Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id
Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan fisik Penelantaran fisik Penganiayaan seksual Perlakuan salah secara emosional
Penganiayaan fisik Luka-luka fisik pada anak bukan karena kecelakaan, yang disebabkan oleh tindakan orang tua atau pengasuh. Lukanya dapat bervariasi dari goresan-goresan di permukaan sampai pada patah tulang, terbakar, atau luka dalam serius, yang dapat berakibat kematian pada beberapa kasus.
Penelantaran fisik Gagal memberi atau sengaja menahan, makanan, tumpangan, pakaian, kebersihan, perawatan medis, atau pengawasan yang adekuat dan diperlukan untuk memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Penganiayaan seksual Eksploitasi seksual terhadap anak, mencakup aksi-aksi yang bervariasi mulai dari tindakantindakan tak menyenangkan yang tidak melibatkan sentuhan, seperti eksibisionisme, sampai pada manipulasi genital, persetubuhan, atau melibatkan anak dalam produksi pornografi.
Perlakuan salah secara emosional Penggunaan kritikan kasar yang terus-menerus terhadap anak, mencakup penggunaan bahasabahasa verbal yang bersifat aniaya, atau penelantaran emosional, yang dicirikan oleh ditahannya kontak-kontak fisik dan emosional yang dibutuhkan anak untuk memungkinkan perkembangan emosional yang normal, dan dalam beberapa kasus-kasus ekstrem, untuk mendukung perkembangan fisik.
Kasus-kasus perlakuan salah pada anak yang telah terbukti berdasarkan tipenya. Penelantaran 49% Penganiayaan Fisik 21% Penganiayaan Seksual 11% Perlakuan Salah secara Emosional 3% Lainnya 16%
Faktor-faktor Risiko dalam Penganiayaan terhadap Anak Stress. Menyaksikan kekerasan dalam keluarga sendiri. Dianiaya di masa kanak-kanak. Gagal mengembangkan keterikatan yang tepat dengan anak. Buruknya keterampilan pengelolaan amarah. Penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang.
Faktor-faktor Risiko dalam Penganiayaan terhadap Anak Diyakininya aturan-aturan kaku tentang pengasuhan anak. Penerimaan terhadap kekerasan sebagai cara menyelesaikan konflik dan mengendalikan perilaku anak. Berusia belasan tahun, berpendidikan rendah, dan berada dalam situasi sebagai orang tua tunggal.
Faktor-faktor Risiko dalam Penganiayaan terhadap Anak Pengangguran / masalah-masalah yang terkait dengan pekerjaan. Masalah-masalah medis. Tekanan finansial. Konflik pernikahan. Hidup dalam lingkungan yang tidak stabil dan tidak aman.
Efek dari Penganiayaan terhadap Anak Luka fisik : barutan, memar, patah tulang, luka dalam yang parah. Luka emosional : kesulitan membentuk hubungan sehat dengan sebaya, dan keterikatan yang sehat dengan orang lain, kekurangan kapasitas empati, atau gagal mengembangkan suara hati dan kepedulian mengenai kesejahteraan orang lain, menyiksa atau membunuh binatang, membakar, atau bertindak agresif pada anak-anak yang lebih kecil dan lebih rentan.
Efek dari Penganiayaan terhadap Anak Efek psikologis : Menurunnya harga diri. Depresi. Perilaku tidak matang : mengompol, mengisap jempol, upaya-upaya dan pikiran-pikiran bunuh diri, kinerja buruk di sekolah, masalahmasalah perilaku, dan kegagalan mengambil risiko menjelajah keluar rumah untuk mengeksplorasi dunia luar.
Efek dari Penganiayaan terhadap Anak Efek psikologis : Meningkatnya risiko gangguan psikologis di masa selanjutnya : bulimia, gangguan disosiasi identitas, PTSD, depresi, penyalahgunaan zat, dan gangguan kepribadian ambang. Terlibat dalam tindak kriminal, menganggur, atau bekerja dalam pekerjaan bergaji rendah, menjalani pendidikan lebih singkat, dan menunjukkan tingkat bunuh diri lebih tinggi.
Penanganan Kasus Penganiayaan terhadap Anak Pelatihan bagi orang tua tentang berbagai keterampilan yang terkait dengan pengelolaan stress, pengendalian amarah, dan teknik-teknik menjadi orang tua.
Mencegah Penganiayaan terhadap Anak Pelatihan terhadap orang tua baru, atau calon orang tua, khususnya yang berusia belasan, tentang keterampilan menjadi orang tua. Mencegah orang-orang yang terlalu muda untuk mempunyai anak, sebelum mereka siap secara finansial dan psikologis untuk merawat anak.
Kekerasan Domestik 1 dari 8 suami melakukan tindak kekerasan terhadap pasangan. > 1.000 perempuan setiap tahunnya meninggal sebagai hasil dari penganiayaan pasangan dalam hubungan intim. Perempuan lebih mungkin diserang, diperkosa, dilukai, atau dibunuh oleh pasangan atau mantan pasangan prianya, daripada oleh penyerang lain.
Kekerasan Domestik Perempuan sama seringnya seperti laki-laki, atau mungkin lebih sering, melakukan kekerasan pada pasangannya. Sekitar setengah dari pasangan di mana penganiayaan terjadi, kedua pasangan sama-sama melakukan penganiayaan fisik pada yang lain. Perempuan jauh lebih mungkin mengalami penganiayaan parah dan menderita luka-luka fisik, termasuk luka-luka parah seperti patah tulang dan kerusakan organ-organ internal.
Kekerasan Domestik Laki-laki cenderung menyerang, sementara perempuan cenderung bereaksi. Kekerasan laki-laki terhadap perempuan mungkin lahir dari faktor-faktor yang mengancam posisi tradisional sebagai pihak yang dominan dalam hubungan, seperti pengangguran dan penyalahgunaan obat. Kekerasan yang dilakukan perempuan mungkin timbul dari stress menghadapi pasangan yang melakukan kekerasan.
Kekerasan Domestik Paling sering dilaporkan di antara orang-orang dari tingkat sosial ekonomi rendah. Lebih tingginya tingkat stress yang dialami orangorang yang berjuang secara finansial. Bias pelaporan, suatu kecenderungan dari kelompok berpenghasilan tinggi untuk menggunakan jasa dokter pribadi dan kurang ingin melaporkan insiden kekerasan domestik. Kesenjangan penghasilan antara suami dan istri, dengan istri yang berpenghasilan lebih daripada suami, yang berkontribusi pada terjadinya kekerasan terhadap istri, bukan kemiskinan itu sendiri.
Karakteristik Psikologis dari Laki-laki Penganiaya Tingkat kemarahan yang tinggi. Kebencian. Impulsivitas. Agresi verbal. Masalah perilaku tahap awal. Trait kepribadian antisosial dan ambang. Mengeksternalisasi atau meminimalkan kesalahan dari aksi mereka. Merasa tidak adekuat atau tidak puas dengan diri sendiri.
Karakteristik Psikologis dari Laki-laki Penganiaya Usia muda. Penghasilan pekerjaan dan status pendidikan rendah. Tingginya tingkat stress. Masalah-masalah perilaku selama remaja. Kurangnya ekspresi diri asertif. Paparan terhadap kekerasan dari orang tua di masa kanak-kanak. Menjadi korban penganiayaan fisik dari ibu selama usia belasan. Penggunaan alkohol.
Efek Kekerasan Domestik Luka fisik. PTSD. Depresi. Harga diri rendah. Penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang. Ketiadaan tempat tinggal.
Mengapa Perempuan yang Mengalami Kekerasan Tidak Pergi Begitu Saja? Leonore Walker (1979), sindrom perempuan yang mengalami kekerasan (battered woman syndrome) : Efek traumatik dari kekerasan, mencakup perasaan tak tertolong dan rusaknya kemampuan penguasaan yang membuatnya sulit untuk meninggalkan pelaku kekerasan dan menetapkan hidup baru bagi diri sendiri.
Penanganan Bagi Pelaku Penganiayaan dan Pasangan yang Dianiaya Terapi pasangan / terapi keluarga : Membantu pasangan memahami kemarahan sebagai ekspresi penghayatan ketidakberdayaan, dan mendampingi mereka untuk memahami kesakitan emosional masingmasing secara lebih baik. Pasangan belajar cara-cara yang lebih produktif dalam mengelola kemarahan dan menyelesaikan konflik tanpa masuk dalam kekerasan.
Penanganan Bagi Pelaku Penganiayaan dan Pasangan yang Dianiaya Terapi kelompok : Membiarkan pelaku merasa cukup aman untuk mengekspresikan perasaan-perasaan terdalam mereka, kemudian dikonfrontasi bila menghindar dari sikap bertanggung jawab akan perilaku aniaya. Memberi dukungan dan membantu perempuan yang dianiaya untuk menyadari siklus kekerasan, mengembangkan strategi-strategi untuk menyelamatkan diri, menimbang alternatif-alternatif lain dari perkawinan, meningkatkan harga diri, dan mengurangi sikap self-blame.
Terima Kasih Yenny, M.Psi., Psikolog