BAB I PENDAHULUAN. disabilitas di seluruh dunia (Prince et al, 2007). Meskipun penemuan terapi. mengakibatkan penderitaan yang besar pada individu,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB I PENDAHULUAN. mental dalam beberapa hal disebut perilaku abnormal (abnormal behavior). Hal

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan gangguan pada fungsi kejiwaan,yang berakibat. terganggunya hubungan sosial ( Townsend, 2008). Gangguan jiwa dapat

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia tanpa diketahui terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis dan sekitar 95%

PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI

Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil pembangunan kesehatan saat ini adalah derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat secara bermakna, namun

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan, pekerjaan dan pergaulan (Keliat, 2006). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial, kesehatan jiwa maupun persepsi kesehatan umum (Chan et al, 2006 cit

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan penting juga terjadi pada komposisi umur penduduk (Bongaarts, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. membuat arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

Jawa Barat, sebanyak 20,0% dan terendah di Provinsi Kepulauan Riau, sebesar 5,1% (Riskesdas, 2007). Prevalensi gangguan mental emosional di Provinsi

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Nutrisi yang cukup sangat penting pada usia dini untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki beberapa aspek yang saling berkaitan, yaitu jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

KARAKTERISTIK DAN VARIASI DIAGNOSIS KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSUP SANGLAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Di tingkat dunia, penyakit tidak menular (PTM) menjadi persoalan serius

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI WILAYAH KERJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia hidup di lingkungan yang terus berubah, dan perubahan yang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masa bayi, lalu berkembang menjadi mandiri di akhir masa kanak-kanak, remaja,

1

BAB I PENDAHULUAN. oleh penderita gangguan jiwa antara lain gangguan kognitif, gangguan proses pikir,

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata, yang mampu mewujudkan kesehatan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB 1 PENDAHULUAN. dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan Nasional Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang. kebutuhan dasar manusia termasuk di bidang kesehatan.

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai. salah satunya adalah pembangunan dibidang kesehatan.

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

PENINGKATAN PERAWATAN KEHAMILAN MELALUI KELAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS LAMONGAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu penyebab utama disabilitas di seluruh dunia (Prince et al, 2007). Meskipun penemuan terapi baru untuk gangguan jiwa sudah sangat berkembang, akan tetapi proprosi penderita gangguan jiwa yang tidak terdeteksi masih cukup tinggi. Meskipun gangguan jiwa tidak menimbulkan kematian secara langsung, namun dapat mengakibatkan penderitaan yang besar pada individu, keluarga dan masyarakat (Townsend, 2009). Di negara -negara berkembang, hal ini bisa disebabkan adanya stigma yang berkaitan dengan masalah kejiwaan sehingga penderita enggan untuk mencari bantuan kesehatan. Beberapa penelitian menekankan kurangnya waktu dan keterampilan penyedia layanan kesehatan primer dalam melakukan deteksi dini dan terapi (Burns & Kendrick, 1997). Selain menyebabkan beban ekonomi yang tinggi, gangguan jiwa berat memiliki efek negatif yang besar pada penderita usia muda dan keluarganya. Tujuh puluh lima persen penderita skizofrenia mengalami disabilitas dan kurang dari 25 persen saja yang bisa mendapatkan pekerjaan. Penderita gangguan jiwa dengan usia muda memiliki risiko yang lebih tinggi untuk bunuh diri. Penelitian menunjukkan bahwa 90 persen remaja yang meninggal karena bunuh diri menderita gangguan jiwa pada saat kematian. (Ozer et al, 2009). Salah satu cara untuk menemukan kasus gangguan jiwa

2 adalah melalui deteksi dini dengan melibatkan masyarakat. Deteksi dini diketahui mampu menekan angka bunuh diri pada penderita gangguan jiwa. Deteksi dini dan pengobatan seawal mungkin dapat mencegah penurunan produktivitas dan biaya kesehatan serta menurunkan beban keluarga dan masyarakat. (Townsend, 2009) Deteksi dini dan akurat terhadap masalah kesehatan jiwa diikuti dengan terapi dan manajemen yang baik dapat mengurangi beban kesehatan dan beban sosial yang disebabkan oleh gangguan jiwa. Deteksi dini telah terbukti tidak hanya membantu pemulihan kesehatan secara cepat dan menyeluruh, namun juga dapat megintegrasikan penderita dalam masyarakat secara lebih baik (Mcglashan, 1998). Oleh karena itu, penekanan utama dalam masalah kesehatan jiwa ini adalah untuk membangun sistem di setiap lapisan masyarakat untuk membantu melakukan identifikasi penderita gangguan jiwa seawal mungkin dan menyediakan intervensi yang sesuai. Keberhasilan pelayanan kesehatan jiwa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adanya stigma gangguan jiwa, terbatasnya informasi mengenai gangguan jiwa dan kurangnya akses ke pelayanan kesehatan (Mohr, 2006). Paradigma pelayanan kesehatan jiwa mengalami perubahan dari kesehatan jiwa berbasis rujukan menjadi kesehatan jiwa berbasis komunitas di layanan primer. Pelayanan kesehatan berbasis komunitas bertujuan untuk meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat, mempertahankan kesehatan jiwa individu, mencegah munculnya gangguan kesehatan pada kelompok berisiko dan memulihkan penderita gangguan jiwa menjadi

3 mandiri dan produktif. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa pelayanan kesehatan jiwa di layanan primer menghasilkan perbaikan gejala, peningkatan kualitas hidup, peningkatan fungsi dan penurunan biaya kesehatan (Chislom et al, 2000). Visi Pembangunan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI adalah masyarakat sehat mandiri dan berkeadilan. Salah satu dari misinya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani (Depkes RI, 2010). Tujuan pemberdayaan masyarakat ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kesadaran masyarakat terhadap masalah kesehatan (Laverack, 2006). Tokoh masyarakat dan kader kesehatan masyarakat merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan berbasis masyarakat. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat berperan penting dalam program promosi kesehatan (Kasmel & Tanggaard, 2011). Kader kesehatan memiliki interaksi yang erat dengan masyarakat sehingga mempunyai posisi yang strategis dan efektif dalam memberikan informasi dan melakukan deteksi masalah-masalah kesehatan di lingkungan sekitarnya. Kader kesehatan merupakan kepanjangan tangan dari Puskesmas. Kader kesehatan adalah masyarakat yang peduli dengan kesehatan masyarakat di sekitarnya dan sampai saat ini seringkali menjadi sumber rujukan dalam penanganan berbagai masalah kesehatan di lingkungannya. (Depkes RI, 2000).

4 Partisipasi kader dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan formal, status pekerjaan, status ekonomi dan tingkat pengetahuan yang diperoleh melalui pelatihan (Khotimah, 2005). Apabila dibandingkan antara kader yang mengikuti pelatihan dengan kader yang tidak pernah mengikuti pelatihan, ternyata kader yang mengikuti pelatihan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik. Pengetahuan kader tentang kesehatan, khususnya kesehatan jiwa akan mempengaruhi perilaku kader untuk berperan serta dalam mengatasi setiap permasalahan kesehatan. (Depkes RI, 2000) Di negara-negara maju, masalah kesehatan jiwa sudah menjadi penyebab beban penyakit yang besar. Pada tahun 2020 diprediksi depresi unipolar akan menempati urutan kedua penyebab beban penyakit. (WHO, 2003). Diperkirakan sebanyak 26 juta diantara penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa dengan gejala paling ringan adalah panik dan cemas (WHO, 2006). Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,7 permil. Di wilayah DIY, pada tahun 2013, prevalensi gangguan jiwa berat yaitu sebesar 2,7 permil (RISKESDAS, 2013). Gangguan jiwa berat yang paling banyak ditemukan adalah skizofrenia. Jumlah kasus gangguan jiwa yang berkunjung di wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari pada tahun 2014 sebesar 96 kasus lama dan 71 kasus baru dengan jumlah penderita gangguan jiwa berat sebesar 9 kasus lama. Ada 2 orang penderita gangguan jiwa berat yang mengalami pemasungan namun sudah dibebaskan pada tahun 2014. Dengan jumlah penduduk sebesar 25.760

5 jiwa, jumlah ini sangat jauh dari perkiraan penderita gangguan jiwa berat yaitu sebesar 43 kasus. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi Puskesmas kepada masyarakat mengenai gangguan jiwa sehingga kesadaran masyarakat untuk melaporkan kasus gangguan jiwa di lingkungannya masih rendah. Untuk kasus bunuh diri, pada tahun 2014 terjadi 4 kasus bunuh diri di wilayah Kecamatan Tanjungsari. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi kepada masyarakat di Kecamatan Tanjungsari mengenai gangguan jiwa untuk menjaring penderita yang selama ini belum diobati. (SP2TP 2014) Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pelatihan kesehatan jiwa terhadap partisipasi kader jiwa dalam melakukan deteksi dini gangguan jiwa. Dari segi geografis dan sosial, kader sangat berpotensi untuk melakukan deteksi dini gangguan jiwa pada masyarakat. Penemuan kasus jiwa secara dini akan meningkatkan kesembuhan dan kualitas hidup penderita gangguan jiwa. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan adalah Bagaimana pengaruh pelatihan kesehatan jiwa di Kecamatan Tanjungsari terhadap sikap dan pengetahuan kader kesehatan jiwa dalam meningkatkan deteksi dini kasus gangguan jiwa.

6 C. Keaslian Penelitian Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Variabel Penelitian Analisa Penelitian Murhayanto Keefektifan Pelatihan Experimental with Pengetahuan, Analisis (2008) Tenaga Medis dan Paramedis Puskesmas control group. Pelatihan Univariat, Terhadap Deteksi Dini Gangguan Jiwa Bivariat di Kabupaten Sukoharjo England and Lester (2006) Implementing the role of the primary care Qualitative study Interview Comparative mental health method worker: a qualitative study Surjaningrum Gambaran Mental Penelitian Pengetahuan Kuantitatif, (2012) Health Literacy Kader Kesehatan Eksploratori Kualitatif Lester et al (2007) Cluster randomised controlled trial of the effectiveness of primary care mental health workers Randomized Controlled Trial Tingkat Kepuasan Analisis Univariat, Bivariat Muhartati (2012) Pengaruh pelatihan kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku kader untuk meningkatkan deteksi gangguan kesehatan jiwa di DSSJ Desa Argomulyo Cangkringan Experimental Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Pelatihan Analisis Univariat, Bivariat, Multivariat Penelitian ini akan mengambil judul Pengaruh Pelatihan Kesehatan Jiwa Terhadap Sikap Dan Pengetahuan Kader Dalam Deteksi Dini Gangguan Jiwa Di Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada tempat dan waktu yang berbeda serta metode penelitian yang dipakai.

7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan kesehatan jiwa terhadap sikap dan pengetahuan kader dalam deteksi dini gangguan jiwa. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam upaya promosi kesehatan melalui pelatihan deteksi dini kesehatan jiwa bagi kader. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat dalam penemuan dan pemberian terapi kasus gangguan jiwa secara dini sehingga dapat mengurangi beban ekonomi dan sosial bagi penderita gangguan jiwa. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan kesehatan jiwa terhadap sikap dan pengetahuan kader dalam deteksi dini gangguan jiwa.