II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Nila

dokumen-dokumen yang mirip
KELAYAKAN USAHADAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA PADA KELOMPOK TANI GEMAH PARAHIYANGAN KECAMATAN CILEBAR KABUPATEN KARAWANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

III. METODE PENELITIAN

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

No Keterangan Jumlah Satuan

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

Budidaya Ikan Nila. Riza Rahman Hakim, S.Pi. Fisheries Department - UMM

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

Pematangan Gonad di kolam tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

IV. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN Ikan Nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang mendapat perhatian besar bagi usaha perikanan terutama

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

BUDIDAYA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy)

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

1.Abstrak. 2.Isi/jenis

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

BAB III BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

VIII. ANALISIS FINANSIAL

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS. Oleh: Nama : Fandhi Achmad Permana NIM : Kelas : 11-S1TI-11 Judul : Bisnis Budidaya Ikan Nila

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

: LATIF BERTY ISTIAJI NIP :

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Formulasi mellorin serta analisa sifat fisik dan proksimat.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

3 METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karekteristik Ikan Lele Dumbo

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. lemak omega 3 yang ada pada ikan (Sutrisno, Santoso, Antoro, 2000).

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

VIII. ANALISIS FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

VII. RENCANA KEUANGAN

PELUANG BISNIS BUDIDAYA LELE SANGKURIANG. Bambang Sumarsono TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Nila Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang diintroduksi dari luar negeri. Bibit ikan nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Budidaya Air Tawar pada tahun 1969. Setelah mulai masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Sesuai denagan nama latinnya O. niloticus berasal dari sungai Nil dan danau-danau yang berhubungan dengan sungai itu. Bibit ikan nila telah beberapa kali didatangkan ke Indonesia, yang pertama berasal dari Taiwan. Ini berwarna gelap dengan garis vertikal sebanyak 6-8 buah di bagian ekornya. Kemudian didatangkan bibit dari Filipina yang berwarna merah (Suyanto, 1995). Ikan nila pada awalnya bernama Tilapia nilotica, kemudian diganti dengan Sarotrherodon niloticus, dan sekarang ini dikenal dengan nama Oreochromis niloticus (Deptan, 2000). Program seleksi di Filipina pada tahun 1987 telah berhasil membuat ikan nila unggul yang kini dikenal sebagai ikan nila Gift. Ikan nila Gift diintroduksikan ke Indonesia pada tahun 1994 dan 1996. Menurut Mulyanto dan Habib (1999), ikan nila Gift merupakan strain baru ikan nila yang dikembangkan di negara Filipina sejak tahun 1987 melalui proyekgenetic Improvementof Farm Tilapia (GIFT), sehingga dinamakan nila GIFT. Strain ini merupakan hasil persilangan dan seleksi antara ikan Nila strain dari Negara Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal, dan Kenya.Ikan nila gift adalah ikan nila unggul dari hasil perbaikan genetik yang dilakukan oleh ICLARM (International Centre for Living Aquatic Resources Management) dari hasil uji caba dilapangan pertumbuhan nila gift lebih cepat dari pada nila lokal (lokal 69) maupun Black Chitralada (Widayanti, 1996). Pertumbuhan ikan nila gift di KJA dapat mencapai 2-3 kali lebih cepat dari pada generasi sebelumnya. (Rukyani dan Subagyo, 2000). Secara umum bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping, dengan sisik yang berukuran besar. Mata besar, menonjol, dan bagian tepi berwarna

5 putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut, tapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip pungung, sirip perut dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tapi mengeras dan tajam seperti duri. Sirip pungung berwarna hitam dan sirip dada juga tampak berwarna hitam (Amri dan Khairuman, 2003). Banyak orang keliru membedakan antara ikan nila dan ikan mujair, dimana letak perbedaannya dapat dilihat pada perbandingan panjang total dan tinggi badan. Perbandingan ukuran tubuh ikan nila adalah 3 : 1 dan ikan mujair 2 : 1. Selain itu, terlihat adanya pola garis-garis vertikal yang terlihat sangat jelas di sirip ekor dan sirip punggung ikan nila. Jumlah garis vertikal di sirip ekor ada enam buah dan sirip pungung ada delapan buah. Garis dengan pola yang sama (garis vertikal) juga terdapat dikedua sisi tubuh ikan nila dengan jumlah delapan buah. Ikan nila memiliki lima (5) buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga pada bagian sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip ekor yang berukuran yang lebih kecil. Sirip anus hanya ada satu buah dan berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekor berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah. Perbedaan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan nila bentina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa tonjolan yang agak runcing yang berfungsi sebagai muara saluran urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila jantan akan mengeluarakan cairan bening. Sedangkan ikan nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di dapan anus. Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garis berlanjut (tidak putus) dan melingkar (Amri dan Khairuman, 2003).

6 Tabel 1. Ciri-ciri jantan dan betina pada ikan nila Ciri-ciri Jantan Betina Bentuk tubuh Lebih tinggi dan membulat Lebih rendah dan memanjang Warna tubuh Lebih cerah Lebih gelap Jumlah lubang kelamin Satu lubang (untuk mengeluarkan sperma sekaligus air seni) Dua lubang Untuk mengeluarkan telur Untuk mengeluarkan air seni Bentuk kelamin Tonjolan agak meruncing Tidak menonjol dan berbentuk bulat. Sumber : Amri dan Khairuman, 2003. 2.2 Pembenihan Ikan Nila 2.2.1 Memilih Induk Memilih induk dilakukan untuk memilih calon induk yang baik dan sudah siap memijah (Gufran dan Kodri, 1997). Dalam memilih induk di pilih induk-induk yang bermutu yang tidak cacat, sehat bebas dari patogen dan sudah matang gonad. Berhasilnya usaha pembenihan nila GIFT sangat dipengaruhi oleh keadaan induk. Bila induk baik, benih yang dihasilkan pun akan banyak dan mutunya akan baik. Tanda tanda induk jantan dan betina bermutu baik adalah sehat, bentuk badan normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibanding badan, badan tebal dan berwarna hitam keabu-abuan gerakan lincah (Arie, 2004). 2.2.2 Padat Tebar Padat penebaran sangat mempengaruhi pertumbuhan, bila ikan nila dipelihara dalam kepadatan populasi tinggi, maka pertumbuhanya kurang pesat. Persaingan untuk mendapatkan makanan dan oksigen juga lebih sering terjadi. Populasi yang padat juga cenderung mempercepat terjadinya kerusakan mutu air karena kotoran ikan tersebut (Suyanto, 1995).

7 2.2.3 Pemeliharaan dan Pematangan Gonad Kegiatan pemeliharaan induk merupakan kegiatan awal dalam mata rantai proses pembenihan. Tujuan dalam pemeliharaan induk adalah untuk mendapatkan induk matang gonad atau induk yang siap dipijahkan untuk menghasilkan telur. Proses penyediaan telur untuk menjamin kontinyiutas pembenihan tergantung dari tersedianya calon induk yang cukup, baik jumlah maupun kualitas dan keseragamannya (Djarijah, 1995). Dalam gonad nila GIFT terdapat berapa fase telur, yaitu telur yang siap dikeluarkan, telur belum matang, dan telur muda atau bakal telur. Hingga mencapai kematangan, masing-masing fase memerlukan waktu yang sangat tergantung pada kondisi ikan, lingkungan, dan makanan yang diberikan. Pematangan gonad merupakan suatu proses untuk mempercepat dan memperoleh kualitas telur yang baik agar daya tetasnya tinggi (Arie, 2004). Pematangan gonad dapat dilakukan di dalam bak beton atau di dalam hapa. Jika menggunakan bak beton sebaiknya dipilih yang berukuran 20-32 m 2. Jika menggunakan hapa dengan volume 24 m 3 (6x4x1). Hapa dipasang di kolam seluas 1.000-2.000 m 2 dengan kedalaman kolam 1-1,5 m (Amri dan Khairuman, 2003). 2.2.4 Pemijahan Menurut Amri dan Khairuman (2003), pemijahan terjadi setelah hari ketujuh pemeliharaan induk. Pemijahan terjadi di lubang berdiameter 30-50 cm di dasar kolam yang merupakan sarang pemijahan ketika pemijahan berlangsung. Telur yang dikeluarkan induk nila betina kemudian dibuahi oleh sperma induk jantan. Selanjutnya telur yang telah dibuahi tersebut dierami induk betina di dalam mulutnya. Ikan nila GIFT mulai dipijahkan setelah berumur 5-6 bulan karena sudah mulai matang kelamin. Saat itu biasanya berat calon induk betina dapat mencapai 200-250 gr dan calon induk jantan 250-300 gr. Menurut Sularto et al. (1993) yang mengatakan bahwa sex

8 rasio jantan dan betina ikan nila 3 : 1. Kandungan jumlah telur betina berbeda, tergantung umur dan berat. Induk betina yang beratnya 200-250 gr mengandung telur 500-1.000 butir dan dapat menghasilkan larva 200-400 ekor. Selang waktu antar pemijahan berkisar 3-6 minggu. Hal ini sangat tergantung dari pakan tambahan. Masa produktif nila Gift berkisar antara 1,5-2 tahun (Arie, 2004). Terdapat dua teknik pemijahan yaitu pemijahan alami dan pemijahan buatan namun teknik produksi benih hanya efektif, jika pemijahan dilakukan dengan pemijahan alami dengan membiarkan induk-induk berpijah dan mengerami telur dan merawat larvanya sendiri secara alami di dalam kolam pemijahan yang terkontrol (Djarijah, 1995). Setelah induk jantan dan betina dipelihara bersama selama satu (1) minggu, maka kolam dapat diatur ketinggian airnya agar dapat terjadi pemijahan. Perubahan ketinggian air biasanya akan merangsang terjadinya pemijahan. Induk betina tidak terlalu banyak perubahan apabila sudah siap memijah tetapi pada induk jantan terjadi perubahan warna badan menjadi lebih hitam dan siripnya kemerahan. Induk jantan ini juga aktif bergerak mencari pasangan. Bila mendapatkan pasangan induk jantan membuat cekungan didasar kolam sebagai tempat pemijahan. Pemijahan di dalam cekungan tersebut terjadi pada saat matahari akan terbenam. Pada saat itu induk betina mengeluarkan telurnya dan pada waktu yang bersamaan induk jantan mengeluarkan spermanya di tempat pemijahan dan terjadilah pembuahan telur (Suyanto, 1995). 2.2.5 Pemanenan Telur Pemanenan telur dilakukan pada hari ke-9 hingga ke-10 atau saat telur sedang dierami. Tanda induk yang sedang mengerami telurnya adalah selalu memisahkan diri dari kelompoknya, gerakan lambat, mulut selalu tertutup, dan pada bagian bawah tutup insangnya menggembung (Arie, 2004).

9 Menurut Amri dan Khairuman (2003), pemanenan dilakukan dengan cara menangkap induk secara hati-hati setelah terlebih dahulu menyurutkan volume air kolam pemijahan. Induk yang ditangkap dibuka mulutnya dengan jari tengah dan telunjuk, sementara itu ibu jari dan kelingking membuka tutup insangnya, dengan posisi kepala berada di bawah, telur bisa dikeluarkan secara mudah, bagian atas (tutup insang) disiram air atau dicelupkan di dalam air. Setelah itu telur dikumpulkan dalam ember yang berisi air. 2.2.6 Penetasan Telur Penetasan telur merupakan proses perkembangan dari fase telur hingga mencapai fase larva sempurna. Unit penetasan tidak mutlak harus menggunakan sistem resirkulasi dapat menggunakan corong penetasan berbentuk kerucut, umumnya volume corong 15 liter dengan tinggi 50 cm dan diameter bagian atas 30 cm. Sebelum dimasukan kedalam corong penetasan, telur dibersihkan dan direndam dalam larutan methylen blue dengan dosis 0,2 mg/l selama 5-10 menit, kepadatan telur dalam corong penetasan berkisar 1.000-1.500 butir/l air, sifat telur tidak menempel, untuk mencegah penumpukan telur pada corong penetasan maka perlu dialiri air secara kontinu 0,6-0,8 l/menit selain untuk mengaduk telur aliran air dapat menyuplai oksigen, suhu yang baik untuk penetasan telur ikan nila Gift berkisar antara 25-30 0 C sementara suhu optimal adalah 29 0 C, dan telur akan menetas dalam waktu 5-7 hari bila kondisi air baik dan suhu optimal (Arie, 2004). Jika suhu terlalu rendah, bisa dipasang heater (pemanas) telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 5-7 hari, panjang larva ikan nila yang baru menetas 8-10 mm dan beratnya 0,02-0,05 gram. Larva tersebut akan berenang ke permukaan air dan dengan sendirinya akan terbawa aliran air melalui lubang pengeluaran di corong penetasan dan masuk ke tempat penampungan larva (Amri dan Khairuman, 2003).

10 2.3 Pendederan Ikan Nila Pendederan merupakan kelanjutan pemeliharaan benih ikan nila dari hasil pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Kegiatan pendederan ini dilakukan dua tahap yaitu pendederan tahap I dan pendederan tahap II. Tujuan dari pada pendederan ini adalah untuk memperoleh ikan nila yang ukuran seragam, baik panjang maupun berat dan memberikan kesempatan ikan nila mendapatkan makanan sehingga pertumbuhan juga seragam (Amri dan Khairuman, 2003). 2.3.1 Pendederan I Pengolahan tanah dasar kolam yaitu melakukan pengeringan dasar kolam dengan cara menjemur menjemur selama 4-7 hari sampai dasar kolam retak-retak. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan senyawa beracun, mempercepat proses mineralisasi dari sisa-sisa bahan organik, serta membasmi hama dan bibit penyakit kalau terdapat pada kolam. Pendederan I adalah pemeliharaan benih ikan nila berukuran 1-3 cm yang dipelihara selama 2 minggu sehingga mencapai ukuran 3-4 cm. Keberhasilan pendederan I sangat ditentukan oleh beberapa faktor internal, seperti mutu telur dan kualitas induk ikan nila. Induk bermutuakan menghasilkan benih bermutu baik, begitu juga sebaliknya. Sedangkan faktor eksternal seperti persiapan media sebelum penebaran benih dilakukan, seperti pengeringan pemupukan, pengapuran dan pemberantasan hama dan penyakit. Sementara itu, kegiatan pemeliharaan meliputi pemberian pakan, pengontrolan dan pemanenan. Jenis makanan tambahan yang diberikan adalah pelet terapung atau pelet yang dibasahi dengan air. Jumlah makanan yang diberikan 3-5 % per hari dari total benih yang dipelihara (Amri dan Khairuman, 2003). 2.3.2 Pendederan II Selain dilakukan disawah, kolam, atau tambak, pedederan II juga dapat dilakukan di keramba jaring apung (KJA), karena benih yang ditebar adalah hasil panen dari pada pendederan I yang

11 ukurannya sudah mencapai 5 cm (5 gr/ekor). Ikan nila seukuran ini tidak bisa lolos dari jaring apung dengan ukuran mata jaring polietilen nomor 240 D/12. Lama pemeliharaan dipendederan II adalah 2-3 minggu. Ukuran ikan nila yang dihasilkan dengan rataan 10 gr/ekor (8-12 cm). Ikan nila hasil pendederan II selanjutnya dibesarkan secara intensif di kolam biasa, kolam air deras, sawah, kantung jaring apung, atau tambak air payau. Padat tebar pada pendederan II lebih sedikit dari pada pendederan I karena ukuran ikan yang dipelihara lebih besar. Keberhasilan kegiatan pendederan II ditentukan oleh beberapa faktor, seperti kualitas benih dan teknik pemeliharaan meliputi persiapan media pemeliharaan, penebaran benih, pemberian pakan, dan penanggulangan hama dan penyakit (Amri dan Khairuman, 2003). 2.4 Analisis Kelayakan Analisis kelayakan finansial dalam persiapan dan analisis proyek menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap peserta yang tergabung di dalamnya. Tujuan utama analisis finansial terhadap usaha pertanian (farms) menurut Gittinger (1996) adalah untuk menentukan berapa banyak keluarga petani yang menggantungkan kehidupannya kepada usaha pertanian tersebut. Salah satu cara untuk melihat kelayakan finansial adalah dengan metode Cash Flow Analysis. Metode ini dilakukan setelah komponen-komponen biaya dan manfaat tersebut dikelompokkan dan diperoleh nilainya. Komponen-komponen tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu manfaat atau penerimaan (benefit; inflow) dan biaya atau pengeluaran (cost; outflow). Selisih antara keduanya disebut manfaat bersih (net benefit) dan untuk tingkat investasi menggunakan beberapa kriteria penilaian kelayakan seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) (Gittinger, 1996). Analisis finansial dilakukan untuk melihat apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak dengan melihat kriteria-kriteria investasi,

12 yaitu Pay Back Period (PBP), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). 2.4.1 PBP PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. PBP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Zubir, 2006) dan dihitung menurut persamaan berikut : Nilai Investasi PBP (tahun) = x 1 tahun Kas Masuk Bersih Metode ini sangat sederhana, sehingga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan utamanya adalah tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback, sehingga metode ini umumnya hanya digunakan sebagai pendukung metode lainnya. 2.4.2 Net B/C Net B/C merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Jika diperoleh nilai net B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan, tetapi jika nilai B/C<1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. 2.4.3 BEP BEP merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba. Jika hasil penjualan produk tidak dapat melampaui titik ini maka proyek yang bersangkutan tidak dapat memberikan laba (Sutojo, 1993).

13 Total Biaya (Rp) = Volume Penjualan (unit) x Harga Jual (Rp) Perhitungan volume penjualan pada saat BEP dapat dihitung dengan persamaan : BEP (unit) = Total Biaya Tetap (Harga Jual/unit - Biaya Peubah/unit) BEP (Rp) = Total Biaya Tetap 1 - Biaya Peubah per Unit Harga Jual 2.4.4 NPV NPV atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan PV (Present Value) kas bersih dengan PV investasi selama umur investasi. Selisih antara PV tersebut disebut NPV (Zubir, 2006). NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya : Dimana ; Bt - C NPV = (1 i) t t Bt = manfaat (penerimaan) bruto pada tahun ke- t ( Rp) Ct = biaya bruto pada tahun ke- t (Rp) i = tingkat suku bunga (%) t = periode investasi (i = 1,2,3,...n) Kriteria NPV sebagai berikut : a. NPV>0, maka proyek menguntungkan dan layak dilaksanakan b. NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tetapi juga tidak rugi (manfaat diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan, sehingga pelaksanaan proyek berdasarkan penilaian subyektifpengambilan keputusan) c. NPV < 0, maka proyek rugi dan lebih baik untuk tidak dilaksanakan.

14 2.4.5 IRR IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil internal (Kasmir dan Jakfar, 2007). IRR adalah salah satu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow setelah dikalikan discount factor atau setelah dipresent value kan, nilainya sama dengan initial investment (biaya investasi). IRR = i + NPV ' ( NPV ' NPV ") (i i ) Dimana : NPV = nilai NPV Positif (Rp) NPV = nilai NPV Negatif (Rp) i = discount rate nilai NPV positif (%) i = discount rate nilai NPV negatif (%) 2.5 Analisis Strategi Pengembangan Usaha Menurut Glueck dan Jauch (1999), strategik merupakan rencana yang disatukan menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan suatu perusahaan dengan tantangan dan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat. Secara umum, manajemen strategi diawali dari tahap perumusan strategi, tahap implementasi dan selanjutnya tahap evaluasi strategi (David, 1998). Tahap perumusan strategi meliputi pernyataan misi, penetapan tujuan, identifikasi peluang dan ancaman, serta kekuatan dan kelemahan. Analisis internal meliputi pemasaran dan distribusi, manajemen, produksi dan operasi, permodalan dan keuangan, serta pengembangan SDM. Analisis eksternal meliputi lingkungan industri dan lingkungan makro. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis strategi. David (1998), menyebutkan bahwa analisis SWOT, yaitu analisis kekuatankelemahan dan peluang ancaman (Strengths, weaknesses, Opportunities, Threats). Analisis SWOT merupakan identifikasi bersifat sistematik dari

15 faktor-faktor kekuatan dan kelemahan organisasi, peluang dan acaman lingkungan luar, serta strategik yang menyajikan kombinasi terbaik di antara keempatnya. Matriks SWOT akan menghasilkan empat tipe strategi berikut : 2.5.1 Strategi S-O Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2.5.2 Strategi S-T Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. 2.5.3 Strategi W-O Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada 2.5.4 Strategi W-T Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman. Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya dapat dipilih alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Dengan pilihan strategik yang tepat, perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan kekuatan dan peluangnya untuk mengurangi kelemahan dan menghadapi ancaman yang ada. Melalui matrik SWOT didapatkan alternatif strategik untuk menentukan critical decision, sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat (Rangkuti, 2004).

16 Tabel 2. Matriks SWOT Internal Kekuatan (S) Eksternal Strategi S-O Strategi yang menggunakan Peluang (O) kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi S-T Strategi yang menggunakan Ancaman (T) kekuatan untuk mengatasiancaman Kelemahan (W) Strategi W-O Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi W-T Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti, 2004.