF CONDUCT GIVING FOOD COACH ASI (MP-ASI) IN THE VILLAGE KEMUNING, NGARGOYOSO, KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PICKY EATER DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA TODDLER. Picky Eater Relations With Nutritional Status Of Children In The Village Lamuk Toddler

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

STATUS GIZI BALITA BERBASIS STATUS PEMILIH MAKAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi. Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rowosari, Semarang.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER (1-3 TAHUN) DENGAN RIWAYAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

Anak memiliki ciri khas yaitu selalu tumbuh

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BAYI 0-12 BULAN (BB/PB) DENGAN PEMBERIAN ASI DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SURAKARTA. Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di


ABSTRAK GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD SUKASARI I BANDUNG PERIODE

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU BERSALIN TERHADAP METODE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

NURJANNAH NIM

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

METODE DAN POLA WAKTU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI FAKTOR RISIKO GROWTH FALTERING PADA BAYI USIA 2-6 BULAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

Transkripsi:

PROPORSI DAN STATUS GIZI PADA ANAK PRASEKOLAH DENGAN KESULITAN MAKAN DI SEMARANG (Studi Kasus di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum LORAINE HARINDA G2A008108 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH PROPORSI DAN STATUS GIZI PADA ANAK PRASEKOLAH DENGAN KESULITAN MAKAN DI SEMARANG (Studi Kasus di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo) Disusun oleh LORAINE HARINDA G2A008108 Telah disetujui Semarang, 10 Agustus 2012 Pembimbing Dr.dr.Mexitalia Setiawati E M,Sp.A(K) 196702271995092001 Penguji Ketua Penguji dr.niken Puruhita,Mmed.Sc,Sp.GK dr. Y.L Aryoko Widodo,M.Si.Med. 197202091998022001 19671011199702101

PROPORSI DAN STATUS GIZI PADA ANAK PRASEKOLAH DENGAN KESULITAN MAKAN DI SEMARANG (Studi Kasus di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo) Loraine Harinda 1, Wardati Rahma 2, Mexitalia Setiawati 3 ABSTRACT Background : Feeding disorders in children is a health problem with high prevalence in many countries. It is not only affect children growth and development, but may also lead to cognitive and behavior impairment in adolescence and adulthood period, moreover causing life-threatening health conditions. Child growth can be determined through nutritional status assessment. Aim : This study aim to describe proportion and nutritional status in preschool children with feeding disorder. Methods : This was a cross sectional study with descriptive analysis. Subjects were children aged 2-5 years old in Tandang and Sendangguwo subdistrict, Semarang. A consecutive sampling was used in the study, with 93 respondents were recruited. Data were obtained by questionnaire and anthropometric measurements. Results : The proportion of feeding disorders were inappropriate feeding practice for 96.8% and parental misperception for 3.2%. Most of the nutritional status of children with feeding difficulties was normal (90.3%), the others were undernutrition(5.4%), overweight (1.1%), and obesity (3.2%). Parents started to introduce complementary foods in average aged 5.3 ± 3.02 months and family food in average aged 18.3 ± 8.21 months. Conclusion : The majority diagnosis of preschool children with feeding disorders was inappropriate feeding practice. Meanwhile, the nutritional status of subjects was mostly normal. Keywords : feeding disorder, nutritional status, preschool children 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2 Residen Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 3 Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

ABSTRAK Latar Belakang : Kesulitan makan pada anak merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang cukup tinggi di berbagai negara. Hal tersebut tak hanya berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan, namun juga menyebabkan gangguan kognitif dan perilaku pada masa remaja dan dewasa, hingga kondisi kesehatan yang mengancam nyawa. Pertumbuhan seorang anak dapat diketahui dengan penilaian status gizi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proporsi dan status gizi pada anak prasekolah dengan kesulitan makan. Metode : Rancangan penelitian adalah belah lintang dengan analisis deskriptif. Subjek penelitian adalah anak pra-sekolah berusia 2-5 tahun di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo, Semarang. Subyek penelitian sebanyak 93 anak yang dipilih dengan metode consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pengukuran antropometri. Hasil : Proporsi kesulitan makan yang ditemukan adalah inappropriate feeding practice sebesar 96,8% dan parental misperception sebesar 3,2%. Status gizi sebagian besar anak dengan kesulitan makan adalah gizi baik sebesar 90,3%; sisanya gizi kurang (5,4%), gizi lebih (1,1%), dan obesitas (3,2%). Orangtua mulai mengenalkan makanan pendamping ASI pertama pada rerata usia 5,3±3,02 bulan dan pemberian makanan keluarga pertama pada 18,3±8,21 bulan. Simpulan : Sebagian besar anak dengan kesulitan makan terdiagnosa inappropriate feeding practice. Sementara itu, status gizi mayoritas subjek adalah gizi baik. Kata kunci : kesulitan makan, status gizi, anak prasekolah

PENDAHULUAN Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia tersebut merupakan periode emas seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangan. 1 Untuk menunjangnya nutrisi dari makanan merupakan salah satu faktor yang berperan penting. 2,3 Pada usia 24 bulan kehidupan, dimulailah peralihan asupan nutrisi utama anak dari susu dan MP-ASI(makanan pendamping ASI) menjadi makanan keluarga 4, atau disebut dengan masa penyapihan. 4 Waktu pengenalan pertama MP-ASI yang tepat sangat bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan gizi dan tumbuh-kembang bayi. 5 Pada usia prasekolah, anak mengalami perkembangan psikis menjadi balita yang lebih mandiri, autonom, dan dapat lebih mengekspresikan emosinya. Sifat perkembangan khas yang terbentuk ini turut mempengaruhi pola makan anak. Hal tersebut menyebabkan anak terkadang bersikap terlalu pemilih dan rewel saat makanan. Gangguan pola makan yang terjadi jika tidak segera diatasi dapat berkembang menjadi masalah kesulitan makan. 6-8 Keluhan mengenai anak yang sulit makan terjadi hampir merata tanpa membedakan jenis kelamin, etnis, dan status sosial ekonomi. 7 Kesulitan makan pada anak adalah mulitfaktorial, baik organik mupun non-organik. 8-10 Oleh karena itu, terlebih dahulu dokter harus mencari tahu penyebabnya untuk dapat menangani kasus dengan tepat. 3 Angka kejadian masalah kesulitan makan di beberapa negara termasuk cukup tinggi. Sebuah penelitian pada tahun 2006 di Inggris menyebutkan 20% orangtua melaporkan anaknya hanya mau makan makanan tertentu. 11 Studi di Italia mengungkapkan 6% bayi mengalami kesulitan makan, kemudian meningkat 25-40% pada saat fase akhir pertumbuhan. 10 Survei lain di Amerika Serikat menyebutkan 19-50% orangtua mengeluhkan anaknya sangat pemilih dalam makan sehingga terjadi defisiensi zat gizi tertentu. 12 Masalah kesulitan makan tidak hanya mengganggu pertumbuhan fisik masa kanak-kanak, namun dapat berimbas pada fungsi kognitif dan perilaku, seperti gangguan kecemasan (anxiety disorders) dan gangguan makan pada masa remaja dan dewasa (seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa). 8,13,14 Apabila terjadi

berkepanjangan, selain menimbulkan stress pada anak dan orangtua, kesulitan makan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan anak hingga mengancam nyawa. 10,12 Dengan demikian bagi orangtua dan dokter sangatlah penting untuk mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan sejak dini. Salah satu cara untuk identifikasi awal dalam mencegah risiko malnutrisi dan pertumbuhan yang buruk dapat dilakukan dengan menilai status gizi melalui pengukuran antropometri 15,16 Penelitian di beberapa negara telah menunjukan bahwa kesulitan makan merupakan masalah yang pokok pada balita. 2,8-12 Namun, di Indonesia sendiri penelitian mengenai kesulitan makan masih sedikit. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui tentang proporsi dan status gizi pada anak prasekolah dengan kesulitan makan di Indonesia, khususnya di Semarang. METODE Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan crosssectional. Pengumpulan data dilakukan di Posyandu maupun PAUD yang terdapat di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo, Kota Semarang selama April-Juli 2012. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kesulitan makan yang dikelompokkan berdasar klasifikasi menurut UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia, yaitu : anoreksia infantil, sensory food aversion, posttraumatic feeding disorder, parental misperception, inappropriate feeding practice, dan feeding disorder associated with a concurrent medical condition. Variabel tergantung adalah status gizi yang ditentukan melalui pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Status gizi dikelompokkan dan dinilai sesuai standar WHZ(z-score) menurut WHO 2006, yaitu : obesitas (z-score>3sd), gizi lebih (z-score 2 sampai 3SD), gizi baik (z-score 2 sampai -2SD) gizi kurang (zscore -2 sampai -3SD), dan gizi buruk (z-score <-3SD). Subyek penelitian adalah anak prasekolah yang memenuhi kriteria penelitian : menurut pendapat orangtua memiliki kesulitan makan, tidak menderita kelainan neurologis yang mempengaruhi kemampuan makan (seperti: palsi serevralis, meningomielokel, miastenia gravis), tidak terdiagnosis penyakit kronik (seperti: keganasan, AIDS, sindroma nefrotik, penyakit jantung bawaan), tidak

memiliki kelainan struktural (seperti: abnormalitas naso-orofaring, laring, trakea, dan esofagus), serta orangtua memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian. Pemilihan sampel menggunakan metode consecutive sampling, kemudian didapatkan 97 anak yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh melalui wawancara kuesioner mengenai riwayat dan perilaku makan kepada orangtua subyek, kemudian anak diukur tinggi badan dengan stadiometer Seca 217, diukur berat badan dengan timbangan digital Seca 383, dan diukur lingkar kepala dengan pita ukur kepala Seca 212. Kuesioner yang digunakan telah dilakukan validasi dan dipergunakan dalam penelitian multisentra. HASIL Karakteristik Subyek Pada penelitian ini didapatkan subyek sebanyak 93 anak. Subyek penelitian terdiri dari 43 anak laki-laki (46,2%) dan 50 anak perempuan (53,8%), dengan rentang usia minimal 25 bulan dan maksimal 60 bulan, serta rerata usia 37,8±9,36 bulan. Tingkat pendidikan Ayah terbanyak di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo adalah SMU yaitu 38 orang (40,5%), demikian pula dengan tingkat pendidikan Ibu terbanyak yaitu SMU (44,1%). Pekerjaan Ayah terbanyak adalah buruh dan pegawai swasta yaitu masing-masing 33 orang (35,5%). Sedangkan, mayoritas Ibu tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 60 orang(64,5%). Riwayat dan Perilaku Pemberian MP-ASI dan Makanan Keluarga Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan sebagian besar responden (52,7%) mulai mengenalkan MP-ASI pada usia 6 bulan; rerata usia pemberian MP-ASI pertama adalah 5,3±3,02 bulan. Sedangkan, pilihan MP-ASI pertama terbanyak adalah bubur susu (44,1%) dan pisang (34,4%). Hampir seluruh ibu (98,9%) dengan anak kesulitan makan telah mengenalkan makanan keluarga, yaitu makanan yang disiapkan sama dengan makanan anggota keluarga yang lain. Rerata usia anak saat pertama kali diberikan makanan keluarga adalah 18,3±8,21

bulan. Jenis makanan keluarga pertama yang dikenalkan adalah sop sayur (52,7%), tahu/tempe (29,0%), dan lain-lain. Proporsi Kesulitan Makan Berdasarkan hasil wawancara kuesioner yang diisi oleh orangtua/ pengasuh, diperoleh diagnosis kesulitan makan : parental misperception sebanyak 3 anak dan inappropriate feeding practice sebanyak 90 anak; namun tidak didapatkan anak dengan diagnosis kesulitan makan yang lain. Parental misperception (3,2%) Parental misperception Inappropriate feeding practice Anoreksia infantil Sensory food aversion Posttraumatic feeding practice Inappropriate feeding practice (96,8%) Concurrent medical conditions Gambar 1. Proporsi kesulitan makan subyek penelitian Anak terdiagnosis mengalami inappropriate feeding practice karena terdapat praktek pemberian makan atau feeding practice yang salah. Kesalahan yang dijumpai tersebut dirangkum dalam tabel berikut : Tabel 1. Feeding practice yang salah Feeding Practice Salah Frekuensi Persentase (n) (%) 1. Makan tidak terjadwal/lama makan >30 menit 35 13,1 2. Memberi makan sambil menonton TV 69 25,8 3. Memberi makan sambil bermain 74 27,7 4. Tidak pernah mengenalkan makanan padat 0 0,0 5. Pernah mengenalkan makanan padat (<10 kali) 14 5,2 namun ditolak, sehingga anak hanya diberi makan makanan bertekstur cair 6. Memaksa anak makan dengan porsi tertentu 22 8,2 sesuai keinginan orangtua 7. Pemberian makan anak tidak sesuai dengan 53 19,9 tahapan usia Total 267 100

Data antropometri yang diukur dalam penelitian ini meliputi : tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Hasil pengukuran lingkar kepala yang telah diplotkan ke dalam kurva Nellhaus menunjukan bahwa ukuran kepala seluruh subyek penelitian dalam batas -2SD hingga 2SD, yaitu termasuk normal (normosefal). Sedangkan untuk berat badan dan tinggi badan, diplotkan dalam standar z-score WHO tahun 2006 sesuai dengan jenis kelamin dan usia, kemudian didapatkan status gizi yang disajikan dalam grafik berikut : 100 80 90,3% (n=84) 60 40 20 0 0,0% (n=0) 5,4% (n=5) 1,1% (n=1) 3,2% (n=3) Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih Obesitas Gambar 2. Status gizi subyek penelitian Status gizi pada 3 anak yang didiagnosis parental misperception seluruhnya tergolong status gizi baik. Sedangkan penilaian status gizi yang didapatkan pada inappropriate feeding practice adalah : gizi kurang(5,6%), gizi baik(90,0%), gizi lebih (1,1%), obesitas (3,3%). PEMBAHASAN Di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo, rerata pertama kali ibu memberikan MP-ASI pada usia 5,3±3,02 bulan. Sedangkan, 48,3% ibu telah mengenalkan MP-ASI sebelum anak menginjak 6 bulan. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini dapat meningkatkan reaksi alergi karena saluran cerna belum cukup matur untuk menerima, dehidrasi, berkurangnya produksi ASI, serta gangguan tumbuh-kembang. Sebaliknya, pengenalan yang terlambat menyebabkan fase perkembangan mengunyah terlewatkan, yang bisa menyebabkan anak gagal tumbuh dan kembang akibat tidak cukup gizi, serta defisiensi zat besi. Selain itu,

pemberian MP-ASI hendaknya memperhatikan keterampilan oromotor (kemampuan mengunyah), jumlah gigi yang erupsi, kebutuhan nutrisi, serta kebutuhan variasi dan perubahan tekstur makanan. 5,6,17 Pada usia prasekolah, hampir seluruh ibu (98,9%) telah melakukan pengenalan makanan keluarga, yang membantu anak dalam belajar self-feeding skills. Temuan ini baik adanya karena pada usia prasekolah makanan yang dimakan oleh keluarga harus menjadi dasar pola diet yang baru bagi anak. Usia rerata pemberian makanan pertama keluarga di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo termasuk terlambat, yaitu 18,3 bulan. Kemampuan anak menerima makanan keluarga sebaiknya tercapai pada usia 1 tahun. 5,6 Proporsi dan Status Gizi pada Anak dengan Kesulitan Makan Jenis kesulitan makan yang dijumpai di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo, Semarang adalah inappropriate feeding practice dan parental misperception; dimana proporsi yang terbesar adalah inappropriate feeding practice, yaitu 96,8%. Angka kejadian ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian pendahulu di Jakarta pada 2011 yang menyebutkan bahwa anak dengan inappropriate feeding practice sebesar 30%. 18 Hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pengetahuan orangtua dan pengasuh akan aturan dasar pemberian makan atau basic feeding rules. Kesalahan terbanyak yang dijumpai dalam feeding practice adalah menyuapi anaknya sambil berjalan-jalan dan bermain; serta menonton televisi. Distraktor dapat mengakibatkan anak tidak dapat fokus belajar makan dan mengenali sinyal rasa kenyang-lapar. Hal ini selaras dengan penelitian sebelumnya di Inggris yang menyebutkan bahwa orangtua masih menerapkan kebiasaan buruk saat memberikan makan yaitu sambil bermain (74,7%) maupun sambil menonton televisi/video (66,7%). 5,9,11 Sementara itu, terdapat beberapa orangtua memaksa anaknya makan dengan porsi tertentu sesuai keinginan orangtua (8,2%); sehingga terbentuk suasana tidak nyaman saat proses makan berlangsung yang dapat menyebabkan anak menjadi susah makan di kemudian hari. 8-10

badan. 11 Pada anak dengan kesulitan makan karena parental misperception, Beberapa responden (13,1%) juga menyebutkan bahwa pemberian makanan kepada anak tidak terjadwal atau lama makan >30 menit. Pedoman pemberian makan anak yang tepat diberikan dalam porsi yang sesuai (30 gram makanan/kg berat badan), dengan frekuensi yang lebih sering, terbagi atas makan utama (pagi, siang dan malam) dan makanan selingan diantaranya, disertai susu 2-3 kali sehari. Makan tidak boleh lebih dari 30 menit; meskipun pada saat itu asupan porsi makan mereka sedikit, anak akan menambah porsi makan mereka dengan sendirinya di waktu yang akan datang. 5,9 Lima koma dua persen orangtua menyatakan telah mengenalkan makanan padat (kurang dari 10 kali) namun ditolak anak, sehingga anak hanya diberi makanan bertekstur cair. Kesulitan makan ini terkait dengan sifat perkembangan anak berusia dua tahun yang cenderung meragui dan menolak makanan asing berkali-kali sebelum mencobanya. Menurut survei pada 3.022 balita di Amerika, dibutuhkan usaha pengenalan makanan secara berulang sebanyak 8-15 kali untuk meningkatkan penerimaan anak terhadap makanan baru secara bermakna. 4,19 Sangatlah penting bagi orangtua maupun pengasuh untuk melakukan penerapan basic feeding rules dalam pola makan anak. Studi mengenai efek kebiasaan pengasuh terhadap kebiasaan makan anak di Amerika tahun 2004 mengungkapkan bahwa strategi yang dilakukan pengasuh untuk mendorong anak makan (seperti paksaan, teguran, pemberian jeda lama saat makan, menyediakan mainan) justru memperburuk kesulitan makan pada 67% anak. 12 Peneliti menemukan variasi status gizi pada subyek penelitian yang terdiagnosa inappropriate feeding practice, dan mayoritas anak memiliki gizi baik. Temuan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya tahun 2007 di Inggris bahwa masalah makan seperti: makan dalam jumlah sedikit, slow-feeder, dan variasi makanan terbatas; berpengaruh pada pertumbuhan anak, terutama berat seluruh status gizi anak menunjukkan gizi baik. Orangtua sebenarnya telah menerapkan prinsip pemberian dasar makanan dengan baik, namun terdapat

tanggapan orangtua yang salah mengenai porsi makan anak yang dianggap sedikit. Orangtua belum memahami dengan baik bahwa porsi makan masing-masing anak berbeda. Salah satunya karena kapasitas lambung anak berbeda sesuai usianya. Demikian pula dengan kecemasan karena ukuran fisik anak yang kurus dibandingkan saudara kandung/anak seumuran. Orangtua perlu memahami pertumbuhan dan kebutuhan gizi yang sesuai dengan usia anak. 5,18 Penerapan basic feeding rules secara konsisten, reassurance, dan suplemen gizi yang seimbang dapat diterapkan untuk menghilangkan kekhawatiran orang tua yang berlebihan dan mengurangi kemungkinan orangtua akan menggunakan kekerasan atau pemaksaan pada anak untuk makan. 18,20 SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa hanya ditemukan dua dari enam jenis kesulitan makan yang terdapat di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo Semarang, yakni inappropriate feeding practice dan parental misperception. Proporsi kesulitan makan yang terbesar adalah inappropriate feeding practice, yaitu sebesar 96,8%. Status gizi hampir seluruh anak prasekolah dengan kesulitan makan masih dalam batasan gizi baik yaitu sebesar 90,3%; sisanya gizi kurang (5,4%), gizi lebih (1,1%), dan obesitas(3,2%). Selain itu, dijumpai riwayat rerata usia pemberian MP-ASI pertama terlalu dini yaitu 5,3±3,02 bulan dan pemberian makanan keluarga pertama termasuk terlambat, yaitu 18,3±8,21 bulan. SARAN Penulis mengharapkan terdapat kesinambungan berupa tatalaksana masalah kesulitan makan di Semarang. Masyarakat, terutama ibu dan kader posyandu perlu dikenalkan aturan dasar pemberian makan yang benar. Hal ini tidak saja membantu mencegah risiko defisiensi nutrien pada anak, tetapi juga dapat mencegah gangguan makan pada masa remaja dan dewasa. Bagi penelitian selanjutnya, untuk meningkatkan keakuratan pengambilan data wawancara dapat dilakukan kepada primary caregiver, baik ibu ataupun pengasuh.

DAFTAR PUSTAKA 1. Behrman, Kliegman, Nelson A. 1999. Ilmu kesehatan anak Nelson Vol I. Edisi XV. Jakarta : EGC; 2010; 60-63. 2. Claude A, Bonnin B. Feeding problems of infants and toddlers. Canadian Family Physician, vol 52; October 2006:1247-51. 3. Steinberg C. Feeding disorders of infants, toddlers, and preschoolers. BC Medical Journals; 2007; 49(4):183-6. 4. Carruth BR, Ziegler P, Gordon A, Barr, SI. Prevalence of Picky Eaters among Infants and Toddlers and Their Caregivers Decisions about Offering a New Food. Journal of The American Dietetic Association; 2004; 104:S57-S64. 5. Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik Jilid I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI; 2011:23-35. 6. Barasi ME. At A Glance : Ilmu gizi. Jakarta : Erlangga; 2007; 82-3. 7. Pudjiadi S. Ilmu gizi klinis pada anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001; 49. 8. Chatoor I. Diagnosis and treatment of feeding disorder, in infant, toddlers, and young children. Washington DC : Zero To Three; 2009; 1-109. 9. Mexitalia M. Kesulitan makan pada anak : diagnosis dan tatalaksana. Simposium mengelola pasien anak dalam praktek sehari-hari; Semarang, 11 Juni 2011. 10. Sacrato L, Pelliciari A, Franzoni E. Emergent factors in eating disorders in childhood and preadolescence. Italian Journal of Pediatrics; 2010; 36-49. 11. Wright CM, Parkinson KN, Shipton D, Drewett RF. How do toddler eating problems relate to their eating behavior, food preferences, and growth?. American Academy of Pediatrics; 2007; 120:1069-75. 12. Piazza CC, dan Hernandez TA. Assesment and treatment of pediatric feeding disorders. Encyclopedia on Early Childhood; 2004; 1-7. 13. Waugh RB, Markham L, Kreipe RE, Walsh BT. Feeding and eating disorders in childhood. International Journal of Eating Disorder; 2010; 43:98-111. 14. Kotler LA, Cohen P, Davies M, Pine DS, Walsh TB. Longitudinal relationships between childhood, adolescent, and adult eating disorders. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry; 2001; 40(12):1434-40. 15. Narendra MB. Pengukuran antropometri pada penyimpangan tumbuh kembang anak. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; 2006.

16. Arisman. 2009. Gizi dalam daur kehidupan : buku ajar ilmu gizi Edisi 2. Jakarta : EGC; 2009; 64-73:206-32. 17. Carruth BR, Ziegler PJ, Gordon A, Hendricks K. Developmental milestones and self-feeding behaviors in infants and toddlers. Journal of The American Dietetic Association; 2004; 104(1):S51-6. 18. Sjarif DR. Masalah makan pada batita. Penelitian pendahuluan. UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011. [unpublished]. 19. Archuleta M. Tips for feeding young children. New Mexico State University; 2004; E134:1-4. 20. Berall G. Feeding difficulties in infants and young children : Tailor interventions to match child behaviours[internet]; 2009. [Cited 2012, July 20]; Available from: http://www.mednet.ca/en/report/feeding-difficulties-in-infants-and-youngchildr.html